• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PETAN

IDEOLOGI GENDER RUMAH TANGGA PETANI Nilai Gender

Bagi masyarakat awam, istilah gender kiranya identik dengan jenis kelamin. Padahal gender dan jenis kelamin merupakan dua konsep yang berbeda. Gender merupakan konsep sosial yang membedakan peran antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya. Gender berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin hanya berkaitan dengan aspek biologis. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah rumah tangga petani yang menjadi responden memahami gender dan nilai gender. Nilai gender adalah pandangan mengenai apa yang pantas dan tidak pantas dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan. Nilai gender rumah tangga petani diukur dengan menggunakan pertanyaan nilai gender. Nilai gender dikategorikan menjadi tiga yaitu istri<suami atau pemahaman nilai gender istri kurang dari pemahaman nilai gender yang dimiliki suami, istri>suami atau pemahaman nilai gender yang dimiliki istri lebih tinggi daripada pemahaman nilai gender yang dimiliki suami dan istri=suami atau istri dan suami memiliki tingkat pemahaman nilai gender yang sama.

Tabel 8 Jumlah dan persentase tingkat kesetaraan pemahaman nilai gender pada rumah tangga petani di Desa Cipelang, 2016

Kategori n %

Istri< Suami 0 0,00

Istri> Suami 14 46,70

Istri = Suami 16 53,30

Total 30 100,00

Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat kesetaraan dalam nilai gender pada rumah tangga petani atau antara istri dan suami mayoritas setara sebesar 53,30 persen. Tidak ada rumah tangga petani dengan nilai gender yang dipahami oleh istri lebih rendah daripada suami. Sebesar 46,70 persen rumah tangga petani merupakan rumah tangga dengan pemahaman nilai gender istri lebih tinggi daripada suami. Hal ini berbeda dengan kenyataan yang ditemukan di lapang. Meskipun dilihat dari tingkat kesetaraan dalam pemahaman nilai gender antara istri dan suami cenderung baik, namun pada prakteknya rumah tangga petani masih memegang adat istiadat yang menanggap perempuan tidak lebih berkuasa daripada laki-laki dalam berbagai hal. Kesetaraan pemahaman nilai gender pada rumah tangga petani di Desa Cipelang tidak memiliki dampak karena keyakinan akan adat istiadat di Desa Cipelang masih melekat kuat pada masyarakatnya.

Pola Pembagian Kerja

Laki-laki dan perempuan dalam suatu rumah tangga memiliki peran, hak dan kewajiban yang berbeda. Hal ini tercermin dalam pola pembagian kerja dalam rumah tangga tak terkecuali pada rumah tangga petani. Pola pembagian kerja membagi peran antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan rumah tangga, mencari nafkah maupun kegiatan bersosial dengan masyarakat. Ketiga jenis kegiatan tersebut lebih dikenal dengan istilah kegiatan reproduktif (segala kegiatan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga), produktif (kegiatan yang menghasilkan upah atau barang baik secara langsung maupun tak langsung) dan sosial kemasyarakatan (kegiatan yang dilakukan dengan bergaul dengan masyarakat serta terlibat dalam urusan sosial politik di masyarakat). Uraian berikut menggambarkan pola pembagian kerja rumah tangga petani di Desa Cipelang.

Kegiatan Reproduktif

Kegiatan reproduktif adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah dan pekerjaan lainnya yang mendukung anggota keluarga untuk melakukan kegiatan lainnya. Kegiatan reproduktif pada rumah tangga petani yang menjadi responden mayoritas dikerjakan oleh perempuan dapat dilihat dari tinggi angka persentase setiap kegiatan reproduktif pada Tabel 9.

Laki-laki atau suami dalam rumah tangga petani secara mandiri hanya mengerjakan kegiatan menjaga kesehatan anggota keluarga dan berbelanja kebutuhan sehari-hari, masing-masing dengan persentase 6,70 persen dan 3,30 Tabel 9 Pola pembagian kerja reproduktif rumah tangga petani di Desa Cipelang,

2016

No Kegiatan Reproduktif Laki-laki Perempuan Bersama

n % n % n % 1 Memasak 0 0,00 27 90,00 3 10,00 2 Mencuci baju 0 0,00 25 83,00 5 17,00 3 Membersihkan rumah 0 0,00 20 67,00 10 33,00 4 Menjaga kesehatan anggota keluarga 2 6,70 15 50,00 13 43,30 5 Menyetrika pakaian anggota keluarga 0 0,00 25 83,00 5 17,00 6 Menyiapkan makanan untuk keluarga 0 0,00 24 80,00 6 20,00 7 Mencuci piring 0 0,00 25 83,00 5 17,00 8 Berbelanja kebutuhan sehari-hari 1 3,30 21 70,00 8 26,70

persen. Perempuan/istri memiliki persentase terbesar di tiap kegiatan reproduktif. Sebesar 90,00 persen kegiatan memasak dilakukan oleh perempuan. Angka tertinggi lainnya yaitu pada kegiatan menyetrika pakaian anggota keluarga, mencuci baju dan mencuci piring yang masing-masing sebesar 83,00 persen. Kegiatan reproduktif yang dikerjakan secara bersama baik oleh laki-laki dan perempuan memperoleh persentase tertinggi pada kegiatan menjaga kesehatan anggota keluarga sebesar 43,30 persen. Hanya 10,00 persen kegiatan memasak yang dilakukan secara bersama. Hasil ini menunjukkan bahwa rumah tangga petani masih tradisional dalam membagi pekerjaan rumah tangga, terbukti dengan tingginya persentase pada perempuan untuk setiap kegiatan. Perempuan masih termarjinalkan dalam kerja domestik. Fakta ini didukung oleh pernyataan salah satu responden berikut:

“Pekerjaan rumah tangga seharusnya dikerjakan oleh istri saja, karena laki-laki tidak pantas berurusan dengan kegiatan di dapur atau kegiatan rumah tangga lainnya, laki-laki hanya bertugas mencari nafkah.” (D)

Tabel 10 menunjukkan tingkat kesetaraan pola pembagian kerja reproduktif. Dari 30 rumah tangga petani, hanya 10,00 persen rumah tangga petani yang membagi kerja reproduktif dengan setara antara suami dan istri. Sebesar 67,70 persen rumah tangga petani membebankan pekerjaan reproduktifnya kepada istri dan sedikit beban kerja reproduktif yang diterima suami. Sebesar 23,30 persen rumah tangga petani lebih membebankan kerja reproduktifnya lebih banyak kepada suami dibandingkan istri. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa masyarakat masih menganggap bahwa pekerjaan reproduktif atau domestik lebih pantas dikerjakan oleh perempuan atau istri saja. Hanya sedikit yang menganggap pekerjaan reproduktif atau domestik pantas juga dikerjakan oleh laki-laki atau suami.

Kegiatan Produktif

Kegiatan produktif adalah kegiatan yang menghasilkan upah atau barang baik yang untuk dikonsumsi sendiri ataupun yang dijual kembali untuk menghasilkan uang. Pada rumah tangga petani yang menjadi responden, kegiatan Tabel 10 Jumlah dan persentase tingkat kesetaraan pola pembagian kerja

reproduktif rumah tangga petani di Desa Cipelang, 2016

Kategori Jumlah Rumah Tangga Petani %

Istri> Suami 20 67,70

Istri< Suami 7 23,30

Istri = Suami 3 10,00

produktif meliputi kegiatan usahatani yang dikerjakan sehari-hari. Kegiatan reproduktif yang dimaksud diantaranya membeli pupuk, pestisida, mencari modal ushahatani, mengikuti penyuluhan, menanam benih,mengairi dan kegiatan usahatani lainnya.

Tabel 11 menunjukkan bahwa kegiatan produktif mayoritas dikerjakan oleh laki-laki atau suami. Terlihat dari tinggi persentase di pihak laki-laki pada setiap kegiatan. Persentase tertinggi laki-laki yaitu pada kegiatan mengairi lahan sebesar 93,3 persen. Persentase tertinggi kegiatan yang dilakukan bersama yaitu pada kegiatan panen, pasca panen dan memasarkan usahatani masing-masing sebesar 66,7 persen. Kegiatan-kegiatan produktif yang dilakukan oleh perempuan dengan persentase tertinggi masing-masing sebesar 23,3 persen yaitu pada kegiatan merawat persemaian, menanam benih ke guludan dan menyiangi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas rumah tangga petani masih secara tradisional membagi pekerjaan, termasuk dalam kegiatan produktif. Laki- laki cenderung mengerjakan pekerjaan yang tergolong berat seperti menyiapkan lahan. Perempuan cenderung mengerjakan pekerjaan yang tidak terlalu berat seperti menyiangi tanaman ataupun terlibat dalam masa panen.

Tabel 11 Pola pembagian kerja produktif rumah tangga petani di Desa Cipelang, 2016

No Kegiatan Produktif Laki-laki Perempuan Bersama

n % n % n %

1 Mencari modal usahatani 25 83,40 1 3,30 4 13,30 2 Membeli benih ke toko 16 53,30 3 10,00 11 36,70

3 Membeli pupuk 23 76,60 2 6,70 5 16,70 4 Membeli pestisida 23 76,60 2 6,70 5 16,70 5 Menyiapkan lahan 26 86,70 0 0,00 4 13,30 6 Menyiapkan bumbung 18 60,00 6 20,00 6 20,00 7 Menyemaikan benih 15 50,00 9 30,00 6 20,00 8 Merawat persemaian 16 53,30 7 23,30 7 23,30 9 Membuat guludan 15 50,00 4 13,30 11 36,70 10 Memupuk tanaman 16 53,30 6 20,00 8 26,70 11 Menanam benih kedalam

guludan 16 53,40 7 23,30 7 23,30

12 Menyiangi tanaman 15 50,00 7 23,30 8 26,70

13 Mengairi lahan 28 93,30 0 0,00 2 6,70

14 Memberantas hama 22 73,30 2 6,70 6 20,00 15 Melakukan panen 10 33,30 0 0,00 20 66,70 16 Melakukan pasca panen 10 33,30 0 0,00 20 66,70 17 Memasarkan hasil

Tabel 12 menunjukkan tingkat kesetaraan dalam pola pembagian kerja produktif. Mayoritas rumah tangga petani lebih banyak membebankan pekerjaan produktifnya kepada laki-laki atau suami sebesar 43,3 persen dari total rumah tangga petani. Sebesar 26,7 persen rumah tangga petani membagi pola pembagian kerja produktif dengan adil dan sebesar 30 persen rumah tangga petani lebih banyak membebankan pekerjaan produktifnya kepada perempuan atau istri.

Kegiatan Sosial Kemasyarakatan

Kegiatan sosial kemasyarakatan merupakan kegiatan di mana individu sebagai anggota masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan sosial politik di masyarakatnya, seperti gotong-royong atau pemilihan kepala desa. Rumah tangga petani rumah tangga petani melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan diantaranya pertemuan antar Desa, arisan, selamatan, pengajian dan kegiatan kelompok tani. Tabel 13 menjelaskan secara lebih rinci pembagian kerja sosial kemasyarakatan rumah tangga petani.

Tabel 13 Pola pembagian kerja sosial kemasyarakatan rumah tangga petani di Desa Cipelang, 2016

No Kegiatan Sosial Kemasyarakatan

Laki-laki Perempuan Bersama

n % n % n %

1 Pertemuan antar Desa 20 66,70 3 10,00 7 23,30

2 Arisan 1 3,30 23 76,70 6 20,00

3 Selamatan 12 40,00 2 6,70 16 53,30

4 Pengajian 6 20,00 8 26,70 16 53,30

5 Kegiatan kelompok

tani 23 76,70 1 3,30 6 20,00

Tabel 13 menunjukkan bahwa pembagian kerja sosial kemasyarakatan pada rumah tangga petani cukup variatif. Pada kegiatan pertemuan antar Desa persentase tertinggi terdapat pada laki-laki sebesar 66,70 persen. Pada kegiatan arisan persentase tertinggi pada perempuan sebesar 76,70 persen. Kegiatan selamatan dan pengajian memiliki persentase tertinggi pada kategori bersama sebesar 53,30 persen. Kegiatan kelompok tani memiliki persentase tertinggi pada Tabel 12 Jumlah dan persentase tingkat kesetaraan pola pembagian kerja

produktif rumah tangga petani di Desa Cipelang, 2016 Kategori

Jumlah Rumah Tangga

Petani %

Istri< Suami 13 43,30

Istri> Suami 9 30,00

Istri = Suami 8 26,70

laki-laki sebesar 76,70 persen. Fakta ini diperkuat dengan penuturan salah satu informan:

“Kalau ada rapat di desa banyaknya mah bapak-bapak. Ibu-ibunya mah jarang ada yang ikutan. Tapi kalau ada hajatan, pengajian ibu-

ibu nya rame.” (MN)

Tabel 14 Jumlah dan persentase tingkat kesetaraan pola pembagian kerja sosial kemasyarakatan rumah tangga petani di Desa Cipelang, 2016

Kategori Jumlah Rumah Tangga Petani %

Istri< Suami 11 36,70

Istri> Suami 10 33,30

Istri = Suami 9 30,00

Total 30 100,00

Tabel 14 menunjukkan tingkat kesetaraan dalam pola pembagian kerja sosial kemasyarakatan. Pola pembagian kerja ini cenderung rata persentasenya seperti yang terlihat dalam tabel, namun persentase tertinggi sebesar 36,7 persen menunjukkan bahwa kerja sosial kemasyarakatan lebih banyak dilakukan oleh suami daripada istri. Fakta ini diperkuat dengan penuturan salah satu informan:

“Kalau ada acara lebih sering bapak yang hadir. Ibu mah banyak dirumah ngurus kerjaan rumah, masak dan laen-laen makanya suka bapak aja yang hadir.” (Y)

KESETARAAN GENDER DI RUMAH TANGGA PETANI

Dokumen terkait