• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan dan besar risiko kadar lipid serum terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke

IV. 1.8.3.2 Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus

IV.2.3. Hubungan dan besar risiko kadar lipid serum terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman, didapati bahwa empat fraksi lipid serum ini, yaitu K- total, trigliserida, K-HDL dan K-LDL mempunyai hubungan yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif, dimana pada kadar K-total terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang sangat

lemah (p=0,59, r= -0,13) berdasarkan MMSE dan terdapat korelasi negatif dengan kekuatan hubungan yang lemah (p=0,39, r= -0,21) berdasarkan CDT, sedangkan kadar trigliserida terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang lemah (p=0,39, r= -0,21) berdasarkan MMSE dan terdapat korelasi negatif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,73, r= -0,09) berdasarkan CDT. Pada kadar K-HDL, terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah berdasarkan MMSE (p=0,70, r= -0,09), dan berdasarkan CDT (p=0,87, r= -0,04), sedangkan pada kadar K-LDL terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah berdasarkan MMSE (p=0,45, r= 0,18), dan berdasarkan pemeriksaan CDT (p=0,59, r= 0,13).

Dari empat fraksi lipid yang dinilai pada subjek kelompok penelitian pasien non stroke, tidak didapati risiko yang bermakna dari keempat fraksi lipid terhadap gangguan fungsi kognitif, dimana pada kadar K-total sedang berisiko 0,56 kali (IK 95% 0,08-4,14) terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar kolesterol yang rendah pada pemeriksaan MMSE, dan berisiko 0,33 kali (IK 95% 0,03-3,80) pada pemeriksaan CDT. Kadar trigliserida sedang memiliki risiko 0,33 kali (IK 95% 0,03-3,80) pada pemeriksaan MMSE dan memiliki risiko 0,62 kali (IK 95% 0,05-7,46) terhadap gangguan fungsi kognitif pada pemeriksaan CDT. Kadar K-HDL sedang juga berisiko 0,67 kali (pada pemeriksaan MMSE) dan berisiko 0,83 kali (pada pemeriksaan CDT) terhadap gangguan fungsi kognitif.

kadar K-LDL tinggi memiliki risiko 2,25 kali (IK 95% 0,11-45,72) pada pemeriksaan MMSE, sedangkan pada pemeriksaan CDT, didapati kadar K-LDL sedang memiliki risiko 1,11 kali (IK 95% 0,08-15,04) terhadap gangguan fungsi kognitif dan kadar K-LDL tinggi memiliki risiko 3,33 kali (IK 95% 0,11-25,43) dibandingkan terhadap kadar K-LDL yang rendah.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Reitz dkk (2004), dimana didapatkan tidak ada hubungan antara kadar lipid serum dengan terjadinya risiko kejadian demensia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Reitz dkk (2010) juga didapati kadar K-total yang lebih tinggi meningkatkan risiko terhadap terjadinya penyakit Alzheimer, namun tidak bermakna (HR 1,1; IK 95% 0,6-1,9). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Elias dkk (2005) dimana didapati kadar K-total yang lebih rendah memiliki hubungan bermakna terhadap penurunan performa kognitif dibandingkan kadar K-total yang lebih tinggi.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elias dkk (2005) dimana pada penelitian tersebut, rerata usia lebih tua yaitu 63,6 ± 6,5 tahun, dan pada Longitudinal Aging Study Amsterdam

(LASA) dari studi populasi dari 1181 individual > 65 tahun, menunjukkan kadar K-total yang lebih tinggi pada usia > 65 tahun menunjukkan prediktor dari performa kognitif yang lebih baik, sedangkan pada penelitian ini, usia subjek lebih muda (rerata 56,26 ±11,11).

Tabel 52. Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar lipid terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke

Penelitian ini 2016 • Didapati hubungan kadar K-total yang tidak bermakna terhadap fungsi kognitif (p=0,59, r= -0,13) pada MMSE dan CDT (p=0,39, r= -0,21)

• Didapati hubungan kadar trigliserida yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif pada MMSE (p=0,39, r= -0,21) dan CDT (p=0,73,r= -0,09)

• Didapati hubungan kadar K-HDL yang tidak bermakna pada MMSE (p=0,70, r= -0,09), dan CDT (p=0,87, r= - 0,04)

• Didapati hubungan kadar K-LDL yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif pada MMSE (p=0,45, r= 0,18), dan CDT (p=0,59, r= 0,13).

• Kadar K-total sedang berisiko terhadap penurunan terjadinya gangguan fungsi kognitif, namun tidak bermakna (OR 0,56 pada MMSE dan OR 0,33 pada CDT) • Kadar trigliserida sedang berisiko terhadap penurunan

terjadinya gangguan fungsi kognitif, namun tidak bermakna (OR 0,33 pada MMSE dan 0,62 pada CDT). • Kadar K-HDL yang sedang berisiko terhadap penurunan

terjadinya gangguan fungsi kognitif (OR 0,67 pada MMSE dan 0,83 pada CDT).

• Kenaikan kadar K-LDL berisiko terhadap gangguan fungsi kognitif, tetapi tidak bermakna(OR 2,25 untuk K-LDL sedang dan tinggi pada MMSE, OR 1,11 untuk K-LDL sedang dan OR 3,33 untuk K-LDL tinggi pada CDT) Reitz dkk 2004 Tidak terdapat hubungan antara kadar lipid serum dengan

risiko terjadinya demensia

Elias dkk 2005 Kadar K-total ˂200mg/dL memiliki fungsi kognitif yang lebih buruk dibandingkan subjek dengan kadar K-total 200-239 mg/dL maupun subjek dengan kadar K-total > 240mg/dL.

Frias dkk 2007 Kadar trigliserida yang lebih tinggi memiliki risiko yang bermakna terhadap penurunan memori semantic

Dimopoulos dkk

2007 Kadar trigliserida tidak berhubungan antara trigliserida dengan demensia (p > 0,05)

Reitz dkk 2010 Didapati kadar K-total yang lebih tinggi meningkatkan risiko terhadap terjadinya penyakit Alzheimer, namun tidak bermakna (HR 1,1; IK 95% 0,6-1,9)

Tekin dkk 2011 Terdapat hubungan yang bermakna antara skor MMSE terhadap sangkaan demensia dan kategori HDL (p= 0,013) Yin dkk 2012 Kadar LDL yang tinggi memilki risiko meningkatkan

terjadinya gangguan kognitif, namun tidak bermakna

Exel dkk 2012 Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar K-HDL yang rendah dengan terjadinya gangguan fungsi kognitif Cheng dkk 2014 Kadar K-total dan kadar K-LDL yang berhubungan

Kolesterol merupakan faktor risiko utama untuk jantung dan penyakit serebrovaskular. Peningkatan kadar dari K-total, trigliserida, K- LDL, serta rendahnya kadar K-HDL, kesemuanya telah dikaitkan dengan kondisi seperti aterosklerosis, penyakit arteri koroner, dan hiperlipidemia; semua ini dapat menyebabkan perubahan otak yang terkait dengan pembuluh darah, seperti pembuluh darah kecil infark iskemik, serta peristiwa lebih serius seperti stroke. Kolesterol tinggi telah terlibat dalam usia-terkait penurunan kognitif, serta dalam pengembangan gangguan patologis seperti penyakit Alzheimer dan demensia vaskular, di mana gambarannya merupakan gangguan kognitif (Leritz dkk, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cheng dkk (2014), dimana didapatkan hubungan yang tidak bermakna pada kadar K-HDL dan trigliserida terhadap fungsi kognitif. Penilitian ini juga sejalan dengan penelitian Dimopoulos dkk (2007) dimana kadar trigliserida tidak berhubungan antara trigliserida dengan demensia (p > 0,05). Berbeda dengan penelitan yang dilakukan Frias dkk (2007) dimana didapati kadar trigliserida yang lebih tinggi memiliki risiko yang bermakna terhadap ]penurunan memori semantik.

Penelitian ini berbeda dengan penelitan yang dilakukan Frias dkk (2007) dimana pada penelitan tersebut rerata usia lebih tua yaitu 66,72 ± 8,51 tahun dan pemeriksaan kognitifnya lebih khusus ke domain kognitifnya, sedangkan pada penelitian ini, usia subjek lebih muda (rerata

56,26 ±11,11) dan pemeriksaan kognitifnya lebih global dengan MMSE dan CDT.

Kadar lipid yang tinggi meningkatkan konsentrasi protein amiloid-β dan dapat meningkatkan ekspresi APOE, yang akan mendukung pengaruh kolesterol atau trigliserida dalam gangguan kognitif dan patogenesis penyakit Alzheimer (Frias dkk, 2007).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Exel dkk (2002) dimana didapati hubungan yang bermakna pada subjek dengan K-HDL yang rendah memiliki odds ratio untuk terjadinya demensia adalah 3,3 (95% CI 1,1-10,3) dibandingkan dengan subjek dengan kadar K-HDL sedang. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng dkk (2014) didapati kadar kolesterol total dan kadar LDL yang berhubungan bermakna dengan skor fungsi kognitif (p˂ 0,0001). Penelitian ini berbeda dengan penelitian Tekin dkk (2011) yang ditemukan bahwa kadar K-HDL yang rendah berhubungan bermakna terhadap penurunan terjadinya demensia (p=0,013).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Exel dkk (2002) dimana pada penelitian tersebut usia subjek penelitannya adalah 85 tahun dengan pendidikan terendah adalah SD atau tanpa sekolah sebanyak 63%, sedangkan pada penelitian ini rerata usia pasien adalah 57,00± 9,93 tahun dengan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah SMA sebanyak 9 orang (47,40%). Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Tekin dkk

tersebut yaitu 53,73 dibandingkan pada penelitian ini (rerata K-HDL 43,11 ± 11,28) dan pada penelitian ini subjek penelitannya juga banyak yang perokok yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif.

Sifat neuroprotektif HDL termasuk percepatan pematangan sinapsis, pemeliharaan plastisitas sinaptik, meningkatkan metabolisme

Aβ, peningkatan volume hipokampus, dan anti-inflamasi dan kegiatan

antioksidan. Selanjutnya, HDL otak dapat menekan produksi Aβ dengan

menurunkan kolesterol selular melalui aktivasi transportasi kolesterol terbalik dimediasi oleh ABC transporter. High density lipoproteins dapat

langsung mengikat kelebihan Aβ dan dengan demikian menghambat

oligomerisasinya. Oligomerisasi merupakan langkah besar dalam transformasi peptida beracun monomer ke bentuk gabungan neurotoksik yang dapat menjelaskan penurunan memori (McGrowder dkk, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yin dkk (2012) juga didapati kadar LDL yang tinggi memilki risiko meningkatkan terjadinya gangguan kognitif, namun tidak bermakna. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Cheng dkk (2014) dimana kadar K-total dan kadar K-LDL yang berhubungan bermakna dengan skor fungsi kognitif (p˂ 0,0001).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Cheng dkk (2014) dimana pada penelitan tersebut didapati usia yang lebih tua yaitu 73,45 ± 5,93 tahun, pendidikan yang lebih rendah yaitu 2,39 ± 3,00 tahun, dan 38,40% subjek peneitian mengkonsumsi alkhohol dimana pada penelitian ini

didapati rerata usia 56,26 ±11,11 tahun dengan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah SMA sebanyak 9 orang (47,40%).

Lipid peroksidase mungkin menjadi faktor utama dalam proses penuaan dan diet hiperkolesterolemia dapat menyebabkan aktivasi

mikroglia dan plak deposisi β-amiloid. Sebaliknya, pembatasan diet dapat mengurangi kerentanan otak untuk cedera akut, seperti stroke, dan mungkin juga perubahan lambat di otak berkaitan dengan usia. Dengan demikian, oksidasi kolesterol dalam otak mungkin sangat relevan dengan patogenesis kasus-kasus demensia vaskular dengan campuran patologi (yaitu, penyakit Alzheimer bersamaan dengan stroke). Studi yang berbeda telah menemukan bukti lebih rendah kadar antioksidan pada pasien dengan demensia vaskular (Reitz dkk, 2004).

Selain itu, ada bukti bahwa K-LDL peroksidasi meningkat dengan usia (Reitz dkk, 2004).

Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar lipid serum terhadap gangguan kognitif dengan studi sebelumnya dapat dilihat pada tabel 52.

Dokumen terkait