HASIL PENELITIAN
C. Pengujian Hipotesis
1. Hubungan antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan Keterampilan
Menulis Ringkasan.
Analisis regresi linear sederhana antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan menghasilkan arah koefisien regresi sebesar 1,54 dan konstanta sebesar 31,34 (baca lampiran 10A, halaman 191). Dengan demikian, bentuk hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan dapat digambarkan dengan garis regresi, yaitu Ŷ = 31,34 + 1,54X1 . untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi sederhana antara kemampuan membaca pemahaman dan data keterampilan menulis ringkasan maka dilakukan uji F sebagaimana tampak pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Tabel Anava untuk Regresi Linear Ŷ = 31,34 + 1,54X1
Sumber Variasi Dk JK KT Fo Ft Total 125 660201 - - Koefisien (a) Regresi (b/a) Sisa 1 1 123 656233.992 1001.34496 2965.66304 - 1001.34496 24.11108163 - 41.53048691 3.84 Tuna Cocok Galat 7 116 109.38437 2856.27867 15.62633857 24.62309198 0.6346 - 2.01
Keterangan:
Dk = derajat kebebasan JK = Jumlah Kuadarat KT = Kuadrat Tengah
F0 = Nilai F hasil penelitian (obsevasi) Ft = Nilai F dari tabel
Bagian atas untuk menguji keberartian regresi Bagian bawah untuk menguji linearitas regresi
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil pengujian signifikansi regresi Fo sebesar 41,53 yang lebih besar dari Ft = 3,84 ( baca Lampiran 11A, halaman 193). Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan adalah signifikan (berarti).
Hasil pengujian linearitas diperoleh F0 sebesar 0.63 yang lebih kecil dari Ft
sebesar 2,01 (baca Lampiran 11A halama 193). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan bersifat linear.
Analisis korelasi sederhana antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan diperoleh koefisien korelasi (rx1y) = 0,68 (baca
Lampiran 12A halaman 204). Lebih lanjut, untuk mengetahui signifikansi koefisien
kekuatan hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan sebesar 7,08 yang lebih besar dari pada ttabel sebesar 1,645 (baca
Lampiran 13A, halaman 207). Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis tersebut di
atas, dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) yang berbunyi “ tidak ada hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan” ditolak. Sebaliknya, hipotesis altenatif (Ha) yang berbunyi “ ada hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman dan ketrampilan menulis ringkasan” diterima.
Koefisien determinan kemampuan membaca pemahaman dengan
keterampilan menulis ringkasan sebesar 46,24 (diperoleh dari harga koefisien korelasi sederhana dikuadratkan lalu dikalikan 100). Hal itu berarti sekitar 23,04% variansi keterampilan menulis ringkasan dapat dijelaskan oleh kemampuan membaca pemahaman. Atau dengan kata lain, variabel kemampuan membaca pemahaman memberi kontribusi (sumbangan) terhadap keterampilan menulis ringkasan sebesar 23,04% (baca Lampiran 18A, halaman 216).
2. Hubungan antara Sikap bahasa dan Keterampilan Menulis Ringkasan
Analisis regresi linear sederhana antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan menghasilkan koefisien regresi sebesar 0,28 dan konstanta 3,88 (baca Lampiran 10B, halaman 192). Dengan demikian, bentuk hubungan antara
sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan dapat digambarkan dengan garis regresi, yaitu Ŷ = 3,88 + 0,28X2 .
Untuk mengetahui derajat keberartian persamaan regresi sederhana antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan maka dilakukan uji F sebagaimana tampak pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Anava untuk Regresi Linear Ŷ = 3.88 + 0.28 X2
Sumber Variasi Dk JK KT Fo Ft Total 125 660201 - - Koefisien (a) Regresi (b/a) Sisa 1 1 123 656233.992 1867.34912 2099.65888 - 1867.34912 17.0703974 - 109.39 - 3.84 Tuna Cocok Galat 44 79 595.150543 1504.508337 13.5261487 19.04440933 0.710 - 1.50 Keterangan: Dk = derajat kebebasan JK = Jumlah Kuadarat KT = Kuadrat Tengah
F0 = Nilai F hasil penelitian (obsevasi) Ft = Nilai F dari tabel
Bagian bawah untuk menguji linearitas regresi
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil pengujian signifikansi regresi Fo sebesar 109,39 yang lebih besar dari Ft = 3,84 ( baca Lampiran 11B, halaman 199). Sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan adalah signifikan (berarti).
Hasil pengujian linearitas diperoleh F0 sebesar 0.71 yang lebih kecil dari Ft sebesar 1,50 (baca Lampiran 11B halaman 199). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan bersifat linear.
Analisis korelasi sederhana antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan diperoleh koefisien korelasi (rx2y) = 0,69 (baca Lampiran 12B halaman 205). Lebih lanjut, untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi tersebut, maka dilakukan uji t. Dari hasil pengujian ditunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan sebesar 14,48 yang lebih besar dari pada ttabel sebesar 1,645 (baca Lampiran 13B, halaman 208). Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) yang berbunyi“ tidak ada hubungan antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan” ditolak. Sebaliknya, hipotesis altenatif
(Ha) yang berbunyi “ ada hubungan positif antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan” diterima.
Koefisien determinan sikap bahasa dengan keterampilan menulis ringkasan sebesar 47,61 (diperoleh dari harga koefisien korelasi sederhana dikuadratkan lalu dikalikan 100). Hal itu berarti sekitar 47,61% variansi keterampilan menulis ringkasan dapat dijelaskan oleh sikap bahasa. Atau dengan kata lain, variabel sikap bahasa memberi kontribusi (sumbangan) terhadap keterampilan menulis ringkasan sebesar 46,24% (baca Lampiran 18B, halaman 217).
3. Hubungan antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan Sikap Bahasa
Secara Bersama-sama dengan Keterampilan Menulis Ringkasan
Analisis regresi linear ganda antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan, menghasilkan arah koefisien regresi b1 sebesar 0,17; b2 sebesar 0,50; dan konstanta bo sebesar 10,91 (baca Lampiran 14, halaman 209). Dengan demikian, bentuk hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan dapat digambarkan dengan persamaan garis regresi, yaitu: Ŷ=10.91+0.17 X1+0.50X2 . Untuk mengetahui derajat
signifikansi persamaan regresi linear ganda antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan, maka dilakukan uji F. Pengujian derajat signifikansi dapat diperhatikan pada Lampiran
Berdasarkan lampiran 15A diketahui hasil pengujian Fo sebesar 279,87 yang lebih besar dari Ftabel dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 122 pada α = 0,05
sebesar 1,645 sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi linear antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan adalah signifikan.
Selanjutnya, dari hasil analisis korelasi ganda antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan diperoleh korelasi (Ry12 ) sebesar 0,90 (baca Lampiran 16, halaman 214). lebih lanjut, untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi ganda, maka dilakukan uji F. Dari hasil pengujian diperoleh Fo sebesar 279,87 yang lebih besar dari Ftabel
dengan dk pembilang 2 dan penyebut 122 pada taraf nyata α =0,05 sebesar 3,00 (baca
Lampiran 17, halaman 215). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan positif yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan.
Koefisien determinan kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan sebesar 81 (diperoleh dari harga koefisien korelasi ganda dikuadratkan lalu dikalikan 100) hal ini berarti sekitar 81% variansi keterampilan menulis ringkasan dapat dijelaskan oleh kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama. Atau dengan kata lain, variabel kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara
bersama-sama memberi konstribusi terhadap keterampilan menulis ringkasan sebesar 81% (baca Lampiran 18C, halaman 218).
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini diketengahkan dari dua segi, yaitu hasil analisis deskriptif tiap variabel dan hasil analisis korelasional antara variabel.
Hasil analisis deskriptif tiap variabel menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa siswa SD Negeri di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung tergolong kurang. Hal ini tampak dari nilai rata-rata yang mereka peroleh untuk variabel kemampuan membaca pemahaman sebesar 3,49 (dalam skala 0 – 40); dan variabel sikap bahasa sebesar 190,55 (dalam skala 0 – 200).Sementara untuk variabel menulis ringkasan tergolong sedang. Ini tercermin dari nilai rata-rata variabel tersebut sebesar 31,992 (dalam skala 0 – 100).
Dari nilai-nilai di atas tampak bahwa rata-rata keterampilan menulis ringkasan paling tinggi, disusul rata-rata sikap bahasa, dan rata-rata nilai kemampuan membaca pemahaman. Perbedaan rata-rata nilai dari ketiga variabel yang dapat dikatakan cukup jauh, hal ini memang menarik untuk dicermati.
Pertama, kenyataan bahwa rata-rata nilai keterampilan menulis ringkasan paling tinggi bila dibandingkan dengan variabel yang lain. Hal ini dapat diduga sebab tes untuk mengungkap keterampilan menulis ini berbentuk esei bukan objektif sehingga dalam hal penilaian unsur subjektifan penilai kemungkinan besar masih mempengaruhi meskipun sudah ada upaya antisipasi dihadirkannya tiga penilai
maupun pemberian bobot nilai yang berbeda untuk setiap indicator yang dinilai dalam keterampilan menulis ringkasan tersebut.
Kedua, bahwa rata-rata nilai sikap bahasa lebih tinggi daripada nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman. Kenyataan ini juga dapat diduga karena persoalan bentuk alat ukur yang berbeda. Angket yang digunakan untuk mengukur kondisi sikap bahasa lebih besar kemungkinannya memberi peluang pada responden untuk memilih alternatif tanggapan yang berkecenderungan di tengah-tengah (dalam hal ini skor 3 atau Ragu-ragu/kurang setuju) bahkan bisa jadi banyak yang menjatuhkan pilihan di atas pilihan itu (dalam hal ini skor 4 atau setuju; dan skor 5 atau sangat setuju). Mengapa kemungkinan hal ini dapat terjadi? Sebab pada umumnya pengisi angket tidak jujur mengakui keberadaan yang ada di dalam dirinya sehingga mereka terpaksa mengisi pilihan yang baik-baik saja agar terkesan dirinya di mata orang lain (dalam hal ini penilai) tetap kelihatan baik.
Ketiga, mengacu pada pembahasan pertama dan kedua, yang cukup menarik untuk diperhatikan ialah bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman paling rendah daripada variabel lain. Hal ini dapat diduga, pertama bentuk tes yang bersifat objektif hanya member dua kemungkinan pilihan (benar dan salah) sehingga membut siswa tidak mungkin memberikan jawaban di luar itu sebagai mana pada angket bahasa bahkan tes esei mengarang. Kedua, kemungkinan siswa belum pernah membaca bacaan yang disajikan pada setiap teks bacaan sehingga mereka dapat dikatakan kurang memiliki latar pengetahuan isi yang terkandung dalam bacaan, dari
hal ini yang diduga cukup berperan dalam pemahaman bacaaan. Ketiga waktu pelaksanaan tes yang kurang tepat yaitu pada jam 5-6 sehingga konsentrasi siswa kurang. Kondisi ini diduga cukup berperan dalam pemahaman bacaan siswa mengingat keadaan siswa harus pulang agak terakhir karena harus selesai mengerjakan tes.
Hasil analisis deskriptif juga menunjukkan bahwa siswa SD Negeri di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung memiliki karakteristik yang bersifat hiterogen dalam ketiga variabel tersebut. Ini terlihat dari rentangan nilai yang cukup lebar 23 hingga 31 (untuk tes kemampuan membaca pemahaman) dan 89 hingga 148 (untuk angket sikap bahasa) dan 60 hingga 85 (untuk tes keterampilan menulis ringkasan); serta angka simpangan baku yang cukup rendah, yaitu 1,87 untuk tes kemampuan membaca pemahaman; 13,80 untuk angket sikap bahasa; dan 5,65 untuk tes keterampilan menulis ringkasan.
Hasil analisis korelasional antarvariabel menunjukkan bahwa baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa memiliki hubungan positif yang linier dengan keterampilan menulis ringkasan. Hubungan positif ini mengisyaratkan bahwa kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa berjalan seiring dengan keterampilan menulis ringkasan. Artinya, meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa senantiasa diikuti dengan meningkatnya keterampilan menulis ringkasan; demikian pula, menurunnya kedua aspek tersebut (kemampuan membaca pemahaman
dan sikap bahasa) juga akan diikuti menurunnya keterampilan menulis ringkasan. Sifat hubungan yang demikian melahirkan pemikiran bahwa keterampilan menulis ringkasan dapat ditelusuri, dijelaskan, atau bahkan diramalkan melalui kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa. Inilah makna regresi, yang berasal dari kata bahasa inggris to regress yang berarti bergerak mundur (untuk menelusuri kembali apa-apa yang telah terjadi).
Hal yang dipersoalkan adalah seberapa kuat hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa selaku variabel bebas (predictor) dengan keterampilan menulis ringkasan selaku variabel terikat (respon). Cukup kuatkah hubungan antara variabel bebas (prediktor) dengan variabel terikat (respon) sehingga variabel bebas dapat digunakan sebagai landasan berpijak yang kuat untuk menjelaskan dan meramalkan terjadinya respon?. Pertanyaan ini dapat dijawab dengan melihat besarnya sumbangan variabel bebas (prediktor) terhadap variabel terikat (respon) dan besarnya koefisien arah pada persamaan garis regresi.
Pada bagian pengujian hipotesis telah dipaparkan bahwa koefisien korelasi antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan (r y1) sebesar 0,678 (dibulatkan 0,68); koefisien korelasi antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan (r y2) sebesar 0,688 (dibulatkan 0,69) dan koefisien korelasi antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan (Ry.12) sebasar 0,906 (dibulatkan 0,90). Dari koefisien korelasi ini dapat diperoleh besar sumbangan masing-masing variabel
bebas (prediktor) terhadap variabel terikat (respon), yaitu dengan menguadratkan koefisien korelasi tersebut (sehingga diperoleh koefisien determinan) kemudian mengalikanya dengan 100 persen. Dengan demikian, akan dihasilkan nilai sumbangan masing-masing variabel bebas (prediktor) terhadap variabel terikat (respon) berikut ini.
Berdasarkan r y.1 sebesar 0,678 (dibulatkan 0,68) di atas diperoleh koefisien determinasi sebesar 46,24. Hal itu berarti 46,24 persen variasi kecenderungan keterampilan menulis ringkasan siswa SD Negeri di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung dapat dijelaskan oleh kemampuan membaca pemahamannya, melalui regresi Ý = 31,34 + 1,54 X1. Dengan kata lain, kemampuan membaca pemahaman memberikan kontribusi sebesar 46,24 persen kepada keterampilan menulis ringkasan.
Dari r y.2 sebesar 0,688 (dibulatkan 0,69) diperoleh koefisien determinasi 0,4761. Hal itu berarti 47,61 persen variasi kecenderungan keterampilan menulis ringkasan siswa SD Negeri di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung dapat dijelaskan oleh sikap bahasa melalui regresi Ý = 3,88 + 0,28 X2. Dengan kata lain, sikap bahasa memberikan kontribusi sebesar 47,61 persen kepada menulis ringkasan.
Berdasarkan Ry 12 sebesar 0,906 (dibulatkan 0,90) diperoleh koefisien determinasi 0,81. Hal itu berarti 81 persen variasi kecenderungan keterampilan menulis ringkasan dapat dijelaskan oleh kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa melalui regresi ganda Ý = 10,91 + 0,17 X1 + 0,50 X2. Dengan kata lain,
kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 81 persen kepada keterampilan menulis ringkasan.
Dari uraian di atas tampak bahwa kemampuan membaca pemahaman member sumbangan yang lebih besar daripada sikap bahasa terhadap keterampilan menulis ringkasan. Hal tersebut dimungkinkan karena sikap bahasa lebih bersifat psikologis sementara kemampuan membaca pemahaman bersifat kognitif. Mengingat keterampilan menulis ringkasan lebih menekankan pada kecermatan, maka wajar apabila sumbangan kemampuan membaca pemahaman kepada keterampilan menulis ringkasan lebih kecil jika dibandingkan dengan sikap bahasa. Meskipun demikian, keduanya memberikan sumbangan yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa baik hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dengan keterampilan menulis ringkasan maupun hubungan sikap bahasa dengan keterampilan menulis ringkasan kuat. Secara bersama-sama kedua variabel bebas (prediktor) itu memberi sumbangan yang lebih besar dibandingkan sumbangan dari masing-masing variabel bebas (prediktor) secara sendiri-sendiri.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini telah diupayakan penyusunannya sebaik mungkin dengan menggunakan metode ilmiah, Namun demikian, karena keterbatasan kemampuan peneliti yang tidak didukung keahlian di dalam penelitian dan cara menggunakan metode, tidak tertutup kemungkinan adanya kesalahan atau kekeliruan yang terdapat
dalam hasil penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu diungkapkan beberapa keterbatasan penelitian.
Pertama, besarnya jumlah sampel penelitian adalah 125 siswa, yang hanya sebagian kecil atau hanya sekitar 25% dari populasi terjangkau. Jumlah sampel yang demikian dapat memberikan pengaruh pada hasil yang diharapkan, karena dapat dikatakan kurang komperhensif. Namun demikian, penelitan ini tetap dilakukan karena keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki oleh peneliti.
Kedua, hasil penelitian ini hanya mengungkapkan keterampilan menulis ringkasan siswa yang berkaitan dengan variabel kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa dengan populasi terbatas pada siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung dengan ukuran sampel yang relatif kecil, yakni 125 responden. Oleh karena itu, generalisasi kesimpulan penelitian hanya dapat digunakan terhadap populasi yang memiliki kriteria dan karaktristik yang sama dengan populasi penelitian ini. Untuk menghadapi hasil yang komperhensif, ukuran sampel dan wilayah populasi perlu besar. Dengan demikian diharapkan akan diperoleh informasi yang lebih banyak mengenai keterampilan menulis ringkasan siswa.
Ketiga, sebagai penelitian survai yang sebagian datanya dikumpulkan dengan menggunakan angket atau kuesioner model skala Likert, seperti instrumen penelitian yang mengukur sikap bahasa siswa, instrumen semacam ini kurang mampu menjangkau aspek-aspek kualitatif dari indikator-indikator yang diukur, selain
mengandung pula kelemahan. Ini dapat dimaklumi, karena data yang diperoleh dari responden dengan cara sel-report sebagaimana pengisian angket (kuesioner) ini, memiliki keterbatasan, antara lain: kemauan untuk mengungkapkan semua keadaan pribadi yang sesungguhnya. Dalam hal ini menyebabkan adanya kecenderungan responden untuk memilih alternatif jawaban/tanggapan yang “baik-baik” saja atas butir-butir pernyataan yang disediakan. Kondisi inilah yang membuat data sikap bahasa belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya, karena itu perlu ditafsirkan secara hati-hati. Untuk mengatasi hal itu, sebenarnya sudah diupayakan oleh peneliti dengan jalan menghimbau pada responden agar memberikan jawaban yang sejujurnya tehadap setiap butir pernyataan.
commit to user
BAB V