• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN SIKAP BAHASA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS RINGKASAN SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDN KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN SIKAP BAHASA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS RINGKASAN SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDN KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

DAN SIKAP BAHASA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS

RINGKASAN SISWA KELAS V SEMESTER 2

SDN KECAMATAN SUKARAME

KOTA BANDAR LAMPUNG

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Mardiyah

NIM : S 840209111

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user xiv

ABSTRAK

Mardiyah, S840209111. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dan Sikap

Bahasa dengan Keterampilan Menulis Ringkasan Siswa Kelas V Semester 2 SDN Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara: (1) kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan, (2) sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan, dan (3) kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sukarame, SD Negeri 2 Permata Biru Kecamatan Sukarame, dan SD Negeri 1 Waydadi Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung, bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2010. Penelitian ini menggunakan metode survai jenis deskriptif korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Sampel berjumlah 125 orang yang diambil dengan cara simple random sampling.

Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes keterampilan menulis ringkasan, tes kemampuan membaca pemahaman, dan angket sikap bahasa. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik statistik regresi dan korelasi (sederhana, ganda).

Hasil analisis menunjukkan bahwa: (i) ada hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis ringkasan (rx1y =0,68

pada taraf nyata α =0,05 dengan N=125 pada rt= 0,174); (ii) ada hubungan positif

antara sikap bahasa dan keterampilan menulis rinkasan (rx2y = 0,69 pada taraf nyata α

=0,05 dengan N=125 pada rt= 0,174); dan (iii) ada hubungan positif antara

kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan (Ry12 = 0,90 pada taraf nyata α =0,05 dengan N=125

pada rt= 0,174),

Dan hasil analisis penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama memberikan sumbangan yang berarti terhadap keterampilan menulis ringkasan siswa SD Negeri di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel bebas (kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa) dapat menjadi prediktor yang baik bagi variabel terikat/respon (keterampilan menulis ringkasan).

(3)

commit to user xv

ABSTRACT

Mardiyah, S840209111. The correlation between the fifth year students’ reading comprehension skill and language outlook and their skill of resume writing at elementary schools at Sukarame subdistrict of Bandar Lampung. Thesis, Surakarta: Indonesia Education Department for master degree, Sebelas Maret University of Surakarta, September 2010

The objectives of this research are to find out whether there is a or there is not correlation between:

1. reading comprehension and the skill of resume writing, 2. language attitude and the skill of resume writing, and

3. the ability of reading comprehension, language attitude together, and the skill of resume writing.

This research was conducted in the elementary public school 1 Sukarame, elementary public school 2 Permata Biru Sukarame subdistrict , and the elementary public school 1 Waydadi Sukarame subdistrict Bandar Lampung, from March to May 2010. The research uses survey method of the type of correllation descrptive. The population in this research were the fifth year students of public elementary school sukarame subdistrict bandar lampung. The samples were 125 students chosen using simple random sampling. The instruments used to collect the data were (i) test for the skill of resume test writing; (ii) reading comprehension ability test; and (iii) language outlook quetionair. The data were analysed using regression statistic technique and correlation (simple, double).

The result of analysis shows that (i) there is a positive correlation between reading comprehension ability and the skill of resume writing (rx1y=0,68 with significant level a=0.05; (ii) there is a positive correlation between language outlook and the skill of resume writing (rx2y=0,69 with significant level a=0,05, N=125 on rt=0,174); and (iii) there is a positive correlation between reading comprehention ability and language attitude together and the skill of resume writing (ry12=0,90 with significant level a=0,05, N=125 on rt=0,174)

From the results of the research above can be concluded that reading comprehension ability and individual or collective language outlook had a significant contribution to the skill of resume writing the elementary public school at Sukarame Subdistrict Bandar Lampung. I

In other words, the two independent variables (reading comprehension ability and language outlook) could be a good predictor for dependent variables (the skill of resume writing).

(4)

commit to user

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 8

1. Hubungan Antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan Keterampilan Menulis Ringkasan ... 49

(5)

commit to user

ix

Sikap Bahasa secara bersama-sama dengan Keterampilan

Menulis Ringkasan ... 50

B. Pengujian Prasyaratan Analisis... 73

C. Pengujian Hipotesis... 77

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 84

(6)

commit to user

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah agar siswa memiliki

(1) keterampilan berbahasa Indonesia; (2) pengetahuan yang memadai mengenai

ringkasan; dan (3) sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sedangkan untuk

mencapai tujuan pokok pengajaran bahasa Indonesia diarahkan pada empat aspek

keterampilan berbahasa dasar yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Pengajaran menulis diberikan dengan tujuan agar siswa mampu

menuangkan gagasanya dalam bahasa tulis yang lancar dan tertib. Berdasarkan

standar kompetensi pembelajaran ringkasan para siswa diharapkan: (1) mampu

menyampaikan pikiran, perasaan; (2) kemampuan memahami kaidah-kaidah

bahasa Indonesia; dan (3) merasa bangga dan setia menggunakan bahasa

Indonesia. Dengan hal tersebut, pengajaran bahasa khususnya menulis dapat

melahirkan atau membuat seorang siswa bertambah daya pikir, daya khayal dan

sampai pada tingkat kecerdasannya; Hal ini disadari bahwa kompetensi

kebahasaan tidak terlepas dari kemampuan membaca pemahaman karena dalam

membaca pemahaman seorang penulis dituntut untuk memahami ide pokok atau

gagasan penulis yang terdapat dalam bacaan. Kemampuan dan kemauan

seseorang akan berpengaruh terhadap keterampilan menulis ringkasan siswa.

Menulis terdapat beberapa macam dan beberapa tujuan, diantaranya

menulis untuk mengambil suatu intisari atau pokok pikiran, selanjutnya intisari itu

ditulis secara singkat dalam kata-katanya sendiri yang sering disebut menulis

(7)

commit to user

keterampilan menulis Ringkasan di Sekolah Dasar belum sesuai dengan yang kita

harapkan.

Sampai saat ini, walaupun siswa sudah dituntut dapat terampil menulis

tetapi hasilnya belum begitu menggembirakan atau belum memadai. Penyebab

rendahnya kemampuan keterampilan menulis ringkasan siswa diduga oleh

beberapa faktor yaitu meliputi faktor dari guru, siswa, maupun lingkungan. Faktor

dari guru dapat dimungkinkan karena kurang optimalnya proses belajar mengajar

menulis yang diselenggarakan; Pemilihan metode yang kurang tepat serta kurang

memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih hal tersebut yang merupakan

sebagian dari faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya kualitas tulisan

siswa.

Faktor dari dalam diri siswa karena rendahnya pengetahuan tentang kaidah

bahasa yang berlaku, minimnya jumlah kosa kata yang dimiliki, dan minimnya

pengetahuan tentang materi yang akan dibahas dalam tulisan.

Apabila dicermati, sebagian faktor yang diduga sebagai penyebab

rendahnya kualitas tulisan siswa di atas berhubungan erat dengan kemampuan

membaca pemahaman mereka. Dengan kata lain faktor-faktor tersebut bersumber

pada rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa. Dengan demikian

kemampuan membaca terutama membaca pemahaman diduga mempunyai

peranan yang cukup penting dalam peningkatan keterampilan menulis ringkasan

(8)

commit to user

membaca pemahaman, juga harus didasari oleh sikap positif terhadap bahasa

yang dimiliki siswa. Sayangnya tidak semua siswa memiliki sikap positif

terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif ini belum tentu dimiliki oleh semua

siswa, mengingat latar belakang bahasa mereka berbeda, lingkungan mereka

berbeda dan sebagainya. Kebiasaan perbedaan pemakaian bahasa Indonesia yang

campur aduk dengan bahasa daerah dan bahasa gaul saat mereka berkomunikasi

dengan sesamanya. Akibat banyak siswa yang menggunakan bahasa secara

serampangan dalam tulisan siswa.

Jadi, selain faktor guru, siswa, dan lingkungan banyak mempengaruhi

kualitas berbahasa tulis mereka. Lingkungan kontak bahasa seperti keluarga dan

teman bermain yang kurang mendukung dalam kegiatan berbahasa siswa yang

positif, dimungkinkan akan menjadi penyebab kurang berkualitas hasil tulisan

siswa.

Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya diadakan penelitian yang

berkaitan dengan keterampilan menulis ringkasan siswa dalam kaitannya dengan

kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kurang optimalnya pelaksanaan belajar mengajar menulis di kelas.

(9)

commit to user

pilihan kata atau diksi, kalimat efektif, dan pengembangan paragraf.

4. Belum semua siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang baik.

5. Belum semua siswa bersikap positif terhadap ringkasan.

6. Bahasa ibu siswa yang beragam dan lingkungan kontak bahasa yang kurang

mendukung aktifitas bahasa siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat lebih mendalam, maka

masalah yang akan dibahas terbatas pada:

1. Kemampuan membaca pemahaman siswa dengan keterampilan menulis

ringkasan;

2. Sikap bahasa siswa dengan keterampilan menulis ringkasan;

3. Kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara bersama dalam

kaitannya dengan keterampilan menulis ringkasan. Keterampilan menulis

ringkasan siswa dibatasi pada menulis rangkuman/ringkasan isi buku ilmu

pengetahuan dengan memperhatikan penggunaan kaidah bahasa.

D. Perumusan Masalah.

Bertolak pada pembatasan masalah tersebut masalah penelitian dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan

keterampilan menulis ringkasan?

2. Apakah terdapat hubungan antara sikap bahasa dan keterampilan menulis

(10)

commit to user

sikap bahasa secara bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan?

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara

bersama-sama dengan menulis keterampilan menulis ringkasan.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya:

a. hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan keterampilan menulis

ringkasan siswa.

b. hubungan antara sikap bahasa dan keterampilan menulis ringkasan siswa.

c. hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa secara

bersama-sama dengan keterampilan menulis ringkasan siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun praktis bagi guru dan siswa SDN Kecamatan Sukarame Kota Bandar

Lampung, serta masyarakat pembaca pada umumnya.

1. Manfaat Teoretis

Dari segi teoritis, hasil penelitian ini dapat bertujuan untuk:

1) Memberikan masukan atau informasi mengenai ada tidaknya hubungan positif

antara kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa dengan

(11)

commit to user

antara variabel bebas (kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa)

dan variabel terikat (keterampilan menulis ringkasan).

3) Memberikan sumbangan kepada teori pembelajaran, yaitu variabel yang

berkenaan dengan menulis serta variabel-variabel yang berperan dalam

hubungannya dengan keterampilan menulis ringkasan. Adapun sumbangan

variabel-variabel yang berhubungan dengan keterampilan menulis ringkasan

tersebut antara lain: kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa.

4) Memperkaya khasanah ilmu khususnya dalam bidang pengajaran dan

mendorong peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lebih luas

dan mendalam pada masa-masa mendatang.

2. Manfaat Praktis

Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa

pihak terkait diantaranya:

a. Bagi Guru

1) Hasil penelitian ini bagi guru dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan,

apakah dalam mengembangkan keterampilan menulis ringkasan siswa,

variabel kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa dapat diabaikan

atau tidak. Hal ini dapat diketahui setelah guru memperoleh tentang seberapa

kadar kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut.

2) Hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukan tentang besarnya

sumbangan kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa terhadap

(12)

commit to user keterampilan menulis ringkasan.

3) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan adanya

variabel lain yang mempengaruhi keterampilan menulis ringkasan.

4) Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada guru, sekolah dasar,

khususnya di wilayah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung dalam

menentukan strategi pengajaran keterampilan menulis ringkasan dapat dicapai.

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui kemampuan

atau kondisi potensinya dalam hal keterampilan menulis ringkasan, kemampuan

membaca pemahaman dan sikap bahasa. Dengan mengetahui kondisi potensinya

tersebut, mereka dapat mengukur seberapa baik kemampuan yang dimiliki.

c. Bagi Pengelola Pendidikan

Hasil penelitian ini, oleh para pengelola pendidikan bermanfaat sebagai

bahan masukan atau informasi awal tentang kondisi faktual pengajaran

keterampilan menulis ringkasan di Sekolah Dasar. Setidaknya para pengelola

pendidikan dapat mempertimbangkan bagaimana motivasi bagi guru lain, agar

dapat mempertimbangkan dalam menyusun buku teks atau materi ajar yang

sesuai dengan kemampuan siswa dan keberadaan siswa di kecamatan Sukarame

(13)

commit to user

8

BAB II

KAJIAAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Keterampilan Menulis Ringkasan

a. Hakikat Menulis

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat

rumit. Dikatakan rumit, sebab menulis merupakan muara dari keterampilan berbahasa

yang lain dan masih perlu didukung oleh pengetahuan kebahasaan yang memadai.

Hal ini senada dengan pendapat Bell dan Burnaby bahwa menulis merupakan

aktivitas kognitif yang kompleks, sebab pada waktu yang bersamaan penulis harus

mengatur sejumlah variabel (dalam Nunan,1989: 57). Variabel dalam tingkat kalimat

terdiri dari pengaturan isi, susunan, struktur kalimat, kosa kata, tanda baca, dan ejaan,

sedangkan variabel di luar kalimat adalah penyusunan dan penggabungan kalimat

menjadi sebuah paragaraf.

Menulis, menurut Mc Crimmon (1976: 2), merupakan kegiatan menggali

pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis,

menentukan cara menuliskan sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah

dan jelas. Sejalan dengan pendapat di atas, St. Y. Slamet (2009: 96) berpendapat

bahwa menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja,

melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman

(14)

Suriamiharja (1997: 2) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan

melahirkan pikiran dan perasaan. Menulis merupakan kegiatan berkomunikasi

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain. Akhadiah (1997: 9) juga

berpendapat bahwa menulis merupakan suatu proses pemikiran, dimulai dengan

pemikiran tentang apa yang disampaikan. Menulis merupakan ajang komunikasi yang

perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta aturan-aturan ejaan dan tanda baca.

Sejalan dengan pendapat Suriamiharja dan Akhadiah, John Harris dalam bukunya

Introducing Writing mengungkapkan bahwa ” writing is a process that occurs over a

period of time,...” ( menulis merupakan suatu proses yang terjadi melalui sebuah periode waktu,..). Hal ini membuktikan menulis bukanlah suatu hal yang mudah.

Keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan

kompleks (Heaton, 1983: 146). Sejalan dengan pendapat tersebut St. Y. Slamet

(2003: 96) bahwa keterampilan menulis dikuasai seseorang sesudah menguasai

keterampilan berbahasa lain. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, jika seseorang

akan mahir dalam menulis apabila sudah berkemampuan menguasai keterampilan

menyimak, berbicara, dan membaca.

Selain pendapat tersebut, Tarigan (1986: 3) berpendapat bahwa menulis

merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi

secara tidak langsung dan tidak bertatap muka dengan orang lain. Lebih lanjut

Tarigan menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu proses menirukan, melukiskan

lambang-lambang grafis yang menggambarkan bahwa suatu bahasa yang dipahami

(15)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis

merupakan aktivitas manusia yang terarah dan sadar untuk menuangkan ide, gagasan,

pikiran, perasaan, atau pengalaman dalam bentuk tulisan yang diorganisasikan secara

sistematis dengan menggunakan kalimat yang logis, sehingga orang lain dapat

memahami maksud yang disampaikan sesuai dengan tujuan penulis.

b. Maksud dan Tujuan Menulis

Pada prinsipnya fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi

yang tidak langsung. Maksud dan tujuan menulis yang dimaksudkan adalah respons

atau jawaban yang diharapkan dapat diperoleh dari pembaca, atau perubahan yang

diharapkan akan terjadi pada diri pembaca. Sehubungan dengan hal ini, Hugo Hartig

dalam Henry Guntur Tarigan (1983: 24-25) mengemukakan tujuan penulisan, yaitu

(1) Assignment purpose (tujuan penugasan). Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan

atas kemauan sendiri (misalnya para siswa diberi tugas merangkum buku; sekretaris

yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat). (2) Altruistic purpose (tujuan altruistik). Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan

kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai

perasaan dan penalaranya, serta ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan

lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang akan dapat menulis secara tepat

guna, kalau dia percaya baik secara sadar maupun secara tidak sadar bahwa pembaca

(16)

yang bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. (4)

Informasional (tujuan penerangan). Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca. (5) Self expressive (tujuan pernyataan

diri). Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang

kepada para pembaca. (6) Creative purpose (tujuan kreatif). Tujuan ini erat hubunganya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi ”keinginan kreatif” di sini

melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma

artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai

artistik, nilai-nilai kesenian. (7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan

masalah). Dalam tujuan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang

dihadapi. Seorang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta

meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasanya sendiri agar dapat

dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

c. Fungsi dan Kegunaan Menulis

Menulis sebagai kegiatan berbahasa yang produktif menghasilkan tulisan.

Asul Wiyanto (2006: 4) menyatakan bahwa tulisan adalah rekaman peristiwa,

pengalaman, pengetahuan, ilmu serta pemikiran manusia. Tulisan dapat menembus

ruang dan waktu, artinya tulisan dapat dibaca oleh orang yang berbeda di berbagai

tempat pada waktu sekarang dan yang akan datang. Dengan tulisan itu orang lain

yang tinggal ditempat lain yang jauh dapat menangkap dan memahami pengetahuan

(17)

Pendapat lain yang disampaikan oleh Henry Guntur Tarigan (1994: 22)

menyatakan pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi

tidak langsung. Komunikasi yang terjadi searah antara penulis dan pembaca. Sebagai

alat komunikasi, tulisan harus mampu menyajikan pikiran penulis secara jelas hingga

mudah dipahami oleh pembaca. Lebih lanjut Sri Hastuti PH (1982: 1) mengatakan

bahwa menulis merupakan kegiatan yang kompleks dengan melibatkan cara berfikir

teratur serta berkemampuan mengungkapkan dalam bentuk tulisan. Dengan demikian

tulisan seseorang dapat menunjukkan keteraturan berpikir penulisnya.

Penjelasan pendapat yang senada mengenai menulis adalah sesuatu yang

lebih jauh dan dalam sekedar menguasai tata bahasa dan tanda baca. Menulis adalah

proses yang dapat mengembangkan dalam berpikir dinamis, kemampuan analitis dan

kemampuan membedakan berbagai hal secara kuat dan valit. Menulis akan

meningkatkan rasa percaya diri, dari rasa percaya dirilah yang akan memunculkan

berbagai kreativitas dan rasa bahagia, Anonim (dalam

http://www.indodigest.com/index.htm,1/10/2007) Tulisan dapat membantu

menjelaskan pola pikir seseorang dan besar kegunaanya bagi kehidupan seseorang.

Menurut Sabarti Akadiah, dkk (1996: 1-2) menyatakan ada delapan kegunaan

menulis yaitu: (1) Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. (2)

Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan; (3) Penulis dapat

lebih banyak menyerap mencari serta menguasi informasi sehubungan dengan topik

yang ditulis; (4) Penulis dapat terlatih mengorganisasikan gagasan secara sistematis

(18)

menilai gagasanya sendiri secara lebih objektif; (6) Dengan menulis di atas kertas,

penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya

secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret; (7) Dengan menulis, penulis

terdorong terus untuk belajar secara aktif; (8) Dengan kegiatan menulis yang

terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

Selain kegunaan menulis seperti tersebut di atas, Rosemary T, Frunchling dan

N.B Oldman (1996: 7) menyatakan bahwa kita menulis untuk berkomunikasi. Agar

tulisan dapat dipahami maka seseorang harus mampu membuat pernyataan dalam

bentuk kalimat yang efektif. Hal ini untuk menghindari ketidakjelasan pesan yang

disampaikan. Oleh karena itu latihan menulis harus sesering mungkin dilakukan agar

dapat menulis dengan baik.

d. Faktor Kebahasaan dalam Ringkasan.

Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, kedudukan bahasa sangat

penting. Hal ini dapat dipahami sebab bahasa merupakan alat komunikasi, lebih-lebih

dalam komunikasi tulis. Seorang penulis sangat berhati-hati di dalam menggunakan

bahasa, dengan harapan gagasan yang disampaikan dapat dipahami oleh para

pembaca. Unsur unsur yang harus diperhatikan oleh para penulis meliputi: (1) ejaan

dan tanda baca; (2) pilihan kata atau diksi; (3) kalimat efektif, dan (4) pengembangan

(19)

1) Ejaan

Dalam kegiatan tulis menulis, penulis dituntut untuk menggunakan bahasa

yang baik dan benar. Hal tersebut perlu ditunjang oleh penerapan ejaan yang berlaku

dalam ringkasan, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan.

Agar gagasan dan pesan yang disampaikan oleh penulis dapat diterima secara

jelas, ejaan dan tanda baca sangat besar peranannya. Penulis harus memperhatikan

penulisan huruf yang sudah dituangkan dalam Pedoman Umum Ejaan Yang

Disempurnakan.

Penulisan kata yang tertuang pada Pedomam Ejaan Yang Disempurnakan juga

perlu diperhatikan. Penulis harus menyadari bahwa penulisan kata dasar dan kata

berimbuhan.

Dalam perkembangannya, ringkasan banyak menyerap kata-kata dari bahasa

lain. Unsur serapan tersebut ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah ringkasan,

baik penguasaan maupun penulisannya, tetapi ada pula yang belum sepenuhnya

disesuaikan. Itulah perlunya penulis, memperhatikan cara penulisan kata serapan

yang sudah dituangkan dalam Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan.

2) Pilihan Kata atau Diksi

Seseorang penulis harus teliti di dalam memilih kata sebab kata-kata harus

digunakan secara tepat dan sesuai dengan konteksnya. Ketepatan dan kesesuaian ini

perlu diperhatikan karena penulisan ilmiah menghendaki ketepatan dan keajekan baik

dalam makna maupun dalam bentuk. Hal ini diharapkan agar tidak terjadi kesalahan

(20)

Untuk memilih kata yang tepat dalam menulis, bukan pekerjaan yang mudah.

Bahkan Hemingway (dalam Akhadiah, 1991: 82) mengatakan bahwa memilih kata

secara tepat dan sesuai merupakan bagian yang paling sulit dalam proses penulisan.

Dalam memilih kata harus memperhatikan persyaratan: (1) ketepatan, yang

menyangkut makna dan logika kata-kata; dan (2) kesesuaian, yang menyangkut

kesesuaian antara kata yang dipakai dengan situasi dan keadaan pembaca.

Dalam memilih kata, penulis juga harus memperhatikan: (1) kata yang

bermakna denotatif dan konotatif, (2) sinonim, homofon, homograf, (3) kata abstrak

dan konkret; (4) kata umum dan khusus; (5) kata populer dan kata jadian; dan (6) kata

asing dan kata serapan. Kesemuanya ini harus diperhatikan oleh penulis agar gagasan

yang disampaikan dapat diterima secara tepat oleh pembaca.

3) Kalimat

Seorang penulis harus mampu menuangkan gagasan yang akan disampaikan

dalam kalimat yang efektif. Kalimat efektif harus memiliki kemampuan untuk

menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar seperti apa yang ada pada

pikiran penulis (Akhadiah, 1991: 116).

Senada dengan pendapat Akhadiah, Razak (1983: 116) menjelaskan bahwa

kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan

berlangsung dengan sempurna. Kalimat harus mampu membuat isi atau maksud yang

disampaikan penulis tergambar lengkap dalam pikiran pembaca. Dengan demikian

(21)

perasaan penulis; dan (b) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam

pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.

Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. kesepadanan dan kesatuan, maksudnya paling tidak kalimat terdiri dari subjek ,

predikat dan melahirkan keterpaduan arti;

2. kesejajaran bentuk, maksudnya menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang sama

dapat dipakai dalam susunan serial;

3. penekanan, menggunakan bagian yang penting dan ditulis pada bagian depan

kalimat;

4. kehematan, maksudnya hemat dalam pemakaian kata dan frase; dan

5. kevariasian dalan struktur kalimat

(Akhadiah dkk.,1991:117).

Gorys Keraf (1983: 117) juga berpendapat bahwa kalimat efektif juga harus:

(a) memiliki kesatuan gagasan; (b) koherensi yang kompak; (c) penekanan; (d)

variasi; (e) pararelisme; dan (f) penalaran.

4) Paragraf

Paragraf merupakan himpunan dari beberapa kalimat yang bertalian dalam

suatu rangkaian untuk membentuk sebuah ide. Sebuah ide paragraf akan membangun

satuan pikiran sebagai kajian dari pesan yang disampaikan oleh penulis (Sakri, 1992:

4). Dengan demikian, paragraf yang baik harus memenuhi syarat: (1) kesatuan,

maksudnya semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama

(22)

sebuah kalimat dengan kalimat lain yang membentuk paragraf; dan (3) perkembangan

paragraf, maksudnya penyusunan atau rincian daripada gagasan yang membina

paragraf (Keraf, 1985: 67).

Semi (1990: 55) berpendapat, paragraf mempunyai fungsi: (1) memudahkan

pengertian dan pemahaman dengan memisahkan satu topik dengan topik yang lain;

dan (2) memisahkan dan menegaskan pengertian secara wajar dan formal, untuk

memungkinkan pembaca berhenti lama dari penghentian diakhir kalimat. Dengan

demikian pembaca akan mempunyai kesempatan memusatkan pikiran terhadap topik

atau tema paragraf tersebut.

Gagasan utama dalam paragraf, biasanya dituangkan dalam sebuah kalimat

topik. Kalimat topik perlu didukung oleh kalimat-kalimat penjelas. Menurut Keraf

1985: 70) kalimat topik dapat ditempatkan pada: (1) awal paragraf; (2) pada awal

paragraf kemudian ditegaskan pada akhir paragraf; (3) pada akhir paragraf ; dan (4)

pada seluruh kalimat dalam paragraf tersebut.

Berdasarkan letak kalimat utama, paragraf dibedakan menjadi paragraf: (1)

deduktif, kalimat utama pada awal, (2) induktif, kalimat utama dibagian akhir, (3)

campuran/deduktif/induktif, kalimat utama ada pada bagian awal dan akhir, dan (4)

naratif/deskriptif, yaitu paragraf yang tanpa kalimat utama.

Seperti diungkapkan oleh Gorys Keraf, Akhadiah (1991: 156) berpendapat

bahwa paragraf yang baik juga harus dapat dikembangkan. Artinya inti paragraf

dituangkan pada kalimat utama dari kalimat tersebut harus diperjelas oleh

(23)

selalu koheren. Mengenai banyaknya kalimat penjelas sangat bergantung pada

kalimat utamanya.

e. Menulis Ringkasan

Ringkasan berarti suatu catatan ringkas, yaitu dari suatu uraian teori atau

kajian yang terlalu luas ruang lingkupnya, namun tidak mempengaruhi makna atau

arti yang secara konseptual. The Liang Gie (1986: 114) menyatakan bahwa

membuat ringkasan adalah menulis dengan berusaha mengambil intisari suatu uraian

atau pokok pikiran, kemudian intisari itu ditulis dengan singkat dalam kata-katanya

sendiri. Sementara itu Gorys Keraf (1997: 261) mendefinisikan bahwa membuat

ringkasan berarti suatu keterampilan untuk mengadakan reproduksi dari hasil-hasil

karya yang sudah ada, meringkas merupakan suatu cara efektif untuk menyajikan

suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat.

Kegiatan menulis ringkasan dalam hal ini diperlukan kemampuan membaca

pemahaman yang cukup. Sebab untuk menulis ringkasan yang komprehensif, penulis

ringkasan harus pandai-pandai menangkap pokok pikiran yang ada dalam bacaan

yang diringkasnya. Selain itu, dituntut harus dapat mengenali kalimat utama yang

terdapat pada masing-masing paragraf. Pada setiap paragraf , penulis ringkasan harus

bisa menafsirkan antara ide pokok dan ide penjelas serta mana paragraf utama dan

mana paragraf pengembang, sehingga secara kompetensi diharapkan ringkasan yang

dibuatnya akan efektif mewakili teks bacaan yang diringkasnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis ringkasan adalah

(24)

yang panjang dengan kata-katanya sendiri. Dalam ringkasan, keindahan gaya bahasa,

ilustrasi, serta penjelasan-penjelasan yang terperinci dihilangkan, sedangkan seni

karangannya dibiarkan tanpa hiasan. Walaupun bentuknya ringkas, namun tetap

mempertahankan isi, paragraf, dan pandangan pengarang aslinya.

Sedangkan Walter Pauk mengembangkan untuk para mahasiswa Cornell

University suatu sistem yang disebut” The five R’s of note taking” (pembuat catatan

lima R). Kelima R itu singkatan dari : Record (Rekam), Reduce(Ringkas/Resume),

Recite (Resitasi), Reflect (Renung), Review (Reviu) (dalam The Liang Gie. 1995: 198).

Berdasarkan dari Lima R, untuk Reduce/Ringka s/Resume maksunya adalah pelajaran siswa meringkas fakta-fakta, gagasan, teorei-teori dan konsep-konsep.

Aktivitas membuat ringkasan ini akan memperjelas teori, hubungan antara teori,

memperkuat kesinambungan gagasan dan mempertajam ingatan. Meringkas juga

berguna sebagai persiapan setapak demi setapak dalam menghadapi tes atau ujian.

C. Tujuan Menulis Ringkasan

Kegiatan berlatih menulis ringkasan atau sebuah artikel atau sebuah karya

adalah suatu cara yang paling berguna untuk mengembangkan ekspresi serta

ketepatan dalam pemilihan kata. Latihan-latihan yang itensif akan mengembangkan

daya kreasi dan konsentrasi, serta mempertajam kemungkinan pemahaman karya asli

secara baik, sehingga karya ringkasan itu tampaknya seolah-olah hasil pematangan

(25)

diperoleh jika tanpa mempelajari dengan cermat serta memahami apa yang dibaca

atau didengar.

Ringkasan sebagai suatu keterampilan untuk mengadakan reproduksi,

sebenarnya sudah diperkenalkan sejak seorang murid berada di sekolah dasar.

Sebagai suatu bentuk reproduksinya dan sebagai suatu cara untuk mengetahui apakah

seorang siswa benar-benar mengetahui dan memahami isi sebuah buku atau karangan,

maka sebuah ringkasan memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Adanya

kegiatan menulis ringkasan, sebenarnya seseorang mempelajari bagaimana penulis

yang baik dalam menyusun karangannya, bagaimana ia menyampaikan

gagasan-gagasanya ke dalam bahasa yang baik, serta bagaimana ia dapat memecahkan suatu

masalah.

Menulis ringkasan bertujuan untuk memahami dan mengetahui isi sebuah

karangan, maka latihan-latihan untuk maksud tertentu akan membimbing dan

menuntun seseorang agar dapat membaca karangan dengan cermat dan bagaimana

harus menulisnya dengan tepat (Gorys Keraf, 1997: 262).

Berdasarkan dari pendapat tersebut maka untuk mendapatkan hasil atau

tujuan yang memuaskan dalam menulis ringkasan, seseorang siswa dituntut untuk

membaca buku atau karangan asli dengan cermat, mendengar atau menyimak

penjelasan guru dengan penuh konsentrasi serta bagaimana harus menulisnya kembali

dengan tepat suatu ringkasan karangan atau catatan materi pelajaran.

Seseorang tidak akan dapat menulis ringkasan dengan baik jika ia kurang

(26)

utama dengan gagasan-gagasan tambahan. Kemampuan membedakan tingkat-tingkat

gagasan dalam karangan akan membantunya mempertajam gaya bahasa, serta

menghindari gagasan-gagasan panjang lebar yang dapat membuat suatu kerancuan

dalam karangan tersebut.

D. Cara Menulis Ringkasan

Beberapa pedoman yang dipergunakan untuk menulis ringkasan yang baik

dan teratur adalah sebagai berikut: 1) membaca naskah asli; 2) mencatat gagasan

utama; 3) membuat reproduksi; 4) melaksanakan ketentuan tambahan (Gorys Keraf,

1995: 263).

Uraian keempat pedoman tersebut sebagai berikut:

1) Membuat Naskah Asli

Seorang penulis ringkasan harus membaca naskah asli hingga berulang kali

supaya dapat mengetahui kesan umum tentang karangan yang dibaca secara

menyeluruh, selain itu untuk mengetahui kesan umum dan maksud sudut pandang

pengarangnya.

Untuk membantu mencapai hal tersebut, penulis harus memperhatikan judul

dan daftar isi, karena perincian daftar ini akan memberikan petunjuk yang jelas

bahwa sebuah karangan mempunyai hubungan pertalian dengan judul atau tidak.

Dengan memperhatikan hal ini, penulis akan mudah mendapatkan kesan umum,

maksud pengarang serta sudut pandang pengarang yang tersirat dalam karangan itu.

(27)

Langkah kedua ini penulis kembali membaca karangan, bagian demi bagian,

alenia demi alenia sambil mencatat semua gagasan yang penting. Tujuan terpenting

dari pencatatan ini adalah agar tanpa ada ikatan teks asli, jika seorang penulis akan

kembali memulai menulis untuk menyusun sebuah ringkasan dengan

mempergunakan pokok-pokok yang telah di catat itu. Pada langkah ini yang menjadi

sasaran pencatatan adalah judul-judul bab, judul anak bab, dan alenia. Semua gagasan

utama atau gagasan penting yang berada di dalamnya dicatat atau digarisbawahi.

3) Membuat Reproduksi

Dalam reproduksi seorang penulis ringkasan menyusun kembali suatu

karangan singkat berdasarkan gagasan utama sebagaimana yang dicatat dalam

langkah sebelumnya, ia harus menyusun kalimat-kalimat baru, merangkaikan semua

gagasan ke dalam suatu wacana yang jelas dan dapat diterima akal sehat sekaligus

menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya.

4) Melaksanakan Ketentuan Tambahan

a. Sebaiknya dalam menyusun ringkasan mempergunakan kalimat tunggal daripada

kalimat majemuk karena kalimat majemuk ada dua gagasan atau lebih yang

bersifat pararel.

b. Bila memungkinkan ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Begitu

juga rangkaian gagasan yang panjang hendaknya diganti dengan suatu gagasan

sentral saja.

c. Alinea yang mengandung gagasan ilustrasi, contoh deskripsi dan sebagainya

(28)

d. Bila mungkin kata keterangan dan kata sifat dibuang, kecuali keterangan atau kata

sifat yang dipergunakan untuk menjelaskan gagasan umum.

e. Pertahankan gagasan asli serta ringkasan gagasan-gagasan itu dalam urutan

seperti naskah asli.

E. Penilaian Hasil Karangan

Tes kemampuan menulis karangan yang paling sering diberikan kepada siswa

adalah dengan menyediakan tema atau sejumlah tema yang harus dipilih salah satu

diantaranya. Penyediaan tema yang lebih dari sebuah kiranya lebih memberi

kesempatan siswa untuk memilih tema yang menarik untuk dikuasai masalahnya.

Bentuk-bentuk tugas menulis ringkasan dilihat dari adanya tujuan untuk

memahami dan mengetahui isi sebuah buku atau karangan. Penilaian terhadap hasil

ringkasan mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektifitas.

Bagaimanapun juga dan berapapun kadarnya, unsur subjektivitas penilai pasti

berpengaruh. Sebuah karangan yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak

akan sama sekornya. Masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana kita

mendapatkan atau memilih model teknik penilaian yang memungkinkan penilai untuk

memperkecil kadar subjektifitas.

Penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holiatis,

impresif, dan selintas. Jadi penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan

yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas. Penilaian yang demikian jika

(29)

dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, keahlian itu belum tentu dimiliki oleh para guru

di sekolah.

2. Kemampuan Membaca Pemahaman

a. Pengertian Membaca Pemahaman

Kegiatan membaca, khususnya membaca pemahaman sangat penting bagi

setiap siswa dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini didasarkan pada suatu

pemikiran sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan oleh siswa melalui aktivitas

membaca (Nurgiyantoro, 1987: 226). Kemampuan membaca seseorang akan

mempengaruhi keluasan pandangan mengenai berbagai masalah. Bahkan kemampuan

dan kemauan membaca seseorang juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan studi

mereka.

Ada beberapa fungsi tentang membaca. Eddie Williams (1990: 6) dalam

bukunya yang berjudul Reading in The Language Classroom menjelaskan ”A simple

(and provisional) difinition of reading is that it is a process where by one looks a

understands what has been written. The keyhere is understand...” . Menurut Eddie Williams, membaca merupakan suatu proses dimana seseorang melihat dan

memahami apa yan telah ditulis. Kata kuncinya adalah memahami. Jadi pembaca

harus memahami ide-ide yang ditulis.

Dalam kegiatan membaca pemahaman, pembaca dituntut untuk memahami

ide pokok atau gagasan penulis yang terdapat dalam bacaan. Kemampuan memahami

gagasan penulis dapat dbedakan menjadi tiga jenis yaitu: (1) kemampuan mengenai

(30)

kemampuan memahami gagasan yang mendukung gagasan pokok; dan (3)

kemampuan menarik kesimpulan yang betul dan penalaran yang tepat mengenai

gagasan yang disampaikan penulis (Modul Akta V, 1985:19). Membaca pemahaman

menitikberatkan pada kemampuan memahami isi bacaan secara tepat dan cepat.

Membaca merupakan interaksi aktif antara pembaca dan teks, oleh karenanya

diperlukan pengetahuan tentang bahasa dan topik bacaan yang cukup (Grabe, 1997

dalam Keyko Hayashi, 200). Senada dengan pendapat di atas, Smith dalam guntur

Tarigan (1991: 42) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses pengenalan,

penafsiran, dan penilaian terhadap gagasan-gagasan yang berkenaan dengan bobot

mental ataupun kesadaran total diri pembaca. Dengan demikian membaca dapat

diartikan sebagai suatu proses yang bersifat kompleks yang bergantung pada

perkembangan bahasa seseorang, latar belakang pengalaman, kemampuan kognitif,

dan sikap pembaca terhadap bacaan. Kemampuan membaca dengan demikian dapat

diartikan sebagai penerapan faktor-faktor tersebut di atas oleh pembaca dalam rangka

mengenali, menginterpretasi, dan mengevaluasi gagasan atau ide yang terdapat

dalam bacaan.

Berdasarkan pada sudut pandang psikolinguistik, Goodman dalam Dubin

(1988: 26) berpendapat bahwa membaca merupakan diskusi jarak jauh antara

pembaca dan pengarang yang didalamnya terdapat interaksi antara bahasa dan

pikiran. Dengan kata lain, penulis menyandikan pikiranya ke dalam bahasa,

sedangkan pembaca menguraikan sandi bahasa tersebut ke dalam pikiranya. Pendapat

(31)

membaca adalah aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada

keterampilan berbahasa pelajar dan pada tingkat penalaranya. Ini berarti membaca

merupakan suatu proses yang memerlukan partisipasi aktif pembaca.

Sebagai suatu proses, membaca terdiri dari atas tahap-tahap yang saling

berkaitan. Tahapan-tahapan membaca pada hakikatnya terdiri atas lima tahapan yaitu:

(1) mengidentifikasikan pernyataan isi teks dan kalimat topik, (2)

mengidentifikasikan kata-kata dan frasa-frasa kunci, (3) mencari kosa kata baru, (4)

mengenali organisasi tulisan, dan (5) mengidentifikasikan teknik pengembangan

paragraf.

Berkaitan dengan tahapan membaca Goodman dalam Dubin (1988: 126)

menyatakan bahwa kegiatan membaca adalah suatu permainan tebak-tebakan

psikolinguistik (”a psycholinguistic guessing game”) yang terdiri atas tahap-tahap

tertentu. Artinya dalam proses penguraian sandi atau pemberian makna suatu teks

tertulis pembaca harus melalui tahap-tahap tertentu secara berurutan. Tahap pertama

yang harus dilakukan pembaca dalam proses pemberian makna suatu bacaan adalah

mengenai keserbaragaman penanda linguistik serta menggunakan mekanisme

pemrosesan data linguistik yang dimilikinya untuk menentukan susunan atau urutan

penanda-nada linguistik tersebut. Tahap berikutnya, pembaca memilih di antara

semua informasi yang ada, data-data yang sekiranya cocok, koheren, dan bermakna.

Dari gambaran di atas, Brown (1994: 284) menyatakan bahwa membaca dapat

dikatakan sebagai permainan tebak-tebakan karena dalam memahami suatu tulisan

(32)

kesimpulan atas makna-makna tertentu, menentukan apa yang harus diterima atau

ditolak dan seterusnya yang semuanya mengandung resiko.

Bertolak dari pendapat tersebut, untuk menghasilkan suatu tebakan yang tepat

pembaca perlu memanfaatkan informasi, pengetahuan, perasaan, pengalaman, dan

budaya yang dimilikinya sehingga dapat memaknai pesan-pesan yang terdapat dalam

suatu bacaan dengan tepat. Begitu juga seorang pembaca, perlu juga memiliki strategi

yang tepat untuk dapat menemukan pesan yang terkandung dalam bacaan.

Strategi yang dimaksud dapat berbentuk membuat out line dan ringkasan

dengan kata-kata sendiri, mencari kata kunci, mengidentifikasikan ide pokok,

membuat catatan-catatan khusus, menggarisbawahi hal-hal yang dianggap penting

atau pun membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan.

Berdasarkan uraian di atas, membaca merupakan aktivitas komunikatif yang

memiliki hubungan timbal balik antara pembaca dan isi teks, sehingga faktor

pendidikan, intelegensi, sikap, dan kemampuan berbahasa akan sangat menentukan

proses penyerapan bahan bacaan (Sartinah Hardjono, 1988: 49).

Selanjutnya dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

membaca adalah suatu proses psikolinguistik di mana pembaca menggunakan segala

kemampuannya untuk menyimpulkan makna sesuai dengan maksud penulis. Dengan

(33)

b. Jenis Membaca

Membaca pada hakikatnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Henry

Guntur Tarigan (1987: 13) mengklasifikasikan membaca sebagai berikut:

1) Membaca nyaring

2) Membaca dalam hati yang terbagi atas:

a. Membaca ekstensif yang terdiri atas (membaca survey, membaca sekilas, dan

membaca dangkal).

b. Membaca intensif yang terdiri atas (1) membaca telaah isi, yang terdiri dari

membaca teliti, memba ca pemahaman, membaca kritis dan membaca gagasan. (2)

membaca telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra.

Lebih lanjut berkaitan dengan variabel bebas yang dikaji dalam penelitian ini,

pembahasan selanjutnya akan terfokus pada membaca pemahaman.

c. Hakikat Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca seseorang akan mempengaruhi keluasan pandangan

mengenai berbagai masalah. Bahkan kemampuan dan kemauan membaca seseorang

juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan studi seseorang.

Kata pemahaman oleh Mackey (1969: 127) diartikan sebagai masalah

penafsiran (interpretation) dan harapan (expectancy), yaitu penafsiran tentang apa yang diperoleh pembaca dari tulisan yang dibaca dan harapan pembaca untuk

menemukan serta menggunakan hal-hal yang ditemukan dalam bacaan yang

dibacanya. Clark dan V. Clark (1977: 43) senada dengan Mackey memberikan

(34)

pembentukan pengertian. Senada dengan dua pendapat tersebut, Smith dalam Tarigan

(1987: 43) mengartikan pemahaman atau comprehension sebagai suatu penafsiran

atau penginterpretasian pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan

informasi yang telah diketahui, dan menemukan jawaban-jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan kognitif yang terdapat dalam bacaan.

Bagian lain dari bukunya, Clark dan V. Clark (1977: 45) memandang

pemahaman dari dua proses yang berbeda. Kedua proses tersebut oleh Clark di sebut

”construction proses” dan ”utillization proses”. Construction process adalah sebagai proses pembentukan pengertian berdasarkan kalimat-kalimat yang diperoleh pembaca

dari bahan bacaan, sedangkan utillzation process diartikan sebagai proses bagaimana pengertian yang telah dibentuk dipakai oleh pembaca sebagai aplikasi dari pengertian

yang diperoleh.

Berdasarkan pendapat di atas, dapatlah dikatakan bahwa inti kegiatan dari

membaca adalah suatu pemahaman. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat

Grellet (1986: 3) menyatakan bahwa mengerti suatu teks bacaan tidak hanya sekedar

mengerti apa yang ada, tetapi lebih dalam lagi yakni diperlukan pemahaman.

Menguraikan lebih lanjut tentang membaca pemahaman, Lado (1977: 223)

menyatakan bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan

memahami arti dalam suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan. Dari pengertian ini

dapat dikatakan bahwa Lado menekankan adanya dua hal pokok dalam membaca

(35)

hanya orang yang telah menguasai bahasa dan simbol grafislah yang dapat melakukan

kegiatan membaca pemahaman.

Menurut Grellet (1986: 13) yang menyatakan bahwa kemampuan membaca

pemahaman merupakan kemampuan menyimpulkan informasi yang diperlukan dalam

bacaan. Sejalan hal tersebut, Goodman (1980: 15) mendukung pendapat Grellet

menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses

merekonstruksikan pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca. Goodman lebih

lanjut menerangkan bahwa proses rekonstruksi pesan itu berlapis, interaktif, dan

didalamnya terjadi proses pembentukan dan pengujian hipotesis. Selanjutnya hasil

dari pengujian hipotesis tersebut akan dipakai oleh pembaca sebagai dasar menarik

kesimpulan mengenai pesan atau informasi yng disampaikan oleh penulis.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca

pemahaman terjadi apabila terdapat suatu ikatan yang aktif antara daya pikir dan

kemampuan yang diperoleh pembaca melalui pengalaman membaca mereka.

Membaca pemahaman dengan demikian merupakan proses pengolahan informasi

secara intensif, kritis, kreatif, dan apresiatif yang dilakukan dengan tujuan

memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh.

d. Teknik membaca pemahaman.

Agar membaca dapat memahami isi bacaan secara baik, Francis P. Robinson

(dalam Sudarso, 1989:60-64) menyodorkan sistem membaca dengan teknik SQ3R

(36)

1) Survey

Dalam tahap ini, pembaca melakukan penyelidikan terlebih dahulu untuk

mendapatkan gambaran sepintas mengenai isi bacaan, termasuk ide-ide penting yang

disampaikan dan cara mengorganisasikan bahan. Dengan tujuan agar pembaca

mengetahui panjangnya teks, judul bagian (heading), judul subbagian (sub-heading), istilah dan kata kunci. Juga menyiapkan seperti pensil, kertas, dan stabilo untuk

menandai bagian-bagian tertentu.

2) Question

Ketika melakukan survey dapat juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

yang jelas, singkat, dan relevan dengan maksud agar dapat pemahaman isi.

3) Read

Pada kegiatan ini, konsentrasi ditujukan pada penguasaan ide pokok dan

ide-ide penjelasan pada setiap paragraf, yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban

relevan dengan jawaban.

4) Recite

Setelah selesai membaca suatu bagian alinea, sebaiknya berhenti sejenak

sambil memperhatikan dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan teks/alinea tersebut.

5) Review

Review dilakukan setelah selesai membaca secara keseluruhan perlu diulangi untuk menelusuri bagian-bagian yang penting yang perlu diingat dan dikaitkan

(37)

Hasil membaca, yang menggunakan teknik SQ3R lebih efektif dengan hasil

pemahaman bacaan sangat memuaskan, karena dengan ini pembaca menjadi aktif dan

terarah langsung pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang tersirat dan

tersurat dalam teks.

e. Pendekatan Dalam Membaca Pemahaman

Proses membaca pemahaman pada hakikatnya tidak terlepas dari adanya

penerapan pendekatan yang digunakan. Secara umum adanya dua konsep pendekatan

dalam membaca pemahaman yakni pendekatan bottom-up dan pendekatan top-down.

Pendekatan bottom-up, membaca dipandang sebagai suatu proses menafsirkan simbol-simbol tertulis yang memulai dari satuan-satuan yang lebih kecil (huruf) dan

kemudian mengarah kesatuan-satuan yang lebih besar (kata, klausa, dan kalimat).

Jadi pembaca menggunakan strategi menafsirkan bentuk-bentuk tertulis guna

memperoleh pemahaman makna suatu bacaan.

Pendekatan top-down sebaliknya lebih menekankan pada rekonstruksi makna dari pada sekedar penafsiran sandi-sandi bentuk bahasa. Dalam pendekatan top-down, interaksi antara pembaca dan teks merupakan inti kegiatan membaca. Proses interaksi

tersebut pembaca akan membawa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya tentang

subjek yang dibacanya. Pembaca akan memanfaatkan pengetahuan kebahasaan,

motivasi, minat serta sikapnya terhadap isi teks untuk merekonstruksikan makna

suatu bacaan. Nunan (1989: 65-66) menyatakan bahwa dalam pendekatan top-down

(38)

membentuk hipotesis-hipotesis tentang unsur yang terdapat dalam teks dan kemudian

menggunakan teks tersebut sebagai semacam sampel untuk menemukan betul

tidaknya hipotesis yang telah diajukan.

Nunan lebih lanjut menyatakan bahwa pendekatan top-down sangat

diperlukan dan merupakan koreksi atas pendekatan bottom-up, karena dalam kenyataan sehari-hari proses membaca mengikuti urutan terbalik dari pendekatan

bottom-up yaitu menafsirkan makna terlebih dahulu kemudian mengidentifikasikan kata dan huruf (1989: 33). Jadi dalam hal ini Nunan berpendapat bahwa dalam

membaca seseorang perlu memahami makna terlebih dahulu agar dapat

mengidentifikasi kata-kata dan perlu mengenal kata-kata untuk mengidentifikasi

huruf dan bukan sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa pendekatan bottom-up maupun top-down

masing-masing memiliki kelemahan. Kelemahan utama dari pendekatan bottom-up

bahwa inisiatif proses pemahaman makna dalam tataran yang lebih tinggi harus

menunggu proses penafsiran (decoding) simbol-simbol sandi bahasa seperti huruf dan kata yang berada pada proses tataran yang rendah. Sedangkan kelemahan pendekatan

top-down adalah kurang memberikan peluang pada proses tataran yang lebih rendah untuk mengarah proses tataran yang lebih tinggi seperti pemahaman makna global

melalui pengetahuan latar.

Beranjak dari dua kelemahan pendekatan di atas, Stanovich dalam Nunan

(1989: 67) mengajukan alternatif pendekatan yang berupa intergrasi dua pendekatan

(39)

interactive-compensatory. Dalam pendekatan ini pembaca memproses teks dengan memanfaatkan semua informasi yang tersedia secara simultan dari berbagai sumber

yang meliputi fonologis, leksikal, sintaksis, maupun pengetahuan tentang wacana.

Berdasarkan uraian di atas, meskipun dari beberapa pendapat memberikan

gambaran yang berbeda-beda tentang proses membaca pemahaman, jika dicermati

setidaknya terdapat empat ciri umum yang berkaitan dengan proses membaca

pemahaman. Pertama, membaca adalah berinteraksi dengan bahasa yang sudah

disandikan dalam bentuk tulisan. Kedua dari hasil interaksi dengan bahasa tertulis

harus berupa pemahaman. Ketiga, kemampuan membaca erat kaitanya dengan

kemampuan berbahasa lisan. Keempat, membaca merupakan proses yang aktif dan

berkelanjutan yang secara langsung dipengaruhi oleh interaksi-interaksi dalam

lingkunganya.

f. Tujuan Membaca Pemahaman

Membaca dalam konteks ilmiah merupakan kebutuhan yang tidak dapat

ditinggalkan, karena bisa mengembangkan potensi-potensi intelektual dan

bakat-bakat artistik kita, serta dapat mengaktualisasi diri dan memasuki proses sosialisasi

diri sebaik-baiknya. (Slamet, 2009: 85). Senada dengan pendapat di atas, Morrow

sebagaimana dikutip Utari Subiakto (1993: 164-165) menyatakan bahwa tujuan

membaca adalah mencari informasi yang: (1) kognitif dan intelektual yaitu yang

digunakan seseorang untuk menambah keilmuanya sendiri; (2) referensial dan

(40)

dunia ini; (3) afektif dan emosional, yaitu yang digunakan seseorang untuk mencari

kenikmatan dalam membaca.

Dalam aktivitas berbahasa, membaca pemahaman selalu melibatkan beberapa

psikologis (mental) seperti kegiatan penilaian, penalaran, pertimbangan,

pengkhayalan, dan pemecahan masalah. Selain itu membaca pemahaman memiliki

empat faktor landasan psikologis, antara lain (1) kapasitas lisan, yaitu kemampuan

bawaan untuk mempelajari bahasa simbol dan kemampuan menangkap

konsep-konsep abstrak; (2) pemahaman pendidikan, yaitu keseluruhan gagasan, pengertian

dan pengetahuan praktis yang diperoleh melalui kontak pribadi dengan lingkungan;

(3) kemampuan berkonsentrasi, yaitu pengarahan pikiran pada pengetahuan tertentu,

gagasan-gagasan dan informasi yang berhubungan dengan pemecahan dan analisis;

dan (4) adanya tujuan sehingga kemampuan mental dapat difokuskan dalam

mempelajari hal-hal tertentu.

Berpijak pada uraian di atas, maka pembaca pemahaman dituntut dapat

melibatkan dirinya secara aktif dalam bacaan, mengolah informasi visual dan non

visual, serta mengkonstruksikan isi yang tersurat dan tersirat dalam bacaan.

g. Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman

Tes yang bersifat subjektif maupun berbentuk objektif dapat dipergunakan

untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman seseorang. Menurut Soenardi

Djiwandono (1996: 64-65) bahwa tujuan pokok penyelenggaraan tes membaca adalah

mengetahui dan mengukur tingkat kemampuan memahami makna tersurat, tersirat

(41)

subjektif maupun objektif. Tes bentuk subjektif dapat dibuat dalam bentuk

pertanyaan yang dijawab melalui jawaban panjang dan lengkap atau sekedar jawaban

pendek. Sedangkan tes objektif dapat disusun dalam bentuk tes melengkapi,

menjodohkan, pilihan ganda atau bentuk-bentuk gabungan.

Burhan Nurgiantoro (1988: 248) berpendapat bahwa pengukuran kegiatan

membaca dapat mencakup dua segi yaitu kemampuan dan kemauan. Kemampuan

membaca lebih berkaitan dengan aspek kognitif yang mencakup enam tingkatan

sedangkan faktor kemauan berkaitan dengan aspek afektif. Lebih lanjut Burhan

Nurgiantoro (1988: 249) menyatakan bahwa tes esai maupun objektif dapat dipilih,

hanya saja untuk mengukur tingkat sintesis dan evaluasi bentuk tes esai lebih mudah

disusun.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran

kemampuan membaca pemahaman dapat dilakukan melalui tes bentuk esai ataupun

objektif dengan memperhatikan beberapa indikator. Berbicara tentang indikator

kemampuan membaca pemahaman, David Russel yang dikutip Dikjen Dikti (1985:

65-66) menyatakan bahwa kemampuan membaca adalah kemampuan memberi

respon yang tepat dan akurat terhadap tuturan tertulis yang dibaca. Sementara itu

Imam Syafi’ie (1993: 48-49) membedakan pemahaman atas empat tingkatan yaitu (1)

tingkat pemahaman literal, yaitu pemahaman arti kata, kalimat, serta paragraf dalam

bacaan; (2) tingkat pemahaman interpretatif, yaitu pemahaman isi bacaan yang tidak

langsung dinyatakan dalam teks bacaan; (3) tingkat pemahaman kritis, yaitu

(42)

isi bacaan; (4) tingkat pemahaman kreatif, yaitu pemahaman terhadap bacaan yang

dilakukan dengan kegiatan membaca melalui berfikir secara interpretatif dan kritis

untuk memperoleh pandangan-pandangan baru, gagasan-gagasan baru, gagasan yang

segar dan pemikiran-pemikiran orisinal.

Sedangkan Anderson (1980: 106) membedakan tingkatan membaca

pemahaman atas tiga tingkatan yaitu (1) membaca barisan, (2) membaca antarbarisan,

dan (3) membaca di luar barisan. Untuk tiga tingkatan tersebut, Anderson (1990:

106), menyatakan terdapat tujuh keterampilan yang terkandung di dalam tingkat

pemahaman yaitu (1) pengetahuan makna kata, (2) pengetahuan tentang fakta, (3)

pengetahuan menentukan tema pokok, (4) kemampuan mengikuti hal yang mengatur

sebuah wacana, (5) kemampuan memahami hubungan timbal balik, (6) kemampuan

menyimpulkan, dan (7) kemampuan melihat tujuan pengarang.

Sehubungan dengan kompetensi yang dituntut dalam membaca pemahaman,

menurut Henry Guntur Tarigan (1987: 37) mengatakan bahwa sesuai dengan tujuan

pengajaran membaca pemahaman, maka indikator kemampuan membaca pemahaman

siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam (1) menetapkan ide pokok; (2)

memilih butir-butir penting; (3) mengikuti petunjuk-petunjuk; (4) menentukan

organisasi bahan bacaan; (5) menentukan citra visual dan citra lainya dalam bacaan;

(6) menarik kesimpulan-kesimpulan; (7) menduga dan meramalkan dampak dan

kesimpulan; (8) merangkum bacaan; (9) membedakan fakta dari pendapat; (10)

(43)

Pendapat yang agak berbeda diutarakan oleh Alan Davies dan Widdowson

(1974: 167-175) menyatakan bahwa indikator-indikator untuk mengukur kemampuan

membaca pemahaman terdiri atas: (1) acuan langsung yang dirinci dalam kemampuan

memahami makna kata, istilah, ungkapan, kemampuan menangkap informasi dalam

kalimat, dan kemampuan menjelaskan istilah; (2) penyimpulan yang dirinci dalam

kemampuan menemukan sifat hubungan suatu ide dan kemampuan menangkap isi

bacaan yang tersurat maupun tersirat; (3) dugaan yang dirinci dalam kemampuan

menduga pesan yang terkandung dalam bacaan dan kemampuan menghubungkan teks

dengan situasi.

3. Sikap Bahasa

a. Pengertian Sikap

Sebelum menjelaskan pengertian sikap bahasa, terlebih dahulu perlu

dijelaskan pengertian sikap secara umum. Pergertian tentang sikap sudah banyak

dikenal dibidang psikologi. Istilah sikap terjemahan dari bahasa inggris attitude,

artinya tindakan atau tingkah laku. Banaji, menyatakan bahwa sikap adalah

kecenderungan untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek-objek sosial seperti

masyarakat, daerah, dan kebijakan. Juga sikap adalah perpaduan antara persepsi dan

perimbangan yang seringkali menghasilkan orientasi emosi terhadap suatu fenomena

(What is an attitude. Anonim (http://www.gwu.edu/-tip/roger.html).

Poerwadarminta (1985: 944) memberikan batasan sikap sebagai perbuatan

yang didasarkan pada pendirian, pendapat, atau keyakinan. Kemudian Fishbein dan

(44)

kecenderungan untuk menanggapi secara taat asas tata cara yang disukai atau tidak

disukai dalam kaitanya dengan suatu objek tertentu.

Ada empat alasan, mengapa kita memiliki sikap. Keempat alasan tersebut

yaitu : (1) sikap membantu kita memahami dunia sekeliling; (2) sikap dapat

melindungi rasa harga diri kita karena sikap dapat membantu menghindari diri dari

kenyataan yang tidak menyenangkan terhadap diri kita; (3) sikap dapat membantu

dalam menyesuaikan diri dengan dunia di sekitar kita; (4) sikap memberikan

kemungkinan kepada kita untuk menyatakan nilai asasi (Triandis dalam Basuki,

1996:32).

Pengertian tentang sikap ada bermacam-macam pendapat, Rokeach (dalam

Basuki, 1996:28) memberikan definisi sikap adalah ”... a relatively enduring

orgnization of beliefs around an object or situation prediposing one to respon in some preferential monner”(... tata kepercayaan yang secara relatif berlangsung lama mengenai suatu objek atau dengan cara tertentu yang disukainya. Dengan demikian

tata kepercayaan harus berlangsung lama dan kecenderungan yang bersifat sementara

tidak dapat disebut sikap.

Menurut Allport ( dalam basuki, 1996 :14) sikap adalah ”....through experience, exerting a directive adynamic influence upon the individual’s response to

all object and situations with which it is related” . (....kesiagaan mental dan saraf, yang tersusun melalui pengalaman, yang memberikan arah atau pengaruh dinamis

(45)

dengan kesiagaan itu). Menurut Allport sikap tidak dapat diamati secara langsung

tetapi harus disimpulkan melalui instropeksi dari subjek.

Dari sudut pandang psikologi sosial, sikap pada hakikatnya mempunyai

ciri-ciri (1) bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan otak tersebut dalam hubunganya dengan objeknya; (2) dapat

berubah-ubah, karena dapat dipelajari; (3) tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung

relasi tertentu terhadap suatu objek; (4) objek sikap dapat merupakan suatu hal

tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut; (5) mempunyai

segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. (Gerungan, 1996: 152).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah

organisasi pendapat atau keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang

disertai perasaan suka atau tidak suka. Sikap pada hakikatnya memberikan dasar

kepada seseorang untuk merespon sesuatu, mendukung atau tidak mendukung, suka

ataupun tidak suka.

b. Komponen- komponen Sikap

Komponen-komponen dalam sikap saling berkaitan dan saling mempengaruhi.

Komponen sikap terdiri dari: afeksi (perasaan), kognisi (pengertian), dan behavior

(perilaku). Setiap komponen sangat penting dalam pembentukan sikap seseorang.

Gardner (dalam Sandra, 1996: 5) menyatakan bahwa sikap mempunyai komponen

kognitif, afektif, dan konatif (mencakup kepercayaan, reaksi, emosi, dan

kecenderungan psikologi untuk bertindak atau menilai tingkah laku dengan cara

(46)

Ryan dan Parke (1991) kaitanya dengan sikap, berpendapat ”....atiituge can be

viewed as evaluations of various objects that are store in memory. According to the tri-component model, an attitude includes affect (a feeling), cognition (a thought), and behavior (an a ction). (....sikap dapat dipandang sebagai evaluasi terhadap beragam objek yang tersimpan dalam memori. Menurut model trikomponen, sikap

mencakup afektif (perasaan), kongnisi (pikiran), dan perilaku (tindakan). (Attitude

Defined:file///A/Attitude.htlm).

Krech dan Crutchfild (1969) mengemukakan bahwa sikap terdiri dari tiga

komponen, yaitu; (1) pengertian dan pemahaman (cognition); (2) perasaan (feeling);

dan (3) kecenderungan bertindak (a ction tendencies). Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Komponen kongnisi

berhubungan erat dengan pertimbangan rasional dan tanggapan-tanggapan logis

terhadap sasaran (setuju atau tidak setuju). Komponen afeksi berhubungan erat

dengan perasaan emosional (senang tidak senang) terhadap sasaran. Komponen

action berhubungan erat dengan bagaimana kecenderungannya bertindak terhadap sasaran. Ketiga komponen tersebut akan membentuk sikap seseorang. Dengan

demikian sikap seseorang terhadap suatu objek akan berbeda dengan sikap orang lain

terhadap objek tersebut.

c. Pembentukan Sikap

Seperti dikatakan oleh Bimo Walgito (1997:55) bahwa sikap tidak terbawa

Gambar

gambaran yang berbeda-beda tentang proses membaca pemahaman, jika dicermati
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 5. Analisis Variansi (ANAVA) untuk menguji Keberartian dan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Ringkasan (Y)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu penguasaan kosakata dan kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar bahasa Bahasa

Abidin (2012:60) membaca pemahaman dapat diartikan sebagai proses sungguh-sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, peran, dan makna yang terkandung

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Pemahaman Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mahasiswa Semester VI Kelas B Program

Data variabel minta dan sikap dikategorikan sebagai variabel bebas (independent) sedangkan variabel kemampuan UUBS dikategorikan sebagai variabel terikat (dependent). Hubungan

Respon guru dan kemampuan membaca pemahaman siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku ketika menggunakan motode pendekatan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh kemampuan membaca pemahaman dan minat belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis cerita

vi ABSTRAK PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SQ3R UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SDN 2 TARAHAN LAMPUNG SELATAN