BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK – USU/ RSUP H.Adam Malik Medan dan RS jejaring dari tanggal 30 Juni 2016 s/d 15 Oktober 2016.
III.2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling konsekutif.
III.2.1. Populasi Sasaran
Semua penderita stroke iskemik akut dengan hipertensi dan diabetes melitus, stroke iskemik akut dengan hipertensi, stroke iskemik dengan diabetes melitus dan non stroke yang ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan CT scan kepala.
III.2.2. Populasi Terjangkau
III.2.3. Besar Sampel
Ukuran sampel dihitung menurut rumus : (Lemeshow dkk, 1990)
(
)
Z = deviat baku alpha. Untuk α= 0,05 maka nilai baku normalnya
adalah 1,96
) 1 (−β
Z = deviat baku alpha. Untuk β= 0,20, maka nilai baku normalnya
adalah 0,842
1
P= proporsi gangguan kognitif pada penderita stroke iskemik= 0,0849 (8,49 %) (Desmond dkk, 2002)
2
P = perkiraan proporsi gangguan kognitif pada penderita stroke iskemik yang diteliti= 0,4849 (48,49 %)
2 1 P
P − = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar= 0,40
Maka sampel minimal untuk masing-masing kelompok sebanyak 19 orang, sehingga total sampel minimal adalah 76 orang.
III.2.4. Kriteria Inklusi
1. Semua penderita stroke iskemik akut yang dirawat di ruang rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring, dimana penderita stroke iskemik akut terdiri atas: stroke iskemik akut dengan hipertensi dan diabetes melitus, stroke iskemik akut dengan hipertensi dan stroke iskemik akut dengan diabetes melitus.
2. Memberikan persetujuan ikut serta dalam penelitian ini. III.2.4.2. Penderita Non Stroke
1. Semua penderita bukan stroke yang dirawat di ruang rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring.
2. Memberikan persetujuan ikut serta dalam penelitian ini.
III.2.5. Kriteria Eksklusi
1. Penderita dengan gangguan kesadaran pada saat pemeriksaan fungsi kognitif.
2. Penderita dengan afasia.
3. Penderita dengan hemiparesis dekstra. 4. Penderita dengan gangguan psikiatri. 5. Penderita dengan gagal hati.
6. Penderita dengan gagal ginjal stadium akhir.
7. Penderita dengan infeksi saluran pernafasan yang berat. 8. Penderita dengan pemakaian obat dislipidemia.
1. Stroke iskemik adalah episode disfungsi neurologis disebabkan infark fokal serebral, spinal dan infark retinal (Sacco dkk, 2013). Dengan fase akut dari stroke selama 7 hari pertama dari onset stroke (Jauch dkk, 2013). Pada penelitian ini pasien stroke iskemik dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus, pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus.
2. Non Stroke adalah penderita yang tidak mengalami stroke. Pada penelitian ini akan diambil pasien dengan nyeri punggung bawah, kelemahan tungkai.
3. Lipid serum adalah kadar lipid dalam sirkulasi darah, mencakup kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, kolesterol HDL (Segen, 2002). Pada penelitian ini akan ditetapkan: (Singh-Manoux dkk, 2008; Grundy dkk, 2001)
a.Kolesterol total
rendah : ˂200mg/dl
sedang : 200-239mg/dl tinggi : ≥240mg/dl b.K-LDL
c.Trigliserida
rendah : ˂150mg/dl sedang : 150-199mg//dl tinggi : ≥200mg/dl d.K-HDL
rendah : ˂ 40mg/dl sedang : 40-59 mg/dl tinggi : ≥60mg/dl
4. Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi. Fungsi kognitif dapat dinilai dengan Mini Mental State Examination dan Clock Drawing Test (Strub dan Black, 2000).
5. Gangguan kesadaran adalah keadaan dimana skor skala koma Glasgow dibawah 15, atau pasien dalam keadaan apatis, somnolen, sopor atau koma (Mackay dkk, 2000).
6. Afasia merupakan suatu gangguan berbahasa yang disebabkan oleh disfungsi otak (Lumempouw, 2011).
8. Gangguan psikiatri atau mental dikonseptualisasikan sebagai sindrom perilaku atau psikologis klinis yang bermakna atau pola yang terjadi pada individu, terkait dengan adanya distress
(misalnya, gejala yang menyakitkan) atau disabilitas (yaitu gangguan satu atau lebih area fungsi yang penting) atau peningkatan risiko kematian, sakit, disabilitas, atau hilangnya kebebasan yang bermakna (Stein dkk, 2010).
9. Obat dislipidemia adalah obat yang dapat memperbaiki profil lipid serum (Adam, 2006).
10. Gagal hati adalah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi hati yang sangat berat melebihi kemampuannya untuk memperbaiki kerusakan hepatosit, ditandai dengan adanya ikterus, mudah mengalami perdarahan, asites, gangguan kesadaran, dan lain-lain (Johnson, 2012).
11. Chronic kidney disease (CKD) adalah kerusakan ginjal atau
penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR/ glomerular filtration rate) < 60 ml/menit/1,73 m2 untuk jangka waktu ≥ 3 bulan (Lydia dkk, 2011). Pada gagal ginjal stadium akhir (end- stage renal disease), GFR menurun berat ˂ 15 ml/min/1,73 m2
12. Infeksi saluran pernafasan yang berat merupakan infeksi berat yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga
atau sakit tenggorokan disertai dengan sesak napas dan membutuhkan perawatan rumah sakit (Bratasena dkk, 2012).
III.4. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara potong lintang dengan sumber data primer diperoleh dari semua penderita stroke iskemik dan non stroke yang dirawat di ruang rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring.
III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN III.5.1. Instrumen
III.5.1.1. Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan kadar lipid serum diukur dengan menggunakan alat Cobas 6000.
III.5.1.2.CT scan kepala, merk Hitachi seri W 450
III.5.1.3.Mini mental state examination (MMSE) adalah metode pemeriksaan untuk menilai fungsi kognitif yang telah secara luas digunakan oleh para klinisi untuk praktek klinik maupun penelitian. Skor mulai dari 0-30. Nilai skor 27-30 = normal, <27 = gangguan fungsi kognitif (Ong dkk, 2015).
<4 = gangguan fungsi kognitif. (Kusumoputro dkk, 2003; Aprahamian dkk, 2009)
III.5.2. Pengambilan Sampel
Semua penderita stroke iskemik akut dengan hipertensi dan diabetes melitus, stroke iskemik akut dengan hipertensi, stroke iskemik akut dengan diabetes melitus dan non stroke yang dirawat di ruang rawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan dan RS jejaring yang telah ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan neurologi dan pemeriksaan CT scan
kepala (bagi pasien dengan kelompok stroke iskemik) yang diambil secara konsekutif dan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diambil darah venanya oleh petugas patologi klinik untuk dikirim ke Laboratorium Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring sebanyak 5 ml setelah berpuasa selama lebih kurang 12 jam untuk pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL. Penilaian fungsi kognitif dilakukan oleh dokter pemeriksa pada hari keempat belas onset pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus, stroke iskemik dengan hipertensi, stroke iskemik dengan diabetes melitus dan hari keempat belas rawatan pada non stroke.
III.5.4. Variabel yang diamati
Variabel bebas = - lipid serum; kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL
Variabel terikat = - fungsi kognitif; MMSE dan CDT
III.5.5. Analisa Statistik
Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service).Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :
2. Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji korelasi spearman.
3. Untuk mengetahui besar risiko kadar kolesterol total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring.digunakan uji regresi logistik. 4. Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol total terhadap
gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji korelasi spearman.
5. Untuk mengetahui besar risiko kadar kolesterol total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji regresi logistik.
6. Untuk mengetahui hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji korelasi spearman.
7. Untuk mengetahui besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji regresi logistik.
9. Untuk mengetahui besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji regresi logistik.
10. Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji korelasi spearman. 11. Untuk mengetahui besar risiko kadar kolesterol HDL terhadap
gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji regresi logistik. 12. Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol HDL terhadap
gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji korelasi spearman.
13. Untuk mengetahui besar risiko kadar kolesterol HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji regresi logistik.
14. Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji korelasi spearman. 15. Untuk mengetahui besar risiko kadar kolesterol LDL terhadap
16. Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji korelasi spearman.
17. Untuk mengetahui besar risiko kadar kolesterol LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji regresi logistik.
III.5.6. Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 30 Juni 2016 s/d 15 Oktober 2016 .
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Dari keseluruhan pasien yang dirawat di bangsal Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring pada periode 30 Juni 2016 s/d 30 September 2016, didapati 57 pasien stroke iskemik dan 19 pasien non stroke, dan 2 orang pasien di drop out dikarenakan tidak datang kembali ke RSUP H. Adam Malik Medan/ RS jejaring untuk pemeriksaan fungsi kognitif pada hari ke 14 onset. Subjek penelitian stroke iskemik terdiri atas 19 pasien dengan faktor risiko hipertensi (HT) dan diabetes melitus (DM), 19 pasien dengan faktor risiko hipertensi dan 19 pasien dengan faktor risiko diabetes melitus, yang keseluruhannya memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
pensiunan yaitu 1 orang (5,30%). Pada kelompok ini juga didapati rerata kadar K- total adalah 198,53 + 38,48 mg/dl, dimana kadar K-total yang terbanyak adalah kadar K-total rendah yaitu 10 orang (52,6%), dan yang paling sedikit adalah kadar K-total tinggi yaitu 3 orang (15,80%). Rerata kadar trigliserida adalah 170,95+75,42 mg/dl, dimana kadar trigliserida terbanyak adalah kadar trigliserida rendah yaitu 10 orang (52,60%), dan yang paling sedikit adalah kadar trigliserida sedang yaitu 3 orang (15,80%). Rerata kadar K-HDL adalah 35,58 + 12,37 mg/dl, dimana kadar K-HDL yang terbanyak adalah kadar K-HDL rendah yaitu 10 orang (52,60%) dan yang paling sedikit adalah kadar K-HDL sedang yaitu 9 orang (47,40%). Rerata kadar K-LDL adalah 128,68 + 34,43 mg/dl. Kadar LDL yang terbanyak adalah kadar K-LDL rendah yaitu 11 orang (57,90%) dan yang paling sedikit adalah kadar K-LDL sedang dan tinggi yaitu masing-masing 4 orang (21,10%).
kelompok ini juga didapati rerata kadar K-total adalah 180,63+13,41 mg/dl, dimana kadar K-total yang terbanyak adalah kadar K-total rendah yaitu 15 orang (78,90%), dan yang paling sedikit adalah kadar K-total sedang dan tinggi yaitu masing-masing 2 orang (10,50%). Rerata kadar trigliserida adalah 129,16 + 44,80 mg/dl, dimana kadar trigliserida terbanyak adalah kadar trigliserida rendah yaitu 15 orang (78,90%), dan yang paling sedikit adalah kadar trigliserida sedang dan tinggi yaitu masing-masing 2 orang (10,50%). Rerata kadar K-HDL adalah 37,89 + 6,91 mg/dl, dimana kadar HDL yang terbanyak adalah kadar K-HDL rendah yaitu 11 orang (57,90%) dan yang paling sedikit adalah kadar K-HDL sedang yaitu 8 orang (42,10%). Rerata kadar K-LDL adalah 116,68 + 28,34 mg/dl. Kadar K-LDL yang terbanyak adalah kadar K-LDL rendah yaitu 13 orang (68,40%) dan yang paling sedikit adalah kadar K-LDL tinggi yaitu 2 orang (10,50%).
K-total yang terbanyak adalah kadar K-total rendah yaitu 11 orang (57,90%), dan yang paling sedikit adalah kadar K-total tinggi yaitu 2 orang (10,50%). Rerata kadar trigliserida adalah 141,37 + 47,23, dimana kadar trigliserida terbanyak adalah kadar trigliserida rendah yaitu 12 orang (63,20%), dan yang paling sedikit adalah kadar trigliserida tinggi yaitu 3 orang (15,80%). Rerata kadar K-HDL adalah 34,42 + 12,01 mg/dl, dimana kadar K-HDL yang terbanyak adalah kadar K-HDL rendah yaitu 13 orang (68,40%) dan yang paling sedikit adalah kadar K-HDL sedang yaitu 6 orang (31,60%). Rerata kadar K-LDL adalah 118,16 + 37,73 mg/dl. Kadar K-LDL yang terbanyak adalah kadar K-LDL rendah yaitu 12 orang (63,20%) dan yang paling sedikit adalah kadar L-LDL tinggi yaitu 2 orang (10,50%).
Karakteristik subjek penelitian pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus, stroke iskemik dengan hipertensi dan stroke iskemik dengan diabetes melitus ini dapat dilihat pada tabel 3.
Swasta yaitu 1 orang (5,30%). Pada kelompok ini juga didapati rerata kadar K-total adalah 183,05 + 35,92 mg/dl, dimana kadar K-total yang terbanyak adalah kadar kolesterol rendah yaitu 12 orang (63,20%), dan yang paling sedikit adalah kadar K-total sedang yaitu 7 orang (36,80%). Rerata kadar trigliserida adalah 121,68 ± 32,11 mg/dl, dimana kadar trigliserida terbanyak adalah kadar trigliserida rendah yaitu 14 orang (73,70%), dan yang paling sedikit adalah kadar trigliserida sedang yaitu 5 orang (26,30%). Rerata kadar K-HDL adalah 43,11 ± 11,98 mg/dl. Kadar K-HDL yang terbanyak adalah kadar K-HDL sedang yaitu 12 orang (63,20%) dan yang sedikit adalah kadar K-HDL rendah yaitu 7 orang (36,80%). Rerata kadar K-LDL adalah 118,95 ± 35,27 mg/dl. Kadar K-LDL yang terbanyak adalah kadar K-LDL rendah yaitu 13 orang (68,40%) dan yang paling sedikit adalah kadar K-LDL tinggi yaitu 2 orang (10,50%).
Karakteristik subjek penelitian pada kelompok non stroke dapat dilihat pada tabel 4.
banyak adalah yang tidak mengalami gangguan kognitif yaitu sebanyak 10 orang (52,60%), sedangkan rerata skor CDT adalah 2,63 + 1,61 dimana presentase yang paling banyak adalah yang tidak mengalami gangguan kognitif yaitu sebanyak 10 orang (52,60%). Pada kelompok dengan faktor risiko diabetes melitus, rerata skor MMSE adalah sebesar 25,26 ± 3,56 dan didapati presentase yang paling banyak adalah yang tidak mengalami gangguan kognitif yaitu sebanyak 11 orang (57,90%), sedangkan rerata skor CDT adalah 3,47 ± 0,77, dimana presentase yang paling banyak adalah yang tidak mengalami gangguan kognitif yaitu sebanyak 11 orang (57,90%).
Pada pasien non stroke, rerata skor MMSE adalah sebesar 25,84 + 3,69 dan didapati presentase yang paling banyak adalah yang tidak mengalami gangguan kognitif yaitu sebanyak 12 orang (63,20%), sedangkan rerata skor CDT adalah 3,58 + 0,69, dimana presentase yang paling banyak adalah yang tidak mengalami gangguan kognitif yaitu sebanyak 14 orang (73,70%).
Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian Non Stroke
• Trauma Medula Spinalis
• Spondilitis
• SOL Medula Spinalis
Tabel 5. Skor MMSE dan CDT pada Pasien Stroke Iskemik
Tabel 6. Skor MMSE dan CDT pada Pasien Non Stroke
Variabel Rerata
IV.1.2. Hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik
IV.1.2.1. Hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
IV.1.2.1.1.Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
sebanyak 6 orang (60,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 4 orang (40,00%), sedangkan pasien yang memiliki kadar K-total sedang mengalami gangguan kognitif sebanyak 4 orang (66,67%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 2 orang (33,33%). Pada kadar K-total tinggi, yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 2 orang (66,70%), dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (33,30%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,79, r= 0,07).
Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar K-total
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 2 (66,70%) 1 (33,30%) 3 (100,00%) 0,79 0,07
Sedang 4 (66,70%) 2 (33,30%) 6 (100,00%)
IV.1.2.1.2.Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
Hasil analisa statistik menggunakan uji regresi logistik menunjukkan besar risiko kadar K-total sedang yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=1,33; IK 95% 0,16-11,07), dan besar risiko kadar K-total tinggi yang juga tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=1,33; IK 95% 0,09-20,11), baik berdasarkan MMSE ataupun CDT
Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus ini dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar K-total
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 2 (66,70%) 1 (33,30%) 3 (100,00%) 0,83 1,33 (IK 0,09-20,11) Sedang 4 (66,70%) 2 (33,30%) 6 (100,00%) 0,79 1,33 (IK
IV.1.2.2. Hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
IV.1.2.2.1.Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
Baik berdasarkan pemeriksaan MMSE ataupun CDT, didapati pasien yang memiliki kadar K-total rendah mengalami gangguan kognitif sebanyak 7 orang (46,70%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 8 orang (53,30%), sedangkan pasien yang memiliki kadar K-total sedang mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%). Pada kadar K-total tinggi, yang mengalami gangguan kognitif juga sebanyak 1 orang (50,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,91, r= 0,03).
Tabel 9. Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar K-total
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,91 0,03 Sedang 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%)
Rendah 7 (46,70%) 8 (53,30%) 15
(100,00%) uji korelasi spearman
IV.1.2.2.2.Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
Hasil analisa statistik menggunakan uji regresi logistik menunjukkan besar risiko kadar K-total sedang yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=1,14; IK 95% 0,06-21,87), dan begitu juga dengan besar risiko kadar K-total tinggi yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=1,14; IK 95% 0,06-21,87), baik berdasarkan MMSE ataupun CDT.
Tabel 10. Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi berdasarkan MMSE dan CDT
Kadar K-total
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2
(100,00%)
0,93 1,14 (IK 0,06-21,87) Sedang 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2
(100,00%)
0,93 1,14 (IK 0,06-21,87) Rendah 7 (46,70%) 8 (53,30%) 15
(100,00%)
Pembanding uji regresi logistik
IV.1.2.3 Hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
IV.1.2.3.1. Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,82, r= 0,05).
Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar K-total
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,82 0,05 Sedang 2 (33,30%) 4 (66,70%) 6 (100,00%)
Rendah 5 (45,50%) 6 (54,50%) 11 (100,00%) uji korelasi spearman
IV.1.2.3.2. Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus ini dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus berdasarkan MMSE dan CDT
Kadar K-total
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2
(100,00%)
0,90 1,20 (IK 0,06-24,47) Sedang 2 (33,30%) 4 (66,70%) 6
(100,00%)
0,63 0,60 (IK 0,08-4,76) Rendah 5 (45,50%) 6 (54,50%) 11
(100,00%)
Pembanding uji regresi logistik
IV.1.3. Hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
IV.1.3.1. Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
(66,70%). Pada kadar K-total sedang, yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (14,30%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 6 orang (85,70%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif berdasarkan MMSE dan CDT, dimana terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,59, r= -0,13) berdasarkan MMSE dan terdapat korelasi negatif dengan kekuatan hubungan yang lemah (p=0,39, r= -0,21) berdasarkan CDT.
Hubungan kadar K-total terhadap gangguan kognitif dapat dilihat pada tabel 13 dan 14.
Tabel 13. Hubungan kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan MMSE
Kadar K-total
Gangguan Kognitif Total p R Positif (+) Negatif (-)
Sedang 2 (28,60%) 5 (71,40%) 7
(100,00%)
0,59 -0,13
Rendah 5 (41,70%) 7 (58,30%) 12
(100,00%) uji korelasi spearman
Kadar K-total
Gangguan Kognitif Total p r
Positif (+) Negatif (-)
Sedang 1 (14,30%) 6 (85,70%) 7 (100,00%) 0,39 -0,21
Rendah 4 (33,30%) 8 (66,70%) 12 (100,00%) uji korelasi spearman
IV.1.3.1. Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
Hasil analisa statistik menggunakan uji regresi logistik menunjukkan besar risiko kadar K-total sedang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=0,56;IK 95% 0,08-4,14) berdasarkan pemeriksaan MMSE, dan juga tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=0,33;IK 95% 0,03-3,80), berdasarkan pemeriksaan CDT.
Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke iskemik dapat dilihat pada tabel 15 dan 16.
Tabel 15. Besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan MMSE
Kadar K-total
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Sedang 2 (28,60%) 5 (71,40%) 7
(100,00%)
0,57 0,56 (IK 0,08-4,14) Rendah 5 (41,70%) 7 (58,30%) 12
(100,00%) uji regresi logistik
Sedang 1 (14,30%) 6 (85,70%) 7
(100,00%)
0,38 0,33 (IK 0,03-3,80) Rendah 4 (33,30%) 8 (66,70%) 12
(100,00%) uji regresi logistik
IV.1.4. Hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik
IV.1.4.1 Hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
IV.1.4.1.1. Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
Baik berdasarkan pemeriksaan MMSE dan CDT, masing-masing didapati pasien yang memiliki kadar trigliserida rendah mengalami gangguan kognitif sebanyak 6 orang (60,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 4 orang (40,00%), sedangkan pasien yang memiliki kadar trigliserida sedang mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (33,30%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 2 orang (66,70%). Pada kadar trigliserida tinggi, yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 5 orang (83,30%), dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (16,70%),
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,50, r= 0,16).
Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar Trigliserida
Gangguan Kognitif Total p R Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 2 (66,70%) 1 (33,30%) 3 (100,00%) 0,50 0,16
Sedang 4 (66,70%) 2 (33,30%) 6 (100,00%)
Rendah 6 (60,00%) 4 (40,00%) 10(100,00%) uji korelasi spearman
IV.1.4.1.2. Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus ini dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus berdasarkan MMSE dan CDT
Kadar Trigliserida
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 5 (83,30%) 1 (16,70%) 6
(100,00%)
0,43 3,33 (IK 0,28-40,29) Sedang 1 (33,30%) 2 (66,70%) 3
(100,00%)
0,34 0,33 (IK 0,02-5,03) Rendah 6 (60,00%) 4 (40,00%) 10
(100,00%)
Pembanding uji regresi logistik
IV.1.4.2. Hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
IV.1.4.2.1. Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
orang (50,00%). Pada kadar trigliserida tinggi, yang mengalami gangguan kognitif juga sebanyak 1 orang (50,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif juga sebanyak 1 orang (50,00%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,91, r= 0,03).
Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar Trigliserida
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,91 0,03
IV.1.4.2.2. Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
Hasil analisa statistik menggunakan uji regresi logistik menunjukkan besar risiko trigliserida sedang yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=1,14;IK 95% 0,06-21,87) dan begitu juga dengan besar risiko kadar trigliserida tinggi yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=1,14; IK 95% 0,06-21,87), baik berdasarkan MMSE ataupun CDT.
Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi ini dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20. Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi berdasarkan MMSE dan CDT
Kadar Trigliserida
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2
(100,00%)
0,93 1,14 (IK 0,06-21,87) Sedang 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2
(100,00%)
0,93 1,14 (IK 0,06-21,87) Rendah 7 (46,70%) 8 (53,30%) 15
(100,00%)
IV.1.4.3. Hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
IV.1.4.3.1. Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
Baik berdasarkan pemeriksaan MMSE dan CDT, masing-masing didapati pasien yang memiliki kadar trigliserida rendah mengalami gangguan kognitif sebanyak 5 orang (41,70%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 7 orang (58,30%), sedangkan pasien yang memiliki kolesterol sedang mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (25,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 3 orang (75,00%). Pada kadar trigliserida tinggi, yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 2 orang (66,70%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (33,30%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,78, r= 0,07).
Tabel 21. Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar Trigliserida
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,78 0,07
Sedang 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) Rendah 7 (46,70%) 8 (53,30%) 15 (100,00%) uji korelasi spearman
IV.1.4.3.2. Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
Hasil analisa statistik menggunakan uji regresi logistik menunjukkan besar risiko trigliserida sedang yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=0,47; IK 95% 0,04-5,90), dan besar risiko trigliserida tinggi yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=2,80; IK 95% IK 0,20-40,06), berdasarkan MMSE ataupun CDT.
Tabel 22. Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus berdasarkan MMSE
Kadar Trigliserida
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 2 (66,70%) 1 (33,30%) 3
(100,00%)
0,46 2,80 (IK 0,20-40,06) Sedang 1 (25,00%) 3 (75,00%) 4
(100,00%)
0,56 0,47 (IK 0,04-5,90) Rendah 5 (41,70%) 7 (58,30%) 12
(100,00%)
Pembanding uji regresi logistik
IV.1.5. Hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
IV.1.5.1. Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
Berdasarkan pemeriksaan MMSE, pasien yang memiliki dengan kadar trigliserida rendah mengalami gangguan kognitif sebanyak 6 orang (42,90%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 8 orang (57,10%). Pada kadar trigliserida sedang, yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (20,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 4 orang (80,00%).
kognitif sebanyak 1 orang (20,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 4 orang (80,00%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif berdasarkan MMSE dan CDT, dimana terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang lemah (p=0,39, r= -0,21) berdasarkan MMSE dan terdapat korelasi negatif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,73, r= -0,09) berdasarkan CDT.
Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan kognitif dapat dilihat pada tabel 23 dan 24.
Tabel 23. Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan MMSE
Kadar Trigliserida
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Sedang 1 (20,0%) 4 (80,0%) 5
(100,0%)
0,39 -0,21
Rendah 6 (42,90%) 8 (57,10%) 14
(100,0%) uji korelasi spearman
Tabel 24. Hubungan kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan CDT
Kadar Trigliserida
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Sedang 1 (20,0%) 4 (80,0%) 5
(100,0%)
0,73 -0,09
IV.1.5.2. Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
Hasil analisa statistik menggunakan uji regresi logistik menunjukkan besar risiko kadar trigliserida sedang yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=0,33; IK 95% 0,03-3,80) berdasarkan pemeriksaan MMSE dan juga tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=0,62; IK 95% 0,05-7,46) berdasarkan pemeriksaan CDT.
Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke dapat dilihat pada tabel 25 dan 26.
Tabel 25. Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan MMSE
Kadar
Tabel 26. Besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan CDT
IV.1.6. Hubungan dan besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik
IV.1.6.1. Hubngan dan besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
IV.1.6.1.1. Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
Baik berdasarkan pemeriksaan MMSE dan CDT, masing-masing didapati pasien yang memiliki kadar K-HDL rendah mengalami gangguan kognitif sebanyak 9 orang (90,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (10,00%), sedangkan pasien yang memiliki kadar K-HDL sedang mengalami gangguan kognitif sebanyak 3 orang (33,30%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 6 orang (66,70%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang bermakna antara kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang sedang (p=0,01, r= -0,59).
Tabel 27. Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus berdasarkan MMSE dan CDT
Kadar
IV.1.6.1.2. Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
Hasil analisa statistik menggunakan uji regresi logistik menunjukkan besar risiko kadar K-HDL sedang yang bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=0,06; IK 95% 0,01- 0,67), baik berdasarkan MMSE ataupun CDT.
Besar risiko paparan K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus ini dapat dilihat pada tabel 28.
Tabel 28. Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus berdasarkan MMSE dan CDT
IV.1.6.2. Hubungan dan besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
IV.1.6.2.1. Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
Baik berdasarkan pemeriksaan MMSE dan CDT, masing –masing didapati pasien yang memiliki dengan kadar K-HDL rendah mengalami gangguan kognitif sebanyak 6 orang (54,50%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 5 orang (45,50%), sedangkan pada kadar K-HDL sedang, yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 3 orang (37,50%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 5 orang (62,50%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,49, r= -0,17).
Tabel 29. Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi berdasarkan MMSE dan CDT
IV.1.6.2.2. Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
Hasil analisa statistik menunjukkan besar risiko kadar K-HDL sedang yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=0,50; IK 95% 0,07-3,21), baik berdasarkan MMSE ataupun CDT.
Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dapat dilihat pada tabel 30.
Tabel 30. Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi berdasarkan MMSE dan CDT
IV.1.6.3.1. Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
Berdasarkan pemeriksaan MMSE dan CDT, pasien yang memiliki kadar K-HDL rendah mengalami gangguan kognitif sebanyak 7 orang (53,80%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 6 orang (46,20%), sedangkan pasien yang memiliki kadar K-HDL sedang, mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (16,70%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif 5 orang (83,30%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang lemah (p=0,14, r= -0,35). Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 31.
Tabel 31. Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus berdasarkan MMSE dan CDT
Kadar K-HDL
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Sedang 1 (16,70%) 5 (83,30%) 6 (100,00%) 0,14 -0,35
Rendah 7 (53,80%) 6 (46,20%) 13 (100,00%) uji korelasi spearman
Hasil analisa statistik menggunakan uji regresi logistik menunjukkan besar risiko K-HDL sedang yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=0,17; IK 95% 0,01-1,90), baik berdasarkan MMSE ataupun CDT.
Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus dapat dilihat pada tabel 32.
Tabel 32. Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus berdasarkan MMSE dan CDT
Kadar K-HDL
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Sedang 1 (16,70%) 5 (83,30%) 6 (100,00%) 0,15 0,17 (IK 0,01- 0,90) Rendah 7 (53,80%) 6 (46,20%) 13 (100,00%)
uji regresi logistik
IV.1.7. Hubungan dan besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
IV.1.7.1. Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
orang (33,30%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 8 orang (66,70%).
Berdasarkan pemeriksaan CDT, pasien yang memiliki dengan kadar K-HDL rendah mengalami gangguan kognitif sebanyak 2 orang (28,60%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 5 orang (71,4%). Pada kadar kolesterol sedang, yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 3 orang (25,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 9 orang (75,00%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif dimana terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,70, r= -0,09) berdasarkan MMSE, dan terdapat korelasi yang negatif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,87, r= -0,04) berdasarkan CDT.
Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 33 dan 34.
Tabel 33. Hubungan kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan MMSE
Kadar K-HDL
Gangguan Kognitif Total p R Positif (+) Negatif (-)
Sedang 4 (33,30%) 8 (66,70%) 12
(100,00%)
0,70 -0,09
Rendah 3 (42,90%) 4 (57,10%) 7
(100,00%) uji korelasi spearman
Kadar K-HDL
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Sedang 3 (25,00%) 9 (75,00%) 12
(100,00%)
0,87 -0,04
Rendah 2 (28,60%) 5 (71,40%) 7
(100,00%) uji korelasi spearman
IV.1.7.2. Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
Hasil analisa statistik menunjukkan besar risiko kadar K-HDL sedang yang tidak bermakna terhadap gangguan kognitif (OR=0,67;IK 95% 0,10-4,54) berdasarkan pemeriksaan MMSE dan juga tidak bermakna terhadap gangguan kognitif (OR=0,83; IK 95% 0,10- 6,78) berdasarkan pemeriksaan CDT.
Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke dapat dilihat pada tabel 35 dan 36.
Tabel 35. Besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan MMSE
Kadar K-HDL
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Sedang 4 (33,30%) 8 (66,70%) 12
(100,00%)
0,68 0,67
(IK 0,10-4,54) Rendah 3 (42,90%) 4 (57,10%) 7
(100,00%) uji regresi logistik
Kadar K-HDL
Gangguan Kognitif Total P OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Sedang 3 (25,00%) 9 (75,00%) 12
(100,00%)
0,86 0,83 (IK 0,10- 6,78) Rendah 2 (28,60%) 5 (71,40%) 7
(100,00%) uji regresi logistik
IV.1.8. Hubungan dan besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik
IV.1.8.1. Hubungan dan besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
IV.1.8.1.1. Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang lemah (p=0,41, r= 0,20).
Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 37.
Tabel 37. Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar K-LDL
Gangguan Kognitif Total p R Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 2 (66,70%) 1 (33,30%) 3 (100,00%) 0,41 0,20
Sedang 4 (66,70%) 2 (33,30%) 6 (100,00%)
Rendah 6 (60,00%) 4 (40,00%) 10(100,00%) uji korelasi spearman
IV.1.8.1.2. Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus
gangguan fungsi kognitif (OR= 2,50; IK 95% 0,19-32,19), baik berdasarkan MMSE ataupun CDT.
Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus ini dapat dilihat pada tabel 38.
Tabel 38. Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus berdasarkan MMSE dan CDT
Kadar K-LDL
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 3 (75,00%) 1 (25,00%) 4
(100,00%)
0,48 2,50 (IK 0,19-32,19) Sedang 3 (75,00%) 1 (25,00%) 4
(100,00%)
0,48 2,50 (IK 0,19-32,19) Rendah 6 (54,50%) 5 (45,50%) 11
(100,00%)
Pembanding uji regresi logistik
IV.1.8.2 Hubungan dan besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
IV.1.8.2.1. Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
2 orang (50,00%). Pada kadar K-LDL tinggi, yang mengalami gangguan kognitif juga sebanyak 1 orang (50,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT, dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,89, r= 0,03).
Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 39.
Tabel 39. Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar K-LDL
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,89 0,03
Sedang 2 (50,00%) 2 (50,00%) 4 (100,00%)
Rendah 6 (46,20%) 7 (53,80%) 13 (46,20%) uji korelasi spearman
IV.1.8.2.2. Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi
gangguan fungsi kognitif (OR=1,16; IK 95% 0,06-22,94) dan besar risiko kadar K-LDL tinggi yang juga tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=1,16; IK 95% 0,12-10,99), baik berdasarkan MMSE ataupun CDT. Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi ini dapat dilihat pada tabel 40. Tabel 40. Besar risiko K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi berdasarkan MMSE
uji regresi logistik
IV.1.8.3. Hubungan dan besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
IV.1.8.3.1. Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
Baik berdasarkan pemeriksaan MMSE dan CDT, masing-masing didapati pasien yang memiliki kadar LDL rendah mengalami gangguan kognitif sebanyak 5 orang (41,70%) dan yang tidak megalami gangguan kognitif sebanyak 7 orang (58,30%), sedangkan pasien yang memiliki kadar LDL sedang yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 2 orang (40,00%), dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 3 orang Kadar
K-LDL
Gangguan Kognitif Total P OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,91 1,16(IK 0,06-22,94) Sedang 2 (50,00%) 2 (50,00%) 4 (100,00%) 0,89 1,16(IK
(60,00%). Pada kadar LDL yang tinggi, yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman didapati hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif, dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang lemah pada stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,93, r= 0,02). Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 41.
Tabel 41. Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus berdasarkan skor MMSE dan CDT
Kadar K-LDL
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,93 0,02 Sedang 2 (40,00%) 3 (60,00%) 5 (100,00%)
Rendah 5 (41,70%) 7 (58,30%) 12 (100,00%) uji korelasi spearman
IV.1.8.3.2. Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus
kognitif (OR= 0,93; IK 95% 0,11-7,82), dan begitu juga dengan besar risiko kadar LDL tinggi yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR=1,40; IK 95% 0,07-28,12), baik berdasarkan MMSE ataupun CDT.
Besar risiko kadar LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus ini dapat dilihat pada tabel 42.
Tabel 42. Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus berdasarkan MMSE
Kadar K-LDL
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2
(100,00%)
0,83 1,40 (IK 0,07-28,12)
Sedang 2 (40,00%) 3 (60,00%) 5
(100,00%)
0,95 0,93 (IK 0,11-7,82)
Rendah 5 (41,70%) 7 (58,30%) 12
(100,00%)
Pembanding uji regresi logistik
IV.1.9. Hubungan dan besar risiko kadar K- LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
IV.1.9.1. Hubungan kadar K- LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
(30,80%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 9 orang (69,20%), sedangkan pasien yang memiliki kadar K-LDL sedang mengalami gangguan kognitif sebanyak 2 orang (50,00%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 2 orang (50,00%). Pada kadar K-LDL tinggi mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%), dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%).
Berdasarkan pemeriksaan CDT, pasien yang memiliki kadar K-LDL rendah, yang mengalami gangguan kognitif sebanyak 3 orang (23,10%) dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 10 orang (76,90%), begitu juga dengan pasien yang memiliki kadar K-LDL sedang, mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (25,00%), dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 3 orang (75,00%). Pada kadar K-LDL yang tinggi mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%), dan yang tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 1 orang (50,00%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji spearman
ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif , dimana terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah (p=0,45, r= 0,18) berdasarkan MMSE, dan terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang s lemah (p=0,59, r= 0,13) berdasarkan pemeriksaan CDT.
Tabel 43. Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan skor MMSE
Kadar K-LDL
Gangguan Kognitif Total p r Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,45 0,18
Sedang 2 (50,00%) 2 (50,00%) 4 (100,00%)
Rendah 4 (30,80%) 9 (69,20%) 13(100,00%) uji korelasi spearman
Tabel 44. Hubungan kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan skor CDT
Kadar K-LDL
Gangguan Kognitif Total p R Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,59 0,13
Sedang 1 (25,00%) 3 (75,00%) 4 (100,00%)
Rendah 3 (23,10%) 10 (76,90%) 13 (100,00%) uji korelasi spearman
IV.1.9.2. Besar risiko kadar K- LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke
Hasil analisa statistik menggunakan uji regresi logistik menunjukkan besar risiko K-LDL sedang yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR= 1,11; IK 95% 0,08-15,04) dan juga besar risiko kadar K-LDL tinggi yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif (OR= 3,33; IK 95% 0,11-25,43), berdasarkan pemeriksaan CDT.
Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke ini dapat dilihat pada tabel 45 dan 46.
Tabel 45. Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan MMSE
Kadar K-LDL
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,60 2,25 (IK 0,11-45,72) Sedang 2 (50,00%) 2 (50,00%) 4 (100,00%) 0,49 2,25 (IK
0,23-22,14) Rendah 4 (30,80%) 9 (69,20%) 13(100,00%) Pembanding uji regresi logistik
Tabel 46. Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien non stroke berdasarkan CDT
Kadar K-LDL
Gangguan Kognitif Total p OR (IK 95%) Positif (+) Negatif (-)
Tinggi 1 (50,00%) 1 (50,00%) 2 (100,00%) 0,44 3,33 (IK 0,11-25,43) Sedang 1 (25,00%) 3 (75,00%) 4 (100,00%) 0,94 1,11 (IK
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan tujuan untuk melihat besar risiko kadar lipid serum terhadap fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dan non stroke .
Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif terhadap pasien stroke iskemik dan non stroke yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring. Pada penelitian ini penderita non stroke dan stroke iskemik yang didiagnosa dengan anamnese, pemeriksaan fisik, CT sken kepala dan dilakukan pemeriksaan darah untuk kadar lipid serum. Setiap pasien stroke iskemik dan non stroke yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dilakukan penilaian fungsi kognitif yaitu skor MMSE dan CDT pada hari keempat belas. Namun pada penelitian ini, 4 orang pasien diundur waktu pemeriksaan fungsi kognitifnya (± 7 hari) dikarenakan keadaan pasien yang belum kondusif untuk pemeriksaan fungsi kognitif. Hal ini dapat dikarenakan sejumlah disfungsi kognitif akut dapat membaik selama minggu-minggu dan bulan pertama setelah stroke karena adanya rekanalisasi diikuti oleh reperfusi, atau plastisitas serebral.
IV.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian
sebanyak 28 orang (49,10%) dan jenis pekerjaan terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 16 orang (28,10%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lu dkk (2016), dimana didapati pria lebih banyak dibanding wanita dengan rerata usia diatas 60 tahun, dan pendidikan yang lebih rendah pada pasien stroke iskemik akut.
Misbach dan Jannis (2011) menyatakan bahwa penyakit serebrovaskuler atau stroke menyerang kelompok usia di atas 40 tahun. Salah satu faktor risiko stroke yang terjadi pada usia tua adalah terjadinya aterosklerosis. Semakin tua kecenderungan mengalami aterosklerosis juga semakin meningkat. Setelah usia 30 tahun, lesi aterosklerotik mulai tampak. Setelah usia 50 tahun, tampak ada kecenderungan arteri serebral yang kecil juga terkena proses aterosklerosis sehingga semakin banyak pembuluh darah yang tersumbat dan akan menyebabkan kurangnya pasokan darah ke daerah otak yang membutuhkan, yang dapat menyebabkan terjadinya stroke (Mardjono dan Sidharta, 1997).
tinggi pada tingkat edukasi yang lebih pendek dibandingkan dengan tingkat edukasi yang paling tinggi (Andersen dkk, 2014).
Pada pasien non stroke didapati rerata usia kelompok non stroke didapati 56,26 ± 11,11 tahun, jenis kelamin terbanyak adalah wanita yaitu 12 orang (63,20%), pendidikan terbanyak adalah SMA yaitu 9 orang (47,40%), pekerjaan terbanyak adalah IRT yaitu 10 orang (52,60%) dan diagnosa terbanyak adalah nyeri punggung bawah akibat HNP Lumbalis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meucci dkk (2015) dimana didapati wanita, meningkat mulai dekade ketiga dari kehidupan sampai umur 60 tahun, memilki status ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah.
Pada penelitian epidemiologis didapati puncak prevalensi nyeri punggung bawah pada kelompok usia 45-60 tahun. Status sosial yang lebih rendah umumnya melakukan pekerjaan secara manual (angkat berat), tentunya mempunyai prevalensi yang lebih untuk nyeri punggung bawah (Lubis, 2002)
Tabel 47.a. Perbandingan data demografi subjek penelitian stroke iskemik
Penelitian ini 2016 • Total subyek penelitian stroke iskemik memiliki subjek 33 pria (56,10%) dan 25 wanita (43,90%), • Rerata usia total kelompok stroke iskemik didapati 57,39 ± 11,35 tahun
• Pendidikan paling banyak adalah SMA yaitu 28 orang (49,10%)
Lu dkk 2016 Didapati pria lebih banyak dibanding wanita dengan rerata usia diatas 60 tahun, dan pendidikan yang lebih rendah pada pasien stroke iskemik akut
Tabel 47.b Perbandingan data demografi subjek penelitian non stroke Penelitian ini 2016 • Total subyek penelitian non stroke memiliki
subjek 7 pria (36,80%) dan 12 wanita (63,20%) • Rerata usia kelompok non stroke didapati 56,26 ±11,11 tahun
• Pendidikan terakhir paling banyak adalah SMA yaitu 9 orang (47,40%)
Meucci dkk 2015 Prevalensi nyeri punggung bawah meningkat pada wanita, mulai dekade ketiga dari kehidupan sampai umur 60 tahun, memilki status ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah
IV.2.2. Hubungan dan besar risiko kadar lipid serum terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik
IV.2.2.1. Hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji korelasi
kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,79, r= 0,07), kelompok stroke iskemik dengan hipertensi ( p=0,91, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,82, r= 0,05). Korelasi positif yang terdapat pada hubungan ini, mengandung makna bahwa semakin tinggi kadar K-total, maka semakin besar terjadi gangguan kognitif.
Tabel 48. Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik
Penelitian ini 2016 • Hubungan kadar K-total yang tidak bermakna, dengan korelasi positif dan kekuatan sangat lemah terhadap gangguan fungsi kognitif pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,79, r= 0,07), kelompok stroke iskemik dengan hipertensi ( p=0,91, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,82, r= 0,05), baik pada MMSE ataupun CDT
• Besar risiko kadar K-total yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif, baik dengan pemeriksaan MMSE dan CDT pada semua kelompok stroke iskemik yaitu pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (OR=1,33; IK 95% 0,16-11,07 untuk kadar K-total sedang OR=1,33; IK 95% 0,09-20,11 untuk kadar K-total tinggi), pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (OR=1,14; IK 95% 0,06-21,87), dan pada stroke iskemik dengan diabetes melitus untuk kadar K-total sedang OR 0,60;IK 95% 0,08-4,76, dan kadar K-total tinggi : OR 1,20; IK 95% 0,06-24,47)
Melon dkk 2005 Kadar K-total yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko gangguan kognitif setelah stroke iskemik, dimana hal ini tidak bermakna (OR=1,86; IK 95% 0,91-3,82)
Mielke dkk 2008 Didapati kadar K-total yang lebih tinggi berhubungan dengan performa kognitif yang lebih baik (p˂0,02)
Zuliani dkk 2011 Peningkatan kadar K-total tidak bermakna terhadap terjadinya demensia vaskular
Leritz dkk 2016 Kadar K-total yang lebih tinggi tidak berhubungan dengan performa kognitif yang lebih buruk
ini tidak bermakna (OR=1,86; IK 95% 0,91-3,82). Penelitian Zuliani dkk (2011) juga menemukan peningkatan kadar K-total tidak bermakna terhadap terjadinya demensia vaskular. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Leritz dkk (2016) dimana didapati kadar kolesterol total yang lebih tinggi tidak berhubungan dengan performa kognitif yang lebih buruk. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mielke dkk (2008) dimana didapati kadar K-total yang lebih tinggi berhubungan bermaknadengan performa kecepatan motorik yang lebih baik (p˂0,02).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mielke dkk (2008) karena pada penelitian tersebut, usia subjek penelitian mempunyai rerata usia yang lebih tua (74,5 ± 2,8 tahun), hanya berjenis kelamin wanita, dan pemeriksaan fungsi kognitif mencakup beberapa alat, yaitu: trail making test A dan B (TMT-A dan TMT-B), MMSE, Hopkins Verbal Learning Test-Revised(HVLT-R), dan Purdue Pegboard, sedangkan pada penelitian ini, rerata usia subjek penelitiannya lebih muda yaitu 57,39 ± 11,35 tahun dengan jenis kelamin terbanyak adalah pria yaitu 32 orang (56,10%) dan alat yang digunakan untuk memeriksakan fungsi kognitifnya hanya berdasarkan MMSE dan CDT.
adalah prasyarat penting, dan mengatur pertumbuhan mielin. Mielin adalah hal fundamental dalam meningkatkan kecepatan neurotransmisi, dan karena itu, respon motorik. Karena proses normal yang melambat seiring dengan usia, kadar kolesterol tinggi dapat membantu melawan efek dari penurunan mielin (Mielke dkk, 2008).
Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif dengan studi sebelumnya dapat dilihat pada tabel 48.
IV.2.2.2. Hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji korelasi
spearman, didapati hubungan yang tidak bermakna dan terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah antara kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT pada semua kelompok stroke iskemik, yaitu kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,50, r= 0,16), kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (p=0,91, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,78, r= 0,07). Korelasi positif yang terdapat pada hubungan ini, mengandung makna bahwa semakin tinggi kadar trigliserida, maka semakin besar terjadi gangguan kognitif.
fungsi kognitif, dimana kadar trigliserida sedang memiliki risiko 0,33 kali (IK 95% 0,02-5,03) dan kadar trigliserida tinggi memiliki risiko 3,33 kali (IK 95% 0,28-40,29) terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar trigliserida rendah namun hal ini juga tidak bermakna. Begitu juga dengan kelompok stroke iskemik dengan hipertensi, dimana kadar trigliserida sedang dan tinggi memiliki risiko 1,14 kali (IK 95% 0,06-21,87) terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar trigliserida rendah, namun hal ini tidak bermakna. Pada kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus juga dijumpai kenaikan kadar trigliserida yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif dimana kadar trigliserida sedang memiliki risiko 0,47 kali (IK 95% 0,04-5,90), dan kadar trigliserida tinggi memiliki risiko 2,80 kali (IK 95% IK 0,20-40,06) terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar trigliserida rendah.
Tabel 49. Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik
Penelitian ini 2016 • Didapati hubungan yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,50, r= 0,16), kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (p=0,91, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,78, r= 0,07), baik pada MMSE ataupun CDT
• Didapati risiko trigliserida yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif,baik dengan pemeriksaan MMSE dan CDT pada semua kelompok stroke iskemik, yaitu pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (OR=0,33; IK 95% 0,02-5,03 untuk kadar trigliserida sedang dan OR= 3,33 IK 95% 0,28-40,29 untuk kadar trigliserida tinggi), pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (OR=1,14; IK 95% 0,06-21,87), dan pada stroke iskemik dengan diabetes melitus ( OR 0,47; IK 95% 0,04-5,90 untuk kadar trigliserida sedang dan OR 2,80; IK 95% IK 0,20-40,06 untuk kadar kolesterol tinggi)
Zuliani dkk 2011 Peningkatan kadar trigliserida tidak bermakna terhadap terjadinya demensia vaskular
Leritz dkk 2016 Kadar trigliserida yang lebih tinggi memiliki risiko yang bermakna terhadap performa kognitif yang lebih buruk
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Leritz dkk (2016) yang mendapat risiko kadar trigliserida yang bermakna terhadap performa kognitif yang lebih buruk, dimana pada penelitian tersebut, usia subjek penelitian dalam rentang yang lebih tua (rerata 68,10± 9,61) dan subjek penelitannya menjalani sekumpulan pemeriksaan