SEKS REMAJA
(Kasus: Siswa Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)
Oleh
NURSYAIDAH NASUTION A14202013
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
NURSYAIDAH NASUTION. HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PEMANFAATAN INTERNET TERHADAP
PENGETAHUAN SEKS REMAJA (Kasus: Siswa Sekolah Menengah Atas
Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor). (Di bawah bimbingan YUSALINA).
Remaja dalam menjalani hidup tidak pernah lepas dari perubahan.
Perubahan-perubahan akan selalu ada dan ditemukan dalam diri setiap remaja,
dimana remaja harus bisa melalui masa ini sebagai bagian dari rentang kehidupan.
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa- masa transisi
(peralihan), dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Masa ini
merupakan masa- masa yang bermasalah, masa yang penuh gejolak, masa yang
mengalami konflik peran dan masa yang harus dihadapi oleh setiap remaja.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1) Mengidentifikasi
hubungan antara karakteristik individu dengan pengetahuan seks remaja; 2)
Menganalisis hubungan antara komunikasi interpersonal dengan pengetahuan seks
remaja; dan 3) Menganalisis hubungan antara akses internet dengan pengetahuan
seks remaja.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa
Sejahtera (SMA Plus BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Responden
penelitian ini adalah Siswa Kelas XI (setara dengan kelas 2 SMU) yang berusia
antara 16-17 tahun. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu dari bulan
Agustus sampai dengan September 2006.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif
yang didukung oleh data kualitatif. Adapun metode penelitian kuantitatif yang
digunakan adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.
Data kualitatif diperoleh dari data dokumen dari instansi terkait. Data kuantitatif
yang diperoleh diolah dan diuji secara statistik melalui program SPSS 11,5 for windows. Uji yang dilakukan adalah Uji regresi berganda (Multiple Regression)
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tersebut berjenis
kelamin laki- laki dan memiliki jumlah uang saku per bulan tergolong menengah.
Komunikasi Interpersonal (orang tua dan teman sebaya), akses internet (frekuensi,
dan situs seks) tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja, sedangkan
durasi yang merupakan variabel dari akses internet ternyata berhubungan dengan
pengetahuan seks remaja tentang pertumbuhan fisik. Tingkat pengetahuan seks
siswi perempuan jauh lebih baik bila dibandingkan pengetahuan seks yang
dimiliki oleh siswa laki- laki, meskipun perbedaan tingkat pengetahuan mereka
tidak terlalu signifikan. Kecenderungan perbedaan tersebut disebabkan siswa
laki-laki di SMA Plus BBS lebih tertarik untuk mengakses internet, atau mencari
sumber informasi yang berupa gambar daripada membaca tulisan pakar yang
termuat didalam internet.
Uang saku para siswa di SMA Plus BBS per bulannya cukup bervariasi.
Meskipun demikian, ternyata keberagaman uang saku tersebut justru tidak
berhubungan dengan pengetahuan seks remaja baik tentang pertumbuhan fisik
maupun perkembangan psikis. Hal ini dikarenakan tidak semua uang saku
digunakan untuk mengakses internet, melainkan untuk memenuhi kebutuhan
sekolah setiap harinya, seperti jajan, transport dan lain- lain. Bagi siswa dan siswi
di SMA Plus BBS ini, waktu luang yang banyak dan waktu luang yang sedikit
juga tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja. Bagi mereka kebiasaan
yang kerap dilakukan dalam waktu luang adalah berkumpul bersama dengan
teman sekolah dan main games. Mengakses internet merupakan rutinitas yang bisa
dikatakan sangat jarang dilakukan, karena membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk loading dan memakan biaya yang tidak terlalu murah.
Komunikasi interpersonal dengan orang tua dan teman sebaya tidak
berhubungan dengan pengetahuan seks remaja, baik tentang pertumbuhan fisik
dan perkembangan psikis. Malu, tabu, canggung, takut dimarahi pemberian
pemahaman seks yang kurang akibat keterbatasan pengetahuan menjadi
kecenderungan sebagian remaja untuk tertutup dengan orang tua, meskipun ada
dan tidak semua hal teman sebaya harus mengetahui perubahan yang terjadi dalam
dirinya.
Akses internet seperti frekuensi dan situs seks tidak berhubungan dengan
pengetahuan seks remaja, baik tentang pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikis, sedangkan akses internet seperti durasi berhubungan negatif dengan
pengetahuan tentang pertumbuhan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa remaja itu
lebih cenderung untuk memperhatikan perubahan yang terkait langsung dengan
perubahan diri (perubahan fisik). Berbeda dengan durasi yang ternyata tidak
berhubungan terhadap perkembangan psikis. Adanya ketidakberhubungan tersebut
disebabkan oleh gejolak yang terjadi dalam diri remaja, yang bukan berasal dari
besar kecilnya keingintahuan seseorang terhadap seks, melainkan karena adanya
(Kasus: Siswa Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)
Oleh
NURSYAIDAH NASUTION A14202013
SKRIPSI
Sebagai Bagian Persyaratan Kelulusan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Nursyaidah Nasution
No Pokok : A14202013
Judul : Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Pemanfaatan Internet dengan Pengetahuan Seks Remaja. (Kasus: Siswa Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dra. Yusalina, M.Si. NIP.131 914 523
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKIPSI YANG
BERJUDUL
”HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DAN PEMANFAATAN INTERNET DENGAN PENGETAHUAN
SEKS REMAJA
(KASUS: SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PLUS BINA BANGSA SEJAHTERA (BBS), KECAMATAN BOGORBARAT, KOTA BOGOR)”.
BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAINNYA. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK
MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS
ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2007
Nursyaidah Nasution
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan, Sumatera Utara, pada tanggal 30
Oktober 1984. Sebagai anak pertama dari delapan bersaudara dari pasangan
Ahmad Sulaiman Nasution dan Maslam Lubis.
Penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri 21 Kebun Kelapa
pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Padangsidimpuan dan
lulus pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan sekolah menengah umum di SMU
Negeri 2 Padangsidimpuan pada tahun 2002, dan pada tahun yang sama penulis
lulus seleksi masuk IPB melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
Program Studi Komunikasi Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Selama kuliah penulis aktif di Organisasi Koperasi Mahasiswa Institut
Pertanian Bogor ”KOPMA IPB” sebagai anggota pada tahun 2002-2004, anggota
Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan pada tahun 2002-sekarang, dan pada tahun
2005 menjadi pengurus Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, serta
mengikuti berbagai kepanitiaan yang ada untuk kegiatan di lingkungan kampus
PUJI SYUKUR KEHADIRAT ILAHI RABBI, KARENA SELESAI
SUDAH KARYA ILMIAH INI DISUSUN
Semoga bermanfaat bagi yang membacanya
Amien
“... Katakanlah: “ Adakah sama orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran,”
(Q.S. AZ- Zumar, Ayat 19)
Karya Kecil dengan Harapan yang Besar Ananda Persembahkan
Kepada:
Ayahku yang terhormat, Umakku yang tercinta, adik-adikku, serta
Bismillahirrohmanirrohim...
Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain, puji syukur kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat dan Salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Komunikasi Interpersonal dan
Pemanfaatan Internet dengan Pengetahuan Seks Remaja (Kasus: Siswa Sekolah
Menengah Atas Bina Bangsa Sejahtera (BBS) Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor)”. Judul skripsi tersebut dipilih untuk mengidentifikasi hubungan
karakteristik individu dengan pengetahuan seks remaja, untuk menganalisis
hubungan komunikasi interpersonal dengan pengetahuan seks remaja dan untuk
menganalisis hubungan akses internet terhadap pengetahuan seks remaja. Skripsi
ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Komunikasi Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil selama proses
penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa ada keterbatasan yang terjadi
pada saat penulisan skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan masukan ataupun
saran yang sifatnya membangun.
Bogor, Januari 2007
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis
menghanturkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
masukan, dorongan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skipsi ini,
antara lain :
1. Ayah dan Umakku tersayang atas ketulusan cinta, kasih sayang, kesabaran,
dukungan dan pengorbanan yang tiada akhirnya serta doa yang tiada hentinya,
selalu diberikan kepada penulis. Adik-adikku tersayang yaitu Lia dan Aris
yang selalu memberikan dukungan, doa, canda tawa, dan suka duka kepada
kakak.
2. Dra. Yusalina, M.Si. selaku dosen pembimbing skipsi yang telah berkenan
untuk meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran dan kesungguhan hati mulai
dari proses penulisan proposal, penelitian, dan penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Pudji Muljono, MS, selaku dosen penguji utama dalam ujian sidang
skripsi.
4. Ir. Murdianto M.Si, selaku dosen penguji dari departemen.
5. Ir. Dwi Sadono, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik atas semangat,
saran dan kesabaran membantu penulis dalam bidang akademik.
6. Semua staf pengajar Program Studi Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan pengetahuan
selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Untuk teman-teman KPM '39, terima kasih untuk canda tawa dan
8. Niar dan Icha, sahabat-sahabatku satu bimbingan. Terima kasih atas semua
kebersamaan baik suka dan duka yang kita lalui bersama.
9. Sahabat-sahabatku tercinta: Salamah, Anne, Kak Aida, Kak Ledi, Ijah, Tia,
Detong, Awi, yang selalu ada di saat penulis membutuhkan masukan dan
saran selama ini. Terima kasih atas semua kebersamaan yang kita lalui.
10.Irul, Tini, Mala dan Pak Rudi yang selalu mendengarkan cerita penulis, dan
seseorang yang selalu memberi dukungan, semangat, doa serta kasih
sayangnya kepada penulis.
11.Adik-adikku kost-an Wisma Mega 1 tercinta yaitu Cicah, Indah dan Foera yang selalu memberikan semangat, kekuatan, kenyamanan kepada penulis.
12.Abang dan adikku di Wisma Poso-Poso, yang telah banyak membantu penulis
dalam penulisan dan pengo lahan data.
13.Bapak Hasanul Arifin Attha selaku kepala sekolah, Bapak Tedi, Staf Guru,
Siswa dan Sisiwi SMU PLUS BBS kota Bogor, yang telah banyak membantu
penulis pada saat turun lapang dalam pelaksanaan penelitian. Terima kasih
atas kerjasamanya selama ini.
14.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penulisan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga mendapat balasan
yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin....
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata,
semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Januari 2007
KATA PENGANTAR ... 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Interpersonal ... 2.2 Pengertian dan Pengenalan Internet ... 2.2.1 Sejarah Awal Internet dan Pertumbuhannya ... 2.2.2 Potensi Internet ... 2.2.3 Internet Sebagai Sumber Informasi ... 2.2.4 Fungsi Internet ... 2.3 Tinjauan tentang Remaja ... 2.3.1 Konsep Remaja dan Perkembangannya ... 2.3.2 Tahapan Usia Remaja ... 2.4 Pengaruh Internet terhadap Perkembangan Remaja ... 2.5 Pengaruh teman Sebaya terhadap Perkembangan Remaja ... 2.6 Pengertian Seks ... 2.7 Konsep Pengetahuan (Kognitif) ...
BAB III. KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran ... 3.2 Hipotesis Penelitian ... 3.3 Defenisi Operasional ...
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 4.2 Penentuan Sampel / Responden ………... 4.3 Metode Pengumpulan Data ……….. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ………
BAB V. GAMBARAN UMUM
5.1 Lokasi Penelitian ………
5.2 Visi dan Misi SMA Plus Bina Bangsa Sejahtera ………. 5.3 Responden ………..
5.3.1 Karakteristik Individu ………. 5.3.1.1 Jenis Kelamin Individu ………... 5.3.1.2 Uang Saku ………... 5.3.1.3 Waktu Luang ………... 5.4 Komunikasi Interpersonal ……… 5.4.1 Komunikasi Interpersonal dengan Orang Tua ……… 5.4.2 Komunikasi Interpersonal dengan Teman Sebaya ………….. 5.5 Akses Internet ………..
5.5.1 Frekuensi ………. 5.5.2 Durasi ……….. 5.5.3 Situs Seks ……… 5.6 Pengetahuan Seks Remaja ………... 5.6.1 Pertumbuhan Fisik ……….. 5.6.2 Perkembangan Psikis ………..
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Pengetahuan Seks Remaja ………. 6.2 Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Pengetahuan Seks Remaja ……….
6.3Hubungan antara Akses Internet dengan Pengetahuan
Seks Remaja ……….
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL 3. Pengguna Internet di Beberapa Negara 2000 ... 4. Pengguna Internet Indonesia 1999 ... 5. Jumlah Responden Berdasarkan Kelas ... 6. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 7. Jumlah Responden Berdasarkan Uang Saku ... 8. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Luang ... 9. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan dengan
Orang Tua ... 10. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan dengan
Teman Sebaya ... 11. Jumlah Frekuensi Responden dalam Mengakses Internet ...
12. Jumlah Responden Berdasarkan Durasi dalam Mengakses Internet ... 13. Jumlah Responden Berdasarkan Situs Seks dalam Mengakses Internet ... 14. Jumlah Responden Berdasarkan Pertumbuhan Fisik ... 15. Jumlah Responden Berdasarkan Perkembangan Psikis ... 16. Uji Perbedaan Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Seks Remaja ... 17. Koefisien Regresi Karakteristik Individu dengan Pengetahuan
18. Koefisien Regresi Hubungan Komunikasi Interpersonal
dengan Pengetahuan Seks Remaja ... 19. Koefisien Regresi Hubungan Akses Internet dengan
Pengetahuan Seks Remaja ... 70
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Hubungan dan Perbedaan antara Pertumbuhan dengan Perkembangan pada Remaja ... 2. Kerangka Pemikiran Hubungan Komunikasi Interpersonal dan
Pemanfaatan Internet dengan Pengetahuan Seks Remaja ... 22
DAFTAR LAMPIRAN 4. Hasil Analisis Regresi pada Komunikasi Interpersonal dengan
Pengetahuan Seks Remaja tentang Pertumbuhan Fisik ... 5. Hasil Analisis Regresi pada Komunikasi Interpersonal dengan
Pengetahuan Seks Remaja tentang Perkembangan Psikis ……….. 6. Hasil Analisis Regresi pada Frekuensi, Durasi dan Situs Seks
dengan Pengetahuan Seks Remaja tentang Pertumbuhan Fisik ... 7. Hasil Analisis Regresi pada Frekuensi, Durasi dan Situs Seks
dengan Pengetahuan Seks R emaja t entang Perkembangan Psikis ... 8. Kuesioner ... 9. Panduan Pertanyaan untuk Wawancara Mendalam ... 10. Tabel Frekuensi Penelitian ...
1.1 Latar Belakang
Remaja dalam menjalani hidup tidak pernah lepas dari perubahan.
Perubahan-perubahan akan selalu ada dan ditemukan dalam diri setiap remaja,
dimana remaja harus bisa melalui masa ini sebagai bagian dari rentang kehidupan.
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa- masa transisi
(peralihan), dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Masa ini
merupakan masa- masa yang bermasalah, masa yang penuh gejolak, masa yang
mengalami konflik peran dan masa yang harus dihadapi oleh setiap remaja.
Remaja dalam bersosialisasi dilakukan dengan berbagai cara
berkomunikasi, diantaranya dapat melalui komunikasi interpersonal maupun
komunikasi massa khususnya internet. Salah satu informasi yang sangat menjadi
perhatian remaja adalah tentang seks. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi
pada remaja, tidak hanya perubahan fisik yang ditemukan, melainkan psikis
remaja juga turut mengalami perubahan, pada akhirnya remaja memiliki
emosional yang tidak stabil (labil) terhadap berbagai hal dan sangat mudah
terpengaruh. Informasi seks bisa didapatkan dari berbagai sumber informasi
misalnya dari teman, orang tua, bahkan dari internet.
Seks merupakan salah satu masalah dari sederetan permasalahan yang
terjadi pada remaja saat-saat ini. Jika mendengar kata seks, banyak individu sering
menghubungkannya dengan senggama. Padahal seks sendiri memiliki arti
henti-hentinya diperdebatkan. Ada yang berpendapat, bahwa bila remaja mendapat
informasi tentang seks justru akan mendorong remaja melakukan aktivitas
seksual, sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa remaja membutuhkan
informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi
pada perilaku seksual. Sayangnya, untuk mengetahui persoalan seksualitas masih
terdapat tembok penghalang. Padahal, mestinya jauh lebih baik memberikan
informasi ya ng tepat pada mereka daripada membiarkan mereka mencari tahu
dengan caranya sendiri1. Selain itu, menurut Widyanto dalam Sarwono (1981),
kebanyakan remaja puterilah yang dijadikan korban ketidaktahuan mereka tentang
seks.
Orang tua merupakan salah satu sumber informasi seks yang seharusnya
bisa didapatkan oleh para remaja. ’Siapa yang bisa mengira, ternyata sebagian
besar remaja merasa tidak cukup nyaman bercerita terhadap orang tuanya sendiri,
sehingga remaja justru lebih suka mencari tahu sendiri melalui teman sebaya’.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Synovate Research (2004) menyatakan bahwa sekitar 65 persen informasi tentang seks diperoleh remaja dari teman dan
ironisnya hanya 5 persen dari responden remaja ini mendapatkan informasi
tentang seks dari orang tuanya2. Kecilnya persentase informasi seks yang
didapatkan remaja dari orang tua, disebabkan oleh adanya kultur (budaya patriarchi) yang mengikat, norma-norma agama, pengetahuan yang terbatas, perasaan malu bertanya terhadap orang tua dan adanya anggapan bahwa orang tua
1
Tito, Pusat Studi Seksualitas-PKBI DIY.2004. Salah satu televisi swasta beberapa waktu lalu menayangkan kasus perkosaan yang dilakukan sekelompok oknum pelajar SLTP dan SLTA secara beramai-ramai di wilayah Jakarta Timur. http:// www.kompas.com // kesehatan/news/0402/27/034651.htm. (Diakses Tanggal 10 Februari 2006).
2http: //situs.kesrepro.info/krr/feb/2005/krr01.htm. Sejak Usia 16. (Diakses pada tanggal
tidak akan mengerti tentang perasaan dan emosi remaja, menyebabkan terjadinya
pengesampingan peran orang tua.
Ada beberapa contoh kasus dari literatur di internet berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa para remaja saat ini punya
pengalaman seks, tapi kurang pengetahuan3, misalnya ’Winarsih, seorang
mahasiswa yang berusia 21 tahun, menyatakan bahwa pengetahuan seks diperoleh
dari ngobrol dengan teman-teman, mendengarkan radio dan tv kalau ada pakar yang membicarakan seks. Tidak pernah orang tua ngomong langsung mengenai soal seks, misalnya penis itu apa dan bagaimana’. Kemudian Anton Wicaksono
(samaran), menyatakan ’umurku 15 tahun, aku merasa sudah dewasa, jadi aku
sudah making love. Rasanya bangga buanget waktu pertama kali ngelakuinnya. Gimana ya rasanya? Oke buanget gitu loh. Biar ga jadi Baby (nggak hamil) aku
disaranin pake kondom sama teman senior aku. Lumayan juga rasanya, tapi ga
terlalu enak, aku takut kena Sipilis. Kebanyakan aku cari info tentang seks sama
teman-teman yang sudah gede’.
Selain itu, pada pertengahan tahun 1989 telah dilakukan penelitian
terhadap 1.000 orang responden, yang tersebar di 14 kota besar. Berdasarkan
kurang lebih dari 940 orang telah bersedia mengemukakan pendapat dan
pandangannya tentang pengalaman mereka di masa remaja. Berdasarkan hasil
angket yang disebarkan terhadap 1000 orang responden tersebut ternyata wanita
yang kenal seks di luar nikah mencapai 38 persen, sedangkan pria yang sudah
kenal seks di luar nikah mencapai 59 persen (Supangkat dalam Yulianti, 2000).
Sedangkan dari 1000 orang responden tersebut, yang sudah kenal seks di mulai
3 http://kompas.com/kesehatan/news/0506/29/113242.htm. (Diakses pada tanggal 13 Juli
sejak berusia di bawah usia 17 tahun mencapai 18 persen, pada usia 17-20 tahun
mencapai persentase sebesar 38 persen yang sudah kenal seks, usia 21-25 tahun
kenal seks mencapai 25 persen, dan pada usia 25 tahun hanya mencapai 9 persen
yang sudah kenal seks. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Usia Kenal Seks Berdasarkan Hasil Penelitian di 14 kota Besar di Indonesia Tahun 1989.
Usia Jumlah (%)
Di bawah Usia 17 tahun 18
17-20 tahun 38
21-25 tahun 25
Di atas 25 tahun 9
Sumber: Supangkat dalam Yulianti (2000)
Selain dari orang tua dan melalui teman sebaya informasi seks juga dapat
diperoleh dari komunikasi bermedia khususnya internet. Internet bagi sebagian
orang yang tinggal di sejumlah kota besar di Indonesia, bukanlah suatu hal yang
asing lagi untuk didengar. Banyak dari para remaja yang sudah paham bahkan
mahir menggunakan media yang satu ini. Hal ini dikarenakan cara penggunaanya
yang sangat mudah dan praktis. Hanya dengan duduk di depan komputer dan
tinggal menuliskan alamat situs yang akan dituju, maka kita sudah dapat
menjelajahi dunia maya ini. Oleh karena itu, internet didefinisikan sebagai suatu
jaringan antar komputer yang saling dihubungkan (Febrian, 2002).
Internet digunakan manusia setiap hari dan memiliki kemampuan dalam
menyediakan beragam informasi yang tak terbatas jumlahnya, tidak hanya pada
bidang ekonomi, melainkan pada bidang-bidang lainnya seperti ilmu pengetahuan,
politik, mode, dan sebagainya. Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan
mengakses yang akan lebih banyak memperoleh informasi dibandingkan dengan
golongan pengakses internet tidak hanya para orang tua (ahli-ahli yang
profesional), tetapi juga para akademisi (pelajar dan mahasiswa) yang banyak
menggunakan internet.
Pengaruh lain, adalah pesatnya perkembangan internet yang merupakan
bagian dari komunikasi massa (komunikasi bermedia). Sekitar 1,8 juta warga
Indonesia yang sudah mengenal dan mengakses internet, 50 persen diantaranya
ternyata tidak bisa menahan diri untuk tidak membuka situs porno. Penggunaan
internet untuk mengakses situs-situs porno memang sangat sulit untuk dihindari,
mengingat bahwa situs-situs semacam itu tersedia sangat banyak dalam dunia
maya4.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, jelas bahwa terjadinya perilaku seks
di luar nikah, kenyamanan bercerita mengenai seks terhadap teman sebaya
sehingga terjadinya pengesampingan peran orang tua dan banyaknya situs-situs
porno yang tersedia di internet, hal ini memicu remaja untuk mencari informasi
seks dengan lebih mudah, tidak hanya dari teman sebaya tetapi juga dari internet.
Hal ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan seks remaja saat ini di dukung
pula dengan besarnya rasa keingintahuan para remaja atas perubahan fisik dan
psikis yang dialaminya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dipaparkan
sebagai berikut:
4 Kartawijaya dalam Papu. 2001. Situs Porno dan Kesehatan Mental.
1. Sejauhmanakah hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan seks
remaja?
2. Sejauhmanakah hubungan komunikasi interpersonal dengan pengetahuan
seks remaja?
3. Sejauhmanakah hubungan akses internet dengan pengetahuan seks remaja?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian di atas, tujuan
dilakukannya penelitian adalah:
1 Mengidentifikasi hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan
seks remaja.
2 Menganalisis hubungan komunikasi interpersonal dengan pengetahuan
seks remaja.
3 Menganalisis hubungan akses internet dengan pengetahuan seks remaja.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah bagi penulis hasil
penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan
khususnya mengenai pentingnya pengaruh komunikasi interpersonal dan internet
sebagai media informasi terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang seks,
sedangkan bagi kalangan akademis hasil penelitian ini dapat berguna sebagai
bahan acuan untuk penelitian serupa dan penelitian yang lebih mendalam dari
2.1 Komunikasi Interpersonal
Dalam menjalani hidup, manusia perlu bersosialisasi. Oleh karena itu,
komunikasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Dengan
komunikasi manusia telah melakukan suatu proses penyampaian informasi kepada
orang lain, yang disertai adanya kesempatan dalam melakukan umpan balik.
Menurut Effendy (1993), komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang melibatkan dua orang atau lebih dalam situasi interaksi atau dialogis, dimana
masing- masing memerankan diri sebagai penyampai pesan dan penerima pesan
secara bergantian. Biasanya komunikasi interpersonal dilakukan oleh
pribadi-pribadi, dan pribadi-pribadi inilah yang menjadi asal, sumber pesan dan sumber
umpan balik. Dengan demikian, kepribadian orang juga sangat menentukan
kelancaran dan keberhasilan komunikasi interpersonal. Sikap terhadap orang yang
berkomunikasi dan sikap terhadap diri sendiri merupakan komponen utama dalam
mempengaruhi mutu komunikasi interpersonal.
Secara umum, komunikasi interpersonal mempunya karakteristik, yaitu:
(1) komunikasi terjadi dengan berhadapan langsung antara satu orang dengan
orang lainnya; (2) penggunaan indera mutlak terjadi, sehingga satu sama lainnya
saling melihat, mendengar; (3) komunikasi bersifat spontan, intensif dan dapat
dilakukan setiap saat (Abizar, 1988). Menurut Hardjono (2003), terdapat enam ciri
komunikasi interpersonal, yaitu: (1) komunikasi interpersonal adalah verbal dan
nonverbal, artinya dalam komunikasi terjadi pengemasan pesan dalam bentuk
maupun nonverbal, merupakan dua unsur utama dalam komunikasi interpersonal;
(2) komunikasi interpersonal mencakup perilaku tertentu. Perilaku yang terjadi
karena adanya desakan emosi merupakan perilaku spontan. Perilaku menurut
kebiasaan merupakan perilaku yang didasarkan pada situasi tertentu, dapat
dimengerti oleh orang lain dan dipelajari dari kebiasaan kita. Perilaku sadar,
merupakan perilaku yang sesuai dengan situasi yang ada dan disesuaikan dengan
orang yang akan dihadapi; (3) komunikasi interpersonal mengandung umpan
balik, interaksi dan koheransi. Dalam hal ini umpan balik (feed back) besar sekali, mengingat; (4) komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang semakin
berkembang, umpan balik dan interaksi antar pihak-pihak yang terlibat juga akan
semakin intensif; (5) komunikasi interpersonal saling mengubah. Pada tahapan ini
komunikasi interpersonal akan berjalan baik, jika peraturan yang ditetapkan
mampu untuk mengikutinya. Peraturan tersebut seringkali dikembangkan dan
ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan situasi tertentu. Adanya proses interaksi
dalam komunikasi, maka pihak- pihak yang terlibat komunikasi dapat saling
memberi inspirasi, semangat, dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan dan
sikap; dan (6) komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif, artinya sudah
terjalin hubungan timbal balik antar pengirim dan penerima pesan.
Effendy (1993) menambahkan dengan adanya umpan balik dapat diterima
secara langsung, yaitu menyampaikan bentuk pertanyaan, komunikator
memperoleh jawaban/umpan balik langsung. Secara umum, kualitas hubungan
2.2 Pengertian dan Pengenalan Internet
Internet sudah tidak asing lagi di telinga kita dan kedengarannya sangat
mengasikkan. Internet merupakan suatu jaringan antar komputer yang saling
dihubungkan. Media penghubung tersebut bisa melalui kabel, kanal satelit
maupun frekuensi radio, sehingga komputer-komputer yang terhubung tersebut
dapat saling berkomunikasi.
Setiap komputer yang terhubung dengan jaringan tersebut, diberikan
sebuah nomor yang unik dan berkomunikasi satu sama lainnya dengan bahasa
komunikasi yang sama ini disebut protokol. Protokol yang digunakan di internet
adalah TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet protocol). Pada awalnya internet berasal dari sebuah jaringan komputer yang terdiri dari beberapa
komputer yang dihubungkan dengan kabel, sehingga membentuk sebuah jaringan
(network). Kemudian jaringan-jaringan tersebut saling dihubungkan lagi sehingga membentuk inter-network, yang dikenal dengan nama internet (Febrian, 2002). Sedangkan Razaq dan Ruly (2001), mendefinisikan internet sebagai sumber daya
informasi yang menjangkau seluruh dunia. Dimana antara satu komputer dengan
komputer lain di dunia (word wide), dapat saling berhubungan atau berkomunikasi. Untuk dapat melakukan komunikasi tersebut diperlukan bahasa
protokol yang sama yaitu TCP/IP (Transmision Control Protokol/Internet Protocol), yang berfungsi sebagai pemberi alamat (Address) pada setiap komputer dalam bentuk nomor, sehingga masing- masing komputer mempunyai identitas
atau nama yang unik dan berlainan.
medium for collaboration and interaction between individuals and their computers without regard for geographic location. Penjabaran tersebut mempunyai maksud bahwa internet merupakan sebuah kemampuan penyiaran
dunia lebar, sebuah mekanisme penyebaran informasi dan sebuah media untuk
kolaborasi dan interaksi antara komputer dengan pemiliknya tanpa melihat kondisi
geografis. Dalam hal ini internet digolongkan sebagai media visual, yang banyak
menyediakan situs-situs berbagai informasi termasuk mengenai masalah seks.
Media visual adalah media yang menampilkan suatu visualisasi, baik berupa
gambar maupun grafis.
Oleh karena itu, Internet didefinisikan sebagai jaringan dunia terbesar
yang menghubungkan berbagai jaringan komputer dengan berbagai jenis
komputer di seluruh dunia yang saling berkaitan satu sama lain. Jaringan-jaringan
tersebut berisikan informasi dari berbagai bidang, baik mengenai ilmu
pengetahuan, keuangan, bisnis, pendidikan, hiburan dan hal- hal lainnya. Internet
tidak hanya terbatas pada aspek perangkat keras (infrastruktur) berupa
seperangkat komputer yang saling berhubungan satu sama lain dan memiliki
kemampuan untuk mengirimkan data, baik berupa teks, pesan dan grafis,
melainkan mencakup perangkat lunak berupa data yang dikirim dan disimpan
yang sewaktu-waktu dapat diakses.
2.2.1 Sejarah Awal Internet dan Pertumbuhannya
Pada awalnya, internet ini merupakan proyek pemerintah Amerika Serikat
masyarakat, untuk pengguna komersial dan akademis. Internet ini mulai tumbuh
pesat pada dekade 1990, sejak diterapkannya TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet protocol).
Pada tahun 1998, dalam laporan US Department of Commerce, “The
Emerging Digital Economy”, menyebutkan bahwa internet tumbuh dengan sangat
cepat, mencapai 50 juta pengguna hanya dalam waktu empat tahun sejak
diperkenalkan kepada publik. Pertumbuhan ini sangat cepat bila dibandingkan
dengan teknologi lainnya, seperti pesawat TV, PC (Personal Computer), dan
radio. Berdasarkan hasil catatan International Telecommunication Union (ITU), pertumbuhan internet ini juga tiada bandingnya terhadap pertumbuhan teknologi
telepon, yang setelah 74 tahun barulah berhasil mencapai 50 juta pengguna.
Perbandingan ini menambah keyakinan para ahli bahwa internet akan menjadi
teknologi membawa umat manusia menuju era baru Millenium ketiga.
Perbandingan adopsi teknologi ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Teknologi Komunikasi Berdasarkan Lama Perkembangan Hingga Mencapai 50 Juta Pengguna (1998).
Teknologi Komunikasi Lama Perkembangan (Tahun)
Internet 4
Televisi 13
Komputer 16
Radio 38
Telepon 74
Source: US Dep.Of Commerce, Forrester Research, Inc.& ITU dalam Febrian (2002).
Dalam kurun waktu empat tahun, teknologi komunikasi (internet),
mengalami perkembangan dengan sangat cepat hingga mencapai 50 juta
pengguna, berbeda dengan teknologi komunikasi lainnya seperti televisi,
komputer, radio dan juga telepon. Bahkan, teknologi komunikasi (telepon), dalam
Dibawah ini merupakan tabel pengguna Internet di beberapa Negara
seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia baru dan Singapura pada tahun 2000.
Tabel 3. Pengguna Internet di beberapa Negara (2000)
Uraian
Source: AC Nielsen dalam Febrian (2002)
Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) dalam Febrian (2002) mengemukakan tentang pengguna internet di Indonesia (Tabel 4).
Tabel 4. Pengguna Internet di Indonesia (1999)
Tahun Pelanggan Pengguna Pertumbuhan(%)
1996 31.000 110.000 -
Sumber: APJII, dalam Febrian (2002)
Pengguna internet di Indonesia, dari sekitar 210 juta penduduk Indonesia,
berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), April 1999, jumlah pelanggan yang ada pada tahun 2000, ada sebanyak 384.000,
sedangkan pengguna internet sebanyak 1.450.000 pengguna, dengan persentase
pertumbuhan mencapai 145. Pertumbuhan tertinggi yang terjadi dari tahun 1996
sampai 2000, terjadi antara 1998&1999. Anehnya, meski Indonesia pada tahun
sangat mengagumkan, yaitu bertambah sebanyak 237,5 persen dari tahun 1998
sebanyak 109,6 persen.
2.2.2 Potensi Internet
Menurut Kitao (1998), menyebutkan bahwa setidak-tidaknya ada tiga
potensi internet yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Sebagai alat komunikasi yang bekerja sangat cepat.
Dengan menggunakan internet, kita dapat berkomunikasi kemana saja secara
cepat. Kita dapat berkomunikasi dengan menggunakan e-mail, atau berdiskusi melalui chatting maupun mailing list. Pembayaran akan semakin mahal, manakala waktu berkomunikasi berlangsung lebih lama sesuai
dengan banyaknya informasi yang dibutuhkan. Memanfaatkan teknologi
seperti internet, maka telah terjadi komunikasi dari seorang kepada banyak
orang (one-to-many communication), dapat dilakukan secara simultan/bersamaan.
2. Sebagai alat mengakses informasi
Melalui internet, kita juga dapat mengakses berbagai informasi yang
disajikan oleh berbagai surat kabar atau majalah tanpa harus berlangganan.
Demikian juga berbagai informasi lainnya, mulai dari yang paling
sederhana, seperti prakiraan cuaca sampai pada hal-hal yang berkaitan
dengan perkembangan sosial, ekonomi, budaya, politik, ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Seseorang hanya duduk saja di depan komputer yang dilengkapi fasilitas
diakses melalui internet tidak hanya yang ada atau terjadi di suatu negara
saja tetapi juga terjadi di berbagai negara dapat dengan cepat diketahui oleh
banyak orang. Demikian juga halnya dengan informasi yang menyangkut
bidang pendidikan/pembelajaran.
3. Sebagai alat pend idikan/pembelajaran
Perkembangan/kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan
merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan untuk berbagai
negara, institusi dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya
untuk pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan
perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya
peningkatkan mutu pendidikan/pembelajaran terus dilakukan.
2.2.3 Internet Sebagai Sumber Informasi
Kehadiran internet, dapat memperkaya pengetahuan dan informasi bagi
mereka yang bisa mengaksesnya. Menurut NUA survey, pada tahun 1991
pengguna internet ini berjumlah 4,5 juta orang, dan pada tahun 1998 mencapai
angka 148 juta pengguna. Tingginya jumlah pengguna komputer yang terhubung
di dalam jaringan ini, para penyedia informasi pun berkembang cukup pesat.
Penyedia informasi yang ada di internet disebut dengan istilah website.
Halaman utamanya disebut dengan homepage. Perkembangan website pada tahun 1996, terdapat sebanyak 30.000 website. Perkembanga n dan peningkatannya
cukup menakjubkan, yaitu sebesar 200 persen setiap 53 hari (Febrian, 2002).
Berdasarkan data tersebut, betapa kayanya informasi yang ada di sana. Tiap
mendapatkan berita-berita terkini tanpa harus menunggu koran besok pagi,
sehingga jika ingin mengetahui informasi terkini, dapat diperoleh melalui internet.
Pastinya, semakin banyak website, memungkinkan seseorang untuk dapat memperoleh bermacam- macam informasi.
Informasi yang ada dalam komputer-komputer tersebut, yang disediakan
oleh penyedianya sangat beragam, mulai dari basis data, kumpulan tulisan,
program komputer, citra atau gambar, rekaman suara, potongan film sampai
aplikasi jaringan. Menurut Febrian (2002), penyedia informasi yang ada di
internet, antara lain:
• Basis data, misalnya database katalog sebuah perpustakaan, database arsip surat kabar, database data personal dan lainnya.
• Kumpulan tulisan, banyak sekali tulisan ilmiah, yang terdapat dalam komputer yang terhubung ke internet dan sangat bermanfaat untuk
digunakan sebagai bahan referensi.
• Program komputer, program yang bisa digunakan untuk suatu keperluan
tertentu, seperti program anti virus yang paling baru akan sangat mudah
dikopikan dari internet ke harddisk kita langsung, program yang dapat menerjemahkan sebuah kalimat dari satu bahasa ke bahasa lain dan
lain-lain.
• Citra atau gambar, sebuah gambar kadang bisa menceritakan lebih banyak dari pada sebuah tulisan. Misalnya, gambar permukaan sebuah planet,
gambar binatang langka, sampai gambar para bintang film terkenal.
dengan kualitas sangat baik kita ambil (download) dari internet untuk kita dengarkan.
• Multimedia, tidak sedikit pembuat film menyimpan “sneak preview”,
sebuah film baru yang akan dipasarkan di internet.
• Aplikasi Jaringan, misalnya ngobrol atau ngebreak di internet yang dikenal dengan istilah chatting, kolaborasi atau kerjasama beberapa orang dalam mengerjakan sesuatu pada saat yang bersamaan di tempat yang
berjauhan.
• Ada beberapa alamat yang bisa dijadikan referensi untuk melihat informasi
terkini (Febrian, 2002), diantaranya:
• www.detik.com
• www.astaga.com
• www.kompas.com
• www.republika.co.id
• Serta situs-situs lainnya yang menyediakan informasi yang sangat
beragam.
Banyak pengguna layanan internet yang juga menyadari bahwa mereka
juga perlu berhati- hati terhadap informasi yang mereka terima. Para pengguna
internet dan layanan jasa iklan seharusnya meninjau kembali ketepatan informasi
dari layanan ini. Berita yang diterima oleh masing- masing pengguna kadang
membuat informasi yang bisa dipercaya, tetapi bisa juga hanya membuat rumor,
spekulasi, pernyataan yang sengaja diselewengkan dan penipuan (Tankard, J.W
2.2.4 Fungsi Internet
Internet merupakan suatu komunitas dan komunikasi antar komputer yang
paling besar di dunia. Apalagi di era informasi seperti saat ini, tidak dapat
dipungkiri peran internet dalam menunjang kebutuhan-kebutuhan informasi
masyarakat yang semakin besar. Berbagai kalangan mulai dari badan-badan
pemerintah, swasta, kalangan bisnis, masyarakat umum, hingga kalangan
pendidikan dapat memanfaatkan internet untuk menunjang kegiatan mereka.
Internet tidak hanya dijadikan sarana untuk mencari informasi, namun dengan
berbagai fasilitas yang dimilikinya, internet merupakan sarana yang
menguntungkan pula bagi masyarakat yang membutuhkan sarana komunikasi
maupun hiburan. Dengan demikian, fungsi yang dapat diperoleh dari internet
secara umum menurut Razaq & Ruly (2001), adalah sebagai berikut:
• Internet sebagai alat komunikasi
Komunikasi antar pengguna komputer di internet, merupakan hal yang sangat
mutlak. Sehingga, dengan komunikasi tersebut seseorang dapat mengirim
pesan dan menerima pesan. Fasilitas yang dapat digunakan dalam komunikasi
ini adalah e-mail (elektronic mail). Elektronic mail, ini berfungsi untuk mengirimkan pesan tanpa kertas, tanpa amplop, dan tanpa perangko, bahkan
tanpa menekan tombol telepon.
• Internet sebagai resource sharing
Internet merupakan jaringan yang bersifat luas dan tersebar yang
• Internet sebagai resource discovery
Browsing dalam internet merupakan fasilitas untuk mencari file, dokumen,
atau informasi dan lain sebagainya. Untuk itu, maka internet menyediakan
layanan resource discovery(navigator). Dengan navigator ini, seseorang dapat mencari indeks dari suatu dokumen yang diinginkan.
• Internet sebagai komunitas
Komunitas merupakan kumpulan beberapa orang yang mempunyai tujuan dan
kepentingan yang sama. Dengan demikian, anggota masyarakat yang menjadi
anggota komunitas tersebut dapat berkomunikasi untuk saling bertukar
informasi dan pendapat. Melalui forum internet tersebut pergaulan masyarakat
pengguna internet dapat memanfaatkan internet untuk berbagai macam
keperluan.
Lain halnya dengan Natakusumah dalam Ebenezer (2005), menyatakan
bahwa manfaat yang dapat diperole h dari internet secara umum adalah sebagai
berikut:
• Mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi, seperti informasi kesehatan,
rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani dan sosial.
• Mendapatkan informasi untuk kehidupan profesional/pekerjaan seperti sains,
teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi profesi,
asosiasi bisnis dan berbagai forum komunikasi.
• Sebagai sarana untuk kerjasama antarpribadi atau kelompok tanpa mengenal
batas, jarak, waktu, batas negara, ras, kelas ekono mi, ideologi atau faktor lain
termasuk iklan dan publikasi secara online, bisnis baru (koneksi ke internet
dan web page), alternatif cetak jarak jauh, jenis layanan baru untuk pelanggan, jasa surat elektronik dan buletin board.
• Sebagai media komunikasi, termasuk untuk mengikuti perkembangan
teknologi, menjembatani lembaga pemerintah, universitas, sekolah,
laboratorium dan penelitian.
• Sebagai penunjang sistem pendidikan jarak jauh.
• Sebagai sarana hiburan dan hobi.
• Dapat menekan biaya admisnistrasi pengiriman pesan, fax, gambar dan biaya
cetak (keuntungan tidak langsung).
• Dapat memperluas wawasan masyarakat.
• Globalisasi informasi.
• Sumber data tersedia.
• Memperoleh saran diskusi global bagi para professional, peneliti, pelajar,
mahasiswa dan masyarakat umum.
Walaupun melalui internet kita dapat memperoleh berbagai macam
keuntungan, namun tidak dapat disangkal bahwa terkadang dengan menggunakan
internet kita juga dapat menemukan berbagai macam masalah/hambatan, berikut
ini adalah beberapa masalah yang dihadapi para pengguna internet (Ebenezer,
2005), adalah sebagai berikut:
• Lambatnya kecepatan akses.
• Situs tidak dapat ditemukan.
• Kurang akurat
• Pemakai kurang bisa mengetahui cara mencari informasi yang efisien karena
kurangnya pelatihan.
2.3 Tinjauan tentang Remaja
2.3.1 Konsep Remaja dan Perkembangannya
Anggapan orang-orang seputar remaja berbeda-beda. Ada yang
beranggapan, remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda dengan
kelompok manusia yang lainnya. Sementara yang lain beranggapan, bahwa remaja
adalah kelompok orang-orang yang menyusahkan orang-orang dewasa maupun
orang tua. Dipihak lain, menganggap bahwa remaja memiliki segudang potensi
yang harus dibina, dibimbing dan dimanfaatkan.
Istilah “remaja” merupakan terjemahan dari kata “ adolescence”, yang berasal dari kata Latin “adolescere” yang berarti “to grow” (tumbuh) atau “to grow in to maturity” (tumbuh menuju kematangan) (Siregar dalam Yulianti, 2000). Para ahli komunikasi mendefinisikan remaja secara berbeda-beda. Menurut
King (1981) remaja adalah : “ Adolescence is defined as the period from the beginning of sexual maturity”, sedangkan pendapat lain mengemukakan, bahwa remaja adalah “masa sesudah pubertas, yaitu sesudah tercapai kematangan
seksual” (Dirgagunarsa dalam Sarwono, 1981).
Secara umum, masa remaja adalah saat dimulainya anak secara seksual
menjadi matang dan berakhir pada saat tercapainya kedewasaan pertumbuhan
fisik, serta kesanggupan bertingkah laku yang dikuasai rasio, dan pengendalian
genitalia bagian dalam, maka berakhirlah masa pubertas, di saat inilah seseorang
mulai menginjak masa remaja (Yulianti, 2000).
Ada satu periode kehidupan manusia, sebelum seseorang disebut remaja,
adalah “ambang pintu masa remaja”, yang lebih sering dikenal dengan periode
“pubertas”, terkadang orang-orang beranggapan bahwa antara masa remaja dan
pubertas mengandung pengertian yang sama sehingga saling bertumpang tindih,
padahal antara pubertas dan remaja jelas mengandung pengertian yang berbeda.
Kata “pubertas” berasal dari bahasa Latin, yang berarti usia menjadi orang;
suatu periode dalam mana anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang
dapat melaksanakan tugas biologis melanjutkan keturunannya atau berkembang
biak. Selain itu, disertai pula dengan perubahan-perubahan psikologis (Mappiare,
1982).
“Teenegers” merupakan sebutan untuk anak remaja usia belasan tahun, untuk akhir masa remaja biasanya istilah “teenegers” tidak disandang lagi baik remaja pria dan remaja wanita. Masa- masa “teenegers” merupakan masa ditemukannya satu perubahan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikis yang
dimulai sejak masa sebelumnya. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa
remaja merupakan dua hal yang cukup unik dan menarik untuk diketahui.
Mappiare (1982), memaparkan bahwa pertumbuha n dan perkembangan itu berada
dalam satu proses perubahan, akan tetapi kedua hal tersebut tentu saja berbeda,
untuk pertumbuhan lebih condong pada perubahan fisik individu, dan dapat
diukur secara langsung, sedangkan perkembangan lebih condong pada adanya
perubahan tersebut. Oleh karena itu, Mappiere menggambarkan hubungan dan
perbedaan antara “pertumbuhan” dengan “perkembangan” pada individu:
Aspek-aspek fisik pertumbuhan. Terdiri dari : fisik (jasmani), kelenjar seks, otak dan lain-lain
Aspek-aspek psikis perkembangan.
Terdiri dari: perilaku seksual, sikap, perasaan atau emosi, minat dan cita-cita, pribadi, sosial, moral, dan lain-lain. INDIVIDU
Gambar 1. Hubungan dan Perbedaan antara “Pertumbuhan” dengan“Perkembangan” pada remaja.
Sumber: Mappiare (1982).
Berdasarkan Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa, pertumbuhan dan
perkembangan merupakan suatu rangkaia n, setiap fase saling berhubungan,
sedangkan fase terdahulu merupakan dasar bagi fase selanjutnya. Selain itu, antara
satu aspek pertumbuhan dan perkembangan dengan aspek lainnya saling
berjalinan.
2.3.2 Tahapan Usia Remaja
Dari berbagai literatur yang ada, para ahli psikologi membagi rentang atau
masa usia remaja secara berbeda-beda. Dalam hal ini, mengacu pada pendapat:
• Early adolescence : 13-17 tahun untuk wanita
14-17 tahun untuk pria
• Late adolescence : 17-18 tahun
2) Menurut Papalia dalam sihombing (2004), adolescence berkisar antara 12-20 tahun.
3) Mappiare (1982), yang membagi masa remaja menjadi: 12-21 tahun bagi
wanita; 13-22 tahun bagi pria, kemudian Mappiare (1982) membagi remaja
menjadi:
• Remaja awal, berlangsung kira-kira dari usia 12-13 tahun sampai 17-18
tahun. Istilah yang diberikan bagi si remaja awal adalah Teenagers (anak usia belasan tahun) dan periode pubertas sering disebut sebagai negative phase.
• Remaja akhir, bermula dari usia 17-18 tahun sampai 21-22 tahun.
Setiap masa perkembangan, yaitu masa awal remaja dan masa akhir
remaja mempunyai ciri-ciri perkembangan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu
awal masa remaja ditandai dengan masa kehidupan yang penuh dengan tantangan
(badai), perasaan yang penuh gejolak dan peka rangsang-rangsang negatif.
Seseorang dapat dikatakan telah menginjak masa kehidupan yang disebut masa
remaja awal, manakala us ia orang tersebut telah mencapai 12-13 tahun dan pada
usia 17-18 tahun masa ini akan berakhir. Teenegers (anak usia belasan tahun) sebutan untuk anak-anak yang mengalami masa remaja awal.
Dalam masa akhir periode pubertas atau masa awal remaja, terdapat
Mappiare (1982), menguraikan tentang gejala-gejala negative phase, yaitu: (1)
keinginan untuk menyendiri (desire for isolation), (2) berkurangnya kemauan untuk bekerja (disinclination to work), (3) kurang koordinasi fungsi- fungsi tubuh
(incoordination), (4) remaja mengalami kejemuan (boredom), (5) kegelisahan
(restlessness), (6) pertentangan sosial (social antagonism), (7) penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa (resistance to authority), (8) kepekaan perasaan (heightned emotionality), (9) kurang percaya diri (lack of self confidence), (10) mulai timbul minat pada lawan seks (preoccupation with sex),
(11) kepekaan perasaan susila (excessive modesty), dan (12) kesukaan untuk berkhayal (day dreaming)5.
Selain, gejala-gejala negative phase yang dimiliki bersama (pubertas dan remaja awal) yang telah disebutkan diatas; terdapat pula ciri-ciri khas masa remaja
awal. Ciri-ciri khas tersebut diantaranya:
1. Ketidakstbilan keadaan perasaan dan emosi.
2. Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (15-17
tahun). Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan
itu (menunjukkan “sex appeal”), keberanian dalam pergaulan dan” menyerempet” bahaya. Selain itu, remaja sering bermasalah dengan orang tua
atau dengan orang dewasa lainnya.
3. Hal kecerdasan dan kemampuan mental. Kemampuan mental dan kemampuan
berpikir remaja awal mulai sempurna. Remaja awal suka menolak hal- hal
yang tidak masuk akal, sering bertentangan pendapat dengan orang-orang
dewasa. Akan Tetapi, dengan alasan yang masuk akal, remaja juga cenderung
mengikuti pemikiran orang dewasa.
4. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan. Orang dewasa merasa
ragu-ragu untuk memberi tanggung jawab kepada remaja dengan beranggapan
bahwa mereka masih kanak-kanak.
5. Walhasil, remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.
Kemampuan berpikir lebih dikuasai oleh emosionalitasnya, sehingga kurang
mampu mengadakan konsensus dengan pendapat orang lain yang bertentangan
dengan pendapatnya. Banyak masalah yang menimpa remaja awal,
berkurangnya bantuan orang dewasa, bukan karena orang dewasa
mengabaikannya melainkan remaja tersebut yang me nolak. Hal ini disebabkan
karena mereka menganggap bahwa dirinya lebih mampu, serta menurut
mereka orang dewasa di sekitarnya terlalu tua untuk dapat mengerti dan
memahami perasaan emosi, sikap, kemampuan pikir dan status-status mereka.
6. Masa remaja awal adalah masa- masa yang kritis.
Pada masa ini remaja akan dihadapkan dengan soal apakah ia dapat
menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak. Keadaan remaja yang
dapat menghadapi masalahnya dengan baik, menjadi modal dasar dalam
menghadapi masalah- masalah selanjutnya, sampai ia dewasa.
Ketidakmampuan menghadapi masalahnya dalam masa ini akan
menjadikannya orang dewasa yang bergantung6.
Pada rentang usia remaja akhir, yaitu usia 17-18 tahun sampai 21-22
tahun, telah terjadi kesempurnaan kematangan. Pada akhir masa ini pertumbuhan
fisik dan perkembangan aspek-aspek psikis dan sosial terus terjadi hingga masa
dewasa awal. Remaja sudah mulai dihadapkan pada berbagai permasalahan, tetapi
bisa menghadapi dan menanggapi setiap permasalahan yang datang secara positif.
Oleh karena itu, ada empat ciri remaja akhir yang membedakannya dengan remaja
sebelumnya, yaitu: (1) stabilitas mulai timbul dan meningkat. Dalam remaja akhir
ini telah terjadi keseimbangan tubuh dan anggota badan serta minat-minatnya
(pemilihan sekolah, pergaulan dengan sesama atau lain jenis). Untuk proses
penstabilan tersebut sikap mendidik orang tua dan jarak tempat tinggal antara
remaja dengan orang tuanya, merupakan dua hal yang sangat berpengaruh; (2)
citra diri dan sikap pandangan yang lebih realistis. Saat ini remaja lebih bisa
menghargai dirinya, menilai dirinya sebagaimana adanya, timbulnya perasaan
puas, menjauhkan mereka dari rasa kecewa dan sebagainya; (3) remaja akhir
lebih bisa menghadapi dan menyikapi masalahnya secara lebih tenang. Untuk
masalah yang dihadapi awal masa remaja dan akhir masa ramaja tidaklah jauh
mengalami perbedaan. Hanya saja perbedaan yang ditemukan pada kedua fase ini
terletak cara mereka menghadapi, menyikapi serta menyelesaikan permasalahan
yang ada. Awalnya mereka bingung dan perilaku yang tidak efektif ditemukan
pada masa awal remaja dalam menangani permasalahan yang ada, berbeda dengan
masa akhir remaja mereka justru lebih santai dan tenang jika dihadapkan pada
berbagai permasalahan; (4) perasaan menjadi lebih tenang. Pada masa ini remaja
telah mampu mengontrol atau meredam rasa emosi mereka, kekecewaan,
2.4 Pengaruh Internet terhadap Perkembangan Remaja
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan informasi
merupakan hal yang sangat penting. Setiap saat, manusia mengakses berbagai
macam informasi yang datang dari berbagai penjuru dunia, baik melalui media
cetak maupun media elektronik. Internet merupakan salah satu bentuk komunikasi
bermedia yang dimanfaatkan remaja, untuk berinteraksi dengan orang-orang yang
ada disekelilingnya. Lubis (1985) mengatakan bahwa media massa mempunyai
dampak yang sangat besar dalam perkembangan citra diri remaja. Buku, majalah,
surat kabar, film, televisi dan video, semuanya menyediakan gambaran dari
informasi- informasi teknis mengenai citra yang diinginkan remaja.
Remaja mempunyai tujuan dalam mengakses internet, antara lain seperti
sekedar mengisi waktu luang, sebagai salah satu upaya dalam mencari suatu solusi
terhadap permasalahan yang tengah dihadapi, mengetahui informasi- informasi
terkini sehingga tidak ketinggalan dengan teman atau orang lain di saat
membicarakan mengenai topik tersebut, dengan harapan bisa bersosialisasi
dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
Perlu diketahui bahwa, setiap remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
khas dalam menjalankan tugas perkembangannya. Begitupun manusia dalam
menjalankan kehidupan ini memiliki segudang kebutuhan yang mendorongnya
untuk berbuat atau bertingkah laku. Pada umumnya kebutuhan remaja, sama saja
dengan kebutuhan oleh sekelompok orang dalam masa manapun dia berada,
misalnya: makan, minum, tidur, kebutuhan keaktifan, kebutuhan menyelidiki dan
Oleh karena itu, Garrison menjelaskan, kalau kebutuhan khas remaja itu
mencakup tujuh bagian, yaitu7; (1) kebutuhan akan kasih sayang; (2) keinginan
untuk ikut serta dan diterima dalam suatu kelompok, semenjak remaja
memutuskan untuk lebih mandiri tanpa memiliki keterlibatan dengan keluarga; (3)
kebutuhan untuk berdiri sendiri dimulai sejak remaja awal; (4) kebutuhan
pengakuan orang lain sejak bergantung dalam hubungan teman sebaya dan
pemerimaan teman sebaya; (6) kebutuhan untuk dihargai; (7) serta kebutuhan
untuk memperoleh ketetapan dan kepastian untuk hidup.
2.5 Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perkembangan Remaja
Dorongan yang kuat ingin menemukan dan menonjolkan jati dirinya itulah
remaja, seringkali ingin melepaskan diri dari orang tuanya dan mengarahkan
perhatian kepada lingkungan di luar keluarganya dengan bergabung dengan teman
sebaya (Soekanto, 1989). Semenjak remaja memutuskan untuk hidup bersama
orang lain yang bukan keluargannya, sejak saat itulah remaja harus bisa
beradaptasi secara pribadi dan sosial, kelompok yang merupakan teman sebayalah
yang dijadikan media sebagai ajang proses pembelajaran tersebut. Awalnya,
remaja meninggalkan rumah dan bergaul dengan lingkungan sosial kemudian
karena pergaulannya meluas terbentuklah kelompok-kelompok teman sebaya
(peer-group), selanjutnya timbul persahabatan (Mappiare, 1984).
Menurut Rifai (1984) kelompok teman sebaya memegang peranan penting
dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai
anggota kelompok teman sebaya baik di sekolah maupun di luar sekolah,
cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku teman sebayanya.
Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah
penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan
lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang sebelumnya belum pernah ada,
juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga
dan sekolah. Untuk mencapai tujuan sosialisasi pola sosialisasi dewasa, remaja
harus membuat pola penyesuaian baru (Rifai, 1984).
Secara umum, para ahli psikologi memaparkan bahwa terdapat
kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja, yaitu; (1) kelompok-kelompok “chums” (sahabat karib) kelompok ini beranggotakan 2-3 remaja dengan jenis kelamin sama, memiliki minat serta hampir sama dengan chums kemampuan dan kemauan-kemauan yang mirip; (2) kelompok “cliques” (komplotan sahabat). Sama saja dengan kelompok “chums”, perbedaanya terletak pada jumlah orangnya. Cliques, terdiri dari 4-5 remaja yang memilki minat, kemampuan dan kemauan-kemauan yang relatif sama; (3) “crowds” (kelompok banyak remaja). Remaja pada kelompok ini membutuhkan penerimaan peer-groupnya ( teman sebaya) jenis kelamin berbeda serta terdapat keraguan kemampuan, minat dan
kemauan diantara para anggota crowds; (4) kelompok yang diorganisir. Maksudnya kelompok ini sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa,
dengan alasan remaja itu memerlukan orang dewasa dalam proses penyesuian
pribadi dan sosial; (5) kelompok “gangs” kelompok yang terbentuk karena akibat pelarian, yang didorong karena adanya ketidakpuasan terhadap sesuatu hal
Masa-masa remaja merupakan masa- masa yang tidak bisa diremehkan
adanya jalinan ikatan persahabatan sangatlah mempengaruhi dalam proses
penyesuaiannya. Terbentuknya norma- norma, nilai- nilai dan simbol-simbol yang
merperkuat jalinan ikatan persahabatan, menjadikan remaja lebih mengutamakan
kelompok dan mengabaikan kepentingan pribadi, hal ini terjadi karena remaja
merasa takut terkucilkan oleh anggota kelompoknya (Mappiare, 1982).
Meskipun demikian penolakan dan penerimaan dalam kelompok
teman-teman sebaya selalu ada dalam proses penyesuaian, dalam hal ini ada lima
faktor-faktor yang menjadikan seorang remaja dapat diterima dalam kelompok teman
sebaya, antara lain; (1) penampilan dan perbuatan mencakup rapih, tampang yang
baik dan sebagainya; (2) kemampuan pikir dalam hal mengemukakan ide-ide; (3)
sikap dan sifat yang baik; (4) pribadi yang jujur, dapat dipercaya, bertanggung
jawab, mampu menyesuaikan diri; (5) suka bekerjasama dan membantu anggota
kelompok (Mappiare, 1982).
Kurangnya ciri-ciri seorang remaja yang telah disebutkan diatas,
menyebabkan adanya proses pengabaian dan penolakan dalam suatu kelompok,
menyangkut; (1) penampilan dan perbuatan meliputi: senang menyendiri,
malu-malu dan sering menantang; (2) kemampuan pikir meliputi: bodoh sekali, tolol;
(3) sikap dan sifat meliputi: sukar melanggar norma-norma kelompok; (4) faktor
rumah yang terlalu jauh dari teman-teman sekelompok (Mappiare, 1982).
Douvan dan Adelson dalam Lubis (1985), mengemukakan bahwa dengan
bertambahnya usia remaja, diskusi mengenai masalah-masalah pribadi makin
banyak dilakukan tidak lagi dengan orang tua tetapi dengan teman. Oleh karena
mempunyai pengaruh yang besar dalam mempengaruhi remaja di dalam
perkembangannya.
2.6 Pengertian Seks
Secara umum, pengertian seks adalah berkaitan dengan ;”reproduksi,
perbedaan anatomi, dan reaksi fisik, namun sekaligus lebih dari itu semua”. (Tan
dalam Yulianti, 2000). Sementara itu, BKKBN (1987) mengemukakan tentang
pengertian seks adalah tidak lain berbicara tentang:
• Sistem/proses kejadian manusia secara biologis, misalnya: terjadinya
kehamilan.
• Dapat juga menyangkut aktivitas seksual sehingga memungkinkan terjadinya
kehamilan.
• Karakteristik dari jenis kelamin laki- laki dan perempuan.
2.7 Konsep Pengetahuan (Kognitif)
Menurut Azwar (1995), kognisi merupakan salah satu bagian dari
komponen sikap yang ada. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, atau kognitif berisi kepercayaan seseorang
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Apabila
kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan
seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu. Sedangkan Mann
dalam Azwar (1995), menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi,
komponen kognitif dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila
menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
Seseorang percaya atau mempunyai kepercayaan, karena di dasarkan dari
apa yang telah kita lihat atau apa yang kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita
lihat itu, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau
karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia
akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan
dari objek tertentu. Dengan demikian, interaksi kita dengan pengalaman di masa
datang serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai
arti dan keteraturan. Tanpa adanya sesuatu yang kita percayai, maka fenomena
dunia di sekitar kita pasti menjadi terlalu kompleks untuk dihayati dan sulitlah
untuk ditafsirkan artinya (Azwar, 1995).
Kepercayaan yang menyederhanakan apa yang kita lihat dan kita temui.
Kepercayaan dapat terus berkembang. Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan
orang lain, dan kebutuhan emosional kita merupakan determinan utama dalam
terbentuknya kepercayaan. Selain itu, yang perlu diketahui adalah kepercayaan
sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat, kadang-kadang kepercayaan itu
terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai
objek yang dihadapi (Azwar, 1995).
Sebenarnya kata kognisi berasal dari bahasa latin “cogito” (saya berpikir), yakni suatu argumen yang dipakai untuk mengembangkan diri melalui tindakan
berpikir (Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia, Buku II dalam Yulianti, 2000).
diri seseorang, sehingga orang tersebut dapat mengembangkan dirinya
berdasarkan argumen-argumen sebagai hasil dari proses berfikirnya.
Berkaitan dengan kegiatan berfikir berikut dinyatakan bahwa; “berpikir
sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is a infering process” (Taylor et al
dalam Rakhmat 1989). Proses penarikan kesimpulan, faktor personal sangat
menentukan apa yang disimpulkan tersebut. Untuk itu lebih lanjut dinyatakan
bahwa kognisi dapat diartikan sebagai “kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
dimiliki (Rakhmat, 1989).
Menurut Krech et al. (1962), mereka merumuskan dalil tentang kognisi bahwa :”the cognition of the individual are selectively organized. ”Dengan demikian, dalam prosesnya, kognisi yang terjadi pada diri komunikan tidak
langsung diterima begitu saja, tetapi terlebih dahulu diorganisasikan secara
selektif. Dari pengertian kognitif diatas, pada dasarnya aspek kognitif menyangkut
pengetahuan seseorang melalui proses pengertian, pemahaman dan penghayatan
terhadap suatu realitas yang datang dari luar dirinya dan dibentuk dengan cara
bagaimana seseorang itu “memandang” seseorang atau objek tersebut. Hal ini
disebut dengan cognitive word (dunia kognitif).
Setiap organisasi kognisi mempunyai dua faktor penentu utama (Krech et al.1962), yaitu:
1. Faktor-faktor stimulus
Suatu faktor stimulus mempengaruhi selektifitas kognisi. Selektifitas tersebut
• Frekuensi, suatu slogan yang sering di ulang akan lebih mendapat
perhatian dari seseorang bila dibandingkan dengan slogan lainnya yang
kurang diungkapkan.
• Intensitas
• Gerakan dan perubahan, misalnya suatu lampu yang bergerak dan
berkelip-kelip akan menarik perhatian.
• Jumlah, semakin banyak jumlah obyek, semakin menentukan seleksi.
Kepentingan faktor stimulus termasuk dalam kreasi dan presentasi baik
dalam propaganda maupun dalam materi pendidikan, sangat penting dalam
menentukan apakah kognisi audiens cocok dengan stimulus yang ada.
2. Faktor-faktor personal
Penelitian eksperimental telah mendukung tiga macam kesimpulan
sehubungan dengan bekerjanya faktor personal dalam kognisi, yaitu:
• Faktor personal, membatasi sejumlah obyek yang dapat ditangkap (the
spam of apprehension).
• Faktor personal mempunyai kepekaan selektif, dalam mekanisme persepsi
individual akan menekan lebih mendasar dari apa yang dikenal
sebelumnya pada obyek stimulus yang relevan dengan aspek-aspek obyek
itu.
• Faktor personal dapat mengubah kognisi terhadap obyek yang relevan
sesuai dengan kebutuhan ind ividu (selective distortion).
Sementara itu menurut Bloom dalam nugraha (2000), aspek kognisi
knowledge (pengetahuan), di definisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengingat, mengetahui materi- materi yang telah dipelajari atau diketahui