• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (TAP MPR) No. IV/ MPR/ 1978 GBHN jo TAP MPR No. II/ MPR/ 1983 GBHN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (TAP MPR) No. IV/ MPR/ 1978 GBHN jo TAP MPR No. II/ MPR/ 1983 GBHN."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang telah direvisi dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi pada daerah kabupaten dan kota diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerintah, dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah. Undang-undang ini memberikan otonomi secara utuh, kepada daerah kabupaten dan kota untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Sekarang daerah sudah diberi kewenangan yang utuh dan bulat untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah. Otonomi yang diberikan kepada Kabupaten dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Pelimpahan tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan sumberdaya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten diharapkan lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat di daerahnya, agar dapat mendorong timbulnya prakarsa dan partisipasi aktif masyarakat dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan pemerintahan.

Adapun penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan pada prinsip-prinsip pemberian otonomi yang nyata, bertanggung jawab, asas desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas tugas berbantuan. Prinsip-prinsip tersebut diatur oleh ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) No. IV/ MPR/ 1978 tentang GBHN jo TAP MPR No. II/ MPR/ 1983 tentang GBHN.

(2)

Kabupaten Garut adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Jawa Barat. Adapun upaya peningkatan daerah tersebut adalah upaya untuk meningkatkan penerimaan pendapatan daerah yang pada garis besarnya ditempuh dengan usaha intensifikasi yang artinya suatu tindakan atau usaha memperbesar penerimaan dengan cara melakukan pemungutan yang lebih ketat dan teliti. Usaha intensifikasi ini mempunyai ciri utama yaitu usaha untuk memungut sepenuhnya dan dalam batas-batas ketentuan yang ada. Sedangkan usaha ekstensifikasi adalah usaha untuk mencari dan memanggali potensi sumber-sumber pendapatan daerah yang baru atau belum ada.

Berdasarkan pasal 55 Undang-undang No. 5 Tahun 1974 pendapatan daerah bersumber dari:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari : - Hasil Pajak Daerah

- Hasil Retribusi Daerah - Hasil Perusahaan Daerah - Lain-lain usaha Daerah yang sah

b. Pendapatan berasal dari pemberian Pemerintah, yang terdiri dari: - Sumbangan dari Pemerintah

- Sumbangan-sumbangan lain yang diatur dengan Peraturan Perundang-undangan

c. Lain-lain pendapatan yang sah, yaitu pendapatan Daerah yang berasal dari sumber lain daripada yang tersebut dalam huruf a dan b, misalnya sumbangan dari pihak ketiga kepada Daerah.

Berdasarkan pasal 6 Undang-undang No. 33 Tahun 2004 pendapatan asli daerah bersumber dari :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari : a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

(3)

d. Lain-lain PAD yang sah

2. Lain-lain PAD yang sah daripada yang tersebut dalam nomor (1) huruf d, meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa giro

c. Pendapatan bunga

d. Keuntungan selisih nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing

e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah

Sedangkan Belanja Pembangunan Daerah adalah besarnya pengeluaran untuk pelaksanaan pembangunan yang dibiayai dari pendapatan daerah.

Masalah yang dihadapi sekarang adalah masih lemahnya kemampuan pendapatan asli daerah sehingga dapat berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan daerah pada kebanyakan kabupaten/kota. Pada umumnya kabupaten/kota memiliki penerimaan yang didominasi oleh sumbangan dan bantuan oleh pemerintah. Bantuan dari Pemerintah Pusat Propinsi secara bertahap akan selalu dikurangi setiap tahunnya yang pada akhirnya akan dihapus seluruhnya. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi kelangsungan pembangunan di Kabupaten Garut, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatan pendapatan asli daerah.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh tentang Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Garut terutama mengenai kontribusinya terhadap besarnya Belanja Pembangunan Daerah dan bermaksud untuk menuangkannya kedalam skripsi yang berjudul:

“Kontribusi Pendapatan Asli Daerah Terhadap Besarnya Belanja Pembangunan Daerah” (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Garut).

(4)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pendapatan asli daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. 2. Bagaimana belanja pembangunan daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten

Garut.

3. Bagaimana kontribusi pendapatan asli daerah terhadap belanja pembangunan daerah.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk menganilisis dan memberikan penjelasan mengenai kontribusi pendapatan asli daerah terhadap besarnya belanja pembangunan daerah.

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendapatan asli daerah pada Pemerintahan Kabupaten Garut.

2. Untuk mengetahui belanja pembangunan daerah pada Pemerintah Kabupaten Garut.

3. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan asli daerah terhadap besarnya belanja pembangunan daerah.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan mempunyai kegunaan antara lain:

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan serta pemahaman tentang perbandingan antara teori dengan praktek yang sebenarnya mengenai masalah Pendapatan Asli Daerah dan pengaruhnya terhadap Belanja Pembangunan Daerah, selain itu untuk memenuhi syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Widyatama.

(5)

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Garut

Bahan masukan dalam mengevaluasi tata cara penetapan pos pendapatan dan biaya.

3. Bagi Pihak Lain (pihak umum)

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya sepanjang berhubungan dengan objek penelitian yang sama.

1.5 Kerangka Pemikiran

Tujuan pembentukan daerah otonom adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan pemerintah yang lebih difokuskan kepada pelayanan masyarakat.

Untuk mewujudkan tujuan diatas, maka pemerintah daerah harus memiliki sumber keuangan yang cukup dan memadai, karena untuk pelaksanaan daerah itu diperlukan biaya yang tidak sedikit. Salah satu sumber keuangan untuk penyelenggaraan pembangunan daerah tersebut adalah dari pendapatan asli daerah.

Sehubungan dengan pentingnya sumber keungan tersebut, Gade (1998:120) menyatakan bahwa:

”Pendapatan merupakan penambahan kas pemerintah pusat yang berasal dari berbagai sumber antara lain mencakup penerimaan pajak dan cukai, penerimaan minyak, pendapatan yang berasal dari investasi, penerimaan bantuan luar negeri dan pinjaman dalam negeri serta hibah”.

Sedangkan pengertian pendapatan menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA) sebagaimana dikutip oleh Arinta (1993:31).

Pendapatan dirumuskan NCGA sebagai :

“Penambahan hak milik selama periode yang telah ditentukan”(“the increasein ownership equity during a designated periode of time”), dan juga sebagai “Penambahan aktiva tanpa penambahan utang, bukan pula pemngembalian biaya, dan pembatalan utang tanpa penambahan utang lainnya atau pengurangan aktiva”.

(6)

Pengertian belanja menurut Gade (1998:121) adalah:

“Belanja terdiri dari penurunan kas pemerintah pusat untuk mengeluarkan guna pembayaran atas barang dan jasa yang dibeli, subsidi, pembayaran transfer, pembayaran utang, pembayaran belanja modal, dan pembayaran lain-lainnya yang telah diotorisasikan dalam APBN. Termasuk juga belanja-belanja yang dibiyai terlebih dahulu oleh pemerintah tanpa melihat apakah pembiayaan pendahuluan tersebut akan dibayar kembali atau tidak oleh Negara donor”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran pendapatan yang dilkakukan di Indonesia khususnya kabupaten/kota menggunakan metode cash basis dimana pendapatan adalah penambahan kas yang berasal dari berbagai sumber selama periode tertentu dan biaya adalah penurunan kas untuk pembayaran-pembayaran yang telah diotorisasikan.

Pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah sendiri, pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah dan lain-lain pendapatan ynag sah. Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan daerah dan lain-lain usaha daerah yang sah. Pendapatan asli daerah dimaksudkan untuk membiayai belanja atau pengeluaran pembangunan daerah, karena pembangunan daerah tidak dapat terlaksana dengan baik apabila tidak didukung dengan biaya yang cukup. Oleh karena itu untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban Pemerintah Daerah dalam rangka memenuhi pemenuhan tagihan-tagihan kepadanya dan melaksanakan keaadilan sosial diperlukan pengeluaran-pengeluaran daerah, dimana pengeluaran-pengeluaran daerah mempunyai kaitan terhadap kewajiban-kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang.

Daerah dapat menyelenggarakan pemerintahan secara lebih bebas, dalam arti penyelenggaraan pemerintah atas dasar inisiatif, keadaan, dan kebutuhan daerah sendiri.

Jadi untuk dapat membiayai pembangunan daerah, pemerintahan daerah harus dapat meningkatkan pendapatan asli daerah yaitu dengan cara meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Dengan demikian diharapkan dengan meningkatnya jumlah pendapatan asli daerah akan

(7)

dapat meningkatkan besarnya belanja pembangunan daerah, sehingga pembangunan daerah dapat lebih ditingkatkan. Dari kerangka pemikiran tersebut penulis menarik hipotesis yaitu “Kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap besarnya Belanja Pembangunan Daerah”.

1.6 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif menurut Moh.Nasir (1998:63) adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penelitian ini rencananya akan dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Garut. Data yang penulis kumpulkan meliputi data primer dan skunder yang kemudian akan diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari.

Untuk melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer yaitu data yang diperoleh melalui:

a. Pengamatan (Observasi), yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti.

b. Wawancara (Interview), yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pimpinan atau pihak yang berwenang atau bagian lain yang berhubungan langsung dengan objek yang penulis teliti.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data skunder yaitu data yang merupakan faktor penunjang yang bersifat teoritis/ kepustakaan.

(8)

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan pada Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Garut yang khususnya dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Garut yang berlokasi di Jl. Ciledug No.120 Garut-Jawa Barat, waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2006 sampai dengan selesai.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaannya terletak pada gaya pembangkit pasang surut yang disebabkan oleh matahari hanya separuh kekuatan yang disebabkan oleh bulan (Pariwono, 1989). Hal ini disebabkan

Pd., selaku Ketua Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI atas dukungan serta bantuan selama masa perkuliahan hingga peneliti menyelesaikan skripsi ini dan

Marcellin dkk juga meneliti akurasi FibroScan pada 173 pasien hepatitis B kronis yang dilakukan biopsi hati dan didapatkan hasil adanya korelasi yang baik antara pengukuran

Sistem penilaian kinerja karyawan yang saat ini dilakukan oleh PT X hanya berdasarkan penilaian dari satu penilai yaitu manager yang bertanggung jawab kepada

Hasil pengukuran unsur jasa ini berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerjanya yang memungkinkan pihak PJN Harapan Kita untuk dapat menitikberatkan usaha perbaikan untuk hal

Kondisi aliran sungar cinambo yang merupakan salah satu sumber pengairan untuk areal persawahan yang ada di daerah Cimencrang sudah termasuk ke dalam kondisi tercemar,

Rumusan daripada analisis keseluruhan menunjukkan bahawa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemerlangan akademik pelajar Fakulti Pendidikan, Jabatan Teknik dan Kejuruteraan

Berdasarkan wawancara awal bahwa proses pembelajaran Aqidah Ahlak sudah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan tapi pada kenyataanya prestasi belajarnya masih