• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak di Yayasan Al-Fatah Serang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak di Yayasan Al-Fatah Serang"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

NUTRISI ANAK DI YAYASAN AL-FATAH SERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh : CHODIJAH BENAJIR

108104000055

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

FAKTOR.FAKTOR YANG BERIIUBUNGAN DENGAN PERILAKU

IBU

DALAM

MEMENUIII

KEBUTUHAN NUTRISI ANAK DI YAYASAN

AL-FATAH SERANG

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Univercitas Islam Nege.i Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh: Chodiiah Benaiir NIM:108104000055

Pembimbing I Pembimbing

II

Ernawati. S.Kp. M.Kep. Sp.Kmb NIP: 197311062005012003

t1

M-Ita Yuanita. S,Kep.. M,Kep NIP: 197001222008012005

Program Studi

Ilmu

Keperawatan

Fakultas Kedokteran

dan

Ilmu

Kesehatan

Universitas Islam

Negeri

Syarif

Hidayatullxh Jakarta

(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU DALANI MEMENUHI KEBUTUHAN NUTRISI ANAK DI YAYASAN AL-FATAH SERANG

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan iim penglji oleh : Jakarta, Oktober 2014

Chodiiah tsenaiir NI[,I:108104000055

Pembimbirg

&,ee

Ita Yuanita. S.Kep., M.Kep NiP: 19700122200801200i

NIP: 1972060820060,12001

Penguji

III

dr,'\,'tr

Ita Yuanita. S.Kep. N,I.Kcp NIP: 197001222003012005

Pembimbing

II

trlnt

Ernar\ati. S.Kp. l\t.Kep, Sp.K,\l B NIP: 1973 1 1062005012003

Penguji

Il

+ffil+

/'l

Ernarvati. S.Kp.. NLKep.

Sp.I0fll

NII:

19731 1062005012003
(4)

FAKI'LTAS KEDOKTERA.N DAN ILMU KESEIIATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAII JAKARTA Jakarta, Oktober 2014

Mengetahui,

Ketua Program Shrdi Iimu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syaif Hidayatullah Jakata

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehaian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadiudin. Sp.And

'7-

(5)

v Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan penelitian dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Oktober 2014

(6)

vi

Nama : Chodijah Benajir

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 September 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Program Studi : Ilmu Keperawatan NIM : 108104000055

Alamat : Komp. Ciceri Indah Jl. Dewi Sartika blok r no. 14 Serang Banten 42118

No. Tlp/Hp : 081318164250

Email : chicabenajir@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan : 1. TK PGRI Serang (1995-1996) 2. SDN 03 Serang (1996-2002) 3. SMP N 1 Serang (2002-2005) 4. SMA N 2 Serang (2005-2007)

(7)

vii

1.

Apapun yang dihasilkan oleh orang yang berakal dan berguna bagi masyarakat

sepatutnya mendapat penghargaan dan perhatian oleh semua pihak yang terkait.

2.

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh.

Skripsi ini ku persembahkan

Untuk Kedua Orang Tua ku tercinta

(8)

viii Skripsi, September 2014

Chodijah Benajir, NIM : 108104000055

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak di Yayasan Al-Fatah Serang

(xiii + 90 Halaman + 15 Tabel + 3 Gambar + 11 Lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang: Status gizi balita di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (2013) adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Kurang gizi pada anak umumnya disebabkan karena kebiasaan makan anak yang tidak teratur. Dimana pada masa ini anak sudah mulai memilih sendiri makanan yang disenangi dan sudah mulai menyukai makanan di luar rumah dari pada makan di rumah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang. Metode Penelitian: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desaincross sectional. Jumlah sampel sebanyak 70 responden dengan teknik pengambilan non probability sampling.

Instrumen: Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis data univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, dan analisis data bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen menggunakan uji statistik chi-square. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 ibu yang mempunyai balita terdapat 38 (54.3%) perilaku ibu baik, sedangkan 32 (45.7%) perilaku ibu kurang baik dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balitanya. Variabel yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita yaitu: pengetahuan (p=0.032), pendidikan (p=0.040), sikap (p=0.002), dan pekerjaan (p=0.041). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita adalah pendapatan (p=0.756), dan dukungan keluarga (p=0.387). Saran: Perlu mengadakan kerja sama dengan instansi kesehatan Puskesmas.

(9)

x

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Dalam Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak Di Yayasan Al-Fatah Serang”.

Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.

3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Keperawatan.

(10)

xi

6. Seluruh Staff karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta.

7. Kepada Ayahanda tercinta Alm. H. A.Aroji dan Ibunnda tercinta Hj. Juju. Juhariani yang telah mengasuh, membimbingku, dan memberikan dukungan penuh baik material maupun spiritual dan selalu mengiringi setiap langkahku dengan doa tulus iklas sehingga dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.

8. Kakakku tersayang dr. Fajar Permata Sari, dan ketiga adikku Syarif, Riska, dan Imam dengan keceriaan serta dorongan mereka segala kejenuhan dalam mengerjakan skripsi dapat terobati.

9. Ibu-ibu di Yayasan Al-Fatah Serang yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat dan doa.

11.Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, doa dan semangat kepada peneliti.

Peneliti menyadari dalam pembutan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, September 2014

(11)

xii

Hal

HALAMAN JUDUL……….

LEMBAR PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PERNYATAAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... LEMBAR PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN ...

I ii iii v vi vii viii ix x xii xv xvi xvii xviii BAB I BAB II PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ………... 1.2Rumusan Masalah ... 1.3Tujuan Penelitian ... 1.4Manfaat Penelitian ... 1.5Ruang Lingkup Penelitian ...

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep Anak PraSekolah

2.1.1Definisi Anak PraSekolah………... 2.1.2Perkembngan AnakPraSekolah……...………... 2.2Kebutuhan Nutrisi Pada Anak

2.2.1Definisi Gizi Seimbang………... 2.2.2Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi

Seimbang….………... 2.2.3Macam-macam Status Gizi………..…… 2.2.4Prinsip Status Gizi………...………. 2.2.5Mengatur Makanan Anak Prasekolah……...…………... 2.2.6Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Prasekolah………...…… 2.3Keluarga

2.3.1Definisi Keluarga…………..………... 2.4Konsep Perilaku

(12)

xiii BAB III

BAB 1V

BAB V

2.4.3Dominan Perilaku Kesehatan……… 2.5Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu

DalamMemenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak Usia 3-5 Tahun 2.5.1Pengetahuan Gizi Ibu…...……… 2.5.2Pendidikan Ibu………

2.5.3Pekerjaan Ibu………

2.5.4Pendapatan Keluarga………

2.5.5Sikap………

2.5.6Dukungan Keluarga……… 2.6Kerangka Teori………...

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1Kerangka Konsep ………..…………... 3.2Hipotesa ………..………... 3.3Definisi Operasional ………..………....

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian ………..………... 4.2Populasi dan Sampel

4.2.1Populasi………

4.2.2Sampel………..

4.2.3JumlahSampel……….. 4.3Lokasi dan Waktu Penelitian... 4.4Alat Pengumpul Data ... 4.5Metode Pengambilan Data ... 4.6Langkah-Langkah Penelitian…………... 4.7Uji Validitas dan Reabilitas... 4.8Pengolahan Data ... 4.9Analisis Data ... 4.10Etika Penelitian ... HASIL PENELITIAN

5.1Gambaran Umum Tempat Penelitian

5.1.1ProfilYayasan Al-Fatah Serang... 5.2Analisa Univariat ...

5.2.1Gambaran Karakteristik Responden (Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Keluarga)……….………... 5.2.2Gambaran Perilaku Ibu Dalam Memenuhi Nutrisi Anak. 5.3Analisa Bivariat ...

5.3.1Hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak……...………..…….. 5.3.2Hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu

(13)

xiv BAB VI

BAB VII

memenuhi kebutuhan nutrisi anak…...………..……….. 5.3.4Hubungan antara pekerjaan ibu dengan perilaku ibu

dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak………….…… 5.3.5Hubungan antara pendapatan dengan perilaku ibu dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi anak………...…..……….. 5.3.6Hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku

ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak…………... PEMBAHASAN

6.1Pembahasan Hasil Univariat

6.1.1Gambaran Karakteristik Demografi Responden

(Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Sikap, Dukungan

Keluarga)………..

6.2Gambaran perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang………. 6.3Pembahasan Hasil Bivariat

6.3.1Hubungan antara faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap) dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

balita……….………

6.3.2Hubungan antara faktor pendorong (dukungan keluarga) dengan perilaku ibu dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi balita…...………... 6.4 Keterbatasan Penelitian……….

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1Kesimpulan ... 7.2Saran ...

(14)

xv Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 2.2 3.1 4.1 4.2 5.2.1 5.2.2 5.3.1 5.3.2 5.3.3 5.3.4 5.3.5 5.3.6

Kebutuhan Gizi Untuk Anak Balita……... Definisi Operasional ... Tabel Indeks Korelasi………... Tabel Reabilitas Berdasarkan Nilai Alpha………... Distribusi Karakteristik Demografi Responden... Distribusi Frekuensi Responden Yang Mempunyai Anak Berdasarkan Perilaku Ibu Dalam Memenuhi Nutrisi Anak di Yayasan Al-Fatah Serang... Hubungan antara pendidikan responden dengan perilaku dalam memenuhi kebutuhan nutrisi di Yayasan

Al-Fatah Serang……….

Hubungan antara pengetahuan responden dengan perilaku dalam memenuhi kebutuhan nutrisi di Yayasan Al-Fatah Serang………...………. Hubungan antara sikap responden dengan perilaku dalam memenuhi kebutuhan nutrisi di Yayasan Al-Fatah Serang………...……….………. Hubungan antara pekerjaan responden dengan perilaku dalam memenuhi kebutuhan nutrisi di Yayasan Al-Fatah Serang………...……….………. Hubungan antara pendapatan responden dengan perilaku dalam memenuhi kebutuhan nutrisi di Yayasan Al-Fatah Serang………...………. Hubungan antara dukungan keluarga responden dengan perilaku dalam memenuhi kebutuhan nutrisi di Yayasan Al-Fatah Serang………...……….

[image:14.595.116.492.111.643.2]
(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

[image:15.595.123.497.103.639.2]

No. Gambar Hal

Gambar Gambar Gambar

2.1 2.2 3.1

Gizi Seimbang….. ... Kerangka Teori ... Kerangka Konsep ...

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1. Lembar surat izin penelitian 2. Lembar surat validitas

3. Lembar permohonan menjadi responden 4. Lembar persetujuan menjadi responden 5. Lembar kuesioner I data demografi responden 6. Lembar kuesioner II A tentang perilaku 7. Lembar kuesioner II B tentang pengetahuan 8. Lembar kuesioner III C tentang sikap

(17)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Depkes : Departemen Kesehatan

EQ : Emotional Questions

GAKY : Gangguan Akibat Kekurangan Yodium IQ : Intelegent Questions

KEP : Kekurangan Energi Protein KOBER : Kelompok Bermain

KVA : Kekurangan Vitamin A MDGs : Millenium Devlopment Goals PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar SDM : Sumber Daya Manusia SQ : Spiritual Questions TK : Taman Kanak-Kanak

(18)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Konsumsi gizi yang baik merupakan modal utama bagi kesehatan individu yang dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Seseorang yang mengkonsumsi asupan gizi yang salah atau tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka akan menimbulkan masalah kesehatan.

Malnutrition (gizi salah) merupakan keadaan mengkonsumsi asupan gizi

yang berlebihan ataupun kurang, sehingga dapat menimbulkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan yang diperlukan oleh tubuh. Masalah kesehatan anak yang sering terjadi di Indonesia akibat asupan gizi yang kurang diantaranya adalah kekurangan vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), anemia, dan kekurangan energi protein (KEP) (Sulistyoningsih, 2011).

(19)

4,6 serta 8,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang berstatus gizi normal (Soekirman, 2000).

Sekitar 1,7 juta anak di bawah lima tahun (balita) di Indonesia terancam mengalami gizi buruk yang tersebar di daerah tertinggal seluruh Indonesia. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2007, jumlah balita di Indonesia mencapai 17,2% dengan laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat menjadi 2,7% per tahun. Menurut United Nations International Children's Emergency Fund

(UNICEF), Indonesia merupakan negara yang berada di peringkat kelima dunia dengan jumlah balita yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya paling besar sekitar 7,7 juta balita (Dekes RI, 2007).

Status gizi balita di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi tahun 2007 (18,9%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9% dari tahun 2007 dan 2013. Untuk mencapai sasaran Millenium

Developmnet Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi

buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4,1% dalam periode 2013-2015 (Bappenas, 2012).

(20)

pertumbuhan. Bayi dan balita yang telah mendapat kapsul vitamin A baru mencapai 74% dan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah darah baru mencapai 60% (Depkes RI, 2007).

Status gizi anak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, sosial, ekonomi, gaya hidup, kognitif, perilaku, biologis dan kesehatan (Brown (2011) dan Shills (2004) dalam Mardayanti (2009)). Sedangkan menurut Jellieffe dalam Mardayanti (2009), faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi antara lain pola konsumsi makan sehari-hari, aktifitas fisik, keadaan kesehatan, pendapatan, pendidikan orangtua dan kebiasaan makan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Birch dalam Metz (2002), dalam pengasuhan, perilaku ibu dalam pemberian nutrisi sangat berkaitan dengan indeks masa tubuh atau status gizi dari anak. Orangtua dan lingkungan keluarga memainkan peran penting dalam membentuk preferensi makanan anak-anak, perilaku makan, dan asupan energi. Kemudian untuk perilaku ibu berkaitan dengan pola asuh, menurut Herman dalam Indra (2011), keadaan gizi balita juga dipengaruhi oleh pola pengasuhan keluarga karena balita masih bergantung dalam mendapatkan makanan.Studi menunjukkan bahwa orang tua yang memahami pentingnya gizi dapat membantu anak balita memilih makanan sehat (Bomar, 2004).

(21)

badan anaknya. Selain itu Shan menambahkan bahwa pengetahuan mengenai gizi balita sangat diperlukan untuk membentuk perilaku yang baik.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010), status gizi anak balita di Provinsi Banten berdasarkan BB/U menunjukkan prevalensi dengan gizi buruk 4,8%, gizi kurang 13,7%, gizi baik 77,5%, dan gizi lebih 4,0%, sedangkan prevalensi status gizi berdasarkan (BB/TB) sangat kurus 6,2%, kurus 7,9%, normal 74,2%, dan gemuk 11,7%.

Masa balita adalah masa dimana anak memerlukan nutrisi yang adekuat dari makanan yang dimakannya untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya.Perkembangan pada anak balita mencakup perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan perkembangan sosial berlangsung relatif pesat (Hidayat, 2009).Proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri anak sendiri dan lingkungan. Dalam hal konsumsi pangan, pada usia ini anak masih merupakan golongan konsumen pasif, yaitu belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri sesuai dengan kebutuhannya sehingga pada usia ini anak sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan apabila kondisinya kurang gizi (Santoso, 2004).

(22)

Yayasan Al-Fatah Serang adalah sebuah lembaga pendidikan usia dini dibawah naungan Yayasan Miftahul Fatah Serang- Banten yang memiliki beberapa program diantaranya adalah: Pendidikan Usia Dini (PAUD), Kelompok Bermain (KOBER), dan Taman Kanak-Kanak(TK) yang berada di komplek bumi agung permai kel. Unyur kec. Serang– Banten. Berdasarkan studi pendahuluan hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang tua di Yayasan Al-Fatah bahwa 6 dari 10 ibu mengatakan bahwa ibu jarang menyiapkan/ membawakan anaknya bekal ke sekolah dikarenakan dengan membeli bekal diluar berupa makanan ringan, chiki, cokelat lebih mudah, praktis, dan makanan tersebut juga sangat di sukai oleh anaknya. Selain itu para orang tua khususnya ibu juga membebaskan anaknya dalam memilih makanan yang disukai anaknya selama tidak membuat sakit perut. Ibu juga mengatakan dengan memberi susu saja kebutuhan nutrisi anak sudah terpenuhi dan pemberian cemilan seperti makanan ringan, cokelat/ kerupuk dianggap dapat menggantikan posisi makanan utama karena anak akan merasa kenyang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perilaku ibu mengenai pemenuhan nutrisi pada anak dikatakan kurang, dan hasil wawancara dari 2 guru mengatakan anak-anak sering membeli jajanan dilingkungan sekolah seperti es lilin, chiki, permen, cokelat, gula kapas. Dari pihak sekolah juga tidak menganjurkan atau membebaskan anak untuk tidak/membawa bekal makanan dari rumah.

(23)

Yayasan ini 60% mengenai perilaku ibu dalam pemenuhan nutrisi kurang. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang.

1.2Perumusan Masalah

Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh, seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, dan kekurangan vitamin A yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada orang tua di Yayasan Al-Fatah bahwa 6 dari 10 ibu tingkat perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak kurang (60%). Dimana ibu jarang menyiapkan/ membawakan anaknya bekal ke sekolah, membebaskan dalam memilih makanan yang disukai anaknya, pemberian susu dan cemilan seperti makanan ringan, cokelat, bikuit, wafer, chiki dianggap dapat menggantikan posisi makanan utama karena anak akan merasa kenyang.

(24)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gambaran karakteristik responden meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap, pekerjaan, pendapatan, dan dukungan keluarga.

2. Mengidentifikasi gambaran perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang.

3. Mengetahui hubungan faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, sikap) dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang.

4. Mengetahui hubungan faktor penguat (dukungan keluarga) dengan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

[image:24.595.116.516.180.578.2]
(25)

1.4.2 Bagi Masyarakat (Keluarga)

Memberikan masukan kepada keluarga agar memperhatikan pentingnya gizi bagi anak balita dan untuk mempertahankan tumbuh kembang balita secara optimal sehingga didapatkan status gizi yang baik.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi bahan referensi bagi praktisi kesehatan sehingga dapat menjadi langkah awal untuk memberikan pendidikan atau promosi di bidang kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu tentang gizi seimbang, sehingga ibu-ibu lebih memperhatikan pemenuhan gizi yang optimal untuk anaknya.

1.4.4 Bagi Pengelola Yayasan

Memberikan informasi mengenai perilaku ibu dalam menyiapkan kebutuhan makan anak.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

(26)

9 2.1Konsep Anak Pra Sekolah 2.1.1 Definisi Anak Pra Sekolah

Menurut Santrock (1997) dalam Rahmawati (2006), selama masa ini anak-anak belajar untuk menjadi dirinya sendiri, mengembangkan kemampuan untuk memasuki usia sekolah dan menggunakan sebagai waktunya untuk bermain dengan teman sepermainan. Pada usia prasekolah, kepentingan untuk bersosialisasi dan persiapan menuju masa sekolah lebih besar. Selain itu pola bermain dengan teman sebaya dan perhatian untuk saling member lebih terlihat.

Para psikolog anak mengatakan bahwa tahun-tahun prasekolah adalah masa yang paling penting dari seluruh tahapan perkembangan.Masa ini adalah periode diletakkannya dasar terstruktur perilaku kompleks yang dibangun sepanjang kehidupan anak (Hurlock, 1998).

2.1.2 Perkembangan Anak

(27)

sehingga perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan manusia (Nursalam, 2008).

2.2Kebutuhan Nutrisi Pada Anak 2.2.1 Definisi Gizi Seimbang

Gizi merupakan substansi kimia didalam makanan yang digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan (Brown, 2011).Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.Definisi dari gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Definisi status gizi berasal dari zat gizi dan gizi, maka dapat disimpulkan bahwa definisi status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Sulistyoningsih, 2011).

(28)

pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhan akan zat gizi (Almatsier, 2011).

[image:28.595.137.511.117.544.2]

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda dalam mengkonsumsi makanan ataupun kebutuhan akan zat gizi sesuai dengan perbedaan usia. Anak usia 12 bulan membutuhkan kalori sebesar 1.100 kkal. Anak usia lebih dari 13 bulan membutuhkan nutrisi sebesar 1.300 kkal. Sedangkan usia 3-5 tahun membutuhkan nutrisi sebesar 1.400 kkal. Air yang dibutuhkan anak berumur 1-6 tahun sebanyak 1.1-1.4 liter air/hari atau 5-7 gelas/hari (Kurniasih, 2010).

Gambar 2.1 Gizi Seimbang

(29)

kesehatan, aktivtas fisik yang berlebihan, dan gangguan emosi yang menyebabkan penurunan nafsu makan(Wong, 2008).

Masalah kesulitan makan pada anak menurut Judarwanto (2004) sebagai berikut:

a) Hambatan mengunyah dan menelan

Seorang anak yang berumur diatas satu tahun mulai mendapatkan makanan dewasa yang padat sehingga mereka cenderung mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan.Hal tersebut menuntut orang tua untuk lebih waspada ketika mengawasi anak makan karena anak mungkin langsung menelan makanannya sebelum mengunyah.

b) Aktivitas anak

Anak balita mulai suka banyak aktivitas seperti bermain bersama teman-temannya sehingga anak mudah rewel untuk makan karena tidak ingin kehilangan waktu bermain bersama temannya.

c) Kekakuan anak

Anak usia 3 sampai 4 tahun menunjukkan sikap egonya. Sering menolak apa yang disampaikan orang tua termasuk masalah makan dan senang makan makanan selingan sebelum makan makanan utama.

(30)

 Makanan pokok

Merupakan makanan yang mengandung karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber utama penghasil tenaga.Contoh bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, roti, kentang, tepung beras, jagung, singkong, ubi kayu, sagu, dan lain-lain.

 Sumber protein

Merupakan sumber zat pembangun dan berfungsi sebagai sumber protein.Lauk pauk dapat dibagi menjadi lauk pauk hewani dan lauk pauk nabati.Lauk pauk hewani meliputi ikan, telur, daging ayam, daging sapi dan sebagainya, sedangkan lauk pauk nabati terdiri dari tahu, tempe, oncom dan jenis kacang-kacangan

 Sumber vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral yang mempunyai fungsi sebagai zat pengatur. Sayuran: bayam, kangkung, labu siam, labu kuning, buncis, wortel, oyong.Buah-buahan: papaya, jambu biji, air jeruk, pisang, melon, alpukat.

 Susu

(31)

2.2.3 Macam-macam Stautus Gizi

Menurut Soekirman (2000), Status gizi anak balita dibedakanmenjadi :

a. Status gizi baik

Status gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai dengan kebutuhan aktivitas tubuh. Adapun ciri-ciri anak berstatus gizi baik dan sehat adalah sebagai berikut :

 Tumbuh dengan normal.

 Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya.

 Mata bersih dan bersinar.

 Bibir dan lidah tampak segar.

 Nafsu makan baik.

 Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering.

 Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

b. Status gizi lebih

Gizi lebih adalah suatu keadaan karena kelebihan konsumsi pangan.Keadaan ini berkaitan dengan kelebihan energi dalam konsumsi pangan yang relatif lebih besar dari penggunaan yang dibutuhkan untuk aktivitas tubuh atau energy

expenditure.Kelebihan energi dalam tubuh, diubah menjadi lemak

(32)

c. Kurang gizi (status gizi kurang dan status gizi buruk)

Status gizi kurang atau gizi buruk terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan.Beberapa hal yang menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi adalah karena makanan yang dikonsumsi kurang atau mutunya rendah atau bahkan keduanya.Selain itu zat gizi yang dikonsumsi gagal untuk diserap dan dipergunakan oleh tubuh.Kurang gizi banyak menimpa anak-anak khususnya anak-anak-anak-anak berusia di bawah 5 tahun, karena merupakan golongan yang rentan. Jika kebutuhan zat-zat gizi tidak tercukupi maka anak akan mudah terserang penyakit.

2.2.4 Prinsip Status Gizi

(33)
[image:33.595.139.509.135.569.2]

Tabel 2.2

Kebutuhan gizi untuk anak balita

Umur Bentuk Makanan Frekuensi

Makanan 1-3 tahun Makanan keluarga:

 ½ piring makanan pokok (nasi atau pengganti nasi)

 2-3 potong lauk hewani

 ½ mangkuk sayur

 2-3 potong buah-buahan

 1 gelas susu

3 kali sehari

4-6 tahun Makanan keluarga:

1-2 piring makanan pokok (nasi atau pengganti nasi)

2-3 potong lauk hewani

1-2 potong lauk nabati

1-1 ½ mangkuk sayur

2-3 potong buah-buahan

1-2 gelas susu

3 kali sehari

Sumber : Adiningsih, 2010.

Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Santoso, 2004).

2.2.5 Mengatur Makanan Anak Prasekolah

(34)

berbeda. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.Pertama, anak memerlukan keteladan terutama dari lingkungan keluarga, guna menciptakan makan dan pola makan yang sehat.Kedua, para orang tua hendaknya mendorong anak menyukai aneka ragam makanan. Penanaman kebiasaan makanan yang baik dan sehat sejak usia dini dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan yang bersumber pada kesalahan akan makan, seperti kurang gizi, kegemukan (obesitas), penyakit kencing manis, penyakit kardiovaskuler dan berbagai penyakit kronis (Adiningsih, 2010). 2.2.6 Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Prasekolah

Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh, seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi tiamin, defisiensi kalium, dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Apabila kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak terpenuhi, diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas (Hidayat, 2008).

(35)

karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin.Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak harus seimbang dan mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Banyak ditemukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang, seperti anak tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan pada makanan yang tidak disukai tersebut mengandung zat gizi yang seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi yang selaras, serasi, dan seimbang tidak terlaksana. Disamping itu, pada anak sakit dapat dijumpai maslah masukan nutrisi yang kurang, sedangkan kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat karena adanya peningkatan metabolisme akibat suatu penyakit, sehingga pada anak yang sakit diperlukan makanan tambahan yang mengandung semua zat gizi yang seimbang (Hidayat, 2008).

(36)

diderita anak sehingga faktor tersebut harus mendapat perhatian dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak (Hidayat, 2008).

Supartini (2004) mengemukakan sama halnya dengan anak usia toddler, anak prasekolah mengalami pertumbuhan sedikit lambat. Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak prasekolah adalah sebagai berikut:

 Nafsu makan berkurang.

 Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau

lingkungannya daripada makan.

 Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru.

 Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak

untuk belajar dan bersosialisasi dengan keluarga.

Anjuran untuk orang tua dalam kaitanya dengan karakteristik tersebut:

 Pertahankan kebiasaan makan yang baik dengan cara

mengajarkan anak mengenal nutrisi, misalnya dengan menggambar atau melakukan aktivitas bermain.

 Apabila makanan yang dikonsumsi cenderung sedikit, berikan

(37)

 Fasilitas anak untuk mencoba jenis makanan baru. Makanan

baru tidak harus yang berharga mahal, yang penting memenuhi gizi seimbang.

 Fasilitasi anak untuk dapat mengekspresikan ide, pikiran, serta

perasaannya saat makan bersama dan fasilitasi anak untuk berinteraksi secara efektif dengan anda atau anggota keluarga yang lain.

Menurut Sutomo (2010) kebutuhan gizi anak usia 4-6 tahun sangat tinggi karena kemampuan motorik mereka sudah meningkat tajam. Mereka sudah sering berlarian kesana kemari, memanjat, bermain dengan teman-teman sehingga kebutuhan energy dan asupan gizi lain lebih tinggi. Pertumbuhan anak prasekolah sudah tidak pesat lagi.Namun anak lebih rentan terhadap anemia, kekurangan vitamin A, dan kekurangan kalori protein.Fungsi pencernaannya memang telah berkembang baik, tapi pemilihan makanan tetap harus yang mudah dicerna.

Anak prasekolah adalah konsumen aktif.Mereka telah dapat memilih jenis makanan yang dikonsumsi.Menu makan mereka adalah menu makan keluarga, artinya mereka telah dapat mengkonsumsi makanan yang diperuntukkan untuk seluruh keluarga.Tentunya tetap yang tidak boleh merangsang lambung, seperti pedas dan asam (Santoso, 2004).

(38)

diberikan jajanan atau kudapan, namun kudapan yang sehat. Sayangnya, kadang-kadang pengawasan orangtua bisa lalai, saat anak berada diluar pemantauan seperti di sekolah atau taman bermain. Jajanan yang berada di luar sekolah sering tidak sehat dari segi higienis, baik dari pengelolaan, bahan pangan, serta sering tidak memperhatikan kandungan gizi. Batasi kebiasaan anak untuk jajan di sekolah, dengan cara biasakan anak untuk sarapan pagi supaya anak tidak merasa lapar di sekolah. Sarapan pagi sangat baik buat anak karena dapat mencegah hipoglikemi sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran baik di sekolah (Santoso, 2004).

Buatkan bekal yang sehat untuk dibawa anak ke sekolah, baik berupa makanan maupun minuman.Menu makanan bekal sebaiknya berupa menu yang praktis, menarik, namun juga memenuhi semua unsur gizi.Seperti nasi goring ayam dan sayuran, sandwich ikan dengan sayuran, atau roti gulung isi daging dan sayuran.Untuk minuman bisa berupa air mineral atau jus buah (Soenardi, 2000).

(39)

dalam pewarna makanan adalah bahan kimia, belum lagi jika pewarna yang digunakan adalah pewarna tekstil, karena alasan biaya produksi.Makanan di dalam kemasan umumnya juga ditambahkan pengawet dan penguat rasa (monosodium glutamate) (Soenardi, 2000).

Bahan-bahan food additive di dalam makanan jajanan bisa mengganggu kesehatan balita bahkan beresiko menyebabkan kanker jika dikonsumsi dalam janga panjang.Ini karena sifat food additive

seperti pewarna, pengawet, dan penguat rasa ini bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Jalan keluar yang lebih sehat, tentu dengan membekali anak dengan makanan bekal yang dapat dikontrol nilai gizi dan kebersihannya (Soenardi, 2000).

Pada dasarnya makanan bagi balita harus bersifat lengkap artinya kualitas dari makanan harus baik dan kuantitas makanan pun harus cukup dan bergizi, artinya makanan mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan :

a) Pada periode ini dibutuhkan penambahan konsumsi zat pembangun karena tubuh anak sedang berkembang pesat. b) Bertambahnya aktivitas membutuhkan penambahan bahan

makanan sebagai sumber energi.

(40)

2.3Keluarga

2.3.1 Definisi Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Secara prinsip keluarga adalah unit terkecil masyarakat atas dua orang atau lebih, adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga, berinteraksi diantara sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

(41)

dianggap masih belum mandiri dan belum memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga dirinya dari penyakit. Dalam konteks ini akan terasa aneh jika seorang balita yang seharusnya masih tergantung dengan pengasuhan orang tuanya justru malah banyak yang mengalami gangguan gizi seiring dengan bertambahnya usia. Dengan logika sederhana seharusnya dengan bertambah usia, anak akan tumbuh semakin kuat dan mandiri serta semakin jauh dari masalah gizi dan kesehatan pada umunya (Kusnandi, 2008).

2.4Konsep Perilaku 2.4.1 Definisi Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Skiner, 1983 dalam Notoadmodjo, 2007). Berdasarkan pengertian tersebut Skiner membedakan adanya dua respons, yaitu:

a. Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang timbulkan

olehrangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Misalnya cahaya terangmenyebabkan mata tertutup. Respons ini mencakup perilaku emosional,misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih.

b. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang

(42)

melaksanakan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya, maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.

 Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2010).

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

(43)

genetik(hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku (Notoadmodjo, 2007).

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Menurut teori Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2007), menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok adalah:

 Faktor mempermudah (predisposing Factor) yaitu faktor

pertama yang mempengaruhi untuk berperilaku yang mencakup karakteristik individu, pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai, persepsi, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.

 Faktor pendukung (enabling factor) yaitu faktor yang

memungkinkan keinginan terlaksana meliputi ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas masyarakat atau pemerintah dan keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan.

 Faktor pendorong (reinforcement factor) yaitu faktor yang

memperkuat/mendorong perubahan tingkah laku, kaitanya dengan kesehatan, meliputi dukungan keluarga (suami, orang tua, keluarga), tokoh masyarakat dan lainnya.

2.4.3 Domain Perilaku Kesehatan

(44)

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:

a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit.

b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

c) Perilaku gizi makanan dan minuman.

Domain perilaku kesehatan mencakup 3 komponen, yakni: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik

(practice). Oleh sebab itu mengukur perilaku dan perubahannya,

khususnya perilaku kesehatan juga mengacu kepada 3 domain tersebut (Notoadmodjo, 2010).

2.5Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak.

2.5.1 Pengetahuan Gizi ibu

(45)

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Slamet (2009) pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau pengamatan serta informasi yang didapat seseorang. Pengetahuan dapat menambah ilmu dari seseorang serta merupakan proses dasar dari kehidupan manusia. Melalui pengetahuan manusia dapat melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.

2.5.2 Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992 dalam Nursalam, 2011). Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akanmempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dcari gagasan tersebut (Notoatmodjo, 2010).

(46)

makan yang sehat dan bergizi bagi keluarga terutama untuk anaknya (Soetjiningsih, 2004).

Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai manfaat yang positif dengan pengembangan pola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bertambah baik (Joyomartono, 2004). Menurut Hidayat (1980) dalam Lutfi (2010) ibu yang berpendidikan lebih tinggi cenderuang memilih makanan yang lebih baik dalam kualitas dan kuantitas dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah.

2.5.3 Pekerjaan Ibu

Menurut Sediaoetama (2006), pekerjaan adalah mata pencaharian, apa yang dijadikan pokok kehidupan, sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Lamanya seseorang bekerja sehari-hari pada umumnya 6-8 jam (sisa 16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga, masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain.

Menurut Afriyenti (2002) dalam Lutfi (2010) seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki lebih banyak waktu dalam mengasuh serta merawat anak. Ibu yang bekerja tidak dapat memberikan perhatian kepada anak balitanya apalagi mengurusnya sehingga ibu yang bekerja waktu untuk merawat anak menjadi berkurang (Sediaoetama, 2006).

(47)

pangan buat keluarga (Hardinsyah, 2007). Saat wanita dari keluarga menengah ke bawah lebih mengalokasikan untuk kegiatan bekerja di luar rumah, biasanya mereka akan mengurangi waktu untuk mengelola makanan di rumah tangga dengan cara mengurangi frekuensi memasak dan mengurangi jenis makanan yang dimasak yang pada akhirnya akan mengurangi kualitas gizi pada menu makanan anggota keluarga tersebut (Hardinsyah, 2007).

2.5.4 Pendapatan Keluarga

Menuru Berg (1986) dalam Parsiki (2003) pendapatan dianggap sebagai salah satu determinan utama dalam dalam diet dan status gizi.Ada kecenderungan yang relevan terhadap hubungan pendapatan dan kecukupan gizi keluarga. Hukum Perisse mengatakan jika terjadi peningkatan pendapatan, maka makanan yang dibeli akan lebih bervariasi (Parsiki, 2003). Selain itu menurut hukum ekonomi (hukum Engel) yang disebutkan bahwa mereka yang berpendapatan sangat rendah akan selalu membeli lebih banyak makanan sumber karbohidrat, tetapi jika pendapatannya naik maka makanansumber karbohidrat yang dibeli akan menurun diganti dengan makanan sumber hewani dan produk sayuran (Soekirman, 2000).

(48)

meningkat, sampai suatu tingkat tertentu dimana uang tidak banyak berubah.

Pada tingkat keluarga, penurunan daya beli akan menurunkan kualitas dan kuantitas pangan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan terutama sekali bagi warga kelas ekonomi bawah. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan anak yang rentan terhadap gangguan gizi dan kesehatan (Hardinsyah, 1997 dalam Lutfi 2010). Besarnya pendapatan yang diperoleh setiap keluarga tergantung dari pekerjaan mereka sehari-hari. Pendapatan dalam satu keluarga akan mempengaruhi aktivitas keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehingga akan menentukan kesejahteraan keluarga termasuk dalam perilaku gizi seimbang (Yuliana, 2004).

2.5.5 Sikap

(49)

Sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu kognitif, afektif, dan konatif.

a. Komponen kognitif (cognitive). Disebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. Sebagai contoh, seseorang tahu kesehatan itu sangat berharga jika menyadari sakit dan terasa nikmatnya sehat.

b. Komponen afektif (komponen emosional). Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersifat positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.

c. Komponen konatif (komponen perilaku). Komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

2.5.6 Dukungan keluarga

(50)

Anggota keluarga saling berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak, adik. Keluarga mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan perkembangan fisik, psikologis dan sosial budaya (Mubarok, 2006).

Dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, maupun saudara lainnya.

Cohen & Syme (1985) dalam Lastri (2009), mengklasifikasikan dukungan sosial dalam empat kategori yaitu:

a. Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan, atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam mengahadapi situasi yang dianggap membebani.

b. Dukungan emosional, yang meliputi mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang.

(51)

d. Dukungan penilaian, dukungan ini bisa berbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu.

(52)

2.6Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori

(Sumber : Notoatmodjo, 2007)

Anak usia 3-5 tahun

Nutrisi untuk tumbuh kembang

Faktor Predisposisi: 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepercayaan 4. Keyakinan 5. Nilai-nilai 6. Umur 7. Jeniskelamin 8. Pendidikan 9. Pekerjaan 10. Pendapatan Faktor Pendukung:

Sarana dan prasarana kesehatan

Faktor Penguat:

1. Dukungan keluarga 2. Dukungan tokoh

masyarakat

Hubungan terpenuhi Tidak terpenuhi

Perilaku kesehatan

Sehat Terganggu

 Sumber karbohidrat

 Sumber protein

 Sumber vitamin dan mineral

(53)

36

OPERASIONAL

3.1Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008). Kerangka konsep akan membantu kita untuk membuat hipotesis, menguji hubungan tertentu, dan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati atau diukur melalui variabel (Nursalam (2003) dalam Hidayat (2008)).

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variable independen (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, sikap ibu, dukungan keluarga), dan variabel dependennya perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 3-5 tahun.

(54)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Alasan kenapa variabel yang lainya tidak diikut sertakan karena variabel keyakinan, nilai-nilai, adatistiadat, kepercayaan tidak diteliti karena mayoritas penduduk yang berada di Yayasan Al-Fatah Serang beragama islam, dan tidak ada kepercayan/ pantangan terhadap makanan. Umur ibu tidak diikutsertakan karena rata-rata usia ibu 20-40 tahun. Sedangkan akses pelayanan kesehatan tidak diteliti karena jarak kepuskesmas atau ketempat pelayanan kesehatan lainnya masih dapat dijangkau oleh masyarakat dengan kendaraan roda dua atau angkutan umum.

Factor Penguat: 1. Dukungan

suami/keluarga Faktor Predisposisi:

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Pendidikan 4. Pekerjaan

5. Pendapatan PerilakuIbu Dalam

(55)

3.2Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anakdi Yayasan Al-Fatah Serang. 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi anakdi Yayasan Al-Fatah Serang. 3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku ibu dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi anakdi Yayasan Al-Fatah Serang. 4. Ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku ibu dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang. 5. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi anak di Yayasan Al-Fatah Serang.

(56)
[image:56.842.60.792.62.515.2]

39 3.3Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak

Tindakan ibu dalam memberikan makanan kepada anak balita, mulai dari cara memilih, mengolah bahan makanan sampai dengan pemberiannya.

Mengisi kuesioner

dengan alternatif jawaban positif:

Selalu (SL) = 4

Sering (S) = 3

Jarang (JR) = 2

Tidak Pernah (TP) = 1

Mengisi kuesioner

dengan alternatif jawaban negatif:

Kuesioner Penelitian 11

Pertanyaan

Interpretasi hasil perilaku:

1 = Perilaku ibu baik apabila nilai yang diperoleh ≥ 30

2 = Perilaku ibu kurang apabila nilai yang diperoleh < 30

(57)

40 Selalu (SL) = 1

Sering (S) = 2

Jarang (JR) = 3

Tidak Pernah (TP) = 4

(Skala Likert)

2 Pendidikan ibu Jenjang pendidikan formal terakhir yang berhasil diselesaikan oleh responden.

Angket Kuesioner

demografi

1 = Rendah, jika tamat < SMA

2 = Tinggi, jika tamat ≥ SMA

(Depdiknas, 2004)

Ordinal

3 Pengetahuan ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak

Tingkat pemahaman ibu tentang pertumbuhan balita, definisi status gizi, manfaat nutrisi, makanan yang tergolong gizi seimbang, perawatan dan

Mengisi kuesioner dengan alternatif jawaban:

Benar = 1

Kuesioner Penelitian 17

Pertanyaan

Interpretasi hasil pengetahuan:

1= Pengetahuan responden baik apabila skor atau nilai yang diperoleh ≥ 14

(58)

41 pemberian makan anak balita. Salah = 0

(Skala Guttman)

2 = Pengetahuan kurang apabila skor atau nilai yang diperoleh < 14

4 Pekerjaan ibu Bekerja atau tidak bekerjanya ibu dalam rangka memberikan penghasilan tambahan pada keluarga.

Angket Kuesioner

demografi

1 = tidak bekerja

2 = bekerja

(Depkes RI, 2008)

Ordinal

5 Pendapatan keluarga

Perbandingan antara jumlah pendapatan keluarga terhadap seluruh jumlah anggota keluarga

Angket Kuesiner

demografi

1 = Diatas UMK ≥ Rp. 2.300.000,-/bln

2 = Dibawah UMK<Rp. 2.300.000,-/bln

(UMK Serang, 2014)

Ordinal

6 Sikap ibu Sikap ibu berupa penilaian (secara positif atau negatif) terhadap memberikan makanan

Mengisi kuesioner

dengan alternatif jawaban positif:

Kuesioner Penelitian 5

Pertanyaan

Interpretasi hasil sikap:

1 = Sikap ibu baik apabila nilai yang diperoleh ≥ 13

(59)

42 kepada anak balita, mulai dari

cara memilih, mengolah bahan makanan sampai dengan pemberiannya.

Sangat Setuju (SS) = 4

Setuju (S) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Mengisi kuesioner dengan alternatif jawaban negatif:

Sangat Setuju (SS) = 1

Setuju (S) = 2

Tidak Setuju (TS) =

Sangat Tidak Setuju (STS) = 4

(Skala Likert)

(60)

43 7 Dukungan

keluarga

Segala sesuatu baik berupa materi maupun psikologis yang berasal dari keluarga yang bersifat memotivasi ibu dalam memilih makanan yang cocok untuk usia anaknya terkait dengan tingkat pertumbuhan pada anak usia prasekolah.

Mengisi kuesioner dengan alternatif jawaban:

YA = 1

TIDAK = 0

(Skala Guttman)

Kuesioner 1= Banyak mendapatkan dukungan ≥ 3

2 = Kurang mendapat dukungan < 3

(61)

44 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian cross sectional karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama. Rancangan penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemenuhan nutrisi pada anak tahun di Yayasan Al-Fatah Serang.

4.2Populasi dsn Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak di Yayasan Al-Fatah Serang. 4.2.2 Sampel

(62)

sampel menggunakan non probability sampling dengan teknik total sampel yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat, 2008). Hal ini dikarenakan responden jumlahnya tidak begitu banyak sehingga seluruh ibu yang memiliki anak di Yayasan Al-Fatah Serang dijadikan responden.

Kriteria Inklusi

 Orangtua/ ibu yang berusia 20-40 tahun

 Orangtua/ ibu yang memiliki anak di Yayasan Al-Fatah

Serang

 Orangtua/ ibu yang bisa membaca, dan menulis

 Orangtua/ ibu bersedia menandatangani lembar persetujuan

4.2.3 Jumlah Sampel

Pada penelitian ini, perhitungan sampel tidak dilakukan karena terbatasnya jumlah populasi yang diteliti sehingga menggunakan total sampling. Total populasinya adalah 70 responden.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Yayasan Al-Fatah Serang-Banten.Waktu penelitianakan dilaksanakan pada bulan Juli 2014. 4.4Alat Pengumpul Data

(63)

independen yaitu: pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, sikap, dan dukungan keluarga. Pada pertanyaan variabel perilaku, pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga perlu dilakukan proses

scoring.

Skor yaitu pemberian skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan di kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel. Adapun variabel-variabel yang diskoring yaitu:

a. Perilaku, kuesioner ini menggunakan skala likert dengan 2 bentuk pertanyaan yakni pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Kuesioner dibuat dalam bentuk daftar checklist dan terdiri dari 11 pertanyaan dengan skor maksimum 44 dan skor minimum 4. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 5 pertanyaan positif (A1, A2, A3, A6 A11) dan 6 pertanyaan negatif (A4, A5, A7, A8, A9, A10), dengan pilihan jawaban positif selalu (SL) 4, sering (SR) 3, jarang (JR) 2, tidak pernah (TP) 1dan pilihan jawaban negatif selalu (SL) 1, sering (SR) 2, jarang (JR) 3, tidak pernah (TP) 4. Adapun kategori perilaku ibu dalam memenuhi nutrisi anak dibagi menjadi dua kategori yakni baik dan kurang baik. Pengkategorian menggunakan nilai mean dalam menentukan kategori tersebut dikarenakan data perilaku berdistribusi normal karena nilai kolmogoroy 0.008. Nilai mean perilaku ibu adalah 30, maka dapat disimpulkan bahwa:

(64)

2. Kurang baik apabila nilai jawaban yang benar < 30

b. Pengetahuan, kuesioner ini menggunakan skala guttman, dimana skala ini menginginkan tipe jawaban seperti benar-salah, ya-tidak, baik-buruk. Penelitian ini menggunakan tipe jawaban benar-salah untuk mengetahui seberapa jauh perilaku ibu dalam memenuhi nutrisi anak. Kuesioner ini dibuat dalam bentuk daftar checklist dan total pertanyaan berjumlah 17 terdiri dari 2 pertanyaan yakni pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Apabila jawaban responden benar diberi skor 1 dan apabila jawaban responden salah diberi skor 0 sehingga skor maksimum adalah 17 dan skor minimum diberi skor 0. Jika pertanyaan negatif skor jawaban benar diberi 0 sedangkan pertanyaan salah diberi skor 1. Kategori pengetahuan ibu dalam memenuhi nutrisi anak dibagi menjadi dua kategori yakni baik dan kurang baik. Pengkategorian pengetahuan ini menggunakan nilai mean dikarenakan data pengetahuan berdistribusi normal karena nilai kolmogoroy 0.000. Nilai mean pengetahuan ibu adalah 14, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Baik apabila nilai jawaban yang benar ≥ 14 dan 2. Kurang baik apabila nilai jawaban yang benar < 14

(65)

5 pertanyaan dengan skor maksimum 20 dan skor minimum 4. Masing-masing pertanyaan terdiri dari 2 pernyataan positif (C1, C3) dan 3 pernyataan negatif (C2, C4, C5), dengan pilihan jawaban positif Sangat Setuju (SS) 4, Setuju (S) 3, Tidak Setuju (TS) 2, Sangat Tidak Setuju (STS) 1 dan pilihan jawaban negatif Sangat Setuju (SS) 1, Setuju (S) 2, Tidak Setuju (TS) 3, Sangat Tidak Setuju (STS) 4. Adapun kategori sikap ibu dalam memenuhi nutrisi anak dibagi menjadi dua kategori yakni baik dan kurang baik. Pengkategorian menggunakan nilai mean dalam menentukan kategori tersebut dikarenakan data sikap berdistribusi normal karena niali kolmogoroy 0.000. Nilai mean sikap ibu adalah 13, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Baik apabila nilai jawaban yang benar ≥ 13 dan 2. Kurang baik apabila nilai jawaban yang benar <13

(66)

sosial. Skala yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala gutman dengan pilihan jawaban Ya bernilai 1 dan Tidak bernilai 0. Kategori dukungan keluarga dalam memenuhi nutrisi anak dibagi menjadi dua kategori yakni baik dan kurang baik. Pengkategorian dukungan keluarga ini menggunakan nilai mean dikarenakan data dukungan keluarga berdistribusi normal dengan nilai kolmogoroy 0.000. Nilai mean dukungan keluarga adalah 3, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Baik apabila nilai jawaban yang benar ≥ 3 dan 2. Kurang baik apabila nilai jawaban yang benar < 3

Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dan sebelum digunakan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi. Sebelum kuesioner diberikan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak di Yayasan Al-Fatah Serang, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner yang dilaksanankan ditempat yang memiliki karakteristik populasi sama dengan subjek penelitian yaitu di TK Patria Kelurahan Cimuncang dengan jumlah responden sebanyak 30 orang pada bulan Juni 2014. 4.5Metode Pengumpulan Data

(67)

1. Langkah awal yang dilakukan peneliti meliputi mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada institusi pendidikan sebagai landasan permohonan mengadakan penelitian di Yayasan yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian. 2. Kemudian peneliti dilanjutkan di Yayasan, setelah peneliti

memperoleh ijin dari pihak Yayasan.

3. Peneliti melakukan pendekatan pada masing-masing responden yang memenuhi kriteria sampel dan untuk memperoleh kesediaannya menjadi responden penelitian.

4. Responden memberikan kesediaannya menjadi subjek penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai tujuan penelitian, keuntungan penelitian, dan cara pengisian kuesioner. Jika calon responden setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini harus menandatangani lembar persetujuan

(informed consent) dengan tanpa paksaan.

5. Peneliti akan menunggu responden sampai responden selesai mengisi lembar kuesioner.

(68)

4.6Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :

1. Tahap persiapan yaitu tahap menyiapkan proposal penelitian, survei pendahuluan untuk memperoleh data yang diperlukan, dan studi dokumentasi serta literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian yang dimulai dengan uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

3. Responden akan diberikan kuesioner setelah mendapat pengarahan dari peneliti mengenai tujuan penelitian dan tata cara pengisian kuesioner kemudian diberi waktu untuk mengisi kuesioner. Tahap pengumpulan dan penelitian, meliputi kegiatan menemui sumber data atau responden untuk memperoleh data dengan menggunakan kuesioner. Setelah kuesioner terkumpul untuk selanjutnya dilakukan analisis data dan uji statistik.

4. Tahap penyusunan laporan dan penyajian hasil penelitian. Setelah kegiatanpelaksanaan penelitian selesai dilakukan, kemudian disusun laporan penelitian yang harus dipertanggungjawabkan melalui pemaparan hasil penelitian dalam sebuah sidang atau dalam sebuah ujian hasil penelitian. 4.7Uji Validitas dan Reabilitas

(69)

penelitian. Uji Validitas dilakukan di TK Patria Kelurahan Cimuncang dengan jumlah responden sebanyak 30 orang pada bulan Juni 2014. Tujuan dari uji kuesioner adalah untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian mudah dimengerti atau sulit/tidak dimengerti oleh responden.

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini menggunakan kuesioner sehingga pertanyaan dalam kuesioner yang dibuat harus mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur.

Validitas yang akan diuji dalam penelitian ini adalah validitas kriteria. Validitas kriteria akan menunjuk kepada hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain (Setiadi, 2007). Validitas kuesioner tersebut dapat menggunakan rumus korelasi momen produk dari pearson. Setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya.

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “Product

moment

Rumus:

r hitung = � Σ XY − (ΣX)(ΣY) √[�.Σx2(ΣX)2][n.ΣY2(ΣY)2]

r hitung = Koefisien korelasi

n = Jumlah responden

(70)

Untuk menentukan validitas masing-masing item kuesioner, dilakukan perbandingan korelasi koefisien (r) dari hasil uji statistik pearson dengan r tabel. Suatu item dikatakan valid apabila nilai

korelasi (r)  0.361 (=30).

[image:70.595.140.511.213.608.2]

Jika nilai hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai hitungnya < t tabel tidak valid, apabila instrumen valid, maka indeks korelasinya (r) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Tabel indeks korelasi 0,800-1,000 : Sangat tinggi

0,600-0,799 : Tinggi 0,400-0,599 : Cukup tinggi 0,200-0,399 : Rendah

0,000-0,199 : Sangat rendah (tidak valid)

(71)

terdapat 1 pertanyaan yang tidak valid (nomer 2)maka peneliti tidak menggunakan/menghilangkannya.

[image:71.595.134.502.187.600.2]

Reabilitas adalah adanya kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanankan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Ary dkk (1977) dalam Setiadi (2007)). Teknik yang digunakan untuk perhitungan reabilitas dengan menggunakan metode Alpha-cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perhitungan nilai r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5%.

Tabel 4.2 Tabel Reabilitas berdasarkan nilai alpha

Alpha Tingkat reliabilitas 0.00 s.d 0.20 Kurang reliabel

>0.20 s.d 0.40 Agak reliabel 0.40 s.d 0.60 Cukup reliabel >0.60 s.d 0.80 Reliabel >0.80 s.d 1.00 Sangat reliabel

Hasil uji reabilitas variabel perilaku ibu pada penelitian ini nilai

Alpha Cronbach 0,889 (>0,80- 1,00), berdasarkan tabel diatas uji

reliabel untuk variabel perilaku adalah sangat reliabel. Hasil uji reliabelitas variabel pengetahuan nilai Alpha Cronbach 0,901 (>0,80- 1,00) adalah sangat reliabel. Hasil uji reliabelitas variabel sikap nilai

(72)

reliabelitas variabel dukungan keluarga nilai Alpha Cronbach

Gambar

Tabel 2.2
Gambar 2.1
gambaran karakteristik
Gambar 2.1 Gizi Seimbang
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ Masyarakat Salatiga belum mengetahui sejarah atau lahirnya Batik Plumpungan

Guru PKn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta ketrampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru PKn harus

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh tentang Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Garut terutama mengenai kontribusinya

Lloyd sangat bersimpati pada kebutuhan pekerja untuk beristirahat “kita semua telah bekerja pembongkaran di sini,” katanya, tapi cepat menjepit pada orang-orang yang tidak sah..