• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari total energi pakan yang diterima, hampir 60%nya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, sedangkan . sisanya (40%) untuk pertumbuban (Yamada, 1983). Menurut Cho dkk. (1985) menyataban bahwa 10-40% dari total energi yang dikonsumsi hilang melalui feses. Brett dan Grovers (1979) menyarankan untuk mengurangi kehilangan energi dalam feses dengan memperhatikan komponen bahan pakan yang dicerna.

Pemberian energi pakan secara optimum sangatlah penting karena kelebihan atau kekurangan energi dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan.

Oleh karena itu, energi dibutuhkan untuk pemeliharaan dan aktivitas bagi hewan harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum energi digunakan untuk pertumbuhan.

Perturnbullan ikan sangat bergantung lcepada energi yang tersedia dalam pakan dan pembelanjaan energi tersebut. Menurut Lovell (1989) menyatakan bahwa

kebutuhan energi untuk pemeliharaan (maintenance) harus terpenuhi terlebih dahulu dan apabila berlebih maka akan digunakan untuk pertumbuhan. Energi untuk seluruh aktivitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari nutrien non protein (lemak dan karbohidrat). Apabila sumbangan energi dari bahan non protein tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangunan jaringan tubuh akan berkurang. Dengan kata lain, penambahan nutrien non protein sebagai penghasil energi dapat menurunkan penggunaan protein sebagai sumber energi sehingga dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang pertumbuhan ikan (Kurnia, 2002).

Dalam penyusunan ransum ikan perlu pula diperhatikan keseimbangan antara protein dan energinya. Pakan yang kandungan energinya rendah dapat menyebabkan ikan menggunakan sebagian besar protein sebagai sumber energi untuk keperluan rnetabolisme sehingga bagian protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Sebaliknya, jika kandungan energi pakan tinggi dapat membatasi pakan yang dimakan. Keadaan ini dapat membatasi jumlah protein yang dimakan ikan. Alcibatnya pertumbuhan ikan menjadi relatif rendah (Lovell,

1989).

Elliot (1979) menyatakan bahwa perubahan kandungan energi tubuh ikan dapat bertambah atau berkurang. Apabila energi harian yang dikonsumsi lebih kecil daripada yang dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh maka kandungan energi total ikan tersebut akan berkurang karena adanya sejumlah protein yang diuraikan bergantung pada jumlah energi yang dikonsumsi dan besarnya cadangan protein serta lemak yang ada. Sebaliknya bila energi yang dikonsumsi lebih banyak daripada yang dibutuhkan maka kandungan energi total ikan bertambah. Bahkan kelebihan energi pakan yang mengandung sumber energi non protein, khususnya lemak akan disimpan dalam b e n t ~ ~ k lemak tubuh (Sunarno. 1988).

Pertambahan bobot, kandungan protein, lemak, air dan tingkat kelangsungan hidup ikan pada umurnnya terkait dengan rasio energi dan protein pakan. Nilai rasio yang terlalu tinggi akan mengurangi jumlah pakan yang dimakan karena kebutuhan energi metabolismenya segera terpenuhi dan akan meningkatkan laju penimbunan lemak dalam jaringan tubuh yang selanjutnya

akan ~nenurunkan laju pertumbuhan ikan, menurunkan protein dan meningkatkan lemak tubuh (Rebegnatar dan Hidayat, 1992). Lovell (1989) menambahkan, bila nilai perbandingannya terlalu rendah, laju pembentukan protein tubuh akan menurun karena sebagian besar protein pakan akan digunakan untuk energi metabolisme. Hal ini akan menghasilkan peningkatan kandungan air tubuh ikan dan penurunan kandungan lemak tubuh. Protein pakan yang dicerna dimanfaatkan secara maksimal untuk pertumbuhan. Lemak dan karbohidrat pakan yang tercerna dimanfaatkan untuk energi pendukung berbagai proses dan kegiatan fisik bagi kehidupan ikan.

Lemak mempunyai peranan penting bagi ikan karena berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan fimgsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk mempertabankan daya apung tubuh (NRC, 1982). Kebutuhan ikan akan asam-asam lemak esensial berbeda untuk setiap spesies ikan (Furuichi, 1988). Perbedaan kebutuhan ini teiutama dihubungkan dengan habitatnya. Ikan yang hidup di laut lebih memerlukan n-3, sedangkan ikan yang hidup di air tawar ada yang hanya membutnhkan asam lemak n-6 atau kombinasi n-3 dan n-6 (Hepher, 1988).

Hasting (1976) mengemukakan bahwa ransum ikan yang baik adalah yang mengandung lemak 4-18%. Faktor pembatas dalam penggunaan lemak yaitu lemak mengandung kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi, mudah teroksidasi dan membentuk senyawa peroksida yang bersifat racun dan akan menurunkan fungsi normal ikan. Rebegnatar dan Hidayat (1992) menambabkan bahwa kandungan lemak yang tinggi dalam pakan juga cenderung meningkatkan kandungan lemak dalam hati dan menggangu fungsi hati sehingga mengganggu kesehatan dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Peningltatan lemak pakan menyebabltan penurunan konsumsi makan ikan sehingga akan membatasi jumlah nutrien yang masuk ke dalam tubuh yang selanjutnya menyebabkan penurunan pertumbuhan. Apabila kekurangan lemak, maka protein akan digunakan sebagai sumber energi untuk metabolisme.

Sehingga kekurangan atau kelebihan energi dari lemak dapat menurunkan atau nieniiigkatltan bobot ikan (Suhenda dan Yanti, 2003).

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi ikan. Hastings (1976) menyatakan bahwa karbohidrat dalam ransum ikan tropis yang dimanfaatkan secara baik adalah 30%. Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi untuk proses kehidupan normal. Sumber energi utama untuk semua sel adalah glukosa (Church dan Pond, 1988). Peranan karbohidrat, selain sebagai sumber energi, juga sebagai precursor berbagai hasil metabolit intermedier yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan, misalnya untuk biosintesa berbagai asam amino non esensial dan asam nukleat. Manfaat lain karbohidrat, termasuk lemak dalam pakan adalah dapat mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi yang dikenal sebagai protein sparing effect. Terjadinya protein sparing effect oleh karbohidrat dan lemak dapat menurunkan biaya produksi (pakan) dan mengurangi pengeluaran limbah nitrogen ke lingkungan (Peres dan Teles, 1999).

Keberadaan tingkat energi pakan yang optimum sangat penting sebab kelebihan atau kekurangan energi akan mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan. Ikan berukuran kecil memerlukan energi yang lebih tinggi untuk fungsi pemeliharaan dibandingkan ikan besar, meskipun proses reproduksi meningkatkan kebutuhan energi bagi hewan dewasa (NRC, 1982).

Kebutuhan setiap spesies ikan akan protein dan energi berbeda yang dipengaruhi oleh umur dan ukuran ikan. Kurnia (2003) menyatakan bahwa benih ikan baung (M. nemurus) berukuran 5,3 g mengalami pertumbuhan terbaik pada pemberian pakan dengan Itandungan protein 29% dengan rasio energi (digestible energy) dan protein 11,47 kkal DEIg protein. NRC (1982) berpendapat bahwa rasio energi dan protein sebesar 8-9 kkallg protein memberikan pertumbuhan maksimal pada benih channel catfish ukuran sejari. Hasil penelitian Rebegnatar dan Hidayat (1992) menunjukkan bahwa benih ikan lele dengan bobot rata-rata 1,22-1,56 g membutuhkan rasio energi-protein dibawah 9,23-9,83 kkallg protein dengan kandungan protein 30,99%. Subamia dkk. (2003) menyatakan bahwa benih ikan patin jambal Siam (P. hypophthalmus) ukuran 1,52 g mengalami pertumbuhan optimal bila diberi pakan pada kandungan protein 35,41% dengan rasio energi-protein 8,43 kkallg protein. Love11 (1989) menambahkan bahwa rasio optimum digestible energy (DE) dan protein untuk tingkat protein maksimum pada ikan Channel catfish berukuran 3-250 g adalah 10-1 1 kkallg protein.

111. BAHAN DAN METODE

Dokumen terkait