PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PEKERJA OUTSOURCING DI CV MULIA DHARMA
C. Hubungan Hukum Antara Karyawan Outsourcing CV Mulia Dharma Dengan Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Outsourcing
Tenaga kerja/buruh yang dipekerjakan dan dikelola oleh CV. Mulia Dharma adalah karyawan CV. Mulia Dharma, bukan karyawan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing dalam hal ini PT. Jaya Beton Indonesia. Walaupun tenaga kerja/buruh adalah karyawan CV. Mulia Dharma namun tenaga kerja/buruh adalah karyawan tidak tetap dalam hal ini tenaga kerja/buruh adalah pekerja harian lepas66
66
Sebagaimana tercantum dalam Surat Pernyataan sebagai dasar perjanjian kerja antara CV Mulia Dharma dengan tenaga kerja/buruh
. Tenaga kerja/buruh diangkat menjadi karyawan dengan terlebih dahulu membuat surat pernyataan yang berisi permohonan si tenaga kerja/buruh untuk diterima bekerja di perusahaan CV. Mulia Dharma sebagai pekerja harian lepas, dimana surat pernyataan ini dianggap sebagai suatu bentuk perjanjian kerja tertulis yang menjadi landasan hubungan kerja antara tenaga kerja/buruh dengan CV. Mulia Dharma. Tenaga kerja/buruh memperoleh hak-
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
haknya dari CV. Mulia Dharma bukan dari PT. Jaya Beton Indonesia sebagai perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing
Tenaga kerja/buruh dalam melaksanakan pekerjaannya harus berpegang teguh dan tidak boleh melanggar peraturan dan kedisiplinan kerja, dimana peraturan kerja itu berasal dari CV. Mulia Dharma, bukan dari PT. Jaya Beton Indonesia. PT. Jaya Beton Indonesia hanya mengawasi proses produksi dari pembuatan tiang pancang beton yang menjadi objek pekerjaan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses produksi. Apabila tenaga kerja/buruh melanggar peraturan yang ditetapkan oleh CV. Mulia Dharma ataupun tenaga kerja/buruh melakukan tindakan kriminal semisal mencuri atau berkelahi dengan sesama pekerja maka sanksinya adalah diberhentikan sebagai karyawan CV. Mulia Dharma dan akan dilaporkan kepada pihak yang berwajib (dalam hal melakukan tindakan kriminal).
Dari kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa tenaga kerja/buruh outsourcing yang dipekerjakan dan dikelola oleh CV. Mulia Dharma tidak memiliki hubungan hukum dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing dalam hal ini PT. Jaya Beton Indonesia, walaupun tenaga kerja/buruh melakukan pekerjaannya di lokasi perusahaan pengguna jasa tenaga kerja dan melakukan pekerjaan yang sebenarnya adalah pekerjaan inti dari perusahaan pengguna jasa tenaga kerja yaitu pembuatan tiang pancang beton. Tenaga kerja/buruh baru dapat dikatakan memiliki hubungan hukum dengan PT. Jaya Beton Indonesia apabila hubungan kerja dilakukan dalam bentuk perjanjian kerja tertulis Kenyataan bahwa tenaga kerja/buruh hanya memiliki hubungan hukum dengan CV. Mulia Dharma sebagai perusahaan penyalur tenaga kerja dan tidak
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
memiliki hubungan hukum dengan PT. Jaya Beton Indonesia selaku perusahan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing juga ditegaskan dalam surat perjanjian borongan kerja pembuatan tiang pancang beton (PC. PILE) No. 045/JBI- MD/PILE/VI/2007 pada tanggal 02 Juni 2007 antara PT. Jaya Beton Indonesia sebagai pihak PERTAMA (I) dengan CV. Mulia Dharma sebagai pihak KEDUA (II), yaitu dalam67
67
Pasal 4 angka 2;6;7;8;11; dan 13 Surat Perjanjian Borongan Kerja Pembuatan Tiang Pancang Beton (PC. PILE) No. : 045/JBI-MD/PILE/VI/2007 antara PT. Jaya Beton Indonesia dengan CV. Mulia Dharma
:
Pasal 4 angka 2 (dua) : Pihak KEDUA (II) harus menyiapkan tenaga kerja guna memproduksi tiang pancang beton minimum 56 (lima puluh enam) orang untuk manual forming dan minimum 46 (empat puluh enam) orang untuk semi automatic forming;
Pasal 4 angka 6 (enam) : Pihak KEDUA (II) harus menyeleksi tenaga kerja yang digunakan untuk pekerjaan borongan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku serta bertanggung jawab untuk pembinaan mental dan moral para tenaga kerja agar bekerja loyal dan disiplin;
Pasal 4 angka 7 (tujuh) : Pihak KEDUA (II) wajib menindak/memberhentikan tenaga kerja yang melanggar peraturan perusahaan pihak KEDUA (II) maupun pelanggaran hukum yang berlaku di Indonesia;
Pasal 4 angka 8 (delapan) : Pihak KEDUA (II) harus menyediakan minimum 1 (satu) orang tenaga pengawas pada masing-masing shift sebagai wakil pihak KEDUA (II) yang bertanggung jawab untuk mengatur tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerja seperti pada pasal 1;
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Pasal 4 angka 11 (sebelas) : Pihak KEDUA (II) bertanggung jawab atas semua hak-hak tenaga kerjanya seperti upah, Astek, THR, pesangon, dll, sesuai dengan peraturan Departemen Tenaga Kerja yang berlaku di Indonesia;
Pasal 4 angka 13 (tiga belas) : Pihak PERTAMA (I) tidak bertanggung jawab atas pesangon pekerja pihak KEDUA (II) apabila surat perjanjian ini berakhir.
Dari pasal-pasal dalam surat perjanjian borongan kerja pembuatan tiang pancang beton tersebut di atas dapat dilihat bahwa pihak PT. Jaya Beton Indonesia selaku perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab atas perekrutan tenaga kerja, penyeleksian tenaga kerja, pengaturan dan pemberian sanksi bagi tenaga kerja, dan pemenuhan hak-hak tenaga kerja kepada CV. Mulia Dharma sebagai perusahaan penyalur tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan sama sekali tidak ada hubungan hukum antara karyawan CV. Mulia Dharma dengan PT. Jaya Beton Indonesia
D. Hubungan Hukum antara CV. Mulia Dharma dengan Perusahaan
Pengguna Jasa Tenaga Kerja Outsourcing
Kerjasama antara CV. Mulia Dharma dengan PT. Jaya Beton Indonesia sudah dilakukan sejak awal CV. Mulia Dharma berdiri, yaitu sejak tahun 2001. Perjanjian pemborongan pekerjaan yang menjadi dasar hubungan hukum antara CV. Mulia Dharma sebagai perusahaan penyalur tenaga kerja dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing, yaitu PT. Jaya Beton Indonesia terjadi dan dilakukan secara tertulis dalam bentuk surat perjanjian borongan kerja pembuatan tiang pancang beton (PC. PILE). Hal ini sudah sesuai dengan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
ketentuan dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003, dimana dalam Pasal 65 ayat (1) dinyatakan bahwa penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
Surat perjanjian borongan kerja ini berlaku selama lebih kurang 1 (satu) tahun, dan setiap tahun diperpanjang. Apabila terjadi keterlambatan perpanjangan surat perjanjian borongan kerja maka akan dilakukan amandemen atau perubahan yang mengacu kepada surat perjanjian borongan kerja sebelumnya. Apabila masa berlaku surat perjanjian borongan kerja antara CV. Mulia Dharma dengan PT. Jaya Beton Indonesia telah berakhir, biasanya langsung diperpanjang kembali, sepanjang PT. Jaya Beton Indonesia masih berminat untuk melanjutkan kerjasama, disebabkan karena sampai saat ini CV. Mulia Dharma hanya menjalin kerjasama dengan PT. Jaya Beton Indonesia saja.
Surat perjanjian borongan kerja pembuatan tiang pancang beton (PC. PILE) sebagai bentuk perjanjian pemborongan pekerjaan yang menjadi dasar hubungan hukum antara CV. Mulia Dharma dengan PT. Jaya Beton Indonesia terdiri dari 7 (tujuh) pasal, yaitu:
1. Pasal 1 (satu) yang mengatur tentang ruang lingkup pekerjaan; 2. Pasal 2 (dua) yang mengatur tentang jumlah upah borong kerja; 3. Pasal 3 (tiga) yang mengatur tentang target produksi;
4. Pasal 4 (empat) yang mengatur tentang tanggung jawab masing-masing pihak;
5. Pasal 5 (lima) yang mengatur tentang keselamatan kerja; 6. Pasal 6 (enam) yang mengatur tentang perselisihan dan;
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
7. Pasal 7 (tujuh) sebagai penutup.
Surat perjanjian borongan kerja ini juga disertai dengan surat kesepakatan upah borong produksi tiang pancang antara PT. Jaya Beton Indonesia dengan CV. Mulia Dharma yang mengatur mengenai besaran upah borong produksi tiang pancang yang harus dibayarkan PT. Jaya Beton Indonesia kepada CV. Mulia Dharma dan juga disertai dengan lampiran surat perjanjian borongan kerja pembuatan tiang pancang beton (PC. PILE) yang merupakan kesatuan yang terikat dengan surat perjanjian borongan kerja pembuatan tiang pancang beton (PC. PILE).
Pemborongan pekerjaan oleh PT. Jaya Beton Indonesia kepada CV. Mulia Dharma dilakukan dalam bentuk perjanjian pemborongan pekerjaan secara tertulis yang sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang No 13 Tahun 2003. Dengan demikian dapat dilihat dengan jelas hubungan hukum antara CV. Mulia Dharma dengan PT. Jaya Beton Indonesia. Namun perjanjian pemborongan pekerjaan antara CV. Mulia Dharma dengan PT. Jaya Beton Indonesia ini bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yaitu ketentuan Pasal 65 ayat (2) dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 220 Tahun 2004 yang berbunyi:
Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan;
2. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan;
3. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
memperlancar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan alur kegiatan kerja perusahaan pemberi pekerjaan; dan
4. tidak menghambat proses produksi secara langsung artinya kegiatan tersebut adalah merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana biasanya.
Dan juga bertentangan dengan ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa:
“Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi”
Pekerjaan yang diborongkan oleh PT. Jaya Beton Indonesia kepada CV. Mulia Dharma adalah merupakan pekerjaan inti di PT. Jaya Beton Indonesia, dimana tiang pancang beton adalah hasil utama dari PT. Jaya Beton Indonesia. Pembuatan tiang pancang beton bukanlah kegiatan penunjang perusahaan melainkan kegiatan utama sehingga apabila kegiatan pembuatan tiang pancang beton dihentikan, maka otomatis kegiatan PT. Jaya Beton Indonesia akan berhenti. Tenaga kerja/buruh dari CV. Mulia Dharma dipekerjakan untuk memproduksi tiang pancang beton yang merupakan hasil utama dari PT. Jaya Beton Indonesia, dimana seharusnya tenaga kerja/buruh dari CV. Mulia Dharma berdasarkan ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 hanya boleh dipekerjakan untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa dalam hubungan kerjasama dan hubungan hukum antara CV. Mulia Dharma sebagai perusahaan penyalur tenaga kerja dan PT. Jaya Beton Indonesia sebagai perusahaan pengguna
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
jasa tenaga kerja outsourcing terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menganalisa dan menguraikan hal-hal yang menyangkut Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai inti sari dari skripsi ini, yaitu:
1. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan tidak menyebutkan secara tegas mengenai istilah dari outsourcing. Outsourcing dalam undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku saat ini yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 diartikan sebagai pemborongan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
pekerjaan dan penyediaan jasa tenaga kerja, yang diatur dalam Pasal 64, Pasal 65 dan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Pemborongan pekerjaan hanya dapat dilakukan pada pekerjaan yang dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; pekerjaan yang dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; pekerjaan yang merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan pekerjaan yang tidak menghambat proses produksi secara langsung. Sedangkan tenaga kerja/buruh dari perusahaan penyediaan jasa tenaga kerja hanya dapat dipekerjakan untuk melakukan kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Walaupun pada keadaan tertentu sulit untuk mendefinisikan/menentukan jenis pekerjaan yang dikategorikan penunjang oleh karena perbedaan persepsi dan adakalanya juga dilatarbelakangi oleh kepentingan yang diwakili untuk memperoleh keuntungan dari kondisi tersebut, Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan sudah cukup mengatur mengenai penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing).
2. Antara tenaga kerja Outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja Outsourcing tidak memiliki hubungan kerja secara langsung, baik dalam bentuk perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) maupun perjanjian kerja waktu tak tertentu (PKWTT), hubungan kerja yang terjadi adalah hubungan kerja antara karyawan outsourcing dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (perusahaan outsourcing) sehingga hubungan hukum yang ada adalah antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
(perusahaan outsourcing) dengan perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh (perusahaan pengguna jasa outsourcing), berupa perjanjian penyediaan pekerja atau pemborongan pekerjaan.
3. Tenaga kerja/buruh outsourcing yang bekerja di CV. Mulia Dharma tidak mendapatkan banyak perlindungan dan jaminan hukum. Tenaga kerja/buruh dalam proses perekrutannya hanya melalui selembar surat pernyataan yang tidak memenuhi syarat sebagai sebuah perjanjian kerja tertulis sebagaimana diatur dalam pasal 54 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Surat pernyataan tersebut tidak mencantumkan jenis pekerjaan, jangka waktu berlakunya surat pernyataan tersebut, dan tidak mencantumkan besaran upah dan cara pembayarannya, sehingga dapat dikatakan bahwa antara tenaga kerja/buruh dengan CV. Mulia Dharma tidak memiliki suatu perjanjian kerja yang menjadi landasan dari suatu hubungan kerja yang sah dan berkekuatan hukum. Walaupun demikian, pihak CV. Mulia Dharma masih beritikad baik dengan tetap memperhatikan hak-hak dasar tenaga kerja/buruh berupa pemberian upah setiap bulannya, upah lembur, uang tunjangan, uang kerajinan, dan melindungi tenaga kerja/buruh dari kecelakaan kerja dengan mengikutsertakan setiap tenaga kerja/buruh dalam asuransi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah:
1. Pengaturan penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 berikut peraturan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
pelaksananya yang sudah dapat memberikan kepastian hukum dan sekaligus memberikan perlindungan bagi tenaga kerja/buruh hendaknya diikuti dengan pengawasan dari pengawas ketenagakerjaan dan pengawasan dari masyarakat untuk menjamin terlaksananya secara baik sehingga tujuan untuk melindungi tenaga kerja/buruh dapat tercapai. Namun yang paling penting adalah adanya kesadaran dan itikad baik dari semua pihak yang terlibat dalam praktek outsourcing ini karena bagaimanapun ketatnya pengawasan, tanpa adanya kesadaran dan itikad baik semua akan menjadi sia-sia dan perlindungan bagi tenaga kerja/buruh hanyalah merupakan impian.
2. Hendaknya dibuat suatu peraturan pelaksana yang didalamnya
menyebutkan secara tegas tentang kualifikasi dari suatu pekerjaan tambahan/penunjang atau kegiatan tambahan/penunjang sehingga tidak menimbulkan perbedaan persepsi mengenai bentuk kegiatan inti dan kegiatan penunjang yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari perbedaan persepsi tersebut yang pada akhirnya akan merugikan tenaga kerja/buruh.
3. Bagi setiap perusahaan didalam melakukan perekrutan tenaga kerja/buruh hendaknya melakukannya sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur oleh undang-undang dalam hal ini Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, yaitu melalui suatu perjanjian kerja tertulis yang setidak-tidaknya memenuhi ketentuan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, sehingga tercipta suatu hubungan kerja yang sah dan berkekuatan hukum, yang dapat memberikan jaminan dan rasa aman bagi tenaga kerja/buruh.
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009