BAB IV SUBROGASI DENGAN PENGALIHAN KREDIT YANG
A. Subrogasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2. Hubungan Hukum dalam Subrogasi
Pengertian subrogasi sebagaimana yang telah diuraikan pada sub bab di atas adalah penggantian hak-hak si berpiutang oleh seorang pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang itu, terjadi baik dengan persetujuan maupun demi undang-undang.272 Adapun maksud terjadi karena persetujuan adalah subrogasi terjadi karena memang dikehendaki oleh para pihak, atau dengan kata lain para pihak dengan sengaja memang memperjanjikan terjadinya subrogasi.273 Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa di dalam subrogasi yang terjadi karena persetujuan, baik subrogasi atas inisiatif kreditur maupun debitur, terdapat perbuatan hukum,
270 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Bab IV, Pasal 13 ayat (5) juncto (1).
271 Republik Indonesia, Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Pasal 13 ayat (1).
272 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku ketiga, Bab IV, Pasal 1400.
273 J. Satrio, Hukum Perikatan Tentang Hapusnya Perikatan Bagian I, Op.Cit., hlm. 190.
dimana setiap perbuatan hukum tersebut masing-masing memiliki hubungan hukum.
Hubungan hukum mana adalah hubungan mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak ketiga, kreditur dan debitur yang berhadapan satu sama lain.
a. Subrogasi atas Inisiatif Kreditur
Subrogasi yang terjadi atas inisiatif kreditur sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1401 sub 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terjadi apabila kreditur dengan menerima pembayaran itu dari seorang pihak ketiga, menetapkan bahwa orang ini akan menggantikan hak-haknya, gugatan-gugatannya, hak-hak istimewanya dan hipotik-hipotik yang dipunyainya terhadap debitur.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa pihak ketiga yang telah melakukan pembayaran/pelunasan seluruh utang debitur kepada kreditur, dan kreditur secara tegas menyatakan telah menerima pembayaran/pelunasan seluruh utang debitur tersebut sebesar nilai tertentu dan untuk penerimaan jumlah uang tersebut dari pihak ketiga, maka kreditur memberi tanda pelunasannya, sehingga akta subrogasi juga merupakan kuitansi untuk penerimaan jumlah uang tersebut.274 Dengan telah dibayar/dilunasinya seluruh utang debitur oleh pihak ketiga kepada kreditur, maka kreditur tidak mempunyai tagihan berupa apapun juga terhadap debitur berdasarkan surat-surat utang yang menimbulkan utang tersebut.275
274 Akta Subrogasi, Pasal 1.
275 Akta Subrogasi, Pasal 2.
Pada saat pembayaran ini, pihak ketiga disubrogir dalam segala hak menuntut, hak utama dan hak tanggungan yang kreditur mempunyainya dan berhak melakukannya terhadap debitur. Pihak ketiga menerangkan menerima subrogasi tersebut.276 Bahwa kreditur berjanji dan mengikatkan diri terhadap pihak ketiga, yang menerangkan menerima perjanjian itu, bahwa kreditur tidak akan memberi izin untuk dihapuskannya hak tanggungan tersebut.277 Kreditur juga menerangkan bahwa ia dengan akta subrogasi memberi kuasa kepada pihak-pihak yang ditentukan, masing-masing dan bersama-sama khusus untuk meminta dicatatnya subrogasi tersebut pada sertipikat hak tanggungan atas tanah, dan untuk itu melakukan segala tindakan yang diperlukan.278
Hubungan-hubungan hukum antara pihak ketiga, kreditur dan debitur tersebut dapat ditemui dalam akta subrogasi sebagaimana yang pernah diterapkan di dalam praktik.279 Subrogasi yang terjadi atas inisiatif kreditur ini harus dinyatakan dengan tegas dan dilakukan tepat pada waktu pembayaran.280 Pernyataan kreditur, bahwa penempatan pihak ketiga dalam kedudukan dan hak-haknya terhadap debitur harus dinyatakan secara tegas dan tidak boleh disimpulkan dari kata-kata maupun tindakan-tindakan saja. Bahwa pernyataan subrogasi harus dilakukan pada saat pihak ketiga membayar utang debitur
276 Akta Subrogasi, Pasal 3.
277 Akta Subrogasi, Pasal 4.
278 Akta Subrogasi, Pasal 5.
279 Akta Subrogasi.
280 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku ketiga, Bab IV, Pasal 1401 sub 1 ayat (2).
kepada kreditur.281 Hal ini berakibat apabila pihak ketiga lalai untuk memperjanjikan subrogasi dan dikemudian hari tuntutannya agar debitur membayar kembali kepada pihak ketiga ditolak oleh debitur, maka pihak ketiga tidak dapat datang kembali kepada kreditur, agar kreditur mensubrogeer hak-haknya terhadap debitur kepada pihak ketiga.
b. Subrogasi atas Inisiatif Debitur
Subrogasi yang terjadi atas inisiatif debitur sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1401 sub 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terjadi apabila si berutang meminjam sejumlah uang untuk melunasi utangnya dan menetapkan bahwa orang yang meminjami uang itu akan menggantikan hak-hak si berpiutang. Berdasarkan ketentuan ini dapat diketahui bahwa terdapat dua perbuatan hukum yang mendasari terjadinya subrogasi ini.
Perbuatan hukum pertama adalah perbuatan hukum untuk melahirkan perjanjian pinjam-meminjam uang antara debitur dengan pihak ketiga. Bahwa debitur meminjam sejumlah uang kepada pihak ketiga. Hal ini dilaksanakan dengan membuat perjanjian pinjam-meminjam uang berdasarkan kesepakatan antara debitur dengan pihak ketiga. Penandatanganan perjanjian meminjam oleh para pihak adalah saat dimana lahirnya perjanjian pinjam-meminjam, serta perjanjian tersebut secara sah berlaku sebagai undang-undang dan mengikat bagi mereka yang membuatnya.
281 J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Pencampuran Hutang, Loc.Cit., hlm.
65-66.
Perjanjian yang sah ini menimbulkan beberapa hubungan hukum sebagai bentuk perikatan yang berlaku diantara para pihak tersebut. Pihak ketiga berkewajiban menyerahkan sejumlah uang kepada debitur dan debitur berhak menerima penyerahan tersebut, demikian sebaliknya debitur berkewajiban membayar/mengembalikan seluruh pinjaman/utangnya kepada pihak ketiga dan pihak ketiga berhak menerimanya. Perjanjian pinjam-meminjam uang antara pihak ketiga dengan debitur di dalamnya harus ditegaskan bahwa uang tersebut digunakan untuk melunasi utang debitur kepada kreditur.282
Perbuatan hukum kedua adalah perbuatan hukum untuk mengakhiri perjanjian pinjam-meminjam uang antara debitur dengan kreditur. Bahwa debitur dengan menggunakan uang yang dipinjamkan oleh pihak ketiga, membayar seluruh utangnya kepada kreditur. Adapun hubungan hukum dalam hal ini adalah kewajiban debitur membayar seluruh utang tersebut, terhadap hak kreditur untuk menerima pembayaran tersebut. Kewajiban dan hak mana berhadapan dengan kewajiban kreditur memberikan pinjaman uang, terhadap hak debitur menerima uang tersebut, yang semuanya telah dilaksanakan terlebih dahulu pada perjanjian pinjam-meminjam uang antara kreditur dan debitur.
Debitur selanjutnya setelah membayar kepada kreditur, maka dalam tanda pelunasannya harus diterangkan bahwa pembayaran dilakukan dengan menggunakan uang yang dipinjam dari pihak ketiga sebagai kreditur baru.283
282 Suharnoko dan Endah Hartati, Op.Cit., hlm. 9.
283 Ibid., hlm. 9-10
Kedua hubungan hukum tersebut dapat dituangkan dalam dua akta yang berlainan, tetapi biasanya dituangkan dalam satu akta saja. Subrogasi seperti ini mulai berlaku sejak uang yang dipinjamkan oleh pihak ketiga dibayarkan kepada kreditur.284
c. Pendaftaran Hak Tanggungan
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah menyatakan bahwa “Jika piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan beralih karena cessie, subrogasi, pewarisan, atau sebab-sebab lain, Hak Tanggungan tersebut ikut beralih karena hukum kepada kreditur baru.”
Beralihnya hak tanggungan wajib didaftarkan oleh kreditur yang baru pada kantor pertanahan.285 Pendaftaran beralihnya hak tanggungan dilakukan oleh kantor pertanahan dengan mencatatnya pada buku-tanah hak tanggungan dan buku-tanah hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertipikat hak tanggungan dan sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan.286
Bahwa dalam subrogasi tidak diperlukan adanya surat roya dari kreditur sebagai persyaratan untuk dilakukan pengikatan hak tanggungan baru secara
284J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Pencampuran Hutang, Loc.Cit., hlm. 69.
285 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Bab IV, Pasal 16 ayat (2).
286 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Bab IV, Pasal 16 ayat (3).
efektif.287 Bahwa beralihnya hak tanggungan karena subrogasi ini terjadi karena hukum, maka dengan demikian hal tersebut tidak perlu dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pencatatan beralihnya hak tanggungan ini cukup dilakukan berdasarkan akta yang membuktikan beralihnya piutang yang dijamin kepada kreditur baru.288
3. Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan Sesuai dengan Subrogasi