• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PETANI, IDEOLOGI GENDER DAN KESETARAAN GENDER

KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PETAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PETANI, IDEOLOGI GENDER DAN KESETARAAN GENDER

Hubungan Antara Karakteristik Rumah Tangga Petani Dengan Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga Petani

Rumah tangga pertanian memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan tidak homogen. Karakteristik dapat dilihat dari ekonomi, sosial dan budaya. Karakteristik rumah tangga petani yang diukur dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Kesetaraan gender diukur dengan tingkat akses dan kontrol dalam usahatani. Kesetaraan gender dalam penelitian ini menunjukkan bagaimana perbandingan tingkat akses dan kontrol yang dimiliki suami maupun istri dalam satu rumah tangga petani. Hubungan antara karakteristik rumah tangga petani dengan kesetaraan gender dalam rumah tangga petani diuji dengan uji korelasi rank spearman seperti pada Tabel 19.

Tabel 19 Hubungan karakteristik rumah tangga petani dan kesetaraan Gender rumah tangga petani di Desa Cipelang, 2016

Karakteristik Rumah Tangga Petani Akses Kontrol

Tingkat Pendidikan 0,115 0,073

Tingkat Pendapatan - 0,176 - 0,410

Keterangan: *Berhubungan nyata pada p kurang dari 0,05 (p<0,05), **Berhubungan sangat nyata pada p kurang dari 0,01 (p<0,01)

Hasil yang didapat dari uji korelasi rank spearman ialah tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan tingkat akses dan kontrol dalam usahatani. Nilai koefisien yang didapat yaitu 0,115 pada hubungan tingkat pendidikan dan tingkat akses dalam usahatani dan 0,073 pada hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kontrol dalam usahatani. Hal ini membuktikan bahwa tinggi rendahnya pendidikan yang dimiliki rumah tangga petani tidak akan ada kaitannya dengan usahatani baik dalam hal akses maupun kontrolnya. Usahatani merupakan mata pencaharian yang sudah turun-temurun, sehingga kemampuan usahatani tidak bergantung pada tingkat pendidikan. Petani yang memiliki tingkat pendidikan rendah tetap bisa akses dan kontrol pada usahatani. Sebaliknya petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi juga bisa saja memiliki akses dan kontrol pada usahatani yang rendah. Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan kesetaraan gendernya. Fakta ini diperkuat dengan penuturan salah satu informan yaitu:

“Mau sekolah nya tinggi mau ga sekolah juga disini mah bisa tani.

Yang gak sekolah kaya bapak aja soal tani mah gak susah neng, karena udah diajarin dari kecil. Apalagi yang sekolah. Kan tani mah ga diajarin disekolah neng. Jadi ga sekolah juga bisa tani asal

diajarin sama orangtuanya.” (D)

Hasil lain yang didapat dari uji korelasi rank spearman yaitu tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan dengan tingkat akses dan kontrol dalam

usahatani. Nilai koefisien yang didapat yaitu -0,176 pada hubungan tingkat pendapatan dan tingkat akses dalam usahatani dan -0,410 pada hubungan tingkat pendapatan dan tingkat kontrol dalam usahatani. Hal ini membuktikan bahwa tinggi rendahnya pendapatan tidak ada kaitannya dengan usahatani baik dalam hal akses maupun kontrolnya. Rumah tangga petani yang memiliki tingkat pendapatan rendah, dapat memiliki akses dan kontrol yang tinggi dalam usahatani maupun sebaliknya. Terdapat dua kemungkinan, rumah tangga yang memiliki tingkat pendapatan rendah bisa memiliki akses dan kontrol yang tinggi pada usahatani bila mereka tidak ada pilihan mata pencaharian lain selain bertani dan sebaliknya mereka juga bisa beralih ke mata pencaharian lain selain bertani yang dapat menyebabkan akses dan kontrolnya dalam usahatani menjadi rendah. Faktaa ini diperkuat dengan penuturan salah satu informan yaitu:

“Kalau hasil tani kan ga bisa diandelin. Kadang lagi bagus rejekinya panennya melimpah. Tapi kalau lagi cuaca buruk kaya sekarang aduhh ripuh neng. Takut gagal panen sayang udah nunggu berbulan-bulan. Tapi gimana gak ada pilihan kerja laen

cuma ngandelin tani.” (DY)

Berbeda dengan penuturan tersebut salah satu informan menyatakan hal lain yaitu:

“Kalau ibu alhamdulilah walaupun gagal panen atau hasil nya dari tani dikit, ibu suka dagang makanan dirumah. Yahh dibantuin modal dagangnya sama anak yang udah kerja. Tapi tetep tani gak

ibu tinggalin” (Y)

Hubungan Antara Ideologi Gender Rumah Tangga Petani Dengan Kesetaraan Gender Dalam Rumah Tangga Petani

Ideologi gender adalah cara pandang masyarakat tentang gender. Ideologi gender rumah tangga petani diukur dengan nilai gender serta pola pembagian kerja dalam rumah tangga petani. Nilai gender merupakan anggapan mengenai apa yang pantas ataupun tidak pantas dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan. Pola pembagian kerja yang dimaksud meliputi kerja reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan. Kegiatan reproduktif meliputi kegiatan domestik yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak dan membersihkan rumah. Kegiatan produktif adalah kegiatan yang berhubungan dengan pencarian nafkah. Kegiatan sosial kemasyarakatan berhubungan dengan kegiatan bersosial atau bergaul dan berorganisasi dalam masyarakat. Hubungan antara ideologi gender rumah tangga petani dengan kesetaraan gender dalam rumah tangga petani diuji dengan uji korelasi rank spearman. Tabel 20 merupakan hasil uji dua variabel tersebut.

Tabel 20 Hubungan ideologi gender dan kesetaraan gender rumah tangga petani di Desa Cipelang, 2016

Ideologi Gender Akses Kontrol

Nilai Gender 0,165 0,000 Pola Pembagian Kerja

Reproduktif

0,803** 0,677** Pola Pembagian Kerja

Produktif

0,030 0,169 Pola Pembagian Kerja

Sosial Kemasyarakatan

0,613** 0,395*

Keterangan: *Berhubungan nyata pada p kurang dari 0,05 (p<0,05), **Berhubungan sangat nyata pada p kurang dari 0,01 (p<0,01)

Hasil yang diperoleh dari uji rank spearman yaitu tingkat pengetahuan gender yang dimiliki rumah tangga petani memiliki hubungan dengan tingkat kesetaraan gender. Nilai koefisien sebesar 0,165 pada akses dan 0,000 pada kontrol. Nilai koefisien yang dihasilkan positif, sehingga hubungan yang dihasilkan bersifat searah. Pemahaman nilai gender yang dimiliki oleh rumah tangga petani memiliki hubungan dengan akses dalam usahatani, sedangkan pemahaman nilai gender itu sendiri tidak memiliki hubungan dengan kontrol dalam usahatani.

Kegiatan reproduktif berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan domestik dalam rumah tangga petani. Kegiatan ini memiliki hubungan yang sangat nyata pada tingkat akses dalam usahatani. Nilai koefisien yang dihasilkan sebesar 0,803 bersifat positif sehingga hubungan yang dihasilkan bersifat searah. Makin seimbang kegiatan reproduktif antara suami dan istri akan menghasilkan akses dalam usahatani yang lebih besar. Hal yang sama juga terjadi pada kontrol dalam usahatani. Hubungan yang dihasilkan searah dengan nilai koefisien sebesar 0,677 yang bersifat positif.

Kegiatan produktif berkaitan dengan usahatani. Pola pembagian kerja produktif ini memiliki hubungan dengan akses dalam usahatani dan tingkat kontrol dalam usahatani. Nilai koefisien masing-masing sebesar 0,030 dan 0,169 yang dihasilkan bersifat positif sehingga hubungan yang dihasilkan bersifat searah. Makin seimbang pembagian kerja dalam usahatani antara suami dan istri maka makin tinggi tingkat akses dalam usahatani dan tingkat kontrol dalam usahatani.

Hal yang sama terjadi pada kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan ini memiliki hubungan yang sangat nyata dengan tingkat akses dalam usahatani dan tingkat kontrol dalam usahatani. Nilai koefisien masing-masing sebesar 0,613 dan 0,395 yang dihasilkan bersifat positif sehingga hubungan yang dihasilkan bersifat searah. Rumah tangga petani yang mampu membagi tugas sosial kemasyarakatannya dengan baik dan seimbang maka akan menghasilkan tingkat akses dalam usahatani dan tingkat kontrol dalam usahatani yang tinggi pula.

Semakin tinggi tingkat komponen-komponen tersebut maka akan semakin setara gender dalam rumah tangga petani.

Dokumen terkait