• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Akses Internet dengan Pengetahuan Seks Remaja Pada subbab ini yang akan dibahas adalah tentang hubungan antara akses Pada subbab ini yang akan dibahas adalah tentang hubungan antara akses

internet dengan pengetahuan seks remaja. Akses internet memiliki tiga variabel yaitu frekuensi, durasi dan situs seks.

Tabel 19. Koefisien Regresi Hubungan Akses Internet dengan Pengetahuan Seks Remaja.

Akses Internet

Pengetahuan Seks Remaja

Pertumbuhan Fisik Perkembangan Psikis

Frekuensi 1,293 0,852

Durasi -0,020* -0,012

Situs Seks 0,897 -0,373

Keterangan : * = Berhubungan secara nyata pada selang kepercayaan 95 %. * = Probability Durasi 0,043

Berikut ini adalah persamaan regresi berganda akses internet (frekuensi, durasi dan situs seks) dengan pegetahuan seks remaja (pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis).

• Persamaan regresi untuk akses intenet (frekuensi, durasi dan situs seks) dengan pengetahuan seks remaja (pertumbuhan fisik):

Y= 61.031 + 1.293X1 – 0,020X2 + 0.897X3

Berdasarkan persamaan tersebut, maka nilai koefisien determinasi (R² ) adalah 14,6 persen. Hal ini mengandung arti bahwa 14,6 persen keberagaman akses internet dapat dijelaskan oleh regresi berganda, yaitu dengan variabel

frekuensi, durasi dan situs seks. Pengaruh lainnya sebesar 85,4 persen dijelaskan oleh variabel lain ya ng tidak dimasukkan kedalam persamaan.

Konstanta sebesar 61.031 menyatakan bahwa jika tidak ada pengetahuan seks remaja tentang pertumbuhan fisik, maka frekuensi, durasi dan situs seks adalah 61.031. Koefisien regresi frekuensi (X1) sebesar 1.293 menyatakan bahwa setiap penambahan frekuensi dalam akses internet akan meningkatkan pengetahuan seks remaja tentang pertumbuhan fisik sebesar 1.293, sedangkan koefisien regresi durasi (X2) sebesar -0,020 menyatakan bahwa setiap penurunan durasi dalam akses internet akan menurunkan pengetahuan seks remaja tentang pertumbuhan fisik sebesar -0,020.

• Persamaan regresi untuk akses internet (frekuensi, durasi dan situs seks) dengan pengetahuan seks remaja (perkembangan psikis):

Y= 52.370 + 0,852X1 – 0,012X2 – 0,373X3

Berdasarkan persamaan tersebut, maka nilai koefisien determinasi (R²) adalah 45 persen. Hal ini mengandung arti bahwa 45 persen keberagaman akses internet dapat dijelaskan oleh regresi berganda, yaitu dengan variabel frekuensi, durasi dan situs seks. Pengaruh lainnya sebesar 55 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam persamaan.

Konstanta sebesar 52.370 menyatakan bahwa jika tidak ada pengetahuan seks remaja tentang perkembangan psikis, maka frekuesni, durasi dan situs seks adalah 52.370. Koefisien regresi frekuensi (X1) sebesar 0,852 menyatakan bahwa setiap penambahan frekuensi dalam akses internet akan meningkatkan pengetahuan seks remaja tentang perkembangan psikis sebesar 0,852, koefisien regresi durasi (X2) sebesar –0,012 menyatakan bahwa setiap penurunan durasi

dalam akses internet akan menurunkan pengetahuan seks remaja tentang perkembangan psikis sebesar –0,012, sedangkan koefisien regresi situs seks (X3) sebesar –0,373 menyatakan bahwa setiap penurunan situs seks dalam akses internet akan menurunkan pengetahuan seks remaja tentang perkembangan psikis sebesar –0,373.

Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa pada akses internet seperti frekuensi dan situs seks, tidak berhubungan secara nyata dengan perkembangan psikis. Hal tersebut ditunjukkan dengan probability masing- masing indikator dari akses internet, yang ternyata lebih besar dari penetapan a = 0,05 yang merupakan batas probability maksimum untuk menetapkan bahwa terdapat hubungan secara nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Akses internet seperti frekuensi dan situs seks yang tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja dikarenakan remaja dalam mengakses internet hanya digunakan untuk mencari tugas-tugas dari sekolah seperti biografi seseorang, resensi dan lain- lain, meskipun terkadang hanya sedikit keisengan untuk membuka situs-situs seks, seperti yang dikemukakan oleh seorang responden (K) :

”Ih...paling males dech kewarnet, kalo hanya untuk iseng-iseng doank. palingan ke internet nyari tugas sekolah, kalo cepat dapetnya dan masih ada waktu luang dan kantong masih tebal, pasti aku suka buka situs-situs kayak gituan, yach....hanya untuk kepuasan jiwa aza sih.” (K 16 tahun Laki-laki)

Situs seks yang juga merupakan variabel dari akses internet juga tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja. Hal ini diperkirakan karena remaja dalam mengakses internet justru lebih tertarik untuk membuka situ-situs yang banyak memuat gambar- gambar, daripada membuka situs seks yang syarat dengan literatur- literatur untuk dibaca, berikut penuturan salah seorang responden (H):

” Saya suka ke warnet, hampir setiap minggu saya ke warnet, selain untuk mencari tugas sekolah, iseng-iseng buka situs-situs yang sedikit hot-hot gitu dech. Awalnya sih pengen tau aza, tentang perubahan diri, lama-lama jadi keterusan buka situs itu. Ngebuka situs kayak gitu sech sebenarnya ga ada gunanya, tapi untuk mengurangi rasa penasaran saya dan untuk kepuasan jiwa aza, semuanya tergantung pribadi masing-masing orang juga sih.” (H 16 tahun, Laki-laki)

Pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis merupakan dua variabel yang diduga berhubungan dengan pengetahuan seks remaja. Berdasarkan Tabel 19 mengindikasikan bahwa hanya durasi pada akses internet yang berhubungan negatif dengan pertumbuhan fisik dengan nilai probability durasi (lihat Lampiran 9) lebih kecil dari penetapan a = 5 persen.

Berbeda dengan pengetahuan seks remaja tentang perkembangan psikis yang sama sekali tidak berhubungan dengan akses internet. Ketidakberhubungan tersebut disebabkan oleh kecenderungan perkembangan psikis lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, bukan dari gejolak yang terjadi dalam diri. Hubungan negatif antara durasi dan pertumbuhan fisik ditunjukkan dengan probability sebesar 0,043 dan koefisien regresi yang bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa remaja itu lebih cenderung untuk memperhatikan perubahan yang terkait langsung dengan perubahan diri (perubahan fisik). Meningkatnya durasi dalam pengaksesan internet ternyata menurunkan pengetahuan seks remaja tentang pertumb uhan fisik. Sebaliknya, berkurangnya durasi dalam mengakses internet ternyata meningkatkan pengetahuan seks remaja. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan seorang responden (R) :

”Hampir setiap minggu saya mengakses internet, karena ada tugas dari sekolah yang harus diselesaikan. Kadang situs yang dibuka untuk nyari tugas sekolah loadingnya lama buanget, iseng-iseng saya pasti buka situs seks gituan, manfaatnya sih sekedar untuk kepuasan jiwa yang didapat itu ga ada, dari pada....baca-baca literatur berupa tulisan, mendingan buka yang begituan, kan ga bikin pusing.” (R 16 tahun, Laki-laki)

Hipotesis yang menyatakan bahwa frekuensi dan situs seks berhubungan dengan pengetahuan seks remaja tentang pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis, serta durasi berhubungan dengan perkembagan psikis ditolak. Selain itu hipotesis yang menyatakan bahwa durasi berhubungan dengan pengetahuan seks remaja tentang pertumbuhan fisik diterima.

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Karakteristik individu (jenis kelamin, uang saku dan waktu luang), tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja, baik tentang pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikis.

2. Tingkat pengetahuan seks siswi perempuan jauh lebih baik bila dibandingkan pengetahuan seks yang dimiliki oleh siswa laki- laki, meskipun perbedaan tingkat pengetahuan mereka tidak terlalu signifikan. Kecenderungan perbedaan tersebut disebabkan siswa laki- laki di SMA Plus BBS terkesan lebih tertarik untuk mengakses internet, atau me ncari sumber informasi yang berupa gambar daripada membaca tulisan pakar-pakar yang termuat di dalam internet.

3. Uang saku para siswa di SMA Plus BBS per bulannya cukup bervariasi. Meskipun demikian, ternyata keberagaman uang saku tersebut justru tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja baik tentang pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikis. Hal ini dikarenakan tidak semua uang saku digunakan untuk mengakses internet, melainkan untuk memenuhi kebutuhan sekolah setiap harinya, seperti jajan, transport dan lain- lain.

4. Bagi siswa dan siswi di SMA Plus BBS ini, waktu luang yang banyak dan waktu luang yang sedikit juga tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja. Bagi mereka kebiasaan yang kerap dilakukan dalam waktu luang adalah berkumpul bersama dengan teman sekolah dan main games. Mengakses internet merupakan kegiatan yang bisa dikatakan sangat jarang

dilakukan, karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk loading dan memakan biaya yang tidak terlalu murah.

5. Komunikasi interpersonal denga n orang tua dan teman sebaya tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja baik tentang pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis. Malu, tabu, canggung, takut dimarahi pemberian pemahaman seks yang kurang akibat keterbatasan pengetahuan menjadi kecenderungan sebagian remaja untuk tertutup dengan orang tua, meskipun ada sebagian yang terbuka dan nyaman, nyambung, asyik, tidak canggung, menjadi kecenderungan sebagian remaja terbuka dengan teman sebaya, meskipun ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diceritakan

6. Akses internet seperti frekuensi dan situs seks tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja baik tentang pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis, sedangkan akses internet seperti durasi berhubungan negatif terhadap pertumbuhan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa remaja itu lebih cenderung untuk memperhatikan perubahan yang terkait langsung dengan perubahan diri (perubahan fisik). Berbeda dengan durasi yang ternyata tidak berhubungan dengan perkembangan psikis. Adanya ketidakberhubungan tersebut disebabkan oleh gejolak yang terjadi dalam diri remaja, yang bukan berasal dari besar kecilnya keingintahuan seseorang terhadap seks, melainkan karena adanya hubungan dari orang lain (teman sebaya) dan juga lingkungan sekitar.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti ingin mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi remaja, sebaiknya menghilangkan perasaan malu- malu dan berupaya untuk mengutarakan sesuatu atau permasalahan yang sedang melingkupi diri kepada orang yang lebih tahu seperti orang tua dan guru. Mengingat, berdasarkan hasil penelitian bahwa ada remaja yang pernah terbuka membicarakan seks dengan guru di sekolah.

2. Bagi guru, yaitu diharapkan dapat berperan sebagai teman bagi remaja, harus selalu siap akan informasi mengenai seks yang sewaktu-waktu dapat ditanyakan oleh para remaja (siswa).

3. Bagi orang tua, yaitu diharapkan mampu meningkatkan suatu hubungan yang nyaman, sehingga tercipta suatu sikap keterbukaan antara orang tua dan remaja. Orang tua harus berpikir positif jika remaja bertanya tentang seks, meskipun pesan yang disampaikan bersifat negatif.

4. Pembinaan bagi remaja, yaitu penanaman norma agama melalui penanaman konsep bersalah dan takut pada dosa jika melakukan sesuatu yang mengarah pada perilaku menyimpang (perilaku seksual).

Abizar. 1988. Komunikasi Organisasi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

BKKBN. 1987. Pendidikan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja, Sahabat Remaja. Jakarta.

Crooks, R. & Baur, K. 2003. Our Sexuality (8 th ed.). Pacific Groove, CA. Brooks/Cole Publishing Company.

Ebenezer, R. 2005. Perilaku Pengguna Internet terhadap Prestasi Akademis Mahasiswa. Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Padjajaran. Bandung. Effendi, O. U. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bhakti.

Bandung.

Febrian, J. 2002. Menggunakan Internet. Penerbit Informatika. Bandung.

Garisson, Karl C. 1985. Psychology of Adolescence. Englewood Cliffs. N. J. Prentice-Hall.

Hardjono, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Kanisius. Yogyakarta.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Ghalia Indonesia.

Hurlock, Elizabeth B. 1968. Developmental Psychology. Mc. Graw-Hill Book Company. New York.

Krech, David, Ricard S. C & Ballachey Egerton. 1962. Individual in Society, Internasional Student Edition, University of California, Berkeley, Mc. Graw – Hill Kogakusha. Ltd. Tokyo. Japan.

King, Robert G. 1981. Fundamentals of Human Communication. Macmillan Publishing Co. Inc. New York. United State of Amerika.

Kitao, Kenji. 1998. Internet Resources, ELT, Linguistic, and Communication.

Japan. Eichoscha.

Leiner, Barry M. 2000. Brief History of The Internet. www.Isoc. Org/Internet/ History/ brief. Html.

Lubis, Dharmayanti V. 1985. Citra Diri dalam Masa Transisi. Prisma 9. LP3ES. Jakarta.

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Surabaya.

Nugraha, A. R. 2000. Tayangan Program Acara Indosat Galileo Dalam Menunjang Pembentukan Kognisi Pelajar Tentang Ilmu Pengetahuan Alam.

Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Padjajaran. Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Remadja Karya CV. Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Razaq, A. & Ruly, B. U. 2001. Belajar Praktis Internet. Dinastindo. Yogyakarta. Rifai, M.S. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja Dilihat dari Segi Kehidupan

Sosial. Bina Aksara. Jakarta.

Santoso, S. 2006. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 14. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1981. Seksualitas & Fertilitas Remaja, PKBI, CV Rajawali. Jakarta.

Sihombing, L. U. 2004. Makna Pacar dan Perilaku Berpacaran, serta Relasi Heteroseksual pada Anak Jalanan Perempuan. Skripsi Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia.

Singarimbun, Masri. & Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial Indonesia. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1989. Remaja dan Permasalahammya. Rajawali. Jakarta. Tankard, J.W & Werner J.S .2005. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode dan

Terapan di dalam Media Massa. Prenada Media. Jakarta.

Yulianti, Neni. 2000. Pengaruh Komunikasi Informatif Tentang Seks dan Seksualitas terhadap Pengetahuan Remaja. Mediator Jurnal Komunikasi Volume 1. Nomor 1.

Lampiran 1

HASIL UJI PERBEDAAN JENIS KELAMIN DENGAN PENGETAHUAN