• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan dan besar risiko kadar lipid serum terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

IV. 1.8.3.2 Besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan diabetes melitus

IV.2.2. Hubungan dan besar risiko kadar lipid serum terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

IV.2.2.1. Hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji korelasi

spearman, didapati hubungan yang tidak bermakna dan terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah antara kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif baik dengan pemeriksaan

kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,79, r= 0,07), kelompok stroke iskemik dengan hipertensi ( p=0,91, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,82, r= 0,05). Korelasi positif yang terdapat pada hubungan ini, mengandung makna bahwa semakin tinggi kadar K-total, maka semakin besar terjadi gangguan kognitif.

Kadar K-total tinggi dan sedang berisiko 1,33 kali terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar kolesterol yang rendah, tetapi hal ini tidak bermakna, baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (OR=1,33; IK 95% 0,04-20,11 untuk kadar K-total sedang dan OR=1,33; IK 95% 0,16-11,07 untuk kadar K-total tinggi). Begitu juga dengan kelompok stroke iskemik dengan hipertensi, dimana kadar kolesterol total tinggi dan sedang memiliki risiko 1,14 kali untuk terjadinya gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar kolesterol yang rendah tetapi hal ini tidak bermakna, baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT (OR=1,14; IK 95% 0,06-21,87). Pada kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus, juga didapati kadar kolesterol total sedang dan tinggi yang tidak bermaknauntuk terjadinya gangguan fungsi kognitif dimana kadar kolesterol sedang memiliki risiko 0,60 kali (IK 95% 0,08-4,76), dan kadar kolesterol tinggi memiliki risiko 1,20 kali (IK 95% 0,06-24,47) dibandingkan terhadap kadar kolesterol total rendah.

Tabel 48. Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

Penelitian ini 2016 • Hubungan kadar K-total yang tidak bermakna, dengan korelasi positif dan kekuatan sangat lemah terhadap gangguan fungsi kognitif pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,79, r= 0,07), kelompok stroke iskemik dengan hipertensi ( p=0,91, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,82, r= 0,05), baik pada MMSE ataupun CDT

• Besar risiko kadar K-total yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif, baik dengan pemeriksaan MMSE dan CDT pada semua kelompok stroke iskemik yaitu pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (OR=1,33; IK 95% 0,16-11,07 untuk kadar K-total sedang OR=1,33; IK 95% 0,09-20,11 untuk kadar K-total tinggi), pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (OR=1,14; IK 95% 0,06-21,87), dan pada stroke iskemik dengan diabetes melitus untuk kadar K-total sedang OR 0,60;IK 95% 0,08-4,76, dan kadar K-total tinggi : OR 1,20; IK 95% 0,06-24,47)

Melon dkk 2005 Kadar K-total yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko gangguan kognitif setelah stroke iskemik, dimana hal ini tidak bermakna (OR=1,86; IK 95% 0,91-3,82)

Mielke dkk 2008 Didapati kadar K-total yang lebih tinggi berhubungan dengan performa kognitif yang lebih baik (p˂0,02)

Zuliani dkk 2011 Peningkatan kadar K-total tidak bermakna terhadap terjadinya demensia vaskular

Leritz dkk 2016 Kadar K-total yang lebih tinggi tidak berhubungan dengan performa kognitif yang lebih buruk

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Melon dkk (2005) dimana menemukan bahwa kadar kolesterol total yang lebih tinggi dapat

ini tidak bermakna (OR=1,86; IK 95% 0,91-3,82). Penelitian Zuliani dkk (2011) juga menemukan peningkatan kadar K-total tidak bermakna terhadap terjadinya demensia vaskular. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Leritz dkk (2016) dimana didapati kadar kolesterol total yang lebih tinggi tidak berhubungan dengan performa kognitif yang lebih buruk. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mielke dkk (2008) dimana didapati kadar K-total yang lebih tinggi berhubungan bermaknadengan performa kecepatan motorik yang lebih baik (p˂0,02).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mielke dkk (2008) karena pada penelitian tersebut, usia subjek penelitian mempunyai rerata usia yang lebih tua (74,5 ± 2,8 tahun), hanya berjenis kelamin wanita, dan pemeriksaan fungsi kognitif mencakup beberapa alat, yaitu: trail making test A dan B (TMT-A dan TMT-B), MMSE, Hopkins Verbal Learning Test- Revised(HVLT-R), dan Purdue Pegboard, sedangkan pada penelitian ini, rerata usia subjek penelitiannya lebih muda yaitu 57,39 ± 11,35 tahun dengan jenis kelamin terbanyak adalah pria yaitu 32 orang (56,10%) dan alat yang digunakan untuk memeriksakan fungsi kognitifnya hanya berdasarkan MMSE dan CDT.

Kadar kolesterol tinggi yang diukur pada usia lanjut mungkin tidak menurunkan proses kognitif seperti kadar tinggi di usia pertengahan. Kolesterol mempunyai banyak fungsi penting, seperti mempertahankan membran sel, dimana kepentingan khusus terhadap penuaan sel. Selanjutnya, studi terakhir melaporkan bahwa ketersediaan kolesterol

adalah prasyarat penting, dan mengatur pertumbuhan mielin. Mielin adalah hal fundamental dalam meningkatkan kecepatan neurotransmisi, dan karena itu, respon motorik. Karena proses normal yang melambat seiring dengan usia, kadar kolesterol tinggi dapat membantu melawan efek dari penurunan mielin (Mielke dkk, 2008).

Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar K-total terhadap gangguan fungsi kognitif dengan studi sebelumnya dapat dilihat pada tabel 48.

IV.2.2.2. Hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji korelasi

spearman, didapati hubungan yang tidak bermakna dan terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang sangat lemah antara kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT pada semua kelompok stroke iskemik, yaitu kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,50, r= 0,16), kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (p=0,91, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,78, r= 0,07). Korelasi positif yang terdapat pada hubungan ini, mengandung makna bahwa semakin tinggi kadar trigliserida, maka semakin besar terjadi gangguan kognitif.

fungsi kognitif, dimana kadar trigliserida sedang memiliki risiko 0,33 kali (IK 95% 0,02-5,03) dan kadar trigliserida tinggi memiliki risiko 3,33 kali (IK 95% 0,28-40,29) terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar trigliserida rendah namun hal ini juga tidak bermakna. Begitu juga dengan kelompok stroke iskemik dengan hipertensi, dimana kadar trigliserida sedang dan tinggi memiliki risiko 1,14 kali (IK 95% 0,06- 21,87) terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar trigliserida rendah, namun hal ini tidak bermakna. Pada kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus juga dijumpai kenaikan kadar trigliserida yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif dimana kadar trigliserida sedang memiliki risiko 0,47 kali (IK 95% 0,04-5,90), dan kadar trigliserida tinggi memiliki risiko 2,80 kali (IK 95% IK 0,20-40,06) terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar trigliserida rendah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zuliani dkk (2011) dimana didapati peningkatan kadar trigliserida tidak bermakna terhadap terjadinya demensia vaskular. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Leritz dkk (2016) dimana didapati kadar trigliserida yang lebih tinggi berhubungan secara bermakna dengan performa kognitif yang lebih buruk.

Tabel 49. Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

Penelitian ini 2016 • Didapati hubungan yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,50, r= 0,16), kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (p=0,91, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,78, r= 0,07), baik pada MMSE ataupun CDT

• Didapati risiko trigliserida yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif,baik dengan pemeriksaan MMSE dan CDT pada semua kelompok stroke iskemik, yaitu pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (OR=0,33; IK 95% 0,02-5,03 untuk kadar trigliserida sedang dan OR= 3,33 IK 95% 0,28- 40,29 untuk kadar trigliserida tinggi), pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (OR=1,14; IK 95% 0,06-21,87), dan pada stroke iskemik dengan diabetes melitus ( OR 0,47; IK 95% 0,04-5,90 untuk kadar trigliserida sedang dan OR 2,80; IK 95% IK 0,20-40,06 untuk kadar kolesterol tinggi)

Zuliani dkk 2011 Peningkatan kadar trigliserida tidak bermakna terhadap terjadinya demensia vaskular

Leritz dkk 2016 Kadar trigliserida yang lebih tinggi memiliki risiko yang bermakna terhadap performa kognitif yang lebih buruk

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Leritz dkk (2016) yang mendapat risiko kadar trigliserida yang bermakna terhadap performa kognitif yang lebih buruk, dimana pada penelitian tersebut, usia subjek penelitian dalam rentang yang lebih tua (rerata 68,10± 9,61) dan subjek penelitannya menjalani sekumpulan pemeriksaan

neurophsychological yang komprehensif, sedangkan pada penelitain ini didapati subjek penelitian yang lebih muda (rerata 57,39 ± 11,35) dan

pemeriksaan fungsi kognitifnya yang hanya menggunakan MMSE dan CDT.

Trigliserida yang lebih tinggi diketahui berkonstribusi terhadap penyakit aterosklerosis dan serebrovaskular, dan sumber spesifik dari kelebihan lemak dan kalori yang berakumulasi dalam pembuluh darah melalui badan, termasuk otak. Diketahui hubungan antara penyakit serebraovaskular dan fungsi kognitif yang lebih rendah, hal ini kemungkinan besar kadar yang lebih tinggi berkontribusi terhadap performa kognitif melalui kerusakan jaringan langsung sebagai hasil dari penurunan aliran darah. Namun trigliserida ini juga dapat memberikan peran penting terhadap fungsi kognitif dimana trigliserida dapat meningkatkan transport ghrelin dan insulin melewati blood brain barrier, dan mempengaruhi munculnya peptida orexigenic hypothalamic peptides, yang dapat memberikan efek positif dari fungsi kognitif. Kadar trigliserida yang lebih tinggi menandakan jumlah asam lemak yang bersirkulasi berlimpah, dimana merupakan komponen molekul penting yang menentukan integritas dan kinerja otak, dan menjaga tingkat berlimpah asam lemak sangat penting untuk menjaga fungsi otak yang baik. Ketiga, trigliserida serum dapat menjadi indikator status gizi, tingkat normal dari trigliserida menunjukkan asupan nutrisi dan energi memadai tapi tidak berlebihan (Leritz dkk, 2016; Yin dkk, 2012).

Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar trigliserida terhadap gangguan kognitif dengan studi sebelumnya dapat dilihat pada tabel 49.

IV.2.2.3. Hubungan dan besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

Dari empat fraksi lipid serum, hanya didapati kadar K-HDL yang memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif, dimana hubungan yang bermakna ini hanya didapati pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus, dengan korelasi negatif dimana kekuatan hubungan sedang,berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman pada pemeriksaan MMSE ataupun CDT (p=0,01, r= -0,59). Namun pada kelompok stroke iskemik lainnya didapati hubungan yang tidak bermakna dengan korelasi yang negatif dimana kekuatan hubungan yang sangat lemah antara kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif, baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (p=0,49, r= -0,17) dan kekuatan hubungan yang lemah antara kadar K- HDL terhadap gangguan fungsi kognitif, baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT pada kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,14, r= -0,35), baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT. Korelasi negatif yang terdapat pada hubungan ini, mengandung makna bahwa semakin tinggi kadar K-HDL, maka semakin rendah terjadinya

Dari empat fraksi lipid yang dinilai pada subjek kelompok penelitian pasien stroke iskemik, hanya didapatkan kadar K-HDL yang memiliki risiko bermaknaterhadap gangguan fungsi kognitif pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus, dimana pada kadar K- HDL sedang berisiko 0,06 kali terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan kadar K-HDL rendah, baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT (OR=0,06;IK 95% 0,10-0,67). Namun, kadar K-HDL sedang ini didapati tidak bermakna dalam penurunan terjadinya gangguan kognitif pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (OR=0,50; IK 95% 0,07- 3,21), pada stroke iskemik dengan diabetes melitus (OR=0,17; IK 95% 0,01-1,90)

Hal ini sejalan dengan studi kohort yang dilakukan oleh Reitz dkk (2004), dimana didapati bahwa kadar K-HDL yang tinggi dapat menurunkan prevalensi demensia vaskular (odds ratio (OR) 0,47; 95%

confidence interval (CI) 0,27-0,83, p=0,02) dan peningkatan kadar K-LDL berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya demensia vaskular (hazad ratio (HR) 2,45; 95% CI 1,05–5,70, p=.0,04). Pada penelitian Zuliani dkk (2011) yang menyimpulkan bahwa kadar K-HDL yang rendah (˂45mg/dL) berhubungan dengan demensia vaskular dibandingkan kontrol (OR 6,52; 95% CI 1,42-30,70). Penelitian prospektif yang dilakukan Exel dkk (2002) juga ditemukan bahwa kadar K-total, TG dan K-LDL menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermaknadengan gangguan kognitif atau demensia. Namun ditemukan kadar K-HDL yang rendah yang

berhubungan bermakna dengan skor mini-mental state examination

(MMSE) yang lebih rendah pada pasien stroke (p˂0,001), dimana odds ratio untuk terjadinya demensia adalah 2,3 (95% CI 1,2-4,3).

Tabel 50. Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

Penelitian ini 2016 • Didapati hubungan yang bermana antara kadar K-HDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,01, r= -0,59).Namun didapati hubungan yang tidak bermakna pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (p=0,49, r= -0,17) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,14, r= -0,35), baik pada MMSE ataupun CDT

• Pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus, didapati kadar K-HDL sedang yang berisiko secara bermakna terhadap penurunan terjadinya gangguan fungsi kognitif (OR=0,06;IK 95% 0,01-0,67 pada MMSE dan CDT). Pada kelompok stroke iskemik lainnya tidak dijumpai besar risiko K-HDL yang bermakna terhadap penurunan terjadinya gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT yaitu pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (OR=0,50; IK 95% 0,07-3,21), pada stroke iskemik dengan diabetes melitus (OR=0,17; IK 95% 0,01-1,90)

Reitz dkk 2004 Kadar K-HDL yang lebih tinggi memiliki risiko yang bermakna terhadap penurunan terjadinya demensia vaskular (OR 0.47; 95% CI 0.27–0.83) Zuliani dkk 2011 Kadar K-HDL yang rendah (˂45mg/dL)

berhubungan dengan demensia vaskular dibandingkan kontrol (OR 6,52; 95% CI 1,42- 30,70)

menurunkan prevalensi demensia vaskular (odds ratio (OR) 0,47; 95%

confidence interval (CI) 0,27-0,83, p=0,02). Pada penelitian Zuliani dkk (2011) yang menyimpulkan bahwa kadar K-HDL yang rendah (˂45mg/dL) berhubungan dengan demensia vaskular dibandingkan kontrol (OR 6,52; 95% CI 1,42-30,70).

High density lipoproteins (HDL) mengandung apolipoprotein E (APOE) dan memfasilitasi transportasi kolesterol terbalik, yang berarti transportasi kolesterol jenis lain dari berbagai jaringan, termasuk otak ke hati . Selanjutnya, HDL rendah dan genotipe APOE-ε4 keduanya dikaitkan dengan peningkatan kejadian aterosklerosis, kontributor yang bermakna untuk hipoperfusi serebral, dan stroke. Serebrovaskular dan perubahan patologis Alzheimer’s disease sering bertepatan dalam kasus demensia dan dapat bertindak secara sinergis dalam penurunan kognitif. Defisit K- HDL juga dapat mempengaruhi memori melalui penyakit aterosklerosis dan stroke, ataupun injuri vaskular subklinik yang tidak terlihat dalam pemeriksaan (Ward dkk, 2010; Singh-Manoux dkk, 2008).

Penelitian ini juga didapati hasil yang bermakna hanya pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus dengan pemeriksaan MMSE dan CDT, dikarenakan hipertensi dan diabetes melitus merupakan faktor yang juga berkonstribusi terhadap gangguan fungsi kognitif.

Hipertensi menunjukkan mikrovaskular serebral terhadap tekanan pulsatil dan aliran darah yang menyebabkan robekan dari endotel vaskular

dan sel otot polos yang menyebabkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid. Gangguan yang timbul dari perfusi menyebabkan infark lakunar atau iskemik kronik yang menyebabkan leukoariosis yang berhubungan dengan perkembangan demensia. Sebagai faktor risiko vaskular, diabetes dapat mempengaruhi fungsi kognitif. Stres metabolik yang disebabkan keadaan hiperglikemia atau hipoglikemia dan pengaruh hiperinsulinemia merupakan penyebab potensial gangguan kognitif. Gangguan kognitif yang bermakna merupakan outcome dari episode hipoglikemia akut atau hipoglikemia kronik sub akut yang berulang. Hiperglikemia juga berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif. Dihipotesakan bahwa hiperglikemia dapat beraksi melalui advanced glycation end- products (AGE) yang ditemukan pada neuritic plaque (NP) dan

intracellular neurofibrillary tangles (NFT) bahkan pada stadium dini

Alzheimer’s disease. Dikatakan bahwa Aβ mengaktifkan diekspresikan berlebihan reseptor AGE yang terlihat pada otak Alzheimer’s disease, sehingga menyebabkan peningkatan stres oksidatif dan kerusakan selular (Sahathevan dkk, 2012).

Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar K-HDL terhadap gangguan kognitif dengan studi sebelumnya dapat dilihat pada tabel 50.

IV.2.2.4. Hubungan dan besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

spearman, didapati hubungan yang tidak bermakna dan terdapat korelasi yang positif dengan kekuatan hubungan yang lemah antara kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,41, r= 0,20), dan kekuatan hubungan yang sangat lemah antara kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif baik dengan pemeriksaan MMSE ataupun CDT pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (p=0,89, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,93, r= 0,02). Korelasi positif yang terdapat pada hubungan ini, mengandung makna bahwa semakin tinggi kadar trigliserida, maka semakin besar terjadi gangguan kognitif.

Pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus, kadar K-LDL dapat berisiko terhadap gangguan fungsi kognitif, dimana kadar K-LDL sedang dan tinggi memiliki risiko 2,50 kali (IK 95% 0,19-32,19) terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar trigliserida rendah namun hal ini tidak bermakna.Begitu juga dengan kelompok stroke iskemik dengan hipertensi, dimana kadar K-LDL sedang dan tinggi memiliki risiko 1,16 kali (IK 95% 0,12-10,99) dan 1,16 kali (IK 95% 0,06-22,94) yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif baik berdasarkan MMSE ataupun CDT. Pada kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus dijumpai kenaikan kadar K-LDL yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif dimana kadar K-LDL sedang memiliki risiko 0,93 kali (IK 95% 0,11-7,82), dan kadar K-LDL tinggi

memiliki risiko 1,40 kali (IK 95% 0,07-28,12) terhadap gangguan fungsi kognitif dibandingkan terhadap kadar K-LDL rendah.

Tabel 51. Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik

Penelitian ini 2016 • Didapati hubungan yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus (p=0,41, r= 0,20), pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi (p=0,89, r= 0,03) dan kelompok stroke iskemik dengan diabetes melitus (p=0,93, r= 0,02), pada MMSE dan CDT

• Didapati risiko K-LDL yang tidak bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif,baik dengan pemeriksaan MMSE dan CDT pada semua kelompok stroke iskemik (OR=2,50;IK 95% 0,19- 32,19 untuk kadar K-LDL sedang dan tinggi pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi dan diabetes melitus, OR= 1,16; IK 95% 0,12-10,99 dan OR=1,16; IK 95% 0,06-22,94 untuk kadar K- LDL sedang dan tinggi pada kelompok stroke iskemik dengan hipertensi, dan pada stroke iskemik dengan diabetes melitus untuk kadar K- LDL sedang: OR 0,93; IK 95% 0,11-7,82 dan untuk kadar K-LDL tinggi : OR 1,40; IK 95% IK 0,07-28,12)

Reitz dkk 2004 Peningkatan kadar K-LDL berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya demensia vaskular (HR 2,45; 95% CI 1,05–5,70, p=.0,04)

Zuliani dkk 2011 Peningkatan kadar K-LDL tidak bermakna terhadap terjadinya demensia vaskular.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Zuliani dkk (2011) dimana didapati peningkatan kadar K-LDL tidak bermakna terhadap terjadinya demensia vaskular. Berbeda dengan studi kohort yang dilakukan oleh Reitz dkk (2004), dimana didapati peningkatan kadar K-LDL berhubungan bermakna dengan peningkatan risiko terjadinya demensia vaskular (hazad

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Reitz dkk (2004) yang mendapat risiko kadar K-LDL yang bermakna terhadap peningkatan risiko terjadinya demensia vaskular (hazad ratio (HR) 2,45; 95% CI 1,05–5,70, p=.0,04), dimana pada penelitian tersebut, usia subjek penelitian dalam rentang yang lebih tua (rerata 77,2± 6,7 tahun) dan lama pendidikan lebih rendah (rerata 6,61 tahun) sedangkan pada penelitian ini, usia subjek lebih muda (rerata 57,39 ± 11,35) dan lama pendidikan lebih tinggi yaitu paling banyak 12 tahun pada pasien stroke iskemik (49,10%).

Kadar K-LDL yang tinggi menyebabkan demensia pada pasien stroke tidak jelas, tetapi kemungkinan berhubungan dengan aterosklerosis. Kadar K-LDL yang tinggi diketahui berhubungan dengan penyakit jantung koroner dan aterosklerosis arteri karotis, yang dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif melalui emboli serebral atau hipoperfusi (Reitz dkk, 2004).

Perbandingan hubungan dan besar risiko kadar K-LDL terhadap gangguan kognitif dengan studi sebelumnya dapat dilihat pada tabel 51.

IV.2.3. Hubungan dan besar risiko kadar lipid serum terhadap

Dokumen terkait