• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Investasi Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah

3. Pendekatan pendapatan

2.2.3.5. Hubungan Investasi Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah

Investasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam peningkatan pendapatan daerah. Jika direalisasi investasi meningkat, maka produksi barang dan jasa akan meningkat. Dan begitu pula dengan penerimaan daerah akan mengalami peningkatan pula. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk mebeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. (Sukirno, 2004:107)

2.2.4. Penduduk

Penduduk merupakan sasaran utama pembangunan nasional, yaitu dalam bentuk peningkatan kesejahteraan baik bersifat material maupun spiritual. Kondisi semacam itu sekaligus juga merupakan pendukung utama gerak pembangunan. Dengan kata lain, penduduk khususnya angkatan kerja seharusnya menjadi modal utama dalam pembangunan nasional. Namun dapat menjadi suatu bahwa jumlah angkatan kerja yang

berlimpah dengan laju pertumbuhan yang cepat, justru menjadi masalah pokok. Masalahnya adalah pembangunan nasional belum mampu menciptakan kesempatan kerja yang sepadan. Akibat lebih lanjut akan menyebabkan timbulnya masalah dalam distribusi pendapatan. Pemerataan pendapatan tidak lepas dari penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, sedangkan perluasan kesempatan kerja itu sendiri akan berkembang dengan wajar dalam suasana distribusi pendapatan yang cukup merata.

Telah diketahui bahwa masalah yang timbul dari pertumbuhan penduduk di dunia pada umumnya, khususnya di Indonesia adalah masalah kesempatan kerja. Masalah ini merupakan salah satu dari sekian masalah besar yang harus ditanggulangi di masa-masa mendatang. Masalah-masalah yang dapat disejajarkan dengan kaji-mengkaji satu dengan yang lainnya antara lain masalah pangan, masalah pengelolaan sumber daya alam, yang satu sama lain harus dipandang dalam suatu sistem masalah penduduk. (Drs. Jhon Suprihanto, 2002:11-12)

Pertumbuhan penduduk terkait erat dengan pertumbuhan angkatan kerja dan tenaga kerja. Pada negara berkembang rata-rata pertumbuhan penduduk mengalami laju yang cukup tinggi. Indonesia merupakan negara berkembang yang pada mulanya memiliki laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Setelah program keluarga berencana digalakkan dan kemudian berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk sampai di bawah 2% pada tahun 90-an. Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu faktor produksi yang tak ternilai harganya. Dengan demikian, karena

jumlah penduduk yang besar biasanya kertersediaan tenaga kerja juga berlimpah, sehingga menyebabkan harga tenaga kerja atau upah juga rendah. Hal tersebut pada gilirannya akan menyebabkan biaya produksi menjadi rendah dan hasil produksi bisa dipasarkan dengan harga yang kompetitif. Penduduk dalam jumlah yang besar merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran hasil-hasil produksi. Jika hasil produksi bisa terjual maka akan berakibat terus bisa berlangsungnya proses produksi. (Sayuti Hisbuan 2001 : 103)

Kelemahan penduduk dalam jumlah yang besar jika tidak dikelola dengan benar atau tidak tersedia kesempatan keja yang cukup maka akan berakibat pada pengangguran akibat tenaga kerja yang tidak tertampung. Jika hal ini terus berlangsung, maka akan berakibat pada pengangguran terbuka yang bisa menimbulkan kerawanan sosial.

Gambar 3. komposisi penduduk

Sumber : Dasar – Dasar Demografi, Lembaga Demografi FE – UI, hal 193 PENDUDUK

(total populasi)

Penduduk dalam usia kerja (working ega populasion) Tenaga kerja (man power)

Penduduk di luar usia kerja

Dibawah usia kerja

Di luar usia kerja pensiun dsb

Angkatan kerja Bukan angkatan kerja

sekolah Ibu rumah tangga Lain-lain

Bekerja Mencari

pekerjaan/menganggur

Bekerja penuh Setengah menganggur

Kentara (yang kerja sedikit) tidak kentara

Setengah menganggur menurut pendapatan Setengah menganggur menurut pendidikan Setengah menganggur menurut pendidikan

dan jenis pekerjaan

Lain-lain

Keterangan :

Jumlah penduduk dan angkatan kerja, serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung yang efektif di negara itu cukup kuat untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

Penduduk disuatu negara bisa menjadi tenaga kerja atau bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, sekalipun mereka adalah angkatan kerja tidak semua angkatan kerja akan bekerja, ada juga yang menganggur. Penduduk yang telah bekerja juga tidak selalu bekerja penuh, ada penduduk yang bekerja setengah menganggur, dapat dilihat dan setengah pengangguran kentara karena jam kerja yang sedikit dan pengangguran tidak kentara karena produktivitas rendah ataupun penghasilan yang rendah.

Bukan angkatan kerja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa hal karena masih duduk dibangku sekolah, mengurus rumah tangga bagi mereka yang telah berkeluarga, penerima pendapatan atau orang yang tidak produktif tetapi mendapatkan imbalan seperti, pensiunan pendapatan dari jasa sewa, bunga simpanan dan lain sebagainya. (Simanjuntak, 1995 : 16).

Tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas. Pengertian ini berdasarkan bahwa, misalnya pada tahun 1971, terdapat 7,1 % golongan bekerja dan mencari kerja diantara penduduk kota dalam batas umur 10 – 40 tahun. Sedang di desa dalam batas umur itu

terdapat 18 %. Tentunya dengan adanya wajib belajar untuk Sekolah Dasar, maka batas umur yang termasuk tenaga kerja adalah 14 tahun. Disamping itu di Indonesia belum ada batasan umur maksimum. Sebagai suatu kenyataan, bahwa pada usia pensiun biasanya masih tetap harus bekerja, karena di Indonesia belum memiliki jaminan sosial secara nasional.

Di atas telah di kemukakan angkatan kerja adalah jumlah yang bekerja dan pencari kerja. Dua kelompok itulah yang menawarkan jasanya untuk turut serta dalam proses produksi. Sejak tahun 1976 yaitu dalam Survey Penduduk Antar Sensus 1976 (SUPAS 1976), Survey Angkatan Kerja Nasional 1976 (SAKERNAS 1976) dan Sensus Penduduk 1980, orang dinyatakan kerja apabila selama satu minggu dia melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan paling sedikit satu jam. Dengan demikian yang disebut penganggur adalah orang yang yang tidak bekerja sama sekali selama satu minggu dan berusaha mencari pekerjaan. (Suprihanto 2002 :12 - 13).

Dokumen terkait