ANALISIS YURIDIS SUBROGASI DENGAN
PENGALIHAN KREDIT YANG TERIKAT HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.
CABANG KABANJAHE
TESIS
Oleh
LUCY MARGARETH NAPITUPULU 117011064 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
ANALISIS YURIDIS SUBROGASI DENGAN
PENGALIHAN KREDIT YANG TERIKAT HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.
CABANG KABANJAHE
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
LUCY MARGARETH NAPITUPULU 117011064 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N.
Anggota : 1. Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S.
2. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum.
3. Dr. T. Keizerina Devi A., S.H., C.N., M.Hum.
4. Chairani Bustami, S.H., Sp.N., M.Kn.
NIM : 117011064
Program Studi : Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis : Analisis Yuridis Subrogasi dengan Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Kabanjahe
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan plagiat, apabila dikemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan, 14 Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,
Nama : Lucy Margareth Napitupulu NIM : 117011064
ABSTRAK
Semua sektor usaha maupun perorangan saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan. Peran perbankan untuk mengimbangi dan menyelaraskan kebutuhan tersebut dilakukan dengan memberikan pinjaman dana melalui kredit. BRI Cabang Kabanjahe dalam memberikan kredit berusaha dan bersaing melakukan inovasi terhadap produk-produk yang dimilikinya sebagai strategi dalam mendapatkan calon nasabah debitur unggulan termasuk debitur yang mengalihkan kredit. Pengalihan kedit yang terikat hak tanggungan pada BRI Cabang Kabanjahe adalah pemberian kredit baru oleh BRI Cabang Kabanjahe kepada nasabah debitur, yang bertujuan untuk membayar kredit nasabah debitur yang masih berjalan, dengan hak atas tanah sebagai objek jaminan kredit masih terikat hak tanggungan atas bank lama, sehingga BRI Cabang Kabanjahe menggantikan hak-hak bank lama. Pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada BRI Cabang Kabanjahe ini berkaitan dengan ketentuan subrogasi dalam KUHPerdata.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis empiris dengan sifat deskriptif, yaitu menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis peraturan hukum dalam teori maupun praktik mengenai mekanisme, akibat hukum dan pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada BRI Cabang Kabanjahe apakah sesuai dengan ketentuan subrogasi dalam KUHPerdata.
Berdasarkan hasil penelitian, mekanisme pengalihan kredit dilakukan dengan mengajukan permohonan kredit oleh calon nasabah debitur, permohonan mana diproses, direalisasikan dan dilakukan pengalihan. Akibat hukum yang timbul dengan pengalihan kredit adalah lahirnya perjanjian kredit antara nasabah debitur dengan BRI Cabang Kabanjahe dan hapusnya perjanjian kredit antara nasabah debitur dengan bank lama; hapusnya hak tanggungan untuk dan atas nama bank lama dan lahirnya hak tanggungan untuk dan atas nama BRI Cabang Kabanjahe; berakhirnya kedudukan bank lama selaku kreditur dan pemegang hak tanggungan serta menjadikan BRI Cabang Kabanjahe berkedudukan selaku kreditur dan pemegang hak tanggungan atas nasabah debitur dan pemberi hak tanggungan. Pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada BRI Cabang Kabanjahe sesuai dengan ketentuan subrogasi Pasal 1400 KUHPerdata, khususnya Pasal 1400 sub 2 KUHPerdata.
Undang-undang agar dapat mengatur lebih lanjut ketentuan-ketentuan hukum subrogasi sesuai dengan perkembangan perbankan saat ini, sehingga pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan dapat juga menggunakan ketentuan subrogasi secara utuh/sempurna dikemudian hari. Diharapkan untuk kedepannya semakin banyak lagi literatur yang membahas mengenai akibat hukum pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan. Subrogasi diharapkan untuk kedepannya agar dapat diperkenalkan dan diterapkan kembali dalam praktik perbankan dan Notaris, dikarenakan pengalihan kredit sesuai dengan ketentuan subrogasi dalam KUHPerdata.
Kata kunci: Pengalihan kredit, Subrogasi, BRI Cabang Kabanjahe
ABSTRACT
All business sectors or individuals today and in the future cannot be separated from banking sector. In order to balance and harmonize this need, the role of bank is to provide loan fund through loan. Kabanjahe Branch Office of BRI, in providing loans, makes efforts and competes to create innovations to their products as their strategies to get prime consumer debtor candidate including debtors who performs loan takeover. Loan takeover that is bound with mortgage right in Kabanjahe Branch Office of BRI is the provision of new loans to consumer debtor, which aims to pay consumer debtor’s ongoing loans, with land title as mortgage rights of the loan that is bound with mortgage right in the older bank, so that Kabanjahe Branch Office of BRI replaces rights of the older bank. Loan takeover that is bound with mortgage rights in Kabanjahe Branch Office of BRI is related to the provisions of subrogation in the Civil Code.
This research employs empirical juridical method which is descriptive. It describes, studies, explains, and analyzes theoretical and practical legal regulations on mechanism and legal consequences for loan takeover that is bound with mortgage right in Kabanjahe Branch Office of BRI, and whether the loan takeover is in line with the provisions of subrogation in the Civil Code.
The results of the research explains the mechanism of loan takeover. It is done by submitting an application for loan by candidate consumer debtor to be processed, and then the loan is realized and transferred. The legal consequences for loan takeover is the emergence of a loan agreement between customer debtor and Kabanjahe Branch Office of BRI and the termination of the loan agreement between the customer debtor and the older bank; the elimination of mortgage right for and in the name of the older bank and the emergence of mortgage right for and in the name of Kabanjahe Branch Office of BRI; the termination of the position of older bank as creditor and holder of the mortgage right of customer debtor and mortgage right grantor. The implementation of the loan takeover that is bound with mortgage right in Kabanjahe Branch Office of BRI has been in line with the provision son subrogation, namely Article 1400 of the Civil Code, particularly Article 1400 sub 2 of the Civil Code.
It is suggested that the Law further regulate provisions on subrogation that are in line with the banking development today, so that loan takeover that is bound with mortgage right can fully/completely implement the provision on subrogation as well in the future. It is expected that more references discuss about the legal consequences for loan takeover that is bound with mortgage right. It is also expected that subrogation be introduced and implemented again in banking practice and Notary, because it is in line with the provision son subrogation in the Civil Code.
Keywords: Loan Takover, Subrogation, Kabanjahe Branch Office of BRI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini dengan baik, guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tesis ini yaitu mengenai “Analisis Yuridis Subrogasi dengan Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Kabanjahe.”
Penulis telah mendapat banyak bantuan dari pihak-pihak tertentu dalam penulisan tesis ini, baik berupa arahan, kritik dan saran sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada yang terhormat komisi pembimbing, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N., selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus merupakan Ketua Komisi Pembimbing;
2. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S., selaku Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus merupakan Anggota Komisi Pembimbing;
3. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus merupakan Anggota Komisi Pembimbing.
Atas kesediaannya memberikan bimbingan penulisan yang baik demi kesempurnaan tesis ini, dimana berkat bimbingan yang diberikan sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu dosen yang terhormat, yaitu:
1. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., S.H., C.N., M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus merupakan Anggota Penguji;
2. Ibu Notaris Chairani Bustami, S.H., Sp.N., M.Kn., selaku Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sekaligus merupakan Anggota Penguji.
Atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan berupa arahan, kritik dan saran terhadap penyempurnaan penulisan tesis ini sehingga menjadi terarah.
Ucapan terima kasih yang mendalam juga ditujukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
2. Para Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Pascasarjana, khususnya pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini;
3. Seluruh Pegawai Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dalam urusan administrasi yang diperlukan;
4. Ibu Notaris Wanda Lucia, S.H., M.Kn. yang telah memberikan waktu, tempat dan bimbingan materi kenotariatan dalam praktik;
5. Bapak Sanyio Ginting selaku Account Officer dan Bapak Yoan Putra selaku Petugas Administrasi Kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Kabanjahe, yang telah memberikan bantuan serta data-data yang diperlukan dalam penelitian tesis ini;
6. Kedua orangtua penulis, Ayah Midian Napitupulu, S.H., Ibu Deliana Silitonga, B.A., yang dengan penuh perhatian telah memberikan motivasi, saran terlebih doanya yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini;
7. Kakak penulis Martha N. Napitupulu, S.E., Abang penulis Ronald A. Napitupulu, S.H., M.H. dan Paul M. Napitupulu, S.Sos. yang telah memberikan doa, perhatian, kasih sayang dan dukungan, serta teman dekat penulis Reymon Sibuea, S.H. yang juga telah memberikan doa, dorongan semangat, arahan serta bantuan kepada penulis;
8. Sahabat dan rekan-rekan di Magister Kenotariatan Lia, Lisa, Kak Nita, Kak Ika, Bu Ida, Chacha, Ermel dan teman-teman angkatan tahun 2011, khususnya Grup A yang tidak dapat disebut satu per satu, terima kasih untuk segala bantuan dan dukungan yang saling melengkapi dalam perkuliahan hingga saat ini;
9. Sahabat, teman terbaik sekaligus saudariku Helen Triyani Sihol Marito Sipahutar, S.H., Karina Kristiani Sinaga, S.H. dan Renatha Pramusuari Parhusip, S.H., terima kasih untuk kebersamaan, doa serta motivasi kita satu sama lain di segala waktu hingga saat ini;
10. Kepada semua pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, baik yang berkaitan dengan penulisan tesis ini maupun yang berkaitan dalam perjalanan hidupku hingga saat ini, terima kasih untuk pelajaran, pengalaman, kritik, saran serta kasih sayang yang kalian berikan.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan apabila terdapat kekurangan dalam penulisan ini, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Medan, Penulis,
Lucy Margareth Napitupulu
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/16 Pebruari 1988 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Nama : Lucy Margareth Napitupulu
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Raya Menteng Gg. Perbatasan No. 5 Medan
II. KELUARGA
Nama Ayah : Midian Napitupulu, S.H.
Nama Ibu : Deliana Silitonga, B.A.
Nama Saudara Kandung : 1. Martha N. Napitupulu, S.E.
2. Ronald A. Napitupulu, S.H., M.H.
3. Paul M. Napitupulu, S.Sos.
III. PENDIDIKAN
1994 – 2000 : SD Santo Yoseph 1 Medan 2000 – 2003 : SLTP Santo Thomas 1 Medan 2003 – 2006 : SMA Santo Thomas 1 Medan
2006 – 2010 : S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Permasalahan ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Keaslian Penulisan ... 16
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 17
1. Kerangka Teori ... 17
2. Konsepsi ... 22
G. Metode Penelitian ... 25
1. Spesifikasi Penelitian ... 25
2. Sumber Data ... 26
3. Alat Pengumpulan Data ... 27
4. Analisis Data ... 28
BAB II KREDIT YANG TERIKAT HAK TANGGUNGAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE ... 30
A. Sejarah Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe ... 30
B. Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe ... 36
1. Pengertian Pengalihan Kredit ... 36
2. Jenis-Jenis Kredit yang diberikan ... 40
3. Faktor-Faktor Pengalihan Kredit ... 45
4. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ... 46
C. Mekanisme Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe... 56
1. Syarat-Syarat Pengalihan Kredit ... 56
2. Mekanisme Pengalihan Kredit ... 57
BAB III AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DENGAN PENGALIHAN KREDIT YANG TERIKAT HAK TANGGUNGAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE ... 75
A. Perjanjian Kredit sebagai Perjanjian Pokok/Pendahuluan ... 75
1. Pengaturan Perjanjian Kredit ... 75
2. Lahir dan Hapusnya Perjanjian Kredit ... 81
B. Perjanjian Hak Tanggungan sebagai Perjanjian Accessoir ... 87
1. Pengertian Hak Tanggungan ... 87
2. Subjek dan Objek Hak Tanggungan ... 89
3. Lahir dan Berakhirnya Hak Tanggungan ... 92
C. Akibat Hukum yang Timbul dengan Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe ... 96
1. Terhadap Kedudukan Perjanjian Kredit ... 96
2. Terhadap Kedudukan Hak Tanggungan ... 99
3. Terhadap Kedudukan Para Pihak ... 102
BAB IV SUBROGASI DENGAN PENGALIHAN KREDIT YANG TERIKAT HAK TANGGUNGAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE ... 104
A. Subrogasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ... 104
1. Pengaturan Subrogasi ... 104
2. Cara Terjadinya Subrogasi ... 105
3. Akibat Hukum Subrogasi ... 111
B. Analisis Subrogasi dengan Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang
Kabanjahe ... 114
1. Hubungan Hukum dalam Pengalihan Kredit ... 114
2. Hubungan Hukum dalam Subrogasi ... 128
3. Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan Sesuai dengan Subrogasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ... 134
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 145
A. Kesimpulan ... 145
B. Saran ... 147
DAFTAR PUSTAKA ... 148 LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Tujuan ini termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.1
Pembangunan nasional adalah pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat, dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Pembangunan nasional juga merupakan pencerminan kehendak untuk terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, mengembangkan kehidupan masyarakat serta penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.
1“Bab II Pembangunan Nasional”,
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&sqi=2&ved=0C EEQFjAD&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFIP%2FJUR._PEND._LUAR_SEKO LAH%2F195207251978031-ACE_SURYADI%2FRisalah_16022006171006.pdf&ei=8nFwUqe- G4ePrQfCp4DQDQ&usg=AFQjCNEMyff8Mg42ACCY7ec8AwaCsThXQw&bvm=bv.55617003,d.bmk , diakses 24 April 2013.
Pembangunan ekonomi sebagai salah satu aspek pembangunan nasional di suatu negara tidak akan terjadi manakala tidak ditunjang dengan pertumbuhan ekonomi, namun demikian pertumbuhan ekonomi bukan satu-satunya ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan, karena dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja meningkat. Pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut memerlukan sumber pembiayaan yang akan membiayai proses investasi dan produksi. Salah satu sumber pembiayaan tersebut adalah perbankan sebagai lembaga intermediasi2 atau institusi perantara antara kreditur dan debitur. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds).3
Salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia terletak pada industri perbankan. Perbankan memiliki fungsi utama sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, dengan fungsi perbankan yang demikian maka kehadiran bank di dalam masyarakat sebagai badan usaha memiliki arti yuridis dan peran yang sangat strategis dalam proses pembangunan nasional.4 Perbankan berperan dan berpengaruh dalam
2 Azansyah, “Pengaruh Kredit, Efisiensi dan CAR Perbankan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”,http://ebookbrowse.com/pengaruh-kredit-efisiensi-dan-car-perbankan-terhadap-
pertumbuhan-ekonomi-indonesia-pdf-d272684716, diakses 25 April 2013.
3 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan ketiga, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. ix.
4 Tan Kamello, “Karakter Hukum Perdata dalam Fungsi Perbankan Melalui Hubungan Antara Bank dengan Nasabah”, (Medan: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Perdata pada Fakultas Hukum, diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara, 2 September 2006), hlm. 2-3.
perekonomian suatu negara. Pertumbuhan perbankan di suatu negara dipakai sebagai ukuran pertumbuhan perekonomian negara tersebut.
Hampir semua sektor usaha yang meliputi sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa dan perumahan sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan. Semua sektor usaha maupun perorangan saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas keuangan untuk mendukung kelancaran usaha, dimana dalam perkembangannya biasanya diikuti dengan peningkatan permintaan akan kredit. Peran perbankan untuk mengimbangi dan menyelaraskan kebutuhan tersebut dilakukan dengan memberikan pinjaman dana kepada perorangan maupun perusahaan melalui kredit.
Istilah kredit bukan hal yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Mereka pada umumnya mengartikan kredit sama dengan utang karena setelah jangka waktu tertentu mereka wajib membayar dengan lunas. Kata kredit sebenarnya berasal dari bahasa Romawi, yaitu credere yang artinya percaya.5 Hal tersebut apabila dihubungkan dengan tugas bank, maka terkandung pengertian bahwa bank (kreditur) percaya untuk meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah debitur (debitur), karena nasabah debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas uang pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.
5 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 152.
Menurut Amir Rajab Batubara, “Kredit adalah suatu pemberian prestasi yang balas prestasinya (kontra prestasi) akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan datang.”6 Hal ini selaras dengan ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang menyatakan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan suatu bentuk perjanjian karena didasarkan pada suatu persetujuan atau kesepakatan sebagaimana memenuhi unsur-unsur yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kredit merupakan perjanjian pinjam- meminjam uang yang dilakukan antara bank dan pihak lain, yaitu nasabah peminjam dana.
Perjanjian pinjam-meminjam uang itu dibuat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu yang telah ditentukan akan melunasi atau mengembalikan pinjaman uang atau tagihan tersebut kepada bank disertai pembayaran sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan sebagai imbal jasanya. Umumnya dalam perjanjian akan ditekankan pihak peminjam uang
6 Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 93.
untuk memenuhi kewajibannya melunasi, mengembalikan atau mengangsur utang pokoknya beserta bunga, imbalan atau bagi hasilnya sesuai dengan waktu yang ditentukan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kredit, yaitu:7
1. “Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu;
2. Waktu, yaitu jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya.
Jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana;
3. Prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan;
4. Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.”
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Kabanjahe, selanjutnya disebut dengan Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe adalah salah satu cabang bank milik pemerintah pusat yang telah cukup banyak berperan serta dalam menyalurkan kredit bagi masyarakat perorangan maupun perusahaan. Penyaluran kredit bagi nasabah debitur di Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dalam pelaksanaannya dilakukan dengan membuat suatu perjanjian secara tertulis,8 dimana perjanjian tersebut dimaksudkan sebagai bukti bahwa telah terjadi kesepakatan antara
7 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan pertama, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 237-238.
8 Sanyio Ginting, Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Kabanjahe, Hasil Wawancara, pada tanggal 14 Desember 2013.
bank dan nasabah debitur untuk saling mengikatkan diri satu sama lain dalam melakukan masing-masing hak dan kewajibannya.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada dasarnya tidak ada mewajibkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian, tiap-tiap kesepakatan yang dicapai oleh dua atau lebih orang/pihak harus dituangkan dalam bentuk tulisan, tetapi dapat juga dalam bentuk lisan. Perjanjian kredit bank pada umumnya dituangkan dalam bentuk tulisan berupa surat.
Surat ada berbagai macam bentuk dan isinya. Adapun surat yang sengaja dibuat dan dimaksudkan untuk membuktikan suatu peristiwa dinamakan akta, oleh karena dimaksudkan untuk kepentingan pembuktian, maka akta harus ditandatangani oleh orang yang membuatnya. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya mengenal 2 (dua) macam akta, yaitu akta dibawah tangan dan akta autentik. Akta dibawah tangan adalah akta yang bentuknya bebas dan pembuatannya cukup dengan ditandatangani oleh pembuatnya. Akta autentik menurut Pasal 1868 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata adalah suatu akta yang bentukya ditetapkan oleh undang- undang dan dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berwenang untuk itu. Pemberian semua jenis kredit di Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe mensyaratkan perjanjian kredit dibuat dengan akta autentik yang dibuat dihadapan Notaris.9
9 Sanyio Ginting, Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Kabanjahe, Hasil Wawancara, pada tanggal 14 Desember 2013.
Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.10 Bank selain itu wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini sangat beralasan karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Inilah yang dinamakan dengan jaminan pemberian kredit, yakni berwujud keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
Pemberian jaminan kredit dalam arti keyakinan yang dimaksud merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank untuk mengurangi risiko tersebut.
Bank sebelum memberi keputusan tentang pemberian kredit, terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha nasabah debitur untuk memperoleh keyakinan. Kelima faktor yang dinilai tersebut dalam dunia perbankan dikenal dengan sebutan The Five of Credit Analysis atau prinsip 5 C’s.11
10 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 8 ayat (1).
11 Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 158. Prinsip 5 C’s, yaitu Character, Capacity, Capital, Colaterall dan Condition of Economic.
Jaminan pemberian kredit yang dimaksud selama ini adalah berwujud benda tertentu yang bernilai ekonomis guna dipakai sebagai pelunasan kredit jika nasabah debiturnya wanprestasi. Penggunaan pengertian jaminan pemberian kredit sama dengan keyakinan bank atas kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan, maka arti jaminan pemberian kredit itu telah bergeser, sehingga tidak sesuai lagi dengan pengertiannya yang lazim dikenal selama ini. Pengertian yang selama ini sudah menjadi milik dunia perbankan dan masyarakat umum bahwa jaminan pemberian kredit selalu berarti alternatif dari sumber pelunasan kredit dalam hal kredit tidak dapat dilunasi oleh nasabah debitur dari kegiatan usahanya karena kegiatan usahanya itu mengalami kesulitan untuk menghasilkan uang.
Mengingat bahwa agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan nasabah debitur mengembalikan utangnya, agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.12 Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menentukan juga bahwa agunan merupakan jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank
12 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 8 ayat (1).
dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, karena pada praktiknya pemberian fasilitas kredit perlu didukung dengan jaminan yang memadai.
Umumnya dalam perjanjian pinjam-meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaannya untuk kepentingan pelunasan utang apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitur tidak melunasinya. Barang jaminan pada prinsipnya harus milik debitur, tetapi undang-undang juga memperbolehkan barang milik pihak ketiga dipergunakan sebagai jaminan, asalkan pihak yang bersangkutan merelakan barangnya dipergunakan sebagai jaminan utang debitur.13 Jaminan dapat disimpulkan sebagai suatu tanggungan yang dapat dinilai dengan uang, yaitu berupa kebendaan tertentu yang diserahkan debitur kepada kreditur sebagai akibat dari suatu hubungan perjanjian utang-piutang atau perjanjian lain.
Berkaitan dengan adanya suatu jaminan dalam pemberian kredit, debitur dapat menggunakan jaminan perorangan atau jaminan kebendaan. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan menyatakan:14
“Jaminan perorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya, misalnya borg. Jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan.”
13 Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 196.
14 Salim, H. S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis BW, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.
112.
Jaminan kebendaan dapat berupa jaminan benda bergerak dan benda tidak bergerak, dimana jaminan kebendaan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah jaminan benda tidak bergerak yaitu tanah. Pengikatan jaminan benda tidak bergerak dilakukan dengan hak tanggungan. Jaminan kebendaan juga memberikan kreditur hak untuk didahulukan dalam mengambil pelunasan atas hasil penjualan dari benda dengan membebankan hak tanggungan atas tanah. Pengertian hak tanggungan adalah sebagai jaminan (security) utang dengan tanah sebagai agunannya.15 Adanya pembebanan jaminan berupa hak tanggungan tersebut, pihak bank akan merasa aman sebab andaikata nasabah debitur wanprestasi maka bank dapat menutup piutang atau sisa tagihan kredit dengan mencairkan jaminan yang telah diikatkannya.
Perbankan dalam memberikan kredit melakukan beberapa ketentuan yang telah umum seperti yang diuraikan di atas, akan tetapi dalam perkembangannya perbankan juga perlu mempersiapkan produk-produk dan jasa-jasanya yang mampu berdaya saing sehingga dapat memberikan nilai lebih bagi masyarakat umum, khususnya calon dan/atau nasabah debitur.
Peningkatan dan perkembangan persaingan antar bank, salah satunya ditandai dengan dipenuhinya pasar perbankan dengan produk-produk yang hampir homogen.16 Hal ini mendorong bank berusaha dan bersaing untuk memberikan pelayanan sebanyak dan sebaik mungkin yang memuaskan kepada calon dan/atau nasabah
15 A. P. Parlindungan, Komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, Cetakan kedelapan, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1998), hlm. 222.
16 Ike Anggun, “Inovasi Produk dalam Menjawab Tantangan Persaingan Bank Konvensional”, http://ikeanggun.blogspot.com/2011/04/inovasi-produk-dalam-menjawab-tantangan.html, diakses 30 April 2013.
debiturnya. Hal tersebut dilakukan Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dalam fungsinya memberikan kredit agar nasabah debiturnya tidak berpindah kepada bank lain,17 dalam hal untuk mempertahankan nasabah debitur yang telah ada. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe juga melakukan inovasi terhadap produk- produk yang dimilikinya dalam bentuk fasilitas ataupun bentuk lainnya. Penawaran produk-produk inovasi tersebut sebagai strategi dalam mendapatkan calon nasabah debitur unggulan termasuk debitur yang mengalihkan kredit, dengan tetap mampu memperoleh keuntungan secara maksimal.
Perbankan sesuai dengan pengertiannya adalah unit usaha yang umumnya menggunakan kredit sebagai sumber pendapatan usaha melalui pendapatan bunga atau bagi hasil. Tujuan diberikannya kredit oleh bank sebagai lembaga penyalur kredit, dipandang dari sudut ekonomi adalah untuk mendapatkan keuntungan.18 Pengalihan kredit dalam penulisan ini juga memiliki arti sebagai pemberian kredit oleh bank baru, yaitu Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, maka daripada itu hal-hal demikian berlaku juga bagi Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.
Perolehan keuntungan dan calon nasabah debitur unggulan tersebut akan menarik perhatian calon dan/atau nasabah debitur lainnya, sehingga Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, yang mana akan memberikan pengaruh positif bagi perkembangan usahanya.
17 Joseph Christianto, “Mekanisme Peralihan Kredit (Take Over) pada PT. Bank Mayapada Internasional Tbk. Mayapada Mitra Usaha Unit Gemolong”, (Tesis, Kenotariatan, Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2010), http://eprints.undip.ac.id/24117/1/JOSEPH_CHRISTIANTO.pdf, diakses 30 April 2013.
18 Nasroen Yasabari dan Nina Kurnia Dewi, “Penjaminan Kredit, Mengantar UKMK Mengakses Pembiayaan”, (Bandung: PT. Alumni, 2007), hlm. 9.
Selain adanya peran dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, pada umumnya keinginan untuk mengalihkan kredit tersebut juga berasal dari inisiatif calon nasabah debitur. Hal ini dilatarbelakangi dengan alasan bahwa calon nasabah debitur merasa kurang puas terhadap produk dan/atau jasa yang telah diberikan oleh bank lama. Bank lama juga terkadang belum mampu memberikan kemudahan- kemudahan yang dapat diperoleh calon nasabah debitur dari bank baru. Calon nasabah debitur dengan demikian mengalihkan kreditnya yang terikat hak tanggungan dari bank lama pada bank baru, yaitu Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selaku pihak ketiga. Bahwa Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe memberikan kredit baru kepada nasabah debitur, yang mana kredit dari bank lama masih berjalan dan hak atas tanah sebagai objek jaminan kredit masih terikat dengan hak tanggungan tersebut akan dilunasi dan diroya kemudian. Hak atas tanah yang sama tersebut dengan demikian dijadikan sebagai objek/benda jaminan kredit atas pemberian kredit oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe kepada nasabah debitur.19
Pengalihan/pengambilalihan tersebut dalam istilah perbankan saat ini dikenal dengan sebutan take over. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe selain memberikan kredit, juga menerima pengalihan kredit calon nasabah debitur.
Pengalihan kredit ini terjadi seiring adanya hubungan penawaran dan permintaan antara pihak pemasaran (marketing) Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dengan calon nasabah debitur terlebih dahulu. Penawaran yang diberikan oleh Bank
19 Sanyio Ginting, Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Kabanjahe, Hasil Wawancara, pada tanggal 14 Desember 2013.
Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe ini tidak serta-merta seluruhnya diterima oleh calon nasabah debitur, karena hal yang terpenting dalam melaksanakan pengalihan tersebut adalah keputusan dari calon nasabah debitur bersedia atau tidaknya untuk mengalihkan kreditnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe juga mempunyai alasan atau kriteria tertentu untuk dapat menerima atau tidak pengalihan kredit tersebut, karena pada dasarnya pengalihan kredit yang dimohonkan kepadanya hanya dapat diproses apabila memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan. Pengalihan kredit dengan kata lain dilakukan dengan adanya kesepakatan antara para pihak, yaitu calon nasabah debitur dengan Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.20 Pengalihan kredit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalihan kredit yang diterima oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dari bank lama.
Pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe ini berkaitan dengan suatu ketentuan dengan istilah subrogasi yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1400 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata memberikan suatu perumusan mengenai apa yang dimaksud dengan subrogasi. Subrogasi atau disebut juga sebagai penggantian hak-hak si berpiutang oleh seorang pihak ketiga yang membayar kepada si berpiutang itu, yang mana dapat terjadi baik karena persetujuan maupun karena undang-undang.21
20 Sanyio Ginting, Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Kabanjahe, Hasil Wawancara, pada tanggal 14 Desember 2013.
21 J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Pencampuran Hutang, Cetakan pertama, (Bandung: Alumni, 1991), hlm. 50.
Subrogasi terjadi karena pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada kreditur (si berpiutang) baik secara langsung maupun secara tidak langsung yaitu melalui debitur (si berutang) yang meminjam uang dari pihak ketiga. Pihak ketiga ini selanjutnya menggantikan kedudukan kreditur lama sebagai kreditur yang baru terhadap debitur.
Penelitian ini menguraikan tentang pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, yang menganalisis mekanisme dan akibat hukum pengalihan kredit, serta pengalihan kredit tersebut apakah sesuai dengan ketentuan subrogasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pengalihan kredit yang dibahas pada penelitian ini adalah pengalihan kredit yang dilaksanakan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Analisis Yuridis Subrogasi dengan Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Kabanjahe.
B. Perumusan Permasalahan
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe?
2. Bagaimana akibat hukum yang timbul dengan pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe?
3. Apakah pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe sesuai dengan ketentuan subrogasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui mekanisme pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.
2. Mengetahui akibat hukum yang timbul dengan pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.
3. Mengetahui pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe apakah sesuai dengan ketentuan subrogasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya hukum perbankan, perikatan dan jaminan; menambah wawasan bagi kalangan akademik baik dari segi perundang-undangan maupun dari segi penerapannya yang berkaitan terhadap subrogasi dengan pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan; dan menambah khasanah kepustakaan dalam bidang hukum perbankan, perikatan dan jaminan.
2. Secara Praktis
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi, masyarakat umum maupun praktisi atau pelaksana hukum di bidang perbankan, khususnya yang menangani pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan.
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran pada kepustakaan di lingkungan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sejauh ini belum pernah ada ditemukan penelitian mengenai Analisis Yuridis Subrogasi dengan Pengalihan Kredit yang Terikat Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Kabanjahe.
Adapun penelitian yang terkait dengan subrogasi dan pengalihan kredit serta hak tanggungan, yaitu:
1. Tesis saudari Dian Wahyu Madina, NIM 017011014, dengan judul Pemberian Kredit Perbankan melalui Lembaga Hak Tanggungan dengan Tanah dan Bangunan sebagai Jaminan;
2. Tesis saudari Lely Novita Sembiring, NIM 027011033, dengan judul Pelaksanaan Subrogasi dalam Perjanjian Asuransi Kerugian Kenderaan Bermotor (Studi pada PT. Asuransi Bumi Puteramuda 1967 Cabang Medan);
3. Tesis saudara Jinner, NIM 037005019, dengan judul Analisis Pemberian Kredit Menurut Hukum Perbankan di Indonesia;
4. Tesis saudari Donna Mailova, NIM 037005037, dengan judul Pengaturan Take Over dalam Pasar Modal;
5. Tesis saudari Mariana, NIM 117011141, dengan judul Analisa Pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja oleh Bank Melalui Mekanisme Take Over (Kajian Mengenai Prosedur dan Jaminan pada Beberapa Bank Swasta di Medan).
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, terlihat perbedaan titik tolak dari sudut pandang penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, yang mana pembahasannya juga akan berbeda pula baik dari segi materi maupun objek penelitian. Penelitian ini merupakan sesuatu yang baru dengan substansi yang berbeda dan asli adanya serta dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoretis. Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoretis.22 Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara bagaimana mengorganisasi dan menginterpretasi hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasi-hasil penelitian terdahulu.23 Penelitian bertujuan untuk mencari jawaban atas permasalahan-permasalahan dan menjelaskan gejala spesifik atau proses yang
22 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1994), hlm. 80.
23 Burhan Asofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 23.
terjadi, namun harus diuji dengan menghadapkan pada fakta-fakta yang mampu menunjukkan kebenaran melalui teori-teori.
Suatu teori adalah merupakan seperangkat konstruk/konsep, batasan dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu.24 Berdasarkan pendapat di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa yang namanya teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan kesimpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi suatu penjelasan yang bersifat umum. Karl Raimund Popper memberikan persepsi bahwa suatu teori harus bersifat praktis dan berguna dalam pemecahan masalah kehidupan.25
Sesuai dengan hal tersebut, maka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori positivisme hukum. Aliran hukum positif yang dianalitis Jhon Austin yang terlihat dari bukunya berjudul Province of Jurisprudence Determined. Jhon Austin mengartikan bahwa hukum itu sebagai a command of the lawgiver (perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa), yaitu suatu perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi dari yang memegang kedaulatan. Hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (closed logical system),26 oleh karena itu hukum positif harus memenuhi
24 Khudzaifah Dimyati, Teorisasi Hukum Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hlm. 41.
25 Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, Hukum sebagai Suatu Sistem, Cetakan pertama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 29.
26 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2002), hlm. 56.
unsur perintah, sanksi, kewajiban dan kedaulatan. Hal inilah letak korelasi antara persoalan kepastian hukum yang merupakan salah satu tujuan hukum dengan peranan negara.
Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya bisa berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik, jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.27 Tujuan hukum menurut teori positivisme adalah mewujudkan keadilan (rechtsgerechtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit) dan kepastian hukum (rechtszekerheid).28 Tujuan keadilan adalah melindungi diri dari kerugian.
Satjipto Rahardjo menyebutkan bahwa hukum berfungsi sebagai salah satu usaha perlindungan bagi kepentingan manusia. Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan sesuatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan kedalamannya, kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak. Tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu saja, yaitu yang diberikan oleh hukum kepada seseorang.29
Menurut Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik artinya bahwa segala sesuatu yang telah disepakati atau disetujui para pihak, pelaksanaan tiap-tiap prestasi harus
27 Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, Op.Cit., hlm. 79.
28 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: PT.
Gunung Agung, Tbk., 2002), hlm. 85.
29 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan Ketiga, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 53-54.
dihormati sepenuhnya sesuai dengan kehendak para pihak pada saat perjanjian itu ditutup. Prestasi dalam hukum kontrak/perjanjian dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu perjanjian oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana dengan term dan condition sebagaimana sesuai dengan perjanjian yang bersangkutan.30 Prestasi dengan kata lain merupakan hal pemenuhan perikatan31 yang timbul dari perjanjian, yaitu hak dan kewajiban masing-masing kreditur dan debitur. Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.” Wujud prestasi dengan demikian menurut Undang-Undang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu.
Perjanjian kredit dan pengikatan benda jaminan yang telah dibuat nasabah debitur dengan bank lama menimbulkan perikatan bagi keduanya selaku para pihak.
Pemenuhan perikatan berupa kewajiban nasabah debitur diantaranya dilakukan dengan membayar seluruh utang/kreditnya atas dan kepada bank lama. Pelaksanaan prestasi suatu perjanjian kredit pada dasarnya dapat dilaksanakan tidak hanya oleh debitur yang membuat perjanjian, tetapi juga oleh seorang pihak ketiga di luar para pihak yang membuat perjanjian.
Pelaksanaan prestasi nasabah debitur dalam pengalihan kredit pada penelitian ini, dilakukan oleh, untuk dan atas nama nasabah debitur sendiri, dengan membayar seluruh kreditnya atas dan kepada bank lama dengan menggunakan uang yang
30Sukma Dwi Rahmanto, “Prestasi dan Wanprestasi dalam Hukum Kontrak”, http://sukmablog12.blogspot.com/2012/12/prestasi-dan-wanprestasi-dalam-hukum.html, diakses 28 April 2013.
31 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Cetakan pertama, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2006), hlm. 225.
dipinjamkan oleh pihak ketiga yaitu Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.
Pemberian pinjaman tersebut dengan mana juga dibuat berdasarkan kesepakatan antara nasabah debitur dengan Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, yang dituangkan dalam perjanjian kredit dan pengikatan benda jaminan, yaitu Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. Pembayaran demikian adalah bertujuan untuk mengalihkan kredit beserta hak tanggungan atas benda jaminannya dari bank lama kepada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe.
Pengalihan kredit ini dilakukan nasabah debitur dengan cara mengikatkan diri kepada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe dalam perjanjian kredit dan pengikatan benda jaminan, yaitu Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, serta mengakhiri perjanjian kredit dan pengikatan benda jaminan antara dirinya dengan bank lama yang telah ada terlebih dahulu. Pengalihan kredit seperti ini berkaitan dengan ketentuan subrogasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Hak dan kewajiban sebagai bentuk perikatan/hubungan hukum para pihak seperti yang diuraikan di atas, harus dilindungi oleh hukum sehingga ada perasaan nyaman di dalam melaksanakan masing-masing perjanjian kredit dan pengikatan benda jaminan. Khususnya dengan adanya tujuan mengalihkan kredit, maka nasabah debitur tidak hanya sekedar mengikatkan diri pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, tetapi juga harus memenuhi hak dan kewajibannya untuk mengakhiri seluruh perikatan yang telah ada antara dirinya dengan bank lama, yang mana pemenuhan terhadap perikatan lama dengan perikatan yang baru berhubungan satu sama lain.
Menurut teori ini pengalihan kredit yang objek/benda jaminannya terikat hak tanggungan perlu mendapatkan perlindungan hukum dan jaminan demi tercapainya
kepastian, keadilan serta ketertiban hukum. Menurut Utrecht, hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaulan manusia dan hubungan- hubungan dalam pergaulan kemasyarakatan. Hukum menjamin kepastian pihak yang satu terhadap yang lain. Van Apeldoorn juga sependapat, dimana dengan adanya kepastian hukum berarti ada perlindungan hukum.32
2. Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Suatu kerangka konsepsionil merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep- konsep khusus yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.
Samadi Suryabrata memberikan arti khusus mengenai yang dimaksud dengan konsep, yang mana berkaitan dengan defenisi operasional. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal yang khusus yang disebut dengan defenisi operasional.33 Defenisi operasional perlu disusun untuk memberikan pengertian yang jelas atas masalah yang dibahas karena istilah yang digunakan untuk membahas suatu masalah tidak boleh memiliki makna ganda.
Defenisi operasional penting untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.
32“Bab I Pendahuluan”,
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CD0QFj AC&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F22261%2F4%2FC hapter%2520I.pdf&ei=G_YVU6uuOYuMrgfNoGoAw&usg=AFQjCNGIN9w65Sv37lvU0HlumiFRGA8 okQ&sig2=adPLGwO1PRjZvls1W-2JJA&bvm=bv.62286460,d.bmk, diakses 30 April 2013.
33Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998), hlm. 38.
Konsepsi juga diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi sesuatu yang konkrit. Konsepsi digunakan juga untuk memberi pegangan pada proses penelitian, oleh karena itu dalam rangka penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian defenisi agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran.34
Berdasarkan uraian kerangka teori tersebut, dijelaskan konsep-konsep dasar atau istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan, antara lain:
a. Subrogasi adalah penggantian hak-hak si berpiutang oleh seorang pihak ketiga, yang membayar kepada si berpiutang itu, terjadi baik karena persetujuan maupun karena undang-undang;35
b. Pengalihan adalah proses/cara/perbuatan mengalihkan; pemindahan;
penggantian;36
c. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga;37
d. Jaminan adalah kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi perutangannya kepada kreditur, yang dilakukan dengan cara menahan benda
34 Masri Singarimbun, dkk., Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), hlm. 34.
35 J. Satrio, Loc.Cit., hlm. 50.
36 “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Versi Online/Daring (dalam Jaringan)”, http://kbbi.web.id/, diakses 16 Januari 2014.
37 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11.
tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap krediturnya;38
e. Yang terikat hak tanggungan adalah hak atas tanah sebagai objek/benda jaminan kredit masih dibebani hak tanggungan untuk dan atas nama bank/kreditur lama;
f. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak;39
g. Bank/kreditur lama adalah pihak yang menerima pembayaran dan digantikan kedudukannya oleh bank/kreditur baru atas utang nasabah debitur;
h. Bank/kreditur baru/pihak ketiga adalah pihak di luar bank/kreditur lama dan nasabah debitur, yang membayar utang nasabah debitur kepada bank/kreditur lama dan menggantikan kedudukan bank/kreditur lama atas nasabah debitur;
i. Kreditur adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu;40
j. Debitur adalah pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu;41
38 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Edisi pertama, Cetakan kedua, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2009), hlm. 66.
39 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 1 angka 2.
40 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Bab I, Pasal 1 angka 2.
k. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.42
G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini diarahkan untuk mengetahui secara mendalam tentang pengalihan kredit yang terikat hak tanggungan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, yang menganalisis mekanisme dan akibat hukum pengalihan kredit, serta pengalihan kredit tersebut apakah sesuai dengan ketentuan subrogasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Sifat penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu bertujuan menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis secara tepat suatu peraturan hukum baik dalam bentuk teori maupun praktik dari penelitian di lapangan yang berkenaan dengan objek penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis/tipe penelitian yuridis empiris. Penelitian ini didasarkan pada data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan dengan didukung oleh penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan penjelasan atas permasalahan yang diteliti beserta hasil penelitian yang
41 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Bab I, Pasal 1 angka 3.
42 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 1 angka 18.
diperoleh dalam hubungannya dengan aspek-aspek hukumnya, serta mencoba melakukan pendekatan dengan melihat kenyataan yang ada dalam masyarakat atau mencari realitas empirik dalam masyarakat.43
2. Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara atau bertanya langsung dengan narasumber Pegawai Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe, yaitu Account Officer (AO) dan Petugas Administrasi Kredit.
Data primer yang diperoleh langsung dari lapangan dikumpulkan dan direfleksikan untuk menunjang data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini adalah bahan penelitian yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier atau bahan non hukum.44
a. Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat yang berisikan peraturan perundang-undangan, yang terdiri dari:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan;
43 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 28.
44 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), hlm. 159.
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah;
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu untuk proses analisis, yang terdiri dari:
1) Buku-buku yang ditulis para ahli hukum;
2) Doktrin/pendapat/ajaran dari para ahli hukum;
3) Hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum dan lain-lain.
c. Bahan hukum tersier atau bahan non hukum adalah bahan pendukung di luar bidang hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus dan ensiklopedi.45
3. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, yaitu:
a. Studi dokumen, yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan- bahan kepustakaan yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
45 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 194.
dan bahan hukum tersier46 berupa dokumen-dokumen maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Studi lapangan, yaitu menghimpun data dengan melakukan wawancara atau tanya jawab dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) daftar pertanyaan untuk mendapatkan data dari narasumber yang telah ditentukan sehingga membantu dalam menjawab permasalahan.
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif, yaitu metode yang lebih menekankan pada pencarian makna sesuai dengan realitas. Metode ini akan menghasilkan data berupa pernyataan-pernyataan atau data yang dihasilkan berupa data deskriptif mengenai subjek yang diteliti.47
Analisis terhadap data dilakukan setelah diadakan terlebih dahulu pengumpulan data baik dengan studi dokumen maupun studi lapangan, untuk kemudian diseleksi, dipilah-pilah berdasarkan kualitas dan relevansinya, selanjutnya disusun secara sistematis, diolah dan diteliti serta dievaluasi. Data dikelompokkan atas data yang sejenis untuk kepentingan analisis, sedangkan evaluasi dan penafsiran dilakukan secara kualitatif yang dicatat satu persatu untuk dinilai kemungkinan persamaan jawaban. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis secara kualitatif
46 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 13-14.
47 Miles dan Hubberman, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992), hlm. 15.
dan diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya diperoleh kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu suatu logika yang berangkat dari kaidah-kaidah umum ke kaidah yang bersifat khusus dengan menganalisis data sekunder terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data primer di lapangan. Kesimpulan adalah merupakan jawaban khusus atas permasalahan yang diteliti sehingga diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.48
48 Sugiono Harianto, “Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan atas Perpanjangan Sertipikat Hak Guna Bangunan yang berada di atas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Pekanbaru”, (Tesis, Kenotariatan, Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, 2012), hlm. 24.