• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Hubungan Curah Hujan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Kejadian kasus DBD di Kota Medan tertinggi pada bulan November dan

Desember, hal ini diikuti dengan intensitas curah hujan yang tinggi yaitu 335,74

mm. Hubungan curah hujan dengan kejadian DBD di Kota Medan pada Tahun

2010-2014 apabila dilihat dari uji korelasi perbulan menunjukan tidak adanya

korelasi, tetapi nilai korelasi rendah (r= 0,225) dan berpola positif. Berdasarkan

tingkat signifikansi menunjukan bahwa secara statistik tidak terdapat korelasi

yang signifikan antara curah hujan dengan kejadian diare (p=0,482).

Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana terhadap variabel curah hujan

perbulan di Kota Medan tahun 2010-2014 diketahui bahwa p>0,05 (p= 0,482)

dengan koefisien 0,130. Maka dapat disimpulkan bahwa curah hujan tidak ada

hubungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) per bulan di kota

Medan dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2014.

Hubungan curah hujan dengan kejadian DBD di Kota Medan pada Tahun 2010-

2014 apabila dilihat dari data pertahun menunjukan korelasi yang tinggi (r =

0,795) dan berpola positif artinya semakin tinggi curah hujan maka kejadian DBD

akan semakin tinggi juga. Berdasarkan tingkat signifikansi menunjukan bahwa

secara statistik tidak terdapat korelasi yang signifikan antara curah hujan dengan

kejadian diare (p=0,108).

Walaupun berdasarkan statistik curah hujan tidak berhubungan dengan kejadian

DBD, tetapi jika dilihat dari uji univariat, curah hujan berhubungan yang

signifikan terhadap kejadian DBD di Kota Medan. Hal ini dikarenakan rata-rata

curah hujan tertinggi terjadi dibulan November yaitu 335,74 mm, curah hujan

telurnya. Selain itu, sepanjang tahun curah hujan cukup tinggi dan menyebabkan

genangan air selalu ada dan memungkinkan nyamuk berkembangbiak. Hal ini

diperkuat juga dengan tingginya kasus DBD di bulan Oktober dan November

ketika curah hujan juga tinggi hingga bulan Januari. Maka dapat disimpulkan

bahwa curah hujan berhubungan dengan kejadian DBD di Kota Medan, walaupun

secara statistik nilai p>0,05.

Secara deskriptif, rata-rata total curah hujan setiap bulan diwilayah kota Medan

adalah 198,74 mm. Curah hujan di Kota Medan mengalami penaikan dan

penurunan yang signifikan disetiap bulannya. Curah hujan bulan April sebesar

143,40 mm dengan kejadian DBD sebesar 106,8 kasus, terjadi peningkatan curah

hujan menjadi 257,32 mm sedangkan kasus DBD menurun menjadi 94,6 kasus. Di

bulan berikutmya terjadi penurunan curah hujan menajdi 104,14 mm tetapi jumlah

kasus DBD meningkat menjadi 111,2 kasus. Hal ini dapat menjelaskan walaupun

curah hujan rendah, tetapi kasus DBD di Kota Medan tetap tinggi.

Curah hujan mempunyai pengaruh langsung terhadap keberadaan vektor nyamuk

Ae. aegypti. Curah hujan yang tinggi dan berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan banjir sehingga dapat menghilangkan tempat perindukan nyamuk

Aedes aegypti yang biasanya hidup di air bersih. Namun jika curah hujan kecil dan berlangsung lama akan menambah populasi nyamuk. Seperti penyakit

berbasis vektor salah satunya DBD yang menularkan virus dari satu manusia ke

manusia lain ( EHP, 2008).

Menurut Majidah (2010) dalam Rohimat (2002) menyatakan bahwa curah hujan

Merujuk pernyataan tersebut, curah hujan pada bulan September 2010 di Kota

Medan tercatat 346 mm dan jumlah kasus DBD sebanyak 346 kasus. Tetapi jika

dibandingkan dengan bulan Oktober 2010 curah hujan 272 mm dengan jumlah

kasus DBD 340 kasus. Hal ini menunjukan curah hujan yang tinggi tidak

sepenuhnya berpengaruh terhadap peningkatan jumlah kasus DBD.

Hubungan yang tidak signifikan antara curah hujan dengan angka kejadian DBD

di Kota Medan dimungkinkan terjadi karena masyarakat sudah melakukan

antisipasi dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebelum musim

penghujan datang. Kemudian bila dikaitkan dengan tempat perindukan nyamuk,

mungkin curah hujan yang cukup tinggi dengan hari hujan yang sedikit sehingga

dapat diduga tempat perindukan nyamuk hilang terkena hujan. Hal tersebut dapat

menurunkan vektor. Selain curah hujan, masih banyak faktor yang

memengaruhinya kejadian DBD di Kota Medan seperti faktor lingkungan,

perilaku masyarakat, pengetahuan, host (manusia), dan virus dengue di Kota

Medan. Karena selain air yang tergenang, penguapan, kelembaban dan suhu juga

memengaruhi telur nyamuk untuk menetas.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Iriani (2012) yang menyatakan bahwa

terdapat korelasi antara curah hujan dan peningkatan jumlah kasus DBD yang

dirawat, dimana korelasi mulai terjadi satu bulan sebelum puncak curah hujan

meningkat saat puncak curah hujan dan menurun satu bulan sesudahnya.

Menurut Achmadi (2007), perubahan iklim juga memengaruhi pola curah hujan

dan menimbulkan kejadian bencana khususnya banjir. Banjir merupakan

aegypti/Ae. albopictus tersebar luas di tanah air dan ada terus menerus sepanjang tahun dengan kepadatan yang turun naik sesuai dengan musim, pada musim

hujan akan naik dan musim kemarau akan turun sedikit banyak dipengaruhi oleh

klimatologi.

Peningkatan curah hujan dapat meningkatkan keberadaan vektor penyakit dengan

memperluas ukuran habitat larva yang ada dan membuat tempat

pemkembangbiakan nyamuk baru. Indeks curah hujan yang cukup tinggi akan

menyediakan cukup banyak tempat penampungan yang terisi oleh air hujan

dengan demikian akan menjadi tempat yang baik untuk tempat bertelurnya

nyamuk Ae.aegypti. Hujan berpengaruh terhadap kelembaban nisbi udara dan

tempat perindukan nyamuk juga bertambah banyak.

Indeks Curah Hujan (ICH) tidak secara langsung mempengaruhi

perkembangbiakan nyamuk, tetapi berpengaruh terhadap curah hujan ideal. Curah

hujan ideal artinya air hujan tidak sampai menimbulkan banjir dan air

menggenang di suatu wadah/media yang menjadi tempat perkembangbiakan

nyamuk yang aman dan relatif masih bersih (misalnya cekungan dipagar bambu,

pepohonan, kaleng bekas, atap atau talang rumah). Tersedianya air dalam media

menyebabkan telur nyamuk menetas dan setelah 10-12 hari akan berubah menjadi

nyamuk (Achmadi, 2010).

Secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan iklim meningkatkan curah hujan

yang berdampak pada meningkatnya habitat larva nyamuk sehingga

meningkatkan kepadatan populasi nyamuk (Achmadi, 2008).

5.3 Hubungan Kelembaban Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Dokumen terkait