• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Citarik Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang terletak di bagian utara Jawa Barat, berbatasan langsung dengan laut Jawa di utara, Kabupaten Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, Kabupaten Bogor dan Cianjur di selatan dan Kabupaten Bekasi di sebelah barat. Luas wilayah Kabupaten Karawang 175.327 km2 atau 3,73 persen dari luas Provinsi Jawa Barat. Tofografi sebagian besar berupa dataran rendah dengan ketinggian 1 sampai 5 meter di atas permukaan laut (dpl) dan sebagian kecil wilayah lainnya berbukit dengan ketinggian mencapai 1.200 meter dpl. Keadaan iklim dengan suhu udara rata-rata sebesar 290C, tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, kelembaban nisbi sebesar 80 persen, memiliki kecepatan angin rata-rata antara 30-35 km/jam (BPS Karawang, 2007). Secara administrasi, Kabupaten Karawang terbagi ke dalam empat wilayah pembantu Bupati, 20 kecamatan, empat kantor pembantuan kecamatan, 296 desa dan 10 kelurahan. Kabupaten Karawang termasuk salah satu kabupaten yang memiliki lahan subur terluas di Jawa Barat, sehingga sebagian lahannya digunakan untuk pertanian (BPS Karawang, 2007).

Gambar 2. Peta Kecamatan Tirtamulya lokasi Primatani Kabupaten Karawang

41 Batas wilayah Kecamatan Tirtamulya disebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lemahabang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikampek, sebelah timur dengan Kecamatan Kotabaru dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Purwasari. Luas wilayah Kecamatan Tirtamulya seluas 40,02 km2, luas lahan 3.798 ha. terdiri dari lahan sawah 2.521 ha dan lahan darat 1.277 ha. Rata-rata curah hujan per tahun 120 sampai 130 mm. Jumlah penduduk Kecamatan Tirtamulya sampai tahun 2008 sebanyak 43.085 orang yang tersebar di 11 desa. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 21.465 laki-laki dan 21.620 perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 11.248 kepala keluarga, meliputi 9.878 kepala keluarga tani dan 1.370 kepala keluarga non-tani.

Luas lahan di Desa Citarik seluas 285 ha (Tabel 1). Dari seluruh luas lahan, 49,12 persen diantaranya merupakan lahan sawah. Lahan sawah merupakan lahan dominan di Desa Citarik yang merupakan sumber pendapatan utama bagi penduduk Desa Citarik, karena memberikan pendapatan lebih tinggi daripada lahan kering. Luas lahan dan jenis penggunaan lahan dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis penggunaan lahan di Desa Citarik, 2008

No. Penggunaan Lahan Luas lahan (ha) Persentase (%)

1 Sawah teknis 140 49,12

2 Lahan darat/kering: - Pekarangan dan perumahan - Tegalan 138 5 46,42 1,75 3 Kolam 1 0,35 4 Lainnya 1 0,35 Jumlah 285 100,00

Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan Tirtamulya, 2008

Desa Citarik memiliki luas lahan sawah teknis 140 ha dengan luas kepemilikan lahan 70 persen kurang dari 1 ha, 25 persen kepemilikan lahan 1-2 ha dan 5 persen kepemilikan lahan di atas 5 ha. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk desa Citarik memiliki lahan sawah yang sempit, yakni kurang dari 1 ha. Kondisi demikian menyulitkan dalam hal agribisnis padi, sehingga perlu kesatuan antar petani dalam kelompoktani untuk memudahkan kegiatan usahatani secara bersama-sama. Lahan kering seluas 143 ha terdiri dari pemukiman dan pekarangan (46,42%) dan tegalan (1,75%) (Tabel 1). Di lahan tegalan terdapat banyak kandang ternak seperti sapi, domba, itik, entog dan ayam buras serta

42 lahan pertanaman buah-buahan seperti jambu air, rambutan, mangga dan pisang. Selain itu juga beberapa lahan tegalan dimanfaatkan untuk usahatani jamur merang.

Pendudukdesa Citarik pada tahun 2008 terdiri dari 1,854 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 6.444 jiwa, terdiri dari laki-laki 3,187 jiwa (49,46%) dan perempuan 3,257 jiwa (50,54%). Jumlah dan persentase penduduk di Desa Citarik dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase jenis dan jumlah penduduk di Desa Citarik, 2008 Uraian Jenis Jumlah (Orang) Persentase (%) Penduduk (KK) KK tani KK non tani 1.576 278 87,91 12,09 Jumlah 1.854 100,00 Penduduk Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 3.187 3.257 49,46 50,54 Jumlah 6.444 100,00

Sumber : Profil Desa Citarik, 2008

Mata pencaharian utama penduduk Desa Citarik (87,91%) adalah kepala petani. Mata pencaharian lain yang banyak digeluti oleh penduduk Desa Citarik meliputi jasa keterampilan, Pegawai Negeri Sipil, dan jasa hiburan. Lebih jelas persentase jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Citarik, 2008 Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) Petani Buruh tani Jasa hiburan PNS Pedagang Buruh/Swasta

Jasa keterampilan (kayu, batu, jahit,cukur) Dokter Bidan Mantri kesehatan 2.145 527 1 75 22 220 88 1 1 1 69,62 17,10 0,03 2,43 0,71 7,14 2,85 0,03 0,03 0,03 3.081 100,00

Sumber : Potensi Desa Citarik, 2008

Data tingkat pendidikan penduduk Desa Citarik dapat dilihat pada Tabel 4. 35,37 persen penduduk Citarik adalah buta aksara dan angka latin. Sebagian besar penduduk yang buta aksara dan angka latin tersebut adalah penduduk berumur lebih dari 25 tahun dan berjenis kelamin perempuan. 43,6 persen penduduk di

43 Desa Citarik tamat pendidikan umum terutama adalah pendidikan sekolah dasar atau sederajat dan 20,7 persen tamat pendidikan khusus.

Tabel 4. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Citarik, 2008

No. Uraian Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

A. Buta Aksara dan Angka Latin

1. Usia 13-15 tahun 101 104 205

2. Usia 16-18 tahun 117 120 237

3. Usia 19-25 tahun 131 138 269

4. Usia > 25 tahun 315 343 658

Jumlah seluruhnya 664 705 1369

B. Tamat Pendidikan Umum

5. SD/sederajat 524 503 1027

6. SLTP 325 215 540

7. SLTA 78 25 103

8. Akademi/Universitas/PT 3 2 5

Jumlah seluruhnya 930 745 1675

C. Tamat Pendidikan Khusus

9. Pondok pesantren 13 11 24 10. SLB 5 3 8 11. Keterampilan 185 193 378 12. SLTP 162 165 327 13. SLTA 25 31 56 14. Akademi/Universitas/PT - - -Jumlah seluruhnya 390 403 793

Sumber : Potensi Desa Citarik 2008.

Struktur Komunitas

Penduduk Di Desa Citarik Kecamatan Tritamulya sebagian besar bekerja sebagai petani, terutama tanaman pangan (padi). Pada musimnya kecamatan Tirtamulya menjadi pemasok terbesar padi di Kabupaten Karawang. Sebagian besar warga yang tinggal di Desa Citarik masih mempunyai hubungan keluarga atau kerabat. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh pola perkawinan yang umumnya masih dalam satu wilayah. Hubungan di antara sesama merupakan hubungan perorangan yangmendalam dan berlangsung lama yang diwujudkan dalam bentuk saling saling tolong menolong dan saling melindungi.

Stratifikasi sosial pada tingkat atas terdiri dari beberapa kelompok yaitu para pejabat di kecamatan, tokoh masyarakat baik di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan. Kelompok atas di tingkat desa yang diperhitungkan

44 pendapatnya di tingkat kecamatan adalah kepala desa, aparat desa, ketua BPD dan ketua LPM serta tokoh agama. Untuk pelapisan sosial yang didasarkan pada pekerjaan, pegawai negeri sipil atau militer serta aparat desa sebagai lapisan atas sementara pekerjaan buruh dan petani berlahan sempit berada pada lapisan bawah. Mereka yang berada pada lapisan di level atas mempunyai pengaruh dalam menentukan keputusan-keputusan yang tidak dapat diselesaikan oleh kelompok. Selain itu, mereka mempunyai pengaruh dalam keteladanan perilaku, sebagai panutan dan mempunyai kedudukan dalam organisasi sosial pada posisi-posisi strategis. Meskipun, pelapisan ini tidak diformalkan oleh komunitas namun diakui oleh masyarakat dalam berbagai kesempatan dan tugas.

Lapisan bawah yang terdiri dari buruh tani dan petani berlahan sempit umumnya berperilaku pasrah pada pimpinan lokal untuk kepentingan desa mereka. Hal ini dipengaruhi oleh anggapan bahwa mereka tidak mampu dalam mengelola desa dan lapisan atas dianggap mampu untuk mengelola desa. Pelapisan di level atas selanjutnya juga mempengaruhi proses pembangunan di desa-desa wilayah Kecamatan tirtamulya. Lapisan bawah mengikuti apa yang telah diputuskan oleh lapisan atas. Kalaupun ada hal-hal yang menjadi keinginannya tidak diakomodir oleh lapisan atas, mereka hanya bisa mendiskusikannya di komunitasnya saja di tempat-tempat yang tidak formal seperti di sawah.

Warga masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi belum memberikan pengaruh dalam pelapisan sosial dalam komunitas baik di kecamatan maupun desa, karena warga masyarakat lulusan pendidikan tinggi lebih suka hidup dan mencari pekerjaan di kota daripada di desa. Sebagian besar pemuda yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi terutama yang berprestasi baik tidak kembali ke desa. Alasannya desa tidak dapat memberikan jaminan pekerjaan sesuai keahliannya, sehingga mereka memilih mencari pekerjaan di perkotaan.

Rutinitas Kegiatan Harian Petani

Informasi mengenai rutinitas kegiatan harian keluarga tani diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jadwal pembinaan/pertemuan dengan petani, sehingga penentuan jadwal pertemuan dapat disesuaikan dengan kondisi petani dan tidak mengganggu waktu produktif petani. Selain itu petugas

45 hendaknya dapat memilih waktu yang tepat, baik tepat sasaran maupun tepat waktu. Aktivitas keluargatani di Desa Citarik dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu aktivitas mengurus usahatani di lahan dan aktivitas keluarga di rumah.

Peran suami dalam usahatani dilihat dari rutinitas harian lebih banyak dibandingkan istri. Hal ini disebabkan para suami tidak hanya bekerja pada pagi hari, namun pada sore hari juga melakukan pekerjaan di sawah. Namun demikian waktu untuk kegiatan usahatani pada umumnya dilakukan pada pagi hari. Di siang hari, istri membantu pekerjaan usahatani di sawah sekalian mengantar sarapan untuk suaminya. Dari rutinitas kegiatan harian keluarga tani menunjukkan bahwa para petani masih mempunyai cukup banyak waktu untuk melakukan usaha lain setelah dari sawah. Pola rutinitas kegiatan harian keluarga tani di Desa Citarik dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pola rutinitas kegiatan harian keluarga tani di Desa Citarik, 2009 Waktu (jam) Aktivitas kegiatan keluarga

Suami Istri 04.00-06.00 Bangun pagi Bangun pagi, Pekerjaan rumah

06.00-12.00 Kerja di sawah, kebun Pekerjaan rumah 08.00-12.00 Kerja di sawah, kebun Bantu suami di sawah 12.00-14.00 Istirahat Istirahat

14.00-16.00 Kerja di sawah, kebun Pekerjaan rumah 16.00-20.00 Istirahat Istirahat

20.00-20.30 Irigasi Istirahat

>20.30 Istirahat istirahat

Tabel 5 menunjukkan bahwa waktu yang paling strategis untuk mengunjungi atau melakukan pembinaan kepada petani adalah pada waktu malam hari (selepas magrib atau shalat isya jam 18.00), kecuali pembinaan-pembinaan yang sifatnya menuntut untuk dilaksanakan di lapangan seperti demontrasi teknologi atau pembinaan pada tingkat lapangan secara langsung. Meskipun demikian sebaiknya waktu yang digunakan harus berdasarkan persetujuan terlebih dahulu dengan petani. Dengan memperhatikan momen waktu yang baik, maka diharapkan petani akan berkonsentrasi dalam menerima materi pembinaan.

Kelembagaan Agribisnis

Lembaga yang terkait dalam sistem dan usaha agribisnis di desa Citarik (Tabel 6) meliputi lembaga input produksi (lembaga modal, sarana produksi),

46 lembaga produksi (lembaga kelompok tani, pengairan, jasa tanam, jasa traktor, jasa panen dan lembaga ceblokan penyiangan), lembaga pengolahan (baru terdapat pada pengolahan hasil padi), lembaga pemasaran (calo, dan bandar), dan lembaga informasi (UPTD pertanian, KTNA, majlis taklim). Lebih jelas, jumlah dan fungsi lembaga agribisnis di Desa Citarik dapat di lihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah dan fungsi lembaga agribisnis di Desa Citarik, 2008.

Lembaga Nama Jumlah Fungsi

1. Lembaga Modal/Sarana Produksi

Lembaga Perkreditan Kecamatan

1 Memberi pinjaman modal dengan jaminan BPKB dan Akte Tanah. Jasa 3% per bulan

Bandar 7 Sumber modal petani sayuran

dengan pembayaran hasil panen Kios Saprodi

merangkap penyedia modal

4 Sebagai sumber modal petani sayuran dengan pembayaran hasil panen

Koperasi Serba Usaha 1 Simpan pinjam 2. Lembaga

Pengolah Hasil

Penggilingan padi (RMU)

9 Pengolah hasil dan bandar padi

3. Lembaga Produksi (on farm)

Kelompok tanam 9 Penyedia jasa tanam padi Pengusaha jasa traktor 8 Jasa pengolah tanah dengan

wilayah yang sudah ditetapkan Kelompoktani 4 Pada awalnya berfungsi sebagai

penerima KUT, sekarang belum berfungsi

Kelompok Jasa power treser

1 Tidak berfungsi

Kelompok jasa pompa air

1 Berfungsi sebagai jasa pengairan untuk tanaman sayuran pada MK 1 dan MK 2

P3A Mitra cai/ Ulu-ulu

4 Berfungsi sebagai pengatur air di saluran kuarter (cacing)

Panitia Pengairan 1 Berfungsi sebagai pengatur air di saluran tertier Ceblokan ngarambet (menyiang) 80% dari luas lahan

Berfungsi sebagi pemelihara penyiangan dengan imbalan ikut panen

4. Lembaga Pemasaran

Bandar sayuran 7 Sebagai pembeli sayuran Order/ Calo 20 Pencari gabah bagi bandar Bandar padi 8 Penampung dan pembeli gabah 5. embaga

informasi

Penyuluh Pertanian 6 Penyampai teknologi dan pembina petani

Kontak Tani Nelayan Andalan Kecamatan

1 Penyampai teknologi dan pembina petani

Distributor Penyampai teknologi untuk

produk yang di jual 6. Lembaga

Kebijakan

Camat Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD)

2 Melaksanakan program pembangunan pertanian di wilayah kecamatan Desa

47 Pada umumnya sebelum pelaksanaan Primatani, setiap sub-sistem agribisnis (lembaga input produksi, produksi, pengolahan dan pemasaran) langsung berhubungan dengan petani. Individu petani langsung berhubungan dengan seluruh subsistem, sehingga sistem tidak berjalan secara efisien. Didalam sub-sistem terdapat komponen-komponen yang mempunyai keterkaitan fungsional, namun secara lembaga belum terjadi keterkaitan yang menyangkut keadilan, resiko, sharing capital, sharing benefit, dan peningkatan nilai tambah baik formal maupun non formal. Di dalam satu subsistem ada suatu komponen yang tidak terkait satu sama lain. Keterkaitan masih dilakukan untuk kepentingan lembaga itu sendiri dan belum memperlihatkan kepentingan suatu sistem di desa tersebut.

Setelah dilaksanakannya Primatani, keterkaitan antar sub sistem dapat berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Beberapa sub sistem mengalami perbaikan fungsi dan beberapa lembaga lainnya di tumbuhkan sebagai lembaga penguat pada kelompok tani. Sub sistem lembaga yang mengalami perbaikan fungsi adalah lembaga P3A Mitra cai, dimana sebelum Primatani dilaksanakan lembaga ini tidak mempunyai keterkaitan langsung dengan petani. Lembaga mitra cai hanya sebagai pelaksana lapangan dari bagian perangkat desa. Setelah adanya Primatani, lembaga mitra cai berkaitan langsung dengan petani dengan diterbitkannya suatu aturan tertulis yang disepakati antara petani dan petugas mitra cai. Aturan termuat dalam anggaran dasar dan rumah tangga mitra cai termasuk didalamnya mengenai hak dan kewajiban antara lembaga mitra cai dengan petani.

Lembaga yang ditumbuhkan guna memperkuat sistem agribisinis padi di Desa Citarik meliputi lembaga kelompoktani (Gapoktan Sri tani), lembaga modal dan sarana produksi di tingkat kelompok, lembaga pengoalahan hasil dan pemasaran. Hasil penumbuhan lembaga setelah adanya Primatani di bahasa pada bagian selanjutnya.

Kelembagaan Penyuluhan

Selanjutnya dilihat dari segi pewilayahan penyuluhan petanian, Kecamatan Tirtamulya yang memiliki 10 desa, terbagi ke dalam empat wilayah kerja penyuluhan pertanian (WKPP), terdiri dari WKPP-1 meliputi Desa Tirtasari dan

48 Desa Bojongsari; WKPP-2 meliputi Desa Karangsinom, Desa Karangjaya dan Desa Citarik; WKPP-3 meliputi Desa Parakan, Desa Parakanmulya dan Desa Kamurang; dan WKPP-4 meliputi Desa Cipondoh dan desa Kertawaluya (UPTD Pertanian Kecamatan Tirtamulya 2008 ).

Kelembagaan Kelompoktani

Kelompoktani di Desa Citarik berjumlah empat buah dengan jumlah seluruh anggota 202 orang. Kelompoktani tersebut adalah: 1) kelompoktani Sri Maju I, berada di Blok Babakan Cikampek, 2) kelompoktani Sri Maju II, berada di Blok Ubung-ubung, 3) kelompoktani Sri Mulya Sejati, berada di Blok Tangkil dan 4) kelompoktani Sri Subur, berada di Blok Kacepet.

Dari keempat kelompoktani tersebut, pada umumnya kegiatan kelompoktani tidak berjalan sesuai dengan harapan. Menurut informasi yang diterima di lapangan, ketidakaktifan keempat kelompoktani tersebut disebabkan karena pengurus dan anggota kelompoktani kurang memahami fungsi dari kelompoktani itu sendiri. Fungsi kelompoktani menurut anggota kelompoktani masih merupakan: 1) persatuan/himpunan kerja, 2) persatuan rencana menanam, dan 3) persatuan kerja bakti, seperti: membersihkan saluran.

Pada saat Primatani dilaksanakan di Desa Citarik telah dibentuk Gapoktan Sri Tani yang merupakan gabungan dari empat kelompoktani. Sebelum ada Primatani, kelompoktani yang agak aktif adalah Sri Maju 1, sedangkan ketiga kelompoktani yang lain belum aktif sama sekali.

Sumber Informasi

Dalam hal mencari informasi teknologi, pada umumnya anggota hanya mengenal petugas atau pejabat yang menangani pembinaan yaitu PPL yang bertugas di wilayahnya, namun belum begitu banyak yang mengenal lembaga yang berkompeten di kecamatan tersebut. Sebagian anggota kelompoktani tidak mengenal kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Penyuluhan Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kecamatan Tirtamulya. Sedangkan yang mengenal akan kantor tersebut pada umumnya memanfaatkan sebagai tempat: 1) meminta alat pertanian, 2) meminjam saprotan, seperti pupuk, 3) mengikuti rapat-rapat/pertemuan yang dilakukan oleh UPTD, dan 4) kebutuhan lainnya.

49 Sumber informasi lain selain UPTD Penyuluhan Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kecamatan Tirtamulya, diperoleh dari berbagai sumber informasi seperti disajikan pada Tabel 8. Dari keempat sumber informasi, sumber informasi dari PPL yang paling dapat dimanfaatkan petani di Desa Citarik. Sedangkan informasi yang paling dibutuhkan, adalah 1) program pertanian, 2) teknis budidaya tanaman terutama pengendalian hama, cara pemupukan, cara tanam, dan jarak tanam. Persentase sumber informasi bagi petani di Desa Citarik dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentase sumber informasi bagi petani di Desa Citarik, 2009 No. Sumber informasi Jumlah responden Persentase (%)

1. PPL 5 18,52 2. PPL+petani 11 40,74 3. PPL+formulator 7 25,93 4. PPL+petani+formulator 3 11,11 5. PPL+kios saprodi 1 3,70 Jumlah 27 100,00 Media Informasi

Tabel 9 menunjukkan bahwa media informasi yang paling disukai berupa gelar teknologi dan penyuluh (40,74%), sedangkan media cetak leaflet masih belum banyak dimanfaatkan. Persentase minat petani terhadap media leaflet, gelar teknologi dan penyuluh di Desa Citarik disajikan pada Tabel 9.

Tabel 8. Persentase minat petani terhadap media leaflet, gelar teknologi dan penyuluh di Desa Citarik, 2009

No. Media informasi Jumlah Reponden Persentase (%)

1. Leaflet 0 0,00 2. Gelar Teknologi 1 3,70 3. Penyuluh 4 14,81 4. Leaflet+Gelar Teknologi 3 11,11 5. Leaflet+Penyuluh 0 0,00 6. Leaflet+Gelar Teknologi+Penyuluh 8 29,63 7. Gelar Teknologi+penyuluh 11 40,74 Jumlah 27 100,00

Kurangnya pemanfaatan media leaflet dikarenakan kurangnya minat baca anggota kelompoktani yang disebabkan dari rendahnya pendidikan anggota

50 kelompoktani yang rata-rata berpendidikan sekolah dasar, bahkan banyak yang masih buta aksara dan angka.

Dari keragaan di atas, baik dari kondisi penduduk, pendidikan, kelompoktani, pertemuan kelompoktani, sumber informasi teknologi yang digunakan petani di Desa Citarik, maka terdapat peluang pengembangan media informasi. Untuk itu, maka dalam pengemasan media informasi haruslah disesuaikan dengan kondisi khalayak penerima tersebut.

Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi pada Program Prima Tani

Pelaksanaan kegiatan Primatani di Desa Citarik mulai tahun 2005 sampai dengan 2009 dilaksanakan di bawah pembinaan BPTP Jawa Barat, selanjutnya pembinaan dan pelaksanaan Primatani diserahkan ke pemerintah daerah Kabupaten Karawang lingkup pertanian.

Pada tahun 2005, kegiatan Primatani lahan sawah irigasi di Desa Citarik diawali dengan kegiatan pemahaman pedesaan secara partisipatif (Participatory Rural Appraisal/ PRA). Pendekatan kegiatan Prima Tani secara partisipatif saat perencanaan melibatkan semua pihak yang terlibat. Pada tahun 2005, kegiatan lebih banyak pada survey pendasaran pemahaman lokasi wilayah dan ujicoba-ujicoba secara terbatas pada lahan petani sesuai dengan potensi dan peluang pengembangan teknologi hasil PRA. Hal ini dilakukan guna memperoleh alternatif teknologi yang sesuai dengan kondisi biofisik setempat. Diagram implementasi program dan transfer seperti pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Diagram Implementasi Program dan Transfer Prima Tani Karawang (Sumber : Laporan BPTP Jawa Barat, 2005)

Rancangan dan Rintisan Model Laboratorium

Agribisnis

2006/2007 Penerapan dan Pemantapan

Model Laboratorium Agribisnis 2008 Pengembangan Model Laboratorium Agribisnis 2008/2009

Transfer Pengawalan Model Laboratorium Agribisnis ke

51 Pada tahun 2006-2007 di Desa Citarik, dilakukan implementasi inovasi teknologi tepat guna spesifik lokasi yang sesuai dengan keunggulan sumberdaya dan kondisi sosial ekonomi setempat (farmer”s circumtances), serta penumbuhan dan perbaikan kelembagaan agribisnis yang telah ada di Desa Citarik. Mulai tahun 2008, kegiatan gelar teknologi dilakukan dengan pendekatan SL-PTT.

Salah satu teknologi yang diimplementasikan pada program Primatani berdasarkan hasil PRA adalah teknologi PTT padi Sawah. Berikut gambaran tingkat perkembangan penerapan teknologi, perkembangan produksi padi dan perkembangan pendapatan petani setelah mengikuti program Primatani.

Tingkat penerapan teknologi PTT padi

Tahap awal implementasi teknologi melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) padi di Desa Citarik dilaksanakan pada MH 2005/2006 (Tabel 8) yang meliputi: (1) penggunaan varietas unggul dan benih bermutu, (2) cara tanam legowo, (3) pemupukan organik, (4) penggunaan bibit muda dan tunggal, (5) pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD), (6) pemupukan P dan K berdasarkan analisis tanah, dan (7) pengendalian hama terpadu (PHT). Berikut tingkat penerapan teknologi pada petani di Desa Citarik (Tabel 9).

Tabel 9. Penerapan komponen PTT petani Primatani di Desa Citarik

No Teknologi PTT Persentase Penerapan Teknologi

MH 2005/2006 MK I 2006 1. Varietas Ciherang 100,00 100,00 2. Benih berlabel 50,00 100,00 3. Legowo 77,78 77,78 4. Bibit Tunggal 66,67 77,78 5. BWD 61,11 72,22 6. Bibit Muda 55,56 61,11 7. Pupuk Organik 33,33 33,33 8. P ( Fosfor ) 27,78 38,89 9. K ( Kalium ) 11,11 2,22

Sumber: Laporan Tahunan BPTP Jabar, 2006

Tabel 9 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penggunaan benih berlabel dari 50 persen menjadi 100 persen. Hal ini disebabkan petani sudah yakin bahwa dengan penggunaan benih berlabel, pertumbuhan tanaman lebih serempak dan daya tumbuh tanaman tinggi apabila dibandingkan dengan tidak menggunakan benih berlabel.

52 Persentase penerapan teknologi legowo pada MK I 2006 tidak bertambah akan tetapi berdasarkan data laporan tahunan BPTP disebutkan bahwa tanggapan petani peserta program Primatani terhadap legowo belum konsisten, sekitar 16,67 persen petani koperator legowo berubah menanam tegel, sedangkan 16,67 persen petani koperator yang semula tegel berubah menjadi legowo, sehingga persentase tanam legowo di tingkat petani koperator tetap sebesar 77,78 persen. Alasan petani tidak menanam legowo lagi karena belum yakin dan menganggap serangan hama penggerek batang disebabkan karena tanam legowo. Masalah utama legowo adalah susahnya merubah kebiasaan tenaga tanam yang biasa menanam secara tegel. Sistem tanam legowo 2:1 dirasakan petani masih ada hambatan terhadap jasa tanam yang belum biasa tanam legowo dan posisi tawar masih ada di pihak jasa tanam. Namun demikian keuntungan yang dirasakan petani adalah: memudahkan pemupukan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma.

Tabel 9 juga menunjukkan peningkatan penerapan teknologi bibit muda dan tunggal akan tetapi apabila dilihat dari jumlah keluarga tani yang terdapat di Desa Primatani, masih banyak petani kooperator yang masih menggunakan bibit tua (> 25 hari). Bibit tua masih banyak diterapkan petani karena keterlambatan penyiapan lahan oleh traktor, sementara benih sudah disebar. Pemupukan organik dan pemupukan P, dan K sesuai anjuran juga belum banyak diterapkan petani karena kesadaran petani masih rendah, sehingga sosialisasi secara intensif perlu dilakukan dan perlu dibuat peragaan pemupukan untuk meyakinkan petani. Pemupukan N, P, dan K tidak sesuai anjuran terutama dalam hal waktu aplikasi karena keterlambatan ketersediaan pupuk. Periode perkembangan tingkat penerapan teknologi padi di Desa Citarik dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Tingkat penerapan teknologi usahatani padi tahun 2006-2008

No. Uraian Persentase Penerapan Teknologi

Dokumen terkait