Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING)
DALAM UNDANG – UNDANG (Study di CV Mulia Dharma)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
LAZARUS D BRAHMANA
NIM : 030200176
Departemen : Hukum Administrasi Negara Program Kekhususan : Hukum Perburuhan
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING)
DALAM UNDANG – UNDANG (Study di CV Mulia Dharma)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
LAZARUS D BRAHMANA
NIM : 030200176
Departemen : Hukum Administrasi Negara Program Kekhususan : Hukum Perburuhan
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
Dr. Pendastaren Tarigan, SH.MS NIP. 131410462
Dosen Pembimbing I / Dosen Pembimbing II Ka. Prog. Studi Hukum Perburuhan
Kelelung Bukit, SH Dr. Agusmidah, SH, MHum NIP. 130365211 NIP. 132299345
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
2. Manfaat Penulisan 5
D. Keaslian Penulisan 6
E. Tinjauan Kepustakaan 7
F. Metode Penelitian 11
G. Sistematika Penulisan 12
BAB II : PERLINDUNGAN ATAS PEKERJA/BURUH 15
A. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut 15 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
B. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 16 C. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut
Perspektif Hak Asasi Manusia Tentang Kerja 24
D. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja 26
BAB III LANDASAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING) BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU 28
A. Pengertian Penyerahan Sebagian Pekerjaan
Pada Pihak Lain (Outsourcing) 28
B. Perbedaan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain
(Outsourcing) dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu 31 C. Pengaturan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
1. KUH PERDATA 36
2. Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 39
3. Kepmennakertrans No.220/MEN/X/2004. 41
D. Hubungan Hukum Antara Tenaga Kerja Outsourcing Dengan Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Outsourcing 44
BAB IV PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PEKERJA
OUTSOURCING DI CV MULIA DHARMA 50
A. Deskripsi Singkat CV Mulia Dharma 50
B. Pengaturan Hak Tenaga Kerja Outsourcing
di CV Mulia Dharma 51
1. Hubungan Kerja Antara CV. Mulia Dharma Dengan
Tenaga Kerja/Buruh 54
2. Hak Tenaga Kerja/Buruh di CV. Mulia Dharma 58
C. Hubungan Hukum antara Karyawan Outsourcing CV Mulia Dharma dengan Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja
Outsourcing 60
D. Hubungan Hukum antara CV Mulia Dharma dengan Perusahaan Pengguna Jasa Tenaga Kerja Outsourcing 63
E. Kendala-Kendala Dalam PerlindunganDan Jaminan Hukum Bagi Tenaga Kerja Outsourcing 67
BAB V PENUTUP 69
A. Kesimpulan 69
B. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 73
LAMPIRAN
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah maka penulis dapat menjalani perkuliahan sampai pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi yang berjudul
“ Perlindungan dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak
Lain (Outsourcing) Dalam Undang-Undang (Study di CV. Mulia Dharma) “
merupakan salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan program studi sarjana
di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua penulis yang sangat penulis sayangi, yang menyayangi penulis
dengan sepenuh hati, memperhatikan dan memenuhi segala kebutuhan
penulis, memberi semangat kepada penulis, begitu juga kepada
kakak-kakak penulis yang selalu memotivasi penulis agar selalu semangat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS selaku Ketua Departemen
Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Kelelung Bukit, SH selaku Ketua Jurusan Program Kekhususan
Hukum Perburuhan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
membimbing penulis dan memberi banyak masukan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Dr. Agusmidah, SH, MHum, selaku dosen pembimbing II penulis
yang telah bersabar dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis
dan memberi banyak masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS selaku dosen wali penulis selama
mengawali perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Ismail, SH, selaku pemegang stambuk 2003 yang selama ini telah
banyak membantu penulis dalam pengurusan administrasi kampus.
8. Bapak dan ibu dosen serta seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan
administrasi penulis selama mengikuti perkuliahan hingga menyelesaikan
skripsi ini.
9. Bapak Muliadi selaku Direktur CV. Mulia Dharma yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan riset di perusahaan beliau.
10.Bapak Sumarno selaku Wakil Direktur CV. Mulia Dharma yang telah
memberi keterangan dan penjelasan kepada penulis dalam melakukan riset
di CV. Mulia Dharma.
11.Teman-teman kuliah sesama Stambuk 2003, John dan Edi yang telah
memberikan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.
12.Teman-teman sesama jurusan hukum perburuhan, Nova dan Rondi yang
membantu proses penulisan skripsi penulis dengan memberikan bahan dan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun
penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan berpikir bagi setiap orang yang membaca. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih
Medan, Desember 2008
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
PERLINDUNGAN DAN JAMINAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING)
DALAM UNDANG – UNDANG (Study di CV Mulia Dharma)
Abstrak
Lazarus Denada Brahmana 1
*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU Stb 2003 **) Dosen Fakultas Hukum USU, Pembimbing I ***) Dosen Fakultas Hukum USU, Pembimbing II
) Kelelung Bukit, SH **)
Dr. Agusmidah, SH, MHum ***)
Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang demikian cepat membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat dan terjadi di semua lini. Lingkungan yang sangat kompetitif ini menuntut dunia usaha untuk menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang memerlukan respons yang cepat dan fleksibel dalam meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan. Untuk itu diperlukan suatu perubahan struktural dalam pengelolaan usaha dengan memperkecil rentang kendali manajemen, dengan memangkas sedemikian rupa sehingga dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan produktif. Outsourcing atau menyerahkan sebagian pekerjaan kepada pihak lain dianggap sebagai jalan keluar yang efektif.
Dalam skripsi ini penulis membahas tentang beberapa hal, pertama, bagaimana sistem penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (Outsourcing) diatur dalam Undang – Undang Ketenagakerjaan yang berlaku saat ini, kedua, bagaimana hubungan hukum antara tenaga kerja Outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja Outsourcing, dan untuk lebih melengkapi skripsi ini penulis melakukan penelitian di CV. Mulia Dharma untuk mengetahui bagaimana perlindungan dan jaminan hukum yang diperoleh tenaga kerja Outsourcing di CV. Mulia Dharma
Dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang Ketenagakerjaan yang berlaku saat ini, yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, telah cukup mengatur tentang penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) walaupun masih memiliki beberapa kelemahan yang harus disempurnakan lagi. Hubungan hukum antara tenaga kerja outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja
outsourcing dapat dikatakan tidak ada, dimana hubungan hukum yang ada adalah
hubungan hukum antara perusahaan penyedia jasa tenaga kerja outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing. Dalam penelitian yang dilakukan di CV. Mulia Dharma ditemukan pelanggaran-pelanggaran terkait dengan bentuk kontrak kerja, jumlah upah, dan jaminan sosial bagi tenaga kerja/buruh yang tidak dipenuhi oleh CV. Mulia Dharma.
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Ketenagakerjaan (UUK) yang berlaku di Indonesia saat
ini yaitu Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tidak menyebutkan secara tegas
mengenai istilah outsourcing. Tetapi pengertian dari outsourcing ini sendiri dapat
dilihat dalam ketentuan pasal 64 Undang-Undang Ketenagakerjaan yang isinya
menyatakan bahwa penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain adalah suatu
perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja dimana
perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara
tertulis. Sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 64 Undang-Undang No 13 Tahun
2003 yaitu:
“Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis”2
Sejak Undang-Undang No 13 Tahun 2003 efektif berlaku, secara massif
terjadi gerakan pergantian status pekerja dari pekerja tetap menjadi pekerja
kontrak, melalui sistem penyerahan sebagian pekerjaan kepada pihak lain atau
yang lebih populer dengan sebutan Outsourcing. Trend ini terutama terjadi pada
2
Pasal 64 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
industri besar padat karya yang memproduksi garment, sepatu, elektronik dan
makanan. Sistem penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain atau
Outsourcing yang diatur dalam pasal 64-66 Undang-Undang No 13 Tahun 2003
menjadi dasar hukum bagi perusahaan untuk mengganti buruh tetap menjadi
buruh kontrak. Menjadi persoalan bagi buruh ketika penggantian status pekerja
tersebut dilakukan tanpa mengikuti prosedur yang ada sehingga para buruh
tersebut kehilangan hak-hak dasar nya sebagai tenaga kerja/buruh sebagaimana
tercantum dalam Bab X Undang-Undang No 13 Tahun 2003 khususnya pada
Paragraf 4 tentang Waktu kerja, Paragraf 5 bagian kedua tentang Pengupahan dan
bagian ketiga tentang Kesejahteraan3
1. Kegiatan yang secara tradisional dilakukan di dalam perusahaan .
Dimana untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi
perusahaan menerapkan sistem Outsourcing pada kegiatan pokok atau kegiatan
yang berhubungan langsung dengan proses produksi yaitu:
2. Kegiatan yang bersifat kritis terhadap kinerja bisnis
3. Kegiatan yang menciptakan keunggulan kompetitif baik sekarang maupun
di waktu yang akan datang
4. Kegiatan yang akan mendorong pengembangan yang akan datang, inovasi
atau peremajaan kembali4
Dimana seharusnya penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain atau
Outsourcing hanya boleh dilakukan untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan
3
Artikel “Fleksibilitas Kerja dan Kesejahteraan Buruh”, Indrasari Tjandraningsih,
4
Terkutip dalam JURNAL HUKUM, Pan Mohamad Faiz, Outsourcing (ALIH DAYA) dan Pengelolaan Tenaga Kerja Pada Perusahaan (Tinjauan Yuridis Terhadap Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan),
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi sebagaimana
disebutkan dalam penjelasan pasal 66 Undang-Undang No 13 Tahun 2003, yaitu :
“Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan. Kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan (cleaning service),usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering), usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh”5
perdamaian abadi dan keadilan sosial berdasarkan Pancasila”
Keadaan pekerja/buruh yang hak-haknya diabaikan oleh pengusaha yang
seolah-olah mendapatkan pembenaran dan justifikasi dari pemerintah melalui
Undang-Undang Ketenagakerjaan yang mengijinkan sistem penyerahan sebagian
pekerjaan pada pihak lain (Outsourcing), ini sangat bertentangan dengan jiwa dan
semangat dari Pembukaan UUD 1945 dan pasal 27 (2) UUD 1945 dan
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dimana Pembukaan UUD
1945 menyatakan bahwa :
“Negara Indonesia melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
6
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”
Kemudian dalam pasal 27(2) UUD 1945 menyatakan bahwa:
7
Dari amanat para pendiri Republik dapat kita pahami bahwa tujuan
pembangunan ketenagakerjaan adalah menciptakan lapangan pekerjaan bagi
warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak.
5
Penjelasan Pasal 66 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
6
Paragraf 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
7
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Juga Undang-Undang Ketenagakerjaan sebagai penjabaran dari UUD
1945 dan TAP MPR, telah mengatur perlindungan terhadap hak-hak pekerja,
antara lain:
1. Hak atas upah yang layak
2. Hak perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk hak
istirahat dan cuti
3. Hak atas PHK
4. Hak untuk mogok kerja, dan sebagainya8
Dalam praktek penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain
(Outsourcing), hak-hak tersebut merupakan sesuatu yang sangatlah sulit untuk
didapat oleh para pekerja Outsourcing. Karena status pekerja Outsourcing adalah
pekerja pada PT.A, tapi harus bekerja pada PT.B dengan waktu kerja: 6 bulan, 1
tahun atau 2 tahun.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini
sebagai kerangka acuan dalam pembahasan selanjutnya sehingga diharapkan
uraian dan kesimpulan yang diperoleh pada akhir penulisan dapat mudah dicerna
dan dipahami.
Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
8
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
1. Bagaimana sistem penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain
(Outsourcing) diatur dalam Undang – Undang Ketenagakerjaan yang
berlaku saat ini?
2. Bagaimana hubungan hukum antara tenaga kerja Outsourcing dengan
perusahaan pengguna jasa tenaga kerja Outsourcing?
3. Bagaimana perlindungan dan jaminan hukum yang diperoleh tenaga kerja
Outsourcing di CV MULIA DHARMA
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana sistem penyerahan sebagian pekerjaan
pada pihak lain (Outsourcing) diatur dalam Undang – Undang
Ketenagakerjaan yang berlaku saat ini.
b. Untuk mengetahui bagaimana hubungan hukum antara tenaga kerja
Outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja
Outsourcing
c. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan dan jaminan hukum yang
diperoleh tenaga kerja Outsourcing di CV MULIA DHARMA
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini di samping tujuan sebagaimana telah
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
a. Secara Teoritis
Pembahasan terhadap permasalahan – permasalahan sebagaimana
diuraikan di atas diharapkan akan menimbulkan pemahaman dan pengertian baru
bagi pembaca mengenai Perlindungan dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian
Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang-Undang. Penulisan
skripsi ini adalah untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, menambah dan
melengkapi perbendaharaan dan koleksi karya ilmiah serta memberikan kontribusi
pemikiran yang menyoroti dan membahas mengenai Perlindungan dan Jaminan
Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) dalam
Undang – Undang.
b. Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para
pembaca, para praktisi, para tenaga kerja, para pengusaha serta pemerintah agar
tidak lepas tangan terhadap kehidupan para tenaga kerja namun memberikan
jaminan kehidupan dan kepastian hukum bagi para tenaga kerja khususnya bagi
tenaga kerja Outsourcing, dan juga bagi pengusaha agar memahami perlunya
untuk memperhatikan kehidupan para tenaga kerjanya dalam setiap hubungan
kerja yang ada di Indonesia dan tidak hanya memperhatikan keuntungan yang
sangat besar bagi para pengusaha.
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang pengetahuan penulis, “Perlindungan dan Jaminan Hukum
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Undang (Study di CV Mulia Dharma)” yang diangkat menjadi judul skripsi ini
belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Topik permasalahan ini sengaja dipilih dan dibahas oleh penulis oleh
karena berdasarkan pengamatan penulis, topik permasalahan ini semakin hari
semakin menghangat dan prakteknya semakin banyak terjadi dalam masyarakat.
Penulisan skripsi ini dilakukan oleh penulis berdasarkan hasil pemikiran penulis
sendiri. Skripsi ini belum pernah ada yang membuat. Kalaupun sudah ada, penulis
yakin bahwasanya substansi pembahasannya adalah berbeda. Dengan demikian
maka keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
E. Tinjauan Kepustakaan
Imam Soepomo memberikan definisi hukum ketenagakerjaan/perburuhan
sebagai himpunan peraturan-peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang
berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah9
Mr Molenaar memberikan definisi hukum perburuhan sebagai suatu
bagian dari hukum yang berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara
buruh dengan majikan, antara buruh dengan buruh, dan antara buruh dengan
penguasa
.
10
9
Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1992, hal 3
10
C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 1998, hal 298
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Abdul Khakim memberikan definisi hukum ketenagakerjaan sebagai suatu
peraturan hukum yang mengatur mengenai hubungan kerja antara pekerja/buruh
dan pengusaha/majikan dengan segala konsekuensinya11
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja menyebutkan bahwa “Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat” .
Pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah kerja. Hal ini
berarti menyangkut masalah tenaga kerja.
Tenaga Kerja dalam pengertian hidup bermasyarakat diartikan sebagai
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Namun
sebagian masyarakat juga berpendapat bahwa tenaga kerja merupakan setiap
orang laki-laki atau perempuan yang berumur 15 tahun keatas yang sedang dalam
dan atau akan melakukan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja
guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat.
12
11
Abdul Khakim, Op Cit, hal 5
12
Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja
memberikan pengertian pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain13
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pada
Pasal 1 Butir (2) menyebutkan bahwa “Tenaga Kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasikan barang dan jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat” .
14
Dr. Payaman Simanjuntak menyatakan bahwa “Tenaga Kerja (man power)
adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan,
dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah
tangga”, secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja
menurutnya hanya dibedakan berdasarkan batas umur
, dalam hal ini berarti
setiap orang tanpa terkecuali baik pria maupun wanita selama mereka mampu
melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat termasuk tenaga kerja.
Seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) macam yaitu melaksanakan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan melakukan
pekerjaan untuk dilaksanakan dalam suatu hubungan kerja, yang mana si pekerja
mengharapkan upah dari orang lain yang bertindak sebagai pemberi kerja,dibawah
perintah orang lain dan hasilnya pun bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk
orang lain.
15
13
Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja
14
Pasal 1 Butir 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
15
Sendjun H. Manulang, S.H., Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal 24
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-06/MEN/1990 tentang
Kewajiban Pengusaha Untuk Membuat, Memiliki dan Memelihara Buku Upah,
menyatakan bahwa “Tenaga Kerja ialah orang yang bekerja pada pengusaha
dengan menerima upah”16
Hubungan kerja adalah kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa
seseorang secara terus menerus dalam waktu tertentu dan secara teratur demi
kepentingan orang yang memerintahkannya (pengusaha/majikan) sesuai dengan
perjanjian kerja yang telah disepakati bersama .
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-06/MEN/1990 tentang
Kewajiban Pengusaha Untuk Membuat, Memiliki dan Memelihara Buku Upah,
menyatakan bahwa yang termasuk tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja,
tidak ditentukan jenis pekerjaannya dan mereka mendapatkan upah atas pekerjaan
yang mereka lakukan.
Dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat beberapa peristilahan
mengenai tenaga kerja, misalnya ada yang menyebutnya buruh, karyawan,
pembantu atau pegawai namun sesungguhnya dapat dipahami bahwa maksud dari
semua peristilahan tersebut adalah sama, yaitu orang yang bekerja pada orang lain
dan mendapat upah sebagai imbalannya.
17
Hubungan kerja adalah sebagai pelaksana dari perjanjian kerja yang telah
dijalin oleh seorang tenaga kerja/buruh dengan pihak pengusaha, dimana dalam .
16
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER-06/MEN/1990 Tentang Kewajiban Pengusaha Untuk Membuat, Memiliki dan Memelihara Buku Upah
17
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
hubungan kerja ini masing-masing pihak memperoleh hak-hak dan harus
menjalankan kewajiban-kewajiban tertentu18
Metode penulisan skripsi ini dilakukan dengan pendekatan data secara
studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder berupa bahan-bahan hukum
primer yakni berupa Norma atau kaedah dasar, yakni Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945; Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja; Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh; Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2004 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu; Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2004 Tentang Tata Cara
Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh; Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 220 Tahun 2004 Tentang .
Pemborongan kerja adalah sebuah perjanjian, dimana pemborong
mengikat diri untuk membuat suatu kerja tertentu bagi pihak lain yang
memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan pihak yang lain yang
memborongkan mengikatkan diri untuk memborongkan pekerjaan kepada pihak
pemborong dengan bayaran tertentu. Perjanjian pemborongan kerja antara
pemborong dengan pihak yang memborongkan akan berakhir apabila obyek
perjanjian telah selesai dikerjakan.
F. Metode Penelitian
18
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan
Lain.
Sementara itu untuk melengkapi bahan hukum primer dilakukan juga
pengumpulan data atas bahan hukum sekunder, yaitu Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah; Penjelasan
Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh; dan Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Selain itu juga dilakukan pengumpulan data atas data-data sekunder
lainnya yang meliputi buku-buku, majalah, surat kabar, jurnal, situs internet
maupun bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini
Untuk lebih menyempurnakan skripsi ini, selain melakukan pendekatan
data secara studi kepustakaan, dilakukan juga pengumpulan data primer, dimana
pengumpulan data primer ini dilakukan di CV Mulia Dharma yang terletak dalam
wilayah administrasi pemerintahan kota Medan. Pengumpulan data primer ini
dilakukan melalui wawancara langsung kepada wakil direktur CV Mulia Dharma.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab
dibagi atas beberapa sub bab yang disesuaikan dengan kebutuhan pembahasan
dalam bab tersebut. Urutan bab tersebut tersusun secara sistematik dan saling
berkaitan satu dengan yang lainnya.
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, yaitu sebagai berikut :
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
latar-belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II berjudul Perlindungan Atas Pekerja/Buruh. Bab II ini dibagi atas
beberapa sub bab, yakni perlindungan atas pekerja/buruh menurut
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, perlindungan atas pekerja/buruh menurut
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dan
perlindungan atas pekerja/buruh menurut perspektif ham tentang kerja.
Bab III berjudul Landasan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada
Pihak Lain (Outsourcing) Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Yang
Berlaku. Bab III ini dibagi atas beberapa sub bab, yakni pengertian penyerahan
sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing), perbedaan penyerahan sebagian
pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) dengan perjanjian kerja waktu tertentu,
pengaturan penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) menurut
beberapa peraturan yaitu KUH Perdata, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, dan
Kepmennakertrans No.101/MEN/VI/2004, dan sub bab berikutnya yaitu
hubungan hukum antara tenaga kerja outsourcing dengan perusahaan pengguna
jasa tenaga kerja outsourcing.
Bab IV berjudul Perlindungan Dan Jaminan Hukum Pekerja Outsourcing
Di CV Mulia Dharma. Bab IV ini dibagi atas beberapa sub bab, yakni deskripsi
singkat cv mulia abadi, pengaturan hak tenaga kerja outsourcing di cv mulia
dharma, hubungan hukum antara tenaga kerja outsourcing di cv mulia dharma
dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja outsourcing dan hubungan hukum
antara cv mulia dharma dengan perusahaan pengguna jasa tenaga kerja
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Bab V berjudul Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran terhadap
perlindungan dan jaminan hukum penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain
(outsourcing) dalam undang-undang.
BAB II
PERLINDUNGAN ATAS PEKERJA/BURUH
A. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
Perlindungan atas pekerja/buruh dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945 dapat dilihat dalam amanat para pendiri negara sebagaimana yang
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
khususnya pada paragraf 4 yang berbunyi:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia19
Dari pernyataan diatas terlihat bahwa secara tersirat Pembukaan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 telah menjamin perlindungan bagi setiap
warga negara Indonesia untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan beradab, ”
19
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
dan juga memperoleh keadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
termasuk bagi para pekerja/buruh yang merupakan komponen terbesar dari bangsa
Indonesia.
Lebih lanjut perlindungan terhadap pekerja/buruh (walaupun tidak secara
tegas menyebutkan pekerja/buruh) itu juga dapat dilihat dalam beberapa pasal
yang ada dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yaitu:
1. Pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: “Tiap-tiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
Pasal ini memberikan jaminan dan menjadi dasar hukum bagi setiap warga
negara (dalam hal ini pekerja/buruh) untuk mendapatkan pekerjaan yang akan
memberikan penghidupan untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan
bermartabat sebagai manusia.
2. Pasal 28 yang berbunyi: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang”
Pasal ini memberikan jaminan dan menjadi dasar hukum bagi
pekerja/buruh untuk membentuk ataupun menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh di perusahaan tempat pekerja/buruh bekerja, dimana serikat pekerja/serikat
buruh adalah sebagai sarana para pekerja/buruh untuk memperjuangkan hak-hak
dasar mereka sebagai buruh/pekerja.
B. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
1. Perlindungan Ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja
diluar kehendaknya.
2. Perlindungan Sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
jaminan kesehatan kerja, kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk
berorganisasi.
3. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
keamanan dan keselamatan kerja20
Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat perhatian dalam hukum
ketenagakerjaan. Objek perlindungan tenaga kerja menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan meliputi .
21
1. Perlindungan atas hak-hak dalam hubungan kerja. :
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan yang mengatur hal ini diantaranya adalah:
a. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan (pasal 5).
b. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama
tanpa diskriminasi dari pengusaha (pasal 6).
c. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau
meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui
pelatihan kerja (pasal 11).
20
Asikin, Zainal, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 1993, hal 76
21
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
d. Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama untuk
mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya (pasal
12 ayat (3)).
e. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja
setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan
lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja
swasta, atau pelatihan di tempat kerja (pasal 18 ayat (1)).
2. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh untuk berunding dengan
pengusaha, dan mogok kerja.
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan yang mengatur hal ini diantaranya adalah:
a. Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang
pekerja/buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama
bipartit (pasal 106 ayat (1)).
b. Lembaga kerjasama bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berfungsi sebagai forum komunikasi, dan konsultasi
mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan (pasal 106 ayat
(2)).
c. Susunan keanggotaan lembaga kerjasama bipartit sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur pengusaha dan unsur
pekerja/buruh yang ditunjuk oleh pekerja/buruh secara
demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja/buruh di
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
d. Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja/serikat
buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa
pengusaha (pasal 116 ayat (1)).
e. Penyusunan perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan secara musyawarah (pasal 116 ayat
(2)).
f. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib dan damai
sebagai akibat gagalnya perundingan (pasal 137).
g. Siapapun tidak dapat menghalang-halangi pekerja/buruh dan
serikat pekerja/buruh untuk menggunakan hak mogok kerja
yang dilakukan secara sah, tertib dan damai (pasal 143 ayat
(1)).
h. Siapapun dilarang melakukan penangkapan dan/atau penahanan
terhadap pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/serikat
buruh yang melakukan mogok kerja secara sah, tertib, dan
damai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (pasal 143 ayat (2)).
3. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
a. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas
i. keselamatan dan kesehatan kerja;
ii. moral dan kesusilaan; dan
iii. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama (pasal 86 ayat (1)).
b. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86 ayat (2)).
c. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan (pasal 87 ayat (1)).
C. Perlindungan Atas Pekerja/Buruh Menurut Perspektif Hak Asasi Manusia Tentang Kerja
Perlindungan atas pekerja/buruh dalam perspektif hak asasi manusia
tentang kerja dapat ditemukan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
yang diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)
Perlindungan tersebut dapat ditemukan dalam beberapa pasal Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia, yaitu:
1. Pasal 23 ayat (1) yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas pekerjaan,
berhak dengan bebas memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat
perburuhan yang adil dan menguntungkan serta berhak atas
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
2. Pasal 23 ayat (2) yang berbunyi: “Setiap orang tanpa diskriminasi,
berhak atas pengupahan yang sama untuk pekerjaan yang sama”.
3. Pasal 23 ayat (3) yang berbunyi: “Setiap orang yang bekerja berhak
atas pengupahan yang adil dan menguntungkan, yang memberikan
jaminan kehidupan yang bermartabat baik untuk dirinya sendiri
maupun keluarganya, dan jika perlu ditambah dengan perlindungan
sosial lainnya”.
4. Pasal 23 ayat (4) yang berbunyi: “Setiap orang berhak mendirikan dan
memasuki serikat-serikat pekerja untuk melindungi kepentingannya”.
5. Pasal 24 yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas istirahat dan
liburan, termasuk pembatasan-pembatasan jam kerja yang layak dan
hari liburan berkala, dengan tetap menerima upah”22.
22
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
BAB III
LANDASAN HUKUM PENYERAHAN SEBAGIAN PEKERJAAN PADA PIHAK LAIN (OUTSOURCING) BERDASARKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
A. Pengertian Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing)
Outsourcing dalam dunia tenaga kerja di Indonesia adalah suatu istilah
yang merujuk pada suatu kegiatan usaha memborongkan satu atau beberapa
bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan
lain23. Outsourcing dapat juga diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia
jasa tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi
serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak24
Secara sederhana, outsourcing dapat diartikan sebagai praktik yang
ditempuh oleh suatu perusahaan untuk menyerahkan sebagian aktivitasnya untuk .
23
Artikel “Outsourcing Tidak Sama Dengan Kerja Waktu Tertentu”, NM. Wahyu
Kuncoro, S.H
24
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
dikerjakan oleh perusahaan lain sehingga organisasi perusahaan menjadi saling
berketerkaitan satu sama lain25
2. Pelimpahan kegiatan bidang lain yang perusahaan tidak memiliki suatu kepentingan strategis atau kemampuan khusus, sehingga perusahaan tidak perlu menjadi yang terbaik atau tidak bisa melakukan lebih baik dari perusahaan lain
.
Dalam pendekatan yang lebih strategis, outsourcing adalah merupakan kombinasi dari dua strategi, yaitu:
1. Pemusatan aktivitas, investasi, alokasi sumber daya perusahaan, dan perhatian manajemen pada bidang-bidang yang memiliki tingkat kompetensi tinggi (core competence), yaitu keahlian dan ketrampilan yang dimiliki perusahaan yang memungkinkannya unggul dalam mengembangkan dan memasarkan produk-produk atau jasa yang berintikan keahlian tersebut.
26
Muzni Tambusai, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mendefinisikan outsourcing sebagai
memborongkan satu bagian atau beberapa bagian kegiatan perusahaan yang
tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian disebut sebagai
penerima pekerjaan
.
27
25
J. Widiatmoko, Outsourcing, Strategi meningkatkan efisiensi, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret 2001
26
Ibid
.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, terdapat persamaan
dalam memandang outsourcing, yaitu terdapat penyerahan sebagian kegiatan
perusahaan pada pihak lain.
B. Perbedaan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
27
Muzni Tambusai, Pelaksanaan Outsourcing (Alih Daya) Ditinjau Dari Aspek Hukum
Ketenagakerjaan Tidak Mengaburkan Hubungan Industrial,
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan (Undang-Undang No. 13 Tahun
2003) disebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau waktu
tidak tertentu28. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) pada prakteknya lebih dikenal dengan “Pegawai Kontrak” dan Perjanjian Kerja Waktu Tak Tertentu
(PKWTT) pada prakteknya diistilahkan dengan “Pegawai Tetap”29
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
dalam waktu tertentu, yaitu
Pengertian perjanjian kerja waktu tertentu ada ditentukan dalam Pasal 1
huruf a Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1986 yang berbunyi
“Kesepakatan Kerja Tertentu adalah kesepakatan kerja antara pekerja dengan
pengusaha yang diadakan untuk waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu”.
Dan sekarang hal tersebut telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. KEP.100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksana
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Dalam keputusan menteri tersebut disebutkan
bahwa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah
perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.
30
1. Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya; :
2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
3. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
28
Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
29
Artikel “Liciknya Kebijakan Pengusaha Untuk Pekerjanya”, NM. Wahyu Kuncoro,
S.H
30
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
produk tambahan yang masih dalam masa percobaan atau penjajakan.
Sedangkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya
disebut PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha
untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. Pekerjaan yang bersifat
tetap adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus, tidak
dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam suatu
perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman31
Dalam praktek, sering dianggap bahwa hubungan kerja pada outsourcing
adalah selalu dalam bentuk PKWT/Kontrak dan juga sering dianggap bahwa
outsourcing selalu dan atau sama dengan PKWT. Pendapat tersebut adalah keliru
karena hubungan kerja yang terjadi pada outsourcing adalah antara pekerja/buruh
dengan perusahaan penerima pekerjaan dan dituangkan dalam perjanjian kerja
tertulis dan hubungan kerja tersebut pada dasarnya Perjanjian Kerja Waktu Tak
Tertentu (PKWTT) atau tetap dan bukan kontrak .
32
1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; .
Dan apabila dilihat dari terminologinya, maka penyerahan sebagian
pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) dapat dikategorikan sebagai perjanjian
kerja waktu tidak tertentu, karena pekerjaan yang dapat diserahkan kepada pihak
lain tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
31
Penjelasan Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
32
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi
pekerjaan;
3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, dan;
4. Tidak menghambat proses produksi secara langsung33
Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang adalah kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi namun menunjang proses produksi
dan dilakukan dalam jangka waktu yang panjang
.
34
, seperti usaha pelayanan
kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh
(catering), usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa
penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan
pekerja/buruh35
Selain perbedaan bentuk perjanjian antara penyerahan sebagian pekerjaan
pada pihak lain (outsourcing) yang berbentuk PKWTT .
Akan tetapi outsourcing dapat pula dilakukan dalam bentuk Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu (PKWT)/Kontrak apabila memenuhi semua persyaratan
baik formil maupun materiil sebagaimana diatur dalam Pasal 59 Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
36
33
Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
34
Berbeda dengan pekerjaan dalam PKWT yang tidak dilakukan secara terus menerus namun hanya bersifat sementara/musiman
35
Penjelasan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
36
Walaupun dapat pula berbentuk PKWT apabila memenuhi syarat formil maupun materiil dalam Pasal 59 UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003)
yang sudah pasti berbeda
dengan PKWT, perbedaan lain antara outsourcing dengan PKWT dapat dilihat
dari bentuk hubungan kerja diantara dua perjanjian kerja ini, dimana Pasal 1
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
“Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha
atau pemberi kerja berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah dan perintah”37
“Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara
perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakannya” .
Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hubungan kerja itu terjadi
langsung antara pekerja/buruh dengan si pemberi kerja/pengusaha yang pada
akhirnya akan melahirkan hak dan kewajiban diantara para pihak (pekerja dan
pengusaha) dalam bentuk perjanjian kerja yang memiliki unsur pekerjaan, upah
dan perintah.
Dalam pasal 65 ayat (6) UU No. 13 Tahun 2003 yang mengatur tentang
penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain dinyatakan bahwa:
38
37
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
38
Pasal 65 ayat (6) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Dalam sistem outsourcing apa yang dimaksud sebagai hubungan kerja
menjadi kabur/tidak jelas dimana perjanjian kerja dalam sistem outsourcing atau
penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain dibuat antara pekerja dengan
perusahaan jasa tenaga kerja bukan dengan perusahaan pemberi kerja, sehingga
disini tidak mengandung unsur pekerjaan, perintah dan upah.
C. Pengaturan Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Menurut Beberapa Peraturan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
Terminologi outsourcing terdapat dalam Pasal 1601 b Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur perjanjian-perjanjian pemborongan
pekerjaan yaitu39
a. Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian
dimana pihak kesatu, pemborong, mengikatkan diri untuk
membuat suatu karya tertentu bagi pihak yang lain yang
memborongkan dengan menerima bayaran tertentu dan dimana
pihak yang lain yang memborongkan mengikatkan diri untuk
memborongkan pekerjaan kepada pihak pemborong dengan
bayaran tertentu. :
“Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan, dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan”.
Ketentuan lain mengenai penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain
atau outsourcing diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata buku
ketiga bab 7A bagian keenam tentang Perjanjian Pemborongan Pekerjaan, yaitu:
b. Dalam perjanjian pekerjaan tidak ada hubungan kerja antara
perusahaan pemborong dengan perusahaan yang memborongkan
sebab dalam perjanjian tersebut tidak ada unsur “upah” sebagai
salah satu syarat adanya hubungan kerja. Jadi yang ada harga
borongan.
c. Hubungan antara pemborong dengan yang memborongkan
adalah hubungan perdata murni sehingga jika terjadi perselisihan
maka penyelesaiannya dilaksanakan melalui Pengadilan Negeri.
39
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
d. Perjanjian/perikatan yang dibuat secara sah oleh pemborong
dengan yang memborongkan pekerjaan tunduk pada KUH
Perdata Pasal 1338 jo Pasal 1320 yaitu semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.
e. Untuk sahnya suatu perjanjian/perikatan harus dipenuhi 4 syarat
yaitu:
i. Sepakat mereka yang mengikatkan diri;
ii. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
iii. Suatu hal tertentu;
iv. Suatu sebab yang halal.
f. Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan dapat diperjanjikan
bahwa:
i. Pemborong hanya untuk melakukan pekerjaan;
ii. Pemborong juga akan menyediakan bahan-bahannya
g. Dalam hal pemborong juga harus menyediakan bahan-bahannya
dan hasil pekerjaannya kemudian karena apapun musnah
sebelum diserahkan maka kerugian tersebut dipikul oleh
pemborong kecuali yang memborongkan lalai untuk menerima
hasil pekerjaan tersebut.
h. Dalam hal pemborong hanya harus melakukan pekerjaan dan
hasil pekerjaan tersebut musnah, maka pemborong hanya
bertanggung jawab atas kemusnahan tersebut sepanjang hal itu
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
i. Jika hasil pekerjaan diluar kelalaian dari pihak pemborong,
musnah sebelum penyerahan dilakukan dan tanpa adanya
kelalaian dari pihak yang memborongkan untuk memeriksa dan
menyetujui hasil pekerjaan tersebut maka pemborong tidak
berhak atas harga yang dijanjikan kecuali jika barang itu musnah
karena bahan-bahannya ada cacatnya.
j. Jika pekerjaan yang diborongkan dilakukan secara potongan atau
ukuran, maka hasil pekerjaan dapat diperiksa secara sebagian
demi sebagian..
2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan sebagai
dasar hukum diberlakukannya penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain
(outsourcing) membagi outsourcing menjadi dua bagian, yaitu:
a. pemborongan pekerjaan dan;
b. penyediaan jasa pekerja/buruh.
Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, yang menyangkut
penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing) adalah pasal 64,
pasal 65 (terdiri dari 9 ayat), dan pasal 66 (terdiri dari 4 ayat).
Pasal 64 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah dasar diizinkannya
penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain (outsourcing). Dalam pasal 64
dinyatakan bahwa40
40
Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
“Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis”
Pasal 65 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 memuat beberapa ketentuan
mengenai pelaksanaan penyerahan sebagian pekerjaan pada pihak lain
(outsourcing), diantaranya adalah41
a. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis;
:
b. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
i. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
ii. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
iii. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
iv. Tidak menghambat proses produksi secara langsung. c. Perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
berbentuk badan hukum.
d. Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
f. Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakannya.
Pasal 66 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 mengatur mengenai
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, diantaranya adalah42
41
Pasal 65 ayat (1) sampai (9) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
42
Pasal 66 ayat (1) sampai (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
a. Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
b. Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut:
i. Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;
ii. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibiat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; iii. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat
kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; dan
iv. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa
pekerja/buruh dan perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. c. Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan
hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
d. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan.
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004 (Kepmennakertrans No.220/MEN/X/2004)
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004
memberikan penambahan syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada perusahaan lain sebagai pelaksanaan dari Pasal 65 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Dalam Kepmennakertrans No.220/MEN/X/2004 ini terdapat beberapa
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain yaitu pasal 2 (terdiri dari 2 ayat),
pasal 3 (terdiri dari 4 ayat), pasal 4 (terdiri dari 3 ayat), pasal 5, pasal 6 (terdiri
dari 3 ayat), dan pasal 7 (terdiri dari 2 ayat).
Pasal 2 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan:
a. Syarat kerja yang diperjanjikan dalam PKWT, tidak boleh lebih rendah daripada ketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku.
b. Menteri dapat menetapkan ketentuan PKWT khusus untuk sektor usaha dan atau pekerjaan tertentu43
Pasal 3 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan: .
a. perusahaan pemberi pekerjaan akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan pemborong pekerjaan harus diserahkan kepada perusahaan yang berbadan hukum.
b. Ketentuan mengenai berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikecuali bagi:
i. Perusahaan pemborong pekerjaan yang bergerak di bidang pengadaan barang;
ii. Perusahaan pemborong pekerjaan yang bergerak di bidang jasa pemeliharaan dan perbaikan serta jasa konsultasi yang dalam melaksanakan pekerjaan tersebut mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 10 (sepuluh) orang.
c. Apabila perusahaan pemborong pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan menyerahkan lagi sebagian pekerjaan yang diterima dari perusahaan pemberi pekerjaan, maka penyerahan tersebut dapat diberikan kepada perusahaan pemborong pekerjaan yang bukan berbadan hukum. d. Dalam hal perusahaan pemborong pekerjaan yang bukan berbadan hukum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak melaksanakan kewajibannya memenuhi hak-hak pekerja/buruh dalam hubungan kerja maka perusahaan yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban tersebut44
Pasal 4 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan:
a. Dalam hal di satu daerah tidak terdapat perusahaan pemborong pekerjaan yang berbadan hukum atau terdapat perusahaan pemborong pekerjaan berbadan hukum tetapi tidak memenuhi kualifikasi untuk dapat melaksanakan sebagian pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan, maka penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan dapat diserahkan pada perusahaan pemborong pekerjaan yang bukan berbadan hukum.
43
Pasal 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004
44
Lazarus D. Brahmana : Perlindungan Dan Jaminan Hukum Penyerahan Sebagian Pekerjaan Pada Pihak Lain (Outsourcing) Dalam Undang – Undang (Study di CV Mulia Dharma), 2008.
USU Repository © 2009
b. Perusahaan penerima pemborongan pekerjaan yang bukan berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertanggung jawab memenuhi hak-hak pekerja/buruh yang terjadi dalam hubungan kerja antara perusahaan yang bukan berbadan hukum tersebut dengan pekerjanya/buruhnya.
c. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dituangkan dalam perjanjian pemborongan pekerjaan antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan pemborong pekerjaan45
Pasal 5 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan: .
“Setiap perjanjian pemborongan pekerjaan wajib memuat ketentuan yang
menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh dalam hubungan kerja
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan”46
a. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan pemborong pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
.
Pasal 6 Kepmennakertrans No. 220/MEN/X/2004 menyatakan:
i. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan;
ii. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan;
iii. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara
keseluruhan, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan alur kegiatan kerja perusahaan pemberi pekerjaan;
iv. Tidak menghambat proses produksi secara langsung artinya kegiatan tersebut adalah merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana biasanya.
b. Perusahaan pemberi pekerjaan yang akan menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaannya kepada perusahaan pemborong pekerjaan wajib membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan.
c. Berdasarkan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) perusahaan pemberi pekerjaan menetapkan jenis-jenis pekerjaan yang utama dan penunjang berdasarkan ketentuan ayat (1)
45
Pasal 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 220/MEN/X/2004
46