• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan komunikasi interpersonal dan pemanfaatan internet dengan pengetahuan seks remaja kasus: siswa Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan komunikasi interpersonal dan pemanfaatan internet dengan pengetahuan seks remaja kasus: siswa Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SEKS REMAJA

(Kasus: Siswa Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

Oleh

NURSYAIDAH NASUTION A14202013

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(2)

NURSYAIDAH NASUTION. HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PEMANFAATAN INTERNET TERHADAP

PENGETAHUAN SEKS REMAJA (Kasus: Siswa Sekolah Menengah Atas

Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor). (Di bawah bimbingan YUSALINA).

Remaja dalam menjalani hidup tidak pernah lepas dari perubahan.

Perubahan-perubahan akan selalu ada dan ditemukan dalam diri setiap remaja,

dimana remaja harus bisa melalui masa ini sebagai bagian dari rentang kehidupan.

Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa- masa transisi

(peralihan), dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Masa ini

merupakan masa- masa yang bermasalah, masa yang penuh gejolak, masa yang

mengalami konflik peran dan masa yang harus dihadapi oleh setiap remaja.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1) Mengidentifikasi

hubungan antara karakteristik individu dengan pengetahuan seks remaja; 2)

Menganalisis hubungan antara komunikasi interpersonal dengan pengetahuan seks

remaja; dan 3) Menganalisis hubungan antara akses internet dengan pengetahuan

seks remaja.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa

Sejahtera (SMA Plus BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Responden

penelitian ini adalah Siswa Kelas XI (setara dengan kelas 2 SMU) yang berusia

antara 16-17 tahun. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu dari bulan

Agustus sampai dengan September 2006.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif

yang didukung oleh data kualitatif. Adapun metode penelitian kuantitatif yang

digunakan adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari

satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.

Data kualitatif diperoleh dari data dokumen dari instansi terkait. Data kuantitatif

yang diperoleh diolah dan diuji secara statistik melalui program SPSS 11,5 for windows. Uji yang dilakukan adalah Uji regresi berganda (Multiple Regression)

(3)

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tersebut berjenis

kelamin laki- laki dan memiliki jumlah uang saku per bulan tergolong menengah.

Komunikasi Interpersonal (orang tua dan teman sebaya), akses internet (frekuensi,

dan situs seks) tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja, sedangkan

durasi yang merupakan variabel dari akses internet ternyata berhubungan dengan

pengetahuan seks remaja tentang pertumbuhan fisik. Tingkat pengetahuan seks

siswi perempuan jauh lebih baik bila dibandingkan pengetahuan seks yang

dimiliki oleh siswa laki- laki, meskipun perbedaan tingkat pengetahuan mereka

tidak terlalu signifikan. Kecenderungan perbedaan tersebut disebabkan siswa

laki-laki di SMA Plus BBS lebih tertarik untuk mengakses internet, atau mencari

sumber informasi yang berupa gambar daripada membaca tulisan pakar yang

termuat didalam internet.

Uang saku para siswa di SMA Plus BBS per bulannya cukup bervariasi.

Meskipun demikian, ternyata keberagaman uang saku tersebut justru tidak

berhubungan dengan pengetahuan seks remaja baik tentang pertumbuhan fisik

maupun perkembangan psikis. Hal ini dikarenakan tidak semua uang saku

digunakan untuk mengakses internet, melainkan untuk memenuhi kebutuhan

sekolah setiap harinya, seperti jajan, transport dan lain- lain. Bagi siswa dan siswi

di SMA Plus BBS ini, waktu luang yang banyak dan waktu luang yang sedikit

juga tidak berhubungan dengan pengetahuan seks remaja. Bagi mereka kebiasaan

yang kerap dilakukan dalam waktu luang adalah berkumpul bersama dengan

teman sekolah dan main games. Mengakses internet merupakan rutinitas yang bisa

dikatakan sangat jarang dilakukan, karena membutuhkan waktu yang cukup lama

untuk loading dan memakan biaya yang tidak terlalu murah.

Komunikasi interpersonal dengan orang tua dan teman sebaya tidak

berhubungan dengan pengetahuan seks remaja, baik tentang pertumbuhan fisik

dan perkembangan psikis. Malu, tabu, canggung, takut dimarahi pemberian

pemahaman seks yang kurang akibat keterbatasan pengetahuan menjadi

kecenderungan sebagian remaja untuk tertutup dengan orang tua, meskipun ada

(4)

dan tidak semua hal teman sebaya harus mengetahui perubahan yang terjadi dalam

dirinya.

Akses internet seperti frekuensi dan situs seks tidak berhubungan dengan

pengetahuan seks remaja, baik tentang pertumbuhan fisik dan perkembangan

psikis, sedangkan akses internet seperti durasi berhubungan negatif dengan

pengetahuan tentang pertumbuhan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa remaja itu

lebih cenderung untuk memperhatikan perubahan yang terkait langsung dengan

perubahan diri (perubahan fisik). Berbeda dengan durasi yang ternyata tidak

berhubungan terhadap perkembangan psikis. Adanya ketidakberhubungan tersebut

disebabkan oleh gejolak yang terjadi dalam diri remaja, yang bukan berasal dari

besar kecilnya keingintahuan seseorang terhadap seks, melainkan karena adanya

(5)

(Kasus: Siswa Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

Oleh

NURSYAIDAH NASUTION A14202013

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan Kelulusan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Nursyaidah Nasution

No Pokok : A14202013

Judul : Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Pemanfaatan Internet dengan Pengetahuan Seks Remaja. (Kasus: Siswa Sekolah Menengah Atas Plus Bina Bangsa Sejahtera (BBS), Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dra. Yusalina, M.Si. NIP.131 914 523

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698

(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKIPSI YANG

BERJUDUL

”HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DAN PEMANFAATAN INTERNET DENGAN PENGETAHUAN

SEKS REMAJA

(KASUS: SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PLUS BINA BANGSA SEJAHTERA (BBS), KECAMATAN BOGOR

BARAT, KOTA BOGOR)”.

BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

LAINNYA. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS

ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2007

Nursyaidah Nasution

(8)

Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan, Sumatera Utara, pada tanggal 30

Oktober 1984. Sebagai anak pertama dari delapan bersaudara dari pasangan

Ahmad Sulaiman Nasution dan Maslam Lubis.

Penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri 21 Kebun Kelapa

pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Padangsidimpuan dan

lulus pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan sekolah menengah umum di SMU

Negeri 2 Padangsidimpuan pada tahun 2002, dan pada tahun yang sama penulis

lulus seleksi masuk IPB melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada

Program Studi Komunikasi Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Selama kuliah penulis aktif di Organisasi Koperasi Mahasiswa Institut

Pertanian Bogor ”KOPMA IPB” sebagai anggota pada tahun 2002-2004, anggota

Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan pada tahun 2002-sekarang, dan pada tahun

2005 menjadi pengurus Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, serta

mengikuti berbagai kepanitiaan yang ada untuk kegiatan di lingkungan kampus

(9)

PUJI SYUKUR KEHADIRAT ILAHI RABBI, KARENA SELESAI

SUDAH KARYA ILMIAH INI DISUSUN

Semoga bermanfaat bagi yang membacanya

Amien

“... Katakanlah: “ Adakah sama orang yang mengetahui dengan

orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat

menerima pelajaran,”

(Q.S. AZ- Zumar, Ayat 19)

Karya Kecil dengan Harapan yang Besar Ananda Persembahkan

Kepada:

Ayahku yang terhormat, Umakku yang tercinta, adik-adikku, serta

(10)

Bismillahirrohmanirrohim...

Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain, puji syukur kepada Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat dan Salam senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Komunikasi Interpersonal dan

Pemanfaatan Internet dengan Pengetahuan Seks Remaja (Kasus: Siswa Sekolah

Menengah Atas Bina Bangsa Sejahtera (BBS) Kecamatan Bogor Barat, Kota

Bogor)”. Judul skripsi tersebut dipilih untuk mengidentifikasi hubungan

karakteristik individu dengan pengetahuan seks remaja, untuk menganalisis

hubungan komunikasi interpersonal dengan pengetahuan seks remaja dan untuk

menganalisis hubungan akses internet terhadap pengetahuan seks remaja. Skripsi

ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Komunikasi Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil selama proses

penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa ada keterbatasan yang terjadi

pada saat penulisan skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan masukan ataupun

saran yang sifatnya membangun.

Bogor, Januari 2007

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis

menghanturkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

masukan, dorongan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skipsi ini,

antara lain :

1. Ayah dan Umakku tersayang atas ketulusan cinta, kasih sayang, kesabaran,

dukungan dan pengorbanan yang tiada akhirnya serta doa yang tiada hentinya,

selalu diberikan kepada penulis. Adik-adikku tersayang yaitu Lia dan Aris

yang selalu memberikan dukungan, doa, canda tawa, dan suka duka kepada

kakak.

2. Dra. Yusalina, M.Si. selaku dosen pembimbing skipsi yang telah berkenan

untuk meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan

motivasi kepada penulis dengan penuh kesabaran dan kesungguhan hati mulai

dari proses penulisan proposal, penelitian, dan penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Pudji Muljono, MS, selaku dosen penguji utama dalam ujian sidang

skripsi.

4. Ir. Murdianto M.Si, selaku dosen penguji dari departemen.

5. Ir. Dwi Sadono, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik atas semangat,

saran dan kesabaran membantu penulis dalam bidang akademik.

6. Semua staf pengajar Program Studi Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan pengetahuan

selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Untuk teman-teman KPM '39, terima kasih untuk canda tawa dan

(12)

8. Niar dan Icha, sahabat-sahabatku satu bimbingan. Terima kasih atas semua

kebersamaan baik suka dan duka yang kita lalui bersama.

9. Sahabat-sahabatku tercinta: Salamah, Anne, Kak Aida, Kak Ledi, Ijah, Tia,

Detong, Awi, yang selalu ada di saat penulis membutuhkan masukan dan

saran selama ini. Terima kasih atas semua kebersamaan yang kita lalui.

10.Irul, Tini, Mala dan Pak Rudi yang selalu mendengarkan cerita penulis, dan

seseorang yang selalu memberi dukungan, semangat, doa serta kasih

sayangnya kepada penulis.

11.Adik-adikku kost-an Wisma Mega 1 tercinta yaitu Cicah, Indah dan Foera yang selalu memberikan semangat, kekuatan, kenyamanan kepada penulis.

12.Abang dan adikku di Wisma Poso-Poso, yang telah banyak membantu penulis

dalam penulisan dan pengo lahan data.

13.Bapak Hasanul Arifin Attha selaku kepala sekolah, Bapak Tedi, Staf Guru,

Siswa dan Sisiwi SMU PLUS BBS kota Bogor, yang telah banyak membantu

penulis pada saat turun lapang dalam pelaksanaan penelitian. Terima kasih

atas kerjasamanya selama ini.

14.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penulisan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga mendapat balasan

yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin....

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata,

semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Januari 2007

(13)

KATA PENGANTAR ... 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Interpersonal ... 2.2 Pengertian dan Pengenalan Internet ... 2.2.1 Sejarah Awal Internet dan Pertumbuhannya ... 2.2.2 Potensi Internet ... 2.2.3 Internet Sebagai Sumber Informasi ... 2.2.4 Fungsi Internet ... 2.3 Tinjauan tentang Remaja ... 2.3.1 Konsep Remaja dan Perkembangannya ... 2.3.2 Tahapan Usia Remaja ... 2.4 Pengaruh Internet terhadap Perkembangan Remaja ... 2.5 Pengaruh teman Sebaya terhadap Perkembangan Remaja ... 2.6 Pengertian Seks ... 2.7 Konsep Pengetahuan (Kognitif) ...

BAB III. KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran ... 3.2 Hipotesis Penelitian ... 3.3 Defenisi Operasional ...

(14)

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 4.2 Penentuan Sampel / Responden ………... 4.3 Metode Pengumpulan Data ……….. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ………

BAB V. GAMBARAN UMUM

5.1 Lokasi Penelitian ………

5.2 Visi dan Misi SMA Plus Bina Bangsa Sejahtera ………. 5.3 Responden ………..

5.3.1 Karakteristik Individu ………. 5.3.1.1 Jenis Kelamin Individu ………... 5.3.1.2 Uang Saku ………... 5.3.1.3 Waktu Luang ………... 5.4 Komunikasi Interpersonal ……… 5.4.1 Komunikasi Interpersonal dengan Orang Tua ……… 5.4.2 Komunikasi Interpersonal dengan Teman Sebaya ………….. 5.5 Akses Internet ………..

5.5.1 Frekuensi ………. 5.5.2 Durasi ……….. 5.5.3 Situs Seks ……… 5.6 Pengetahuan Seks Remaja ………... 5.6.1 Pertumbuhan Fisik ……….. 5.6.2 Perkembangan Psikis ………..

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Pengetahuan Seks Remaja ………. 6.2 Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Pengetahuan Seks Remaja ……….

6.3Hubungan antara Akses Internet dengan Pengetahuan

Seks Remaja ……….

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

(15)

DAFTAR TABEL 3. Pengguna Internet di Beberapa Negara 2000 ... 4. Pengguna Internet Indonesia 1999 ... 5. Jumlah Responden Berdasarkan Kelas ... 6. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 7. Jumlah Responden Berdasarkan Uang Saku ... 8. Jumlah Responden Berdasarkan Waktu Luang ... 9. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan dengan

Orang Tua ... 10. Jumlah Responden Berdasarkan Hubungan dengan

Teman Sebaya ... 11. Jumlah Frekuensi Responden dalam Mengakses Internet ...

12. Jumlah Responden Berdasarkan Durasi dalam Mengakses Internet ... 13. Jumlah Responden Berdasarkan Situs Seks dalam Mengakses Internet ... 14. Jumlah Responden Berdasarkan Pertumbuhan Fisik ... 15. Jumlah Responden Berdasarkan Perkembangan Psikis ... 16. Uji Perbedaan Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Seks Remaja ... 17. Koefisien Regresi Karakteristik Individu dengan Pengetahuan

(16)

18. Koefisien Regresi Hubungan Komunikasi Interpersonal

dengan Pengetahuan Seks Remaja ... 19. Koefisien Regresi Hubungan Akses Internet dengan

Pengetahuan Seks Remaja ... 70

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Hubungan dan Perbedaan antara Pertumbuhan dengan Perkembangan pada Remaja ... 2. Kerangka Pemikiran Hubungan Komunikasi Interpersonal dan

Pemanfaatan Internet dengan Pengetahuan Seks Remaja ... 22

(18)

DAFTAR LAMPIRAN 4. Hasil Analisis Regresi pada Komunikasi Interpersonal dengan

Pengetahuan Seks Remaja tentang Pertumbuhan Fisik ... 5. Hasil Analisis Regresi pada Komunikasi Interpersonal dengan

Pengetahuan Seks Remaja tentang Perkembangan Psikis ……….. 6. Hasil Analisis Regresi pada Frekuensi, Durasi dan Situs Seks

dengan Pengetahuan Seks Remaja tentang Pertumbuhan Fisik ... 7. Hasil Analisis Regresi pada Frekuensi, Durasi dan Situs Seks

dengan Pengetahuan Seks R emaja t entang Perkembangan Psikis ... 8. Kuesioner ... 9. Panduan Pertanyaan untuk Wawancara Mendalam ... 10. Tabel Frekuensi Penelitian ...

(19)

1.1 Latar Belakang

Remaja dalam menjalani hidup tidak pernah lepas dari perubahan.

Perubahan-perubahan akan selalu ada dan ditemukan dalam diri setiap remaja,

dimana remaja harus bisa melalui masa ini sebagai bagian dari rentang kehidupan.

Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa- masa transisi

(peralihan), dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Masa ini

merupakan masa- masa yang bermasalah, masa yang penuh gejolak, masa yang

mengalami konflik peran dan masa yang harus dihadapi oleh setiap remaja.

Remaja dalam bersosialisasi dilakukan dengan berbagai cara

berkomunikasi, diantaranya dapat melalui komunikasi interpersonal maupun

komunikasi massa khususnya internet. Salah satu informasi yang sangat menjadi

perhatian remaja adalah tentang seks. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi

pada remaja, tidak hanya perubahan fisik yang ditemukan, melainkan psikis

remaja juga turut mengalami perubahan, pada akhirnya remaja memiliki

emosional yang tidak stabil (labil) terhadap berbagai hal dan sangat mudah

terpengaruh. Informasi seks bisa didapatkan dari berbagai sumber informasi

misalnya dari teman, orang tua, bahkan dari internet.

Seks merupakan salah satu masalah dari sederetan permasalahan yang

terjadi pada remaja saat-saat ini. Jika mendengar kata seks, banyak individu sering

menghubungkannya dengan senggama. Padahal seks sendiri memiliki arti

(20)

henti-hentinya diperdebatkan. Ada yang berpendapat, bahwa bila remaja mendapat

informasi tentang seks justru akan mendorong remaja melakukan aktivitas

seksual, sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa remaja membutuhkan

informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi

pada perilaku seksual. Sayangnya, untuk mengetahui persoalan seksualitas masih

terdapat tembok penghalang. Padahal, mestinya jauh lebih baik memberikan

informasi ya ng tepat pada mereka daripada membiarkan mereka mencari tahu

dengan caranya sendiri1. Selain itu, menurut Widyanto dalam Sarwono (1981),

kebanyakan remaja puterilah yang dijadikan korban ketidaktahuan mereka tentang

seks.

Orang tua merupakan salah satu sumber informasi seks yang seharusnya

bisa didapatkan oleh para remaja. ’Siapa yang bisa mengira, ternyata sebagian

besar remaja merasa tidak cukup nyaman bercerita terhadap orang tuanya sendiri,

sehingga remaja justru lebih suka mencari tahu sendiri melalui teman sebaya’.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Synovate Research (2004) menyatakan bahwa sekitar 65 persen informasi tentang seks diperoleh remaja dari teman dan

ironisnya hanya 5 persen dari responden remaja ini mendapatkan informasi

tentang seks dari orang tuanya2. Kecilnya persentase informasi seks yang

didapatkan remaja dari orang tua, disebabkan oleh adanya kultur (budaya patriarchi) yang mengikat, norma-norma agama, pengetahuan yang terbatas, perasaan malu bertanya terhadap orang tua dan adanya anggapan bahwa orang tua

1

Tito, Pusat Studi Seksualitas-PKBI DIY.2004. Salah satu televisi swasta beberapa waktu lalu menayangkan kasus perkosaan yang dilakukan sekelompok oknum pelajar SLTP dan SLTA secara beramai-ramai di wilayah Jakarta Timur. http:// www.kompas.com // kesehatan/news/0402/27/034651.htm. (Diakses Tanggal 10 Februari 2006).

2http: //situs.kesrepro.info/krr/feb/2005/krr01.htm. Sejak Usia 16. (Diakses pada tanggal

(21)

tidak akan mengerti tentang perasaan dan emosi remaja, menyebabkan terjadinya

pengesampingan peran orang tua.

Ada beberapa contoh kasus dari literatur di internet berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa para remaja saat ini punya

pengalaman seks, tapi kurang pengetahuan3, misalnya ’Winarsih, seorang

mahasiswa yang berusia 21 tahun, menyatakan bahwa pengetahuan seks diperoleh

dari ngobrol dengan teman-teman, mendengarkan radio dan tv kalau ada pakar yang membicarakan seks. Tidak pernah orang tua ngomong langsung mengenai soal seks, misalnya penis itu apa dan bagaimana’. Kemudian Anton Wicaksono

(samaran), menyatakan ’umurku 15 tahun, aku merasa sudah dewasa, jadi aku

sudah making love. Rasanya bangga buanget waktu pertama kali ngelakuinnya. Gimana ya rasanya? Oke buanget gitu loh. Biar ga jadi Baby (nggak hamil) aku

disaranin pake kondom sama teman senior aku. Lumayan juga rasanya, tapi ga

terlalu enak, aku takut kena Sipilis. Kebanyakan aku cari info tentang seks sama

teman-teman yang sudah gede’.

Selain itu, pada pertengahan tahun 1989 telah dilakukan penelitian

terhadap 1.000 orang responden, yang tersebar di 14 kota besar. Berdasarkan

kurang lebih dari 940 orang telah bersedia mengemukakan pendapat dan

pandangannya tentang pengalaman mereka di masa remaja. Berdasarkan hasil

angket yang disebarkan terhadap 1000 orang responden tersebut ternyata wanita

yang kenal seks di luar nikah mencapai 38 persen, sedangkan pria yang sudah

kenal seks di luar nikah mencapai 59 persen (Supangkat dalam Yulianti, 2000).

Sedangkan dari 1000 orang responden tersebut, yang sudah kenal seks di mulai

3 http://kompas.com/kesehatan/news/0506/29/113242.htm. (Diakses pada tanggal 13 Juli

(22)

sejak berusia di bawah usia 17 tahun mencapai 18 persen, pada usia 17-20 tahun

mencapai persentase sebesar 38 persen yang sudah kenal seks, usia 21-25 tahun

kenal seks mencapai 25 persen, dan pada usia 25 tahun hanya mencapai 9 persen

yang sudah kenal seks. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Usia Kenal Seks Berdasarkan Hasil Penelitian di 14 kota Besar di Indonesia Tahun 1989.

Usia Jumlah (%)

Di bawah Usia 17 tahun 18

17-20 tahun 38

21-25 tahun 25

Di atas 25 tahun 9

Sumber: Supangkat dalam Yulianti (2000)

Selain dari orang tua dan melalui teman sebaya informasi seks juga dapat

diperoleh dari komunikasi bermedia khususnya internet. Internet bagi sebagian

orang yang tinggal di sejumlah kota besar di Indonesia, bukanlah suatu hal yang

asing lagi untuk didengar. Banyak dari para remaja yang sudah paham bahkan

mahir menggunakan media yang satu ini. Hal ini dikarenakan cara penggunaanya

yang sangat mudah dan praktis. Hanya dengan duduk di depan komputer dan

tinggal menuliskan alamat situs yang akan dituju, maka kita sudah dapat

menjelajahi dunia maya ini. Oleh karena itu, internet didefinisikan sebagai suatu

jaringan antar komputer yang saling dihubungkan (Febrian, 2002).

Internet digunakan manusia setiap hari dan memiliki kemampuan dalam

menyediakan beragam informasi yang tak terbatas jumlahnya, tidak hanya pada

bidang ekonomi, melainkan pada bidang-bidang lainnya seperti ilmu pengetahuan,

politik, mode, dan sebagainya. Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan

mengakses yang akan lebih banyak memperoleh informasi dibandingkan dengan

(23)

golongan pengakses internet tidak hanya para orang tua (ahli-ahli yang

profesional), tetapi juga para akademisi (pelajar dan mahasiswa) yang banyak

menggunakan internet.

Pengaruh lain, adalah pesatnya perkembangan internet yang merupakan

bagian dari komunikasi massa (komunikasi bermedia). Sekitar 1,8 juta warga

Indonesia yang sudah mengenal dan mengakses internet, 50 persen diantaranya

ternyata tidak bisa menahan diri untuk tidak membuka situs porno. Penggunaan

internet untuk mengakses situs-situs porno memang sangat sulit untuk dihindari,

mengingat bahwa situs-situs semacam itu tersedia sangat banyak dalam dunia

maya4.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, jelas bahwa terjadinya perilaku seks

di luar nikah, kenyamanan bercerita mengenai seks terhadap teman sebaya

sehingga terjadinya pengesampingan peran orang tua dan banyaknya situs-situs

porno yang tersedia di internet, hal ini memicu remaja untuk mencari informasi

seks dengan lebih mudah, tidak hanya dari teman sebaya tetapi juga dari internet.

Hal ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan seks remaja saat ini di dukung

pula dengan besarnya rasa keingintahuan para remaja atas perubahan fisik dan

psikis yang dialaminya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dipaparkan

sebagai berikut:

4 Kartawijaya dalam Papu. 2001. Situs Porno dan Kesehatan Mental.

(24)

1. Sejauhmanakah hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan seks

remaja?

2. Sejauhmanakah hubungan komunikasi interpersonal dengan pengetahuan

seks remaja?

3. Sejauhmanakah hubungan akses internet dengan pengetahuan seks remaja?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian di atas, tujuan

dilakukannya penelitian adalah:

1 Mengidentifikasi hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan

seks remaja.

2 Menganalisis hubungan komunikasi interpersonal dengan pengetahuan

seks remaja.

3 Menganalisis hubungan akses internet dengan pengetahuan seks remaja.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah bagi penulis hasil

penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan

khususnya mengenai pentingnya pengaruh komunikasi interpersonal dan internet

sebagai media informasi terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang seks,

sedangkan bagi kalangan akademis hasil penelitian ini dapat berguna sebagai

bahan acuan untuk penelitian serupa dan penelitian yang lebih mendalam dari

(25)

2.1 Komunikasi Interpersonal

Dalam menjalani hidup, manusia perlu bersosialisasi. Oleh karena itu,

komunikasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Dengan

komunikasi manusia telah melakukan suatu proses penyampaian informasi kepada

orang lain, yang disertai adanya kesempatan dalam melakukan umpan balik.

Menurut Effendy (1993), komunikasi interpersonal adalah komunikasi

yang melibatkan dua orang atau lebih dalam situasi interaksi atau dialogis, dimana

masing- masing memerankan diri sebagai penyampai pesan dan penerima pesan

secara bergantian. Biasanya komunikasi interpersonal dilakukan oleh

pribadi-pribadi, dan pribadi-pribadi inilah yang menjadi asal, sumber pesan dan sumber

umpan balik. Dengan demikian, kepribadian orang juga sangat menentukan

kelancaran dan keberhasilan komunikasi interpersonal. Sikap terhadap orang yang

berkomunikasi dan sikap terhadap diri sendiri merupakan komponen utama dalam

mempengaruhi mutu komunikasi interpersonal.

Secara umum, komunikasi interpersonal mempunya karakteristik, yaitu:

(1) komunikasi terjadi dengan berhadapan langsung antara satu orang dengan

orang lainnya; (2) penggunaan indera mutlak terjadi, sehingga satu sama lainnya

saling melihat, mendengar; (3) komunikasi bersifat spontan, intensif dan dapat

dilakukan setiap saat (Abizar, 1988). Menurut Hardjono (2003), terdapat enam ciri

komunikasi interpersonal, yaitu: (1) komunikasi interpersonal adalah verbal dan

nonverbal, artinya dalam komunikasi terjadi pengemasan pesan dalam bentuk

(26)

maupun nonverbal, merupakan dua unsur utama dalam komunikasi interpersonal;

(2) komunikasi interpersonal mencakup perilaku tertentu. Perilaku yang terjadi

karena adanya desakan emosi merupakan perilaku spontan. Perilaku menurut

kebiasaan merupakan perilaku yang didasarkan pada situasi tertentu, dapat

dimengerti oleh orang lain dan dipelajari dari kebiasaan kita. Perilaku sadar,

merupakan perilaku yang sesuai dengan situasi yang ada dan disesuaikan dengan

orang yang akan dihadapi; (3) komunikasi interpersonal mengandung umpan

balik, interaksi dan koheransi. Dalam hal ini umpan balik (feed back) besar sekali, mengingat; (4) komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang semakin

berkembang, umpan balik dan interaksi antar pihak-pihak yang terlibat juga akan

semakin intensif; (5) komunikasi interpersonal saling mengubah. Pada tahapan ini

komunikasi interpersonal akan berjalan baik, jika peraturan yang ditetapkan

mampu untuk mengikutinya. Peraturan tersebut seringkali dikembangkan dan

ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan situasi tertentu. Adanya proses interaksi

dalam komunikasi, maka pihak- pihak yang terlibat komunikasi dapat saling

memberi inspirasi, semangat, dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan dan

sikap; dan (6) komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif, artinya sudah

terjalin hubungan timbal balik antar pengirim dan penerima pesan.

Effendy (1993) menambahkan dengan adanya umpan balik dapat diterima

secara langsung, yaitu menyampaikan bentuk pertanyaan, komunikator

memperoleh jawaban/umpan balik langsung. Secara umum, kualitas hubungan

(27)

2.2 Pengertian dan Pengenalan Internet

Internet sudah tidak asing lagi di telinga kita dan kedengarannya sangat

mengasikkan. Internet merupakan suatu jaringan antar komputer yang saling

dihubungkan. Media penghubung tersebut bisa melalui kabel, kanal satelit

maupun frekuensi radio, sehingga komputer-komputer yang terhubung tersebut

dapat saling berkomunikasi.

Setiap komputer yang terhubung dengan jaringan tersebut, diberikan

sebuah nomor yang unik dan berkomunikasi satu sama lainnya dengan bahasa

komunikasi yang sama ini disebut protokol. Protokol yang digunakan di internet

adalah TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet protocol). Pada awalnya internet berasal dari sebuah jaringan komputer yang terdiri dari beberapa

komputer yang dihubungkan dengan kabel, sehingga membentuk sebuah jaringan

(network). Kemudian jaringan-jaringan tersebut saling dihubungkan lagi sehingga membentuk inter-network, yang dikenal dengan nama internet (Febrian, 2002). Sedangkan Razaq dan Ruly (2001), mendefinisikan internet sebagai sumber daya

informasi yang menjangkau seluruh dunia. Dimana antara satu komputer dengan

komputer lain di dunia (word wide), dapat saling berhubungan atau berkomunikasi. Untuk dapat melakukan komunikasi tersebut diperlukan bahasa

protokol yang sama yaitu TCP/IP (Transmision Control Protokol/Internet Protocol), yang berfungsi sebagai pemberi alamat (Address) pada setiap komputer dalam bentuk nomor, sehingga masing- masing komputer mempunyai identitas

atau nama yang unik dan berlainan.

(28)

medium for collaboration and interaction between individuals and their computers without regard for geographic location. Penjabaran tersebut mempunyai maksud bahwa internet merupakan sebuah kemampuan penyiaran

dunia lebar, sebuah mekanisme penyebaran informasi dan sebuah media untuk

kolaborasi dan interaksi antara komputer dengan pemiliknya tanpa melihat kondisi

geografis. Dalam hal ini internet digolongkan sebagai media visual, yang banyak

menyediakan situs-situs berbagai informasi termasuk mengenai masalah seks.

Media visual adalah media yang menampilkan suatu visualisasi, baik berupa

gambar maupun grafis.

Oleh karena itu, Internet didefinisikan sebagai jaringan dunia terbesar

yang menghubungkan berbagai jaringan komputer dengan berbagai jenis

komputer di seluruh dunia yang saling berkaitan satu sama lain. Jaringan-jaringan

tersebut berisikan informasi dari berbagai bidang, baik mengenai ilmu

pengetahuan, keuangan, bisnis, pendidikan, hiburan dan hal- hal lainnya. Internet

tidak hanya terbatas pada aspek perangkat keras (infrastruktur) berupa

seperangkat komputer yang saling berhubungan satu sama lain dan memiliki

kemampuan untuk mengirimkan data, baik berupa teks, pesan dan grafis,

melainkan mencakup perangkat lunak berupa data yang dikirim dan disimpan

yang sewaktu-waktu dapat diakses.

2.2.1 Sejarah Awal Internet dan Pertumbuhannya

Pada awalnya, internet ini merupakan proyek pemerintah Amerika Serikat

(29)

masyarakat, untuk pengguna komersial dan akademis. Internet ini mulai tumbuh

pesat pada dekade 1990, sejak diterapkannya TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet protocol).

Pada tahun 1998, dalam laporan US Department of Commerce, “The

Emerging Digital Economy”, menyebutkan bahwa internet tumbuh dengan sangat

cepat, mencapai 50 juta pengguna hanya dalam waktu empat tahun sejak

diperkenalkan kepada publik. Pertumbuhan ini sangat cepat bila dibandingkan

dengan teknologi lainnya, seperti pesawat TV, PC (Personal Computer), dan

radio. Berdasarkan hasil catatan International Telecommunication Union (ITU), pertumbuhan internet ini juga tiada bandingnya terhadap pertumbuhan teknologi

telepon, yang setelah 74 tahun barulah berhasil mencapai 50 juta pengguna.

Perbandingan ini menambah keyakinan para ahli bahwa internet akan menjadi

teknologi membawa umat manusia menuju era baru Millenium ketiga.

Perbandingan adopsi teknologi ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Teknologi Komunikasi Berdasarkan Lama Perkembangan Hingga Mencapai 50 Juta Pengguna (1998).

Teknologi Komunikasi Lama Perkembangan (Tahun)

Internet 4

Televisi 13

Komputer 16

Radio 38

Telepon 74

Source: US Dep.Of Commerce, Forrester Research, Inc.& ITU dalam Febrian (2002).

Dalam kurun waktu empat tahun, teknologi komunikasi (internet),

mengalami perkembangan dengan sangat cepat hingga mencapai 50 juta

pengguna, berbeda dengan teknologi komunikasi lainnya seperti televisi,

komputer, radio dan juga telepon. Bahkan, teknologi komunikasi (telepon), dalam

(30)

Dibawah ini merupakan tabel pengguna Internet di beberapa Negara

seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia baru dan Singapura pada tahun 2000.

Tabel 3. Pengguna Internet di beberapa Negara (2000)

Uraian

Source: AC Nielsen dalam Febrian (2002)

Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) dalam Febrian (2002) mengemukakan tentang pengguna internet di Indonesia (Tabel 4).

Tabel 4. Pengguna Internet di Indonesia (1999)

Tahun Pelanggan Pengguna Pertumbuhan(%)

1996 31.000 110.000 -

Sumber: APJII, dalam Febrian (2002)

Pengguna internet di Indonesia, dari sekitar 210 juta penduduk Indonesia,

berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), April 1999, jumlah pelanggan yang ada pada tahun 2000, ada sebanyak 384.000,

sedangkan pengguna internet sebanyak 1.450.000 pengguna, dengan persentase

pertumbuhan mencapai 145. Pertumbuhan tertinggi yang terjadi dari tahun 1996

sampai 2000, terjadi antara 1998&1999. Anehnya, meski Indonesia pada tahun

(31)

sangat mengagumkan, yaitu bertambah sebanyak 237,5 persen dari tahun 1998

sebanyak 109,6 persen.

2.2.2 Potensi Internet

Menurut Kitao (1998), menyebutkan bahwa setidak-tidaknya ada tiga

potensi internet yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

1. Sebagai alat komunikasi yang bekerja sangat cepat.

Dengan menggunakan internet, kita dapat berkomunikasi kemana saja secara

cepat. Kita dapat berkomunikasi dengan menggunakan e-mail, atau berdiskusi melalui chatting maupun mailing list. Pembayaran akan semakin mahal, manakala waktu berkomunikasi berlangsung lebih lama sesuai

dengan banyaknya informasi yang dibutuhkan. Memanfaatkan teknologi

seperti internet, maka telah terjadi komunikasi dari seorang kepada banyak

orang (one-to-many communication), dapat dilakukan secara simultan/bersamaan.

2. Sebagai alat mengakses informasi

Melalui internet, kita juga dapat mengakses berbagai informasi yang

disajikan oleh berbagai surat kabar atau majalah tanpa harus berlangganan.

Demikian juga berbagai informasi lainnya, mulai dari yang paling

sederhana, seperti prakiraan cuaca sampai pada hal-hal yang berkaitan

dengan perkembangan sosial, ekonomi, budaya, politik, ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Seseorang hanya duduk saja di depan komputer yang dilengkapi fasilitas

(32)

diakses melalui internet tidak hanya yang ada atau terjadi di suatu negara

saja tetapi juga terjadi di berbagai negara dapat dengan cepat diketahui oleh

banyak orang. Demikian juga halnya dengan informasi yang menyangkut

bidang pendidikan/pembelajaran.

3. Sebagai alat pend idikan/pembelajaran

Perkembangan/kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan

merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan untuk berbagai

negara, institusi dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya

untuk pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan

perangkat lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya

peningkatkan mutu pendidikan/pembelajaran terus dilakukan.

2.2.3 Internet Sebagai Sumber Informasi

Kehadiran internet, dapat memperkaya pengetahuan dan informasi bagi

mereka yang bisa mengaksesnya. Menurut NUA survey, pada tahun 1991

pengguna internet ini berjumlah 4,5 juta orang, dan pada tahun 1998 mencapai

angka 148 juta pengguna. Tingginya jumlah pengguna komputer yang terhubung

di dalam jaringan ini, para penyedia informasi pun berkembang cukup pesat.

Penyedia informasi yang ada di internet disebut dengan istilah website.

Halaman utamanya disebut dengan homepage. Perkembangan website pada tahun 1996, terdapat sebanyak 30.000 website. Perkembanga n dan peningkatannya

cukup menakjubkan, yaitu sebesar 200 persen setiap 53 hari (Febrian, 2002).

Berdasarkan data tersebut, betapa kayanya informasi yang ada di sana. Tiap

(33)

mendapatkan berita-berita terkini tanpa harus menunggu koran besok pagi,

sehingga jika ingin mengetahui informasi terkini, dapat diperoleh melalui internet.

Pastinya, semakin banyak website, memungkinkan seseorang untuk dapat memperoleh bermacam- macam informasi.

Informasi yang ada dalam komputer-komputer tersebut, yang disediakan

oleh penyedianya sangat beragam, mulai dari basis data, kumpulan tulisan,

program komputer, citra atau gambar, rekaman suara, potongan film sampai

aplikasi jaringan. Menurut Febrian (2002), penyedia informasi yang ada di

internet, antara lain:

Basis data, misalnya database katalog sebuah perpustakaan, database arsip surat kabar, database data personal dan lainnya.

Kumpulan tulisan, banyak sekali tulisan ilmiah, yang terdapat dalam komputer yang terhubung ke internet dan sangat bermanfaat untuk

digunakan sebagai bahan referensi.

Program komputer, program yang bisa digunakan untuk suatu keperluan

tertentu, seperti program anti virus yang paling baru akan sangat mudah

dikopikan dari internet ke harddisk kita langsung, program yang dapat menerjemahkan sebuah kalimat dari satu bahasa ke bahasa lain dan

lain-lain.

Citra atau gambar, sebuah gambar kadang bisa menceritakan lebih banyak dari pada sebuah tulisan. Misalnya, gambar permukaan sebuah planet,

gambar binatang langka, sampai gambar para bintang film terkenal.

(34)

dengan kualitas sangat baik kita ambil (download) dari internet untuk kita dengarkan.

Multimedia, tidak sedikit pembuat film menyimpan “sneak preview”,

sebuah film baru yang akan dipasarkan di internet.

Aplikasi Jaringan, misalnya ngobrol atau ngebreak di internet yang dikenal dengan istilah chatting, kolaborasi atau kerjasama beberapa orang dalam mengerjakan sesuatu pada saat yang bersamaan di tempat yang

berjauhan.

• Ada beberapa alamat yang bisa dijadikan referensi untuk melihat informasi

terkini (Febrian, 2002), diantaranya:

• www.detik.com

• www.astaga.com

• www.kompas.com

• www.republika.co.id

• Serta situs-situs lainnya yang menyediakan informasi yang sangat

beragam.

Banyak pengguna layanan internet yang juga menyadari bahwa mereka

juga perlu berhati- hati terhadap informasi yang mereka terima. Para pengguna

internet dan layanan jasa iklan seharusnya meninjau kembali ketepatan informasi

dari layanan ini. Berita yang diterima oleh masing- masing pengguna kadang

membuat informasi yang bisa dipercaya, tetapi bisa juga hanya membuat rumor,

spekulasi, pernyataan yang sengaja diselewengkan dan penipuan (Tankard, J.W

(35)

2.2.4 Fungsi Internet

Internet merupakan suatu komunitas dan komunikasi antar komputer yang

paling besar di dunia. Apalagi di era informasi seperti saat ini, tidak dapat

dipungkiri peran internet dalam menunjang kebutuhan-kebutuhan informasi

masyarakat yang semakin besar. Berbagai kalangan mulai dari badan-badan

pemerintah, swasta, kalangan bisnis, masyarakat umum, hingga kalangan

pendidikan dapat memanfaatkan internet untuk menunjang kegiatan mereka.

Internet tidak hanya dijadikan sarana untuk mencari informasi, namun dengan

berbagai fasilitas yang dimilikinya, internet merupakan sarana yang

menguntungkan pula bagi masyarakat yang membutuhkan sarana komunikasi

maupun hiburan. Dengan demikian, fungsi yang dapat diperoleh dari internet

secara umum menurut Razaq & Ruly (2001), adalah sebagai berikut:

• Internet sebagai alat komunikasi

Komunikasi antar pengguna komputer di internet, merupakan hal yang sangat

mutlak. Sehingga, dengan komunikasi tersebut seseorang dapat mengirim

pesan dan menerima pesan. Fasilitas yang dapat digunakan dalam komunikasi

ini adalah e-mail (elektronic mail). Elektronic mail, ini berfungsi untuk mengirimkan pesan tanpa kertas, tanpa amplop, dan tanpa perangko, bahkan

tanpa menekan tombol telepon.

• Internet sebagai resource sharing

Internet merupakan jaringan yang bersifat luas dan tersebar yang

(36)

• Internet sebagai resource discovery

Browsing dalam internet merupakan fasilitas untuk mencari file, dokumen,

atau informasi dan lain sebagainya. Untuk itu, maka internet menyediakan

layanan resource discovery(navigator). Dengan navigator ini, seseorang dapat mencari indeks dari suatu dokumen yang diinginkan.

• Internet sebagai komunitas

Komunitas merupakan kumpulan beberapa orang yang mempunyai tujuan dan

kepentingan yang sama. Dengan demikian, anggota masyarakat yang menjadi

anggota komunitas tersebut dapat berkomunikasi untuk saling bertukar

informasi dan pendapat. Melalui forum internet tersebut pergaulan masyarakat

pengguna internet dapat memanfaatkan internet untuk berbagai macam

keperluan.

Lain halnya dengan Natakusumah dalam Ebenezer (2005), menyatakan

bahwa manfaat yang dapat diperole h dari internet secara umum adalah sebagai

berikut:

• Mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi, seperti informasi kesehatan,

rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani dan sosial.

• Mendapatkan informasi untuk kehidupan profesional/pekerjaan seperti sains,

teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi profesi,

asosiasi bisnis dan berbagai forum komunikasi.

• Sebagai sarana untuk kerjasama antarpribadi atau kelompok tanpa mengenal

batas, jarak, waktu, batas negara, ras, kelas ekono mi, ideologi atau faktor lain

(37)

termasuk iklan dan publikasi secara online, bisnis baru (koneksi ke internet

dan web page), alternatif cetak jarak jauh, jenis layanan baru untuk pelanggan, jasa surat elektronik dan buletin board.

• Sebagai media komunikasi, termasuk untuk mengikuti perkembangan

teknologi, menjembatani lembaga pemerintah, universitas, sekolah,

laboratorium dan penelitian.

• Sebagai penunjang sistem pendidikan jarak jauh.

• Sebagai sarana hiburan dan hobi.

• Dapat menekan biaya admisnistrasi pengiriman pesan, fax, gambar dan biaya

cetak (keuntungan tidak langsung).

• Dapat memperluas wawasan masyarakat.

• Globalisasi informasi.

• Sumber data tersedia.

• Memperoleh saran diskusi global bagi para professional, peneliti, pelajar,

mahasiswa dan masyarakat umum.

Walaupun melalui internet kita dapat memperoleh berbagai macam

keuntungan, namun tidak dapat disangkal bahwa terkadang dengan menggunakan

internet kita juga dapat menemukan berbagai macam masalah/hambatan, berikut

ini adalah beberapa masalah yang dihadapi para pengguna internet (Ebenezer,

2005), adalah sebagai berikut:

• Lambatnya kecepatan akses.

• Situs tidak dapat ditemukan.

(38)

• Kurang akurat

• Pemakai kurang bisa mengetahui cara mencari informasi yang efisien karena

kurangnya pelatihan.

2.3 Tinjauan tentang Remaja

2.3.1 Konsep Remaja dan Perkembangannya

Anggapan orang-orang seputar remaja berbeda-beda. Ada yang

beranggapan, remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda dengan

kelompok manusia yang lainnya. Sementara yang lain beranggapan, bahwa remaja

adalah kelompok orang-orang yang menyusahkan orang-orang dewasa maupun

orang tua. Dipihak lain, menganggap bahwa remaja memiliki segudang potensi

yang harus dibina, dibimbing dan dimanfaatkan.

Istilah “remaja” merupakan terjemahan dari kata “ adolescence”, yang berasal dari kata Latin “adolescere” yang berarti “to grow” (tumbuh) atau “to grow in to maturity” (tumbuh menuju kematangan) (Siregar dalam Yulianti, 2000). Para ahli komunikasi mendefinisikan remaja secara berbeda-beda. Menurut

King (1981) remaja adalah : “ Adolescence is defined as the period from the beginning of sexual maturity”, sedangkan pendapat lain mengemukakan, bahwa remaja adalah “masa sesudah pubertas, yaitu sesudah tercapai kematangan

seksual” (Dirgagunarsa dalam Sarwono, 1981).

Secara umum, masa remaja adalah saat dimulainya anak secara seksual

menjadi matang dan berakhir pada saat tercapainya kedewasaan pertumbuhan

fisik, serta kesanggupan bertingkah laku yang dikuasai rasio, dan pengendalian

(39)

genitalia bagian dalam, maka berakhirlah masa pubertas, di saat inilah seseorang

mulai menginjak masa remaja (Yulianti, 2000).

Ada satu periode kehidupan manusia, sebelum seseorang disebut remaja,

adalah “ambang pintu masa remaja”, yang lebih sering dikenal dengan periode

“pubertas”, terkadang orang-orang beranggapan bahwa antara masa remaja dan

pubertas mengandung pengertian yang sama sehingga saling bertumpang tindih,

padahal antara pubertas dan remaja jelas mengandung pengertian yang berbeda.

Kata “pubertas” berasal dari bahasa Latin, yang berarti usia menjadi orang;

suatu periode dalam mana anak dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang

dapat melaksanakan tugas biologis melanjutkan keturunannya atau berkembang

biak. Selain itu, disertai pula dengan perubahan-perubahan psikologis (Mappiare,

1982).

Teenegers” merupakan sebutan untuk anak remaja usia belasan tahun, untuk akhir masa remaja biasanya istilah “teenegers” tidak disandang lagi baik remaja pria dan remaja wanita. Masa- masa “teenegers” merupakan masa ditemukannya satu perubahan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikis yang

dimulai sejak masa sebelumnya. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa

remaja merupakan dua hal yang cukup unik dan menarik untuk diketahui.

Mappiare (1982), memaparkan bahwa pertumbuha n dan perkembangan itu berada

dalam satu proses perubahan, akan tetapi kedua hal tersebut tentu saja berbeda,

untuk pertumbuhan lebih condong pada perubahan fisik individu, dan dapat

diukur secara langsung, sedangkan perkembangan lebih condong pada adanya

(40)

perubahan tersebut. Oleh karena itu, Mappiere menggambarkan hubungan dan

perbedaan antara “pertumbuhan” dengan “perkembangan” pada individu:

Aspek-aspek fisik pertumbuhan. Terdiri dari : fisik (jasmani), kelenjar seks, otak dan lain-lain

Aspek-aspek psikis perkembangan.

Terdiri dari: perilaku seksual, sikap, perasaan atau emosi, minat dan cita-cita, pribadi, sosial, moral, dan lain-lain. INDIVIDU

Gambar 1. Hubungan dan Perbedaan antara “Pertumbuhan” dengan“Perkembangan” pada remaja.

Sumber: Mappiare (1982).

Berdasarkan Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa, pertumbuhan dan

perkembangan merupakan suatu rangkaia n, setiap fase saling berhubungan,

sedangkan fase terdahulu merupakan dasar bagi fase selanjutnya. Selain itu, antara

satu aspek pertumbuhan dan perkembangan dengan aspek lainnya saling

berjalinan.

2.3.2 Tahapan Usia Remaja

Dari berbagai literatur yang ada, para ahli psikologi membagi rentang atau

masa usia remaja secara berbeda-beda. Dalam hal ini, mengacu pada pendapat:

(41)

Early adolescence : 13-17 tahun untuk wanita

14-17 tahun untuk pria

Late adolescence : 17-18 tahun

2) Menurut Papalia dalam sihombing (2004), adolescence berkisar antara 12-20 tahun.

3) Mappiare (1982), yang membagi masa remaja menjadi: 12-21 tahun bagi

wanita; 13-22 tahun bagi pria, kemudian Mappiare (1982) membagi remaja

menjadi:

• Remaja awal, berlangsung kira-kira dari usia 12-13 tahun sampai 17-18

tahun. Istilah yang diberikan bagi si remaja awal adalah Teenagers (anak usia belasan tahun) dan periode pubertas sering disebut sebagai negative phase.

• Remaja akhir, bermula dari usia 17-18 tahun sampai 21-22 tahun.

Setiap masa perkembangan, yaitu masa awal remaja dan masa akhir

remaja mempunyai ciri-ciri perkembangan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu

awal masa remaja ditandai dengan masa kehidupan yang penuh dengan tantangan

(badai), perasaan yang penuh gejolak dan peka rangsang-rangsang negatif.

Seseorang dapat dikatakan telah menginjak masa kehidupan yang disebut masa

remaja awal, manakala us ia orang tersebut telah mencapai 12-13 tahun dan pada

usia 17-18 tahun masa ini akan berakhir. Teenegers (anak usia belasan tahun) sebutan untuk anak-anak yang mengalami masa remaja awal.

Dalam masa akhir periode pubertas atau masa awal remaja, terdapat

(42)

Mappiare (1982), menguraikan tentang gejala-gejala negative phase, yaitu: (1)

keinginan untuk menyendiri (desire for isolation), (2) berkurangnya kemauan untuk bekerja (disinclination to work), (3) kurang koordinasi fungsi- fungsi tubuh

(incoordination), (4) remaja mengalami kejemuan (boredom), (5) kegelisahan

(restlessness), (6) pertentangan sosial (social antagonism), (7) penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa (resistance to authority), (8) kepekaan perasaan (heightned emotionality), (9) kurang percaya diri (lack of self confidence), (10) mulai timbul minat pada lawan seks (preoccupation with sex),

(11) kepekaan perasaan susila (excessive modesty), dan (12) kesukaan untuk berkhayal (day dreaming)5.

Selain, gejala-gejala negative phase yang dimiliki bersama (pubertas dan remaja awal) yang telah disebutkan diatas; terdapat pula ciri-ciri khas masa remaja

awal. Ciri-ciri khas tersebut diantaranya:

1. Ketidakstbilan keadaan perasaan dan emosi.

2. Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal (15-17

tahun). Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan

itu (menunjukkan “sex appeal”), keberanian dalam pergaulan dan” menyerempet” bahaya. Selain itu, remaja sering bermasalah dengan orang tua

atau dengan orang dewasa lainnya.

3. Hal kecerdasan dan kemampuan mental. Kemampuan mental dan kemampuan

berpikir remaja awal mulai sempurna. Remaja awal suka menolak hal- hal

yang tidak masuk akal, sering bertentangan pendapat dengan orang-orang

(43)

dewasa. Akan Tetapi, dengan alasan yang masuk akal, remaja juga cenderung

mengikuti pemikiran orang dewasa.

4. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan. Orang dewasa merasa

ragu-ragu untuk memberi tanggung jawab kepada remaja dengan beranggapan

bahwa mereka masih kanak-kanak.

5. Walhasil, remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.

Kemampuan berpikir lebih dikuasai oleh emosionalitasnya, sehingga kurang

mampu mengadakan konsensus dengan pendapat orang lain yang bertentangan

dengan pendapatnya. Banyak masalah yang menimpa remaja awal,

berkurangnya bantuan orang dewasa, bukan karena orang dewasa

mengabaikannya melainkan remaja tersebut yang me nolak. Hal ini disebabkan

karena mereka menganggap bahwa dirinya lebih mampu, serta menurut

mereka orang dewasa di sekitarnya terlalu tua untuk dapat mengerti dan

memahami perasaan emosi, sikap, kemampuan pikir dan status-status mereka.

6. Masa remaja awal adalah masa- masa yang kritis.

Pada masa ini remaja akan dihadapkan dengan soal apakah ia dapat

menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak. Keadaan remaja yang

dapat menghadapi masalahnya dengan baik, menjadi modal dasar dalam

menghadapi masalah- masalah selanjutnya, sampai ia dewasa.

Ketidakmampuan menghadapi masalahnya dalam masa ini akan

menjadikannya orang dewasa yang bergantung6.

Pada rentang usia remaja akhir, yaitu usia 17-18 tahun sampai 21-22

tahun, telah terjadi kesempurnaan kematangan. Pada akhir masa ini pertumbuhan

(44)

fisik dan perkembangan aspek-aspek psikis dan sosial terus terjadi hingga masa

dewasa awal. Remaja sudah mulai dihadapkan pada berbagai permasalahan, tetapi

bisa menghadapi dan menanggapi setiap permasalahan yang datang secara positif.

Oleh karena itu, ada empat ciri remaja akhir yang membedakannya dengan remaja

sebelumnya, yaitu: (1) stabilitas mulai timbul dan meningkat. Dalam remaja akhir

ini telah terjadi keseimbangan tubuh dan anggota badan serta minat-minatnya

(pemilihan sekolah, pergaulan dengan sesama atau lain jenis). Untuk proses

penstabilan tersebut sikap mendidik orang tua dan jarak tempat tinggal antara

remaja dengan orang tuanya, merupakan dua hal yang sangat berpengaruh; (2)

citra diri dan sikap pandangan yang lebih realistis. Saat ini remaja lebih bisa

menghargai dirinya, menilai dirinya sebagaimana adanya, timbulnya perasaan

puas, menjauhkan mereka dari rasa kecewa dan sebagainya; (3) remaja akhir

lebih bisa menghadapi dan menyikapi masalahnya secara lebih tenang. Untuk

masalah yang dihadapi awal masa remaja dan akhir masa ramaja tidaklah jauh

mengalami perbedaan. Hanya saja perbedaan yang ditemukan pada kedua fase ini

terletak cara mereka menghadapi, menyikapi serta menyelesaikan permasalahan

yang ada. Awalnya mereka bingung dan perilaku yang tidak efektif ditemukan

pada masa awal remaja dalam menangani permasalahan yang ada, berbeda dengan

masa akhir remaja mereka justru lebih santai dan tenang jika dihadapkan pada

berbagai permasalahan; (4) perasaan menjadi lebih tenang. Pada masa ini remaja

telah mampu mengontrol atau meredam rasa emosi mereka, kekecewaan,

(45)

2.4 Pengaruh Internet terhadap Perkembangan Remaja

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan informasi

merupakan hal yang sangat penting. Setiap saat, manusia mengakses berbagai

macam informasi yang datang dari berbagai penjuru dunia, baik melalui media

cetak maupun media elektronik. Internet merupakan salah satu bentuk komunikasi

bermedia yang dimanfaatkan remaja, untuk berinteraksi dengan orang-orang yang

ada disekelilingnya. Lubis (1985) mengatakan bahwa media massa mempunyai

dampak yang sangat besar dalam perkembangan citra diri remaja. Buku, majalah,

surat kabar, film, televisi dan video, semuanya menyediakan gambaran dari

informasi- informasi teknis mengenai citra yang diinginkan remaja.

Remaja mempunyai tujuan dalam mengakses internet, antara lain seperti

sekedar mengisi waktu luang, sebagai salah satu upaya dalam mencari suatu solusi

terhadap permasalahan yang tengah dihadapi, mengetahui informasi- informasi

terkini sehingga tidak ketinggalan dengan teman atau orang lain di saat

membicarakan mengenai topik tersebut, dengan harapan bisa bersosialisasi

dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

Perlu diketahui bahwa, setiap remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan yang

khas dalam menjalankan tugas perkembangannya. Begitupun manusia dalam

menjalankan kehidupan ini memiliki segudang kebutuhan yang mendorongnya

untuk berbuat atau bertingkah laku. Pada umumnya kebutuhan remaja, sama saja

dengan kebutuhan oleh sekelompok orang dalam masa manapun dia berada,

misalnya: makan, minum, tidur, kebutuhan keaktifan, kebutuhan menyelidiki dan

(46)

Oleh karena itu, Garrison menjelaskan, kalau kebutuhan khas remaja itu

mencakup tujuh bagian, yaitu7; (1) kebutuhan akan kasih sayang; (2) keinginan

untuk ikut serta dan diterima dalam suatu kelompok, semenjak remaja

memutuskan untuk lebih mandiri tanpa memiliki keterlibatan dengan keluarga; (3)

kebutuhan untuk berdiri sendiri dimulai sejak remaja awal; (4) kebutuhan

pengakuan orang lain sejak bergantung dalam hubungan teman sebaya dan

pemerimaan teman sebaya; (6) kebutuhan untuk dihargai; (7) serta kebutuhan

untuk memperoleh ketetapan dan kepastian untuk hidup.

2.5 Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perkembangan Remaja

Dorongan yang kuat ingin menemukan dan menonjolkan jati dirinya itulah

remaja, seringkali ingin melepaskan diri dari orang tuanya dan mengarahkan

perhatian kepada lingkungan di luar keluarganya dengan bergabung dengan teman

sebaya (Soekanto, 1989). Semenjak remaja memutuskan untuk hidup bersama

orang lain yang bukan keluargannya, sejak saat itulah remaja harus bisa

beradaptasi secara pribadi dan sosial, kelompok yang merupakan teman sebayalah

yang dijadikan media sebagai ajang proses pembelajaran tersebut. Awalnya,

remaja meninggalkan rumah dan bergaul dengan lingkungan sosial kemudian

karena pergaulannya meluas terbentuklah kelompok-kelompok teman sebaya

(peer-group), selanjutnya timbul persahabatan (Mappiare, 1984).

Menurut Rifai (1984) kelompok teman sebaya memegang peranan penting

dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai

(47)

anggota kelompok teman sebaya baik di sekolah maupun di luar sekolah,

cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku teman sebayanya.

Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah

penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan

lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang sebelumnya belum pernah ada,

juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga

dan sekolah. Untuk mencapai tujuan sosialisasi pola sosialisasi dewasa, remaja

harus membuat pola penyesuaian baru (Rifai, 1984).

Secara umum, para ahli psikologi memaparkan bahwa terdapat

kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja, yaitu; (1) kelompok-kelompok “chums” (sahabat karib) kelompok ini beranggotakan 2-3 remaja dengan jenis kelamin sama, memiliki minat serta hampir sama dengan chums kemampuan dan kemauan-kemauan yang mirip; (2) kelompok “cliques” (komplotan sahabat). Sama saja dengan kelompok “chums”, perbedaanya terletak pada jumlah orangnya. Cliques, terdiri dari 4-5 remaja yang memilki minat, kemampuan dan kemauan-kemauan yang relatif sama; (3) “crowds” (kelompok banyak remaja). Remaja pada kelompok ini membutuhkan penerimaan peer-groupnya ( teman sebaya) jenis kelamin berbeda serta terdapat keraguan kemampuan, minat dan

kemauan diantara para anggota crowds; (4) kelompok yang diorganisir. Maksudnya kelompok ini sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa,

dengan alasan remaja itu memerlukan orang dewasa dalam proses penyesuian

pribadi dan sosial; (5) kelompok “gangs” kelompok yang terbentuk karena akibat pelarian, yang didorong karena adanya ketidakpuasan terhadap sesuatu hal

(48)

Masa-masa remaja merupakan masa- masa yang tidak bisa diremehkan

adanya jalinan ikatan persahabatan sangatlah mempengaruhi dalam proses

penyesuaiannya. Terbentuknya norma- norma, nilai- nilai dan simbol-simbol yang

merperkuat jalinan ikatan persahabatan, menjadikan remaja lebih mengutamakan

kelompok dan mengabaikan kepentingan pribadi, hal ini terjadi karena remaja

merasa takut terkucilkan oleh anggota kelompoknya (Mappiare, 1982).

Meskipun demikian penolakan dan penerimaan dalam kelompok

teman-teman sebaya selalu ada dalam proses penyesuaian, dalam hal ini ada lima

faktor-faktor yang menjadikan seorang remaja dapat diterima dalam kelompok teman

sebaya, antara lain; (1) penampilan dan perbuatan mencakup rapih, tampang yang

baik dan sebagainya; (2) kemampuan pikir dalam hal mengemukakan ide-ide; (3)

sikap dan sifat yang baik; (4) pribadi yang jujur, dapat dipercaya, bertanggung

jawab, mampu menyesuaikan diri; (5) suka bekerjasama dan membantu anggota

kelompok (Mappiare, 1982).

Kurangnya ciri-ciri seorang remaja yang telah disebutkan diatas,

menyebabkan adanya proses pengabaian dan penolakan dalam suatu kelompok,

menyangkut; (1) penampilan dan perbuatan meliputi: senang menyendiri,

malu-malu dan sering menantang; (2) kemampuan pikir meliputi: bodoh sekali, tolol;

(3) sikap dan sifat meliputi: sukar melanggar norma-norma kelompok; (4) faktor

rumah yang terlalu jauh dari teman-teman sekelompok (Mappiare, 1982).

Douvan dan Adelson dalam Lubis (1985), mengemukakan bahwa dengan

bertambahnya usia remaja, diskusi mengenai masalah-masalah pribadi makin

banyak dilakukan tidak lagi dengan orang tua tetapi dengan teman. Oleh karena

(49)

mempunyai pengaruh yang besar dalam mempengaruhi remaja di dalam

perkembangannya.

2.6 Pengertian Seks

Secara umum, pengertian seks adalah berkaitan dengan ;”reproduksi,

perbedaan anatomi, dan reaksi fisik, namun sekaligus lebih dari itu semua”. (Tan

dalam Yulianti, 2000). Sementara itu, BKKBN (1987) mengemukakan tentang

pengertian seks adalah tidak lain berbicara tentang:

• Sistem/proses kejadian manusia secara biologis, misalnya: terjadinya

kehamilan.

• Dapat juga menyangkut aktivitas seksual sehingga memungkinkan terjadinya

kehamilan.

• Karakteristik dari jenis kelamin laki- laki dan perempuan.

2.7 Konsep Pengetahuan (Kognitif)

Menurut Azwar (1995), kognisi merupakan salah satu bagian dari

komponen sikap yang ada. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap, atau kognitif berisi kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Apabila

kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan

seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu. Sedangkan Mann

dalam Azwar (1995), menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi,

(50)

komponen kognitif dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila

menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

Seseorang percaya atau mempunyai kepercayaan, karena di dasarkan dari

apa yang telah kita lihat atau apa yang kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita

lihat itu, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau

karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia

akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan

dari objek tertentu. Dengan demikian, interaksi kita dengan pengalaman di masa

datang serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai

arti dan keteraturan. Tanpa adanya sesuatu yang kita percayai, maka fenomena

dunia di sekitar kita pasti menjadi terlalu kompleks untuk dihayati dan sulitlah

untuk ditafsirkan artinya (Azwar, 1995).

Kepercayaan yang menyederhanakan apa yang kita lihat dan kita temui.

Kepercayaan dapat terus berkembang. Pengalaman pribadi, apa yang diceritakan

orang lain, dan kebutuhan emosional kita merupakan determinan utama dalam

terbentuknya kepercayaan. Selain itu, yang perlu diketahui adalah kepercayaan

sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat, kadang-kadang kepercayaan itu

terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai

objek yang dihadapi (Azwar, 1995).

Sebenarnya kata kognisi berasal dari bahasa latin “cogito” (saya berpikir), yakni suatu argumen yang dipakai untuk mengembangkan diri melalui tindakan

berpikir (Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia, Buku II dalam Yulianti, 2000).

(51)

diri seseorang, sehingga orang tersebut dapat mengembangkan dirinya

berdasarkan argumen-argumen sebagai hasil dari proses berfikirnya.

Berkaitan dengan kegiatan berfikir berikut dinyatakan bahwa; “berpikir

sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is a infering process” (Taylor et al

dalam Rakhmat 1989). Proses penarikan kesimpulan, faktor personal sangat

menentukan apa yang disimpulkan tersebut. Untuk itu lebih lanjut dinyatakan

bahwa kognisi dapat diartikan sebagai “kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

dimiliki (Rakhmat, 1989).

Menurut Krech et al. (1962), mereka merumuskan dalil tentang kognisi bahwa :”the cognition of the individual are selectively organized. ”Dengan demikian, dalam prosesnya, kognisi yang terjadi pada diri komunikan tidak

langsung diterima begitu saja, tetapi terlebih dahulu diorganisasikan secara

selektif. Dari pengertian kognitif diatas, pada dasarnya aspek kognitif menyangkut

pengetahuan seseorang melalui proses pengertian, pemahaman dan penghayatan

terhadap suatu realitas yang datang dari luar dirinya dan dibentuk dengan cara

bagaimana seseorang itu “memandang” seseorang atau objek tersebut. Hal ini

disebut dengan cognitive word (dunia kognitif).

Setiap organisasi kognisi mempunyai dua faktor penentu utama (Krech et al.1962), yaitu:

1. Faktor-faktor stimulus

Suatu faktor stimulus mempengaruhi selektifitas kognisi. Selektifitas tersebut

(52)

• Frekuensi, suatu slogan yang sering di ulang akan lebih mendapat

perhatian dari seseorang bila dibandingkan dengan slogan lainnya yang

kurang diungkapkan.

• Intensitas

• Gerakan dan perubahan, misalnya suatu lampu yang bergerak dan

berkelip-kelip akan menarik perhatian.

• Jumlah, semakin banyak jumlah obyek, semakin menentukan seleksi.

Kepentingan faktor stimulus termasuk dalam kreasi dan presentasi baik

dalam propaganda maupun dalam materi pendidikan, sangat penting dalam

menentukan apakah kognisi audiens cocok dengan stimulus yang ada.

2. Faktor-faktor personal

Penelitian eksperimental telah mendukung tiga macam kesimpulan

sehubungan dengan bekerjanya faktor personal dalam kognisi, yaitu:

• Faktor personal, membatasi sejumlah obyek yang dapat ditangkap (the

spam of apprehension).

• Faktor personal mempunyai kepekaan selektif, dalam mekanisme persepsi

individual akan menekan lebih mendasar dari apa yang dikenal

sebelumnya pada obyek stimulus yang relevan dengan aspek-aspek obyek

itu.

• Faktor personal dapat mengubah kognisi terhadap obyek yang relevan

sesuai dengan kebutuhan ind ividu (selective distortion).

Sementara itu menurut Bloom dalam nugraha (2000), aspek kognisi

(53)

knowledge (pengetahuan), di definisikan sebagai kemampuan seseorang untuk

mengingat, mengetahui materi- materi yang telah dipelajari atau diketahui

Gambar

Tabel 1.   Usia Kenal Seks Berdasarkan Hasil Penelitian di 14 kota Besar di
Tabel 3. Pengguna Internet di beberapa Negara (2000)
Gambar 1.  Hubungan dan Perbedaan antara “Pertumbuhan” dengan“Perkembangan” pada remaja
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Hubungan Komunikasi Interpersonal dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ibu Sarah Purnamawati ST., M.Sc selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.. Ayahanda

Pada tiap jenis serat divariasikan dengan 3 jenis panjang (15, 30 dan 60 mm) dan berbagai persentase serat yang ditambahkan, memberikan kesimpulan jumlah minimum

dengan NPK dapat memenuhi kebutuhan unsur hara N, P, dan K yang dibutuhkan untuk pertumbuhan generatif tanaman sorgum salah satunya umur berbunga, hal ini dapat

Berdasarkan hasil ini hipotesis kedua penelitian yang menduga bahwa perilaku manajer atas isu manajemen lingkungan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan pada

Hubungan positif menyatakan bahwa per- usahaan akan memberikan kompensasi seiring de- ngan berhasilnya keputusan investasi yang dilaku- kan oleh direktur, sehingga kompensasi

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau pada bulan Februari 2017 mengalami Inflasi sebesar 0,09 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 129,40 pada bulan Januari 2017

karena itu organisasi harus memberikan perhatian khusus pada proses ini, sehingga sebagaimana Noe (2010) menjelaskan bahwa ketika organisasi menjalankan MSDM yang