• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Rumusan Masalah

1.5.3 Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

1.5.3.3 Hubungan Kerja Kepala Desa dengan Badan

Hubungan kerja Kepala Desa dengan BPD, dilakukan melalui pengertian dan kedudukan, tugas dan fungsi serta kemampuan melaksanakan tugas dan fungsi tersebut. Tugas dan fungsi Kepala Desa dalam UU NO. 32 Tahun 2004 tidak merinci apa saja yang menjadi tugas dan fungsinya tersebut, tetapi menekankan supaya di atur lebih lanjut oleh Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah. Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan fungsi Kepala Desa adalah :

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa

b. Membina kehidupan masyarakat desa dalam arti sosial dan ekonomi

c. Memelihara kehidupan yang harmonis di tengah-tengah masyarakat desa

d. Mewakili desa dalam beberapa peristiwa hukum dan atau menunjuk kuasa hukumnya.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang anggota-anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa yang di tetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. (Pasal 210 ayat 1 dan Pasal 209 UU No. 32 Tahun 2004).

Kedudukan Kepala Desa dan BPD dapat dikatakan. Pertama, sebagai pihak yang bermitra kerja dalam proses penyelenggaraan Pemerintahan Desa, karena BPD bersama Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa. Di samping itu, Kepala Desa memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa, BPD secara institusional mewakili penduduk desa bertindak sebagai pengawas terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Di sisi lain adanya fungsi BPD untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Kedua, Kepala Desa bertanggung jawab kepada penduduk desa melalui BPD dalam arti kultural dan etika.

Selanjutnya mengenai kemampuan melaksanakan tugas dan fungsi dapat dikatakan sebagai pelengkap dalam harmonisasi atau disharmonisasi hubungan kerja. Hubungan kerja dalam mekanisme kemitraan mengenai penetapan Peraturan Desa, pada kelaziman umum, tedapat kondisi penyusunan rencana perundang-undangan dapat dilakukan oleh salah satu pihak, namun yang prinsip-

prinsip rancangan Peraturan Perundang-undangan wajib mendapat persetujuan dari pihak lain sebagai mitra yang dtentukan. Hal yang sama berlaku dalam mekanisme peyusunan dan pengesahan Rancangan Peraturan Desa. Rancangan Peraturan Desa dapat dibuat oleh Kepala Desa atau BPD dan mendapat pengesahan dari salah satunya.

Dinamika penetapan peraturan desa pada umumnya dapat terlaksana sesuai harapan walaupun melalui beberapa ketegangan akibat adanya tuntutan perubahan dan perbaikan naskah atau materi yang diusulkan, dan hal itu adalah suatu kewajaran. Ketegangan yang sesungguhnya terjadi apabila Peraturan Desa dilaksanakan dengam Keputusan Kepala Desa.

Hubungan kerja BPD, secara institusional mewakili penduduk desa, bertindak sebagai pengawas terhadap penyelenggaraan Pemerintah Desa. Obyek- obyek pengawasan dapat berupa implementasi Peraturan Desa, mekanisme pelayanan masyarakat, operasionalisasi pemerintahan secara umum dan pelaksanaan program pembangunan desa. Pekerjaan menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat sesungguhnya merupakan fungsi namun dalam aplikasi penyaluran aspirasi tersebut diperlukan kerja kemitraan. Kemitraan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa antara Kepala Desa dan BPD adalah suatu keniscayaan. Bagaimana mungkin aspirasi masyarakat dapat terwujud jika tidak dibarengi dengan kesungguhan dan tekad yang tinggi dari semua unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. BPD menjembatani antara aspirasi yang tumbuh, Kepala Desa operator aspirasi dan BPD secara berkelanjutan memotivasi

tumbuhnya aspirasi, terwujudnya aspirasi menuju peningkatan partisipasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan.

Pertanggungjawaban Kepala Desa secara normatif, UU No 32 tahun 2004 tidak mengatur tentang pertanggungjawaban tersebut, tetapi secara etika dan kultural, pertanggungjawaban Kepala Desa adalah hal pokok terutama dalam membangun “TRUST’ dan peningkatan pemberdayaan.

Semenjak adanya otoritas formal ditingkat desa dalam bentuk institusi pemerintahan desa, Kepala Desa selalu lahir sebagai hasil pemilihan langsung oleh penduduk desa. Oleh karena itu wajar apabila Kepala Desa melaporkan kinerja yang telah dicapainya kepada penduduk yang memilihnya.

Sebagai pemimpin yang terpilih, tampilan Kepala Desa adalah sosok kebapakan yang terbuka apalagi dalam lingkungan masyarakat gemeinschaft, rasa tanggung jawab merupakan hal yang di junjung tinggi, pemimpin lah yang pertama-tama harus bertanggung jawab terhadap kelompok yang dipimpinnya.

1.5.4Pertanian

Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Negeri Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.

Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, pertanianpun berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih dan padat modal. Berbagai teknologi pertanian dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.

Kemajuan ilmu dan teknologi, peningkatan kebutuhan hidup manusia, memaksa manusia untuk memacu produktifitas menguras lahan, sementara itu daya dukung lingkungan mempunyai ambang batas toleransi. Sehingga, peningkatan produktivitas akan mengakibatkan kerusakan lingkungan, yang pada ujungnya akan merugikan manusia juga. Berangkat dari kesadaran itu maka muncullah tuntutan adanya sistem pertanian berkelanjutan.

Di desa Batukarang sendiri sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Tanah yang subur dan iklim yang sesuai disertai dengan kemauan dan kerja keras membuat penduduk desa Batukarang tidak pernah kekurangan bahan pangan.

Jenis tanaman yang utama di Desa Batukarang adalah tanaman cabai. Produksinya di pasarkan pada umumnya kepada penulak atau dengan sebutan di desa tersebut tokeh baik yang datang maupun yang berdomisili di desa tersebut. Selain itu, masyarakat juga menjual hasil pertaniannya ke pajak (tiga) di kota Kabanjahe yang merupakan Ibukota provinsi. Jenis tanaman lainnya yang ditanam di ladang oleh masyarakat adalah padi, tembakau, jagung, dan sayur-sayuran.

Para perencana dan pelaksana seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pembangunan pertanian di desa Batukarang sendiri perlu diberikan wewenang yang lebih luas dalam merencanakan daerahnya. Karena mereka lebih mengetahui potensi dan kendala daerahnya. Meskipun banyak lembaga-lembaga

masyarakat seperti LKMD, PKK, Karang Taruna, dan perkumpulan-perkumpulan remaja dan kelompok-kelompok tani di desa Batukarang sendiri yang sifatnya membangun. Namun, peran dari BPD tersebut sangat besar kepada masyarakat desa.

Dalam sektor pertanian di desa Batukarang, Badan Permusyawaratan Desa sebagai penampung aspirasi masyarakat haruslah dapat melakukan pembangunan yang merata dalam sektor pertanian. BPD dalam meningkatkan sumber daya manusia pada sektor pertanian tidak hanya diarahkan pada peningkatan produktifitas petani, namun harus diarahkan pula pada peningkatan partisipasi petani dalam setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka.

Pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien, dan tangguh. Pengertian maju, efisien dan tangguh dalam Pertanian mencakup konsep-konsep mikro dan makro yaitu bagi sektor pertanian sendiri maupun dalam hubungannya dengan sektor-sektor lain di luar pertanian, misalnya industri, transportasi, dan keuangan. Selanjutnya kegiatan pertanian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja.

Dokumen terkait