DAFTAR PUSTAKA
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi geografis daerah kajian
4.4 Hubungan konversi lahan dengan peningkatan suhu permukaan
Perubahan tata guna dan penutupan lahan di Jakarta karena pengaruh konversi lahan dengan peningkatan suhu permukaan memiliki suatu hubungan. Perubahan penutupan lahan telah berkembang sangat cepat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk akibat urbanisasi yang tinggi. Tingkat urbanisasi yang tinggi mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi pula namun sedikit terjadi pengurangan penduduk dari angka kematian atau perpindahan penduduk dari Kota Jakarta ke wilayah satelit lainnya, misalnya : Bekasi dan Tangerang. karena input dan
output tidak seimbang, maka terjadi penumpukan penduduk. Jumlah penduduk yang meningkat maka permintaan akan ruang untuk aktifitas cukup tinggi. karena terbatasnya lahan yang ada menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan yang tinggi, yaitu dari lahan yang bervegetasi dan berair menjadi pemukiman padat penduduk dan industri-industri.
Pengalihan fungsi lahan ini mengakibatkan peningkatan suhu
permukaan di Jakarta. Semakin banyak lahan bervegetasi dan berair yang beralih menjadi pemukiman dan industri maka semakin besar kemungkinan kenaikan suhu permukaan di sekitarnya. Perubahan lahan pemukiman di Jakarta mencapai 15% dari tahun 2000-2006. Sebaliknya penutup lahan yang bisa meredam suhu seperti lahan bervegetasi (RTH), sawah dan tubuh air justru berkurang. Dari pengamatan, lahan terbuka hijau selalu mengalami penurunan dan kondisinya hanya 6% pada tahun 2006 dari total luas area Jakarta.
Seiring dengan perubahan tata guna dan tutupan lahan ini maka ada perubahan suhu permukaan yang terjadi, pada tahun 2000 suhu permukaan sekitar (20-32) °C sedangkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan suhu permukaan menjadi (24-38) °C. Dari data ini dapat di analisis bahwa laju perkembangan kota Jakarta sangat cepat.
Hubungan perubahan penutupan lahan terhadap suhu permukaan dapat diformulasikan sebagai berikut :
∆Q=mC∆T…..……..……….(4)
Dimana ∆Q adalah jumlah energi yang diterima atau dilepaskan dari suatu material (°C), m adalah massa dari material (kg), C
adalah kapasitas panas (J/kg), dan ∆T adalah selisih suhu (°C). kapasitas panas dapat di formulasikan sebagai berikut:
C=ρ.c……….….…(5) c adalah kapasitas panas jenis (j/kg), dan ρ
adalah massa jenis (kg.m3).
Dari persamaan 4 dapat dikatakan bahwa jika setiap permukaan menerima energi radiasi matahari yang sama tetapi dengan kapasitas panas yang berbeda, maka suhu yang di hasilkan juga berbeda. Jika suatu benda berkapasitas panas besar maka suhu yang dihasilkan rendah, sebaliknya jika suatu benda berkapasitas panas kecil maka suhu yang dihasilkan tinggi.
Penutupan lahan 2000 2006 (°C) (°C) Rawa / Tambak 21 24 Badan Air 22 25 Lahan Terbuka 29 31 Urban 31 36 RTH 25 28 Sawah 27 29
Material yang berkapasitas panas besar maka akan menurunkan suhu, seperti lahan bervegetasi dan lahan berair. Adanya lahan bervegetasi dan berair dapat membuat daerah di sekitarnya menjadi sejuk dan nyaman. Sebaliknya material yang berkapasitas panas kecil maka akan meningkatkan suhu permukaan di sekitarnya, seperti pemukiman dan industri.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Pada wilayah pengamatan di Jakarta terlihat adanya perubahan akan lahan dari tahun 2000-2006 cukup tinggi. Perubahan ini cenderung meningkatkan suhu permukaan di sekitarnya. Tutupan lahan yang mengakibatkan kenaikan suhu permukaan adalah lahan pemukiman, lahan terbuka dan penurunan luas ruang terbuka hijau dan air. Peningkatan luas area tertinggi pada tutupan lahan pemukiman atau urban sekitar 15 % dari tahun 2000-2006, sebaliknya tutupan lahan yang dapat mempengaruhi kondisi sekitarnya, seperti lahan terbuka hijau dan lahan berair terjadi penurunan luas area. Penurunan luas area tertinggi terjadi pada tutupan lahan terbuka hijau (RTH) sekitar 21 % dari tahun 2000-2006.
Luas RTH mengalami penurunan luas yang cukup tinggi dari 18 063.36 Ha pada tahun 2000, berkurang menjadi 4 052.59 Ha atau mengalami penurunan luas 14 010 Ha. Sedangkan luas RTA yang terbagi kedalam dua klasifikasi sungai, danau dan rawa. Luas sungai dan danau terjadi penambahan luas dari 2 021.94 Ha menjadi 3 849.71 Ha, dan rawa mengalami penurunan sekitar luas sekitar 1150 Ha menjadi 887.94 Ha.
Distribusi RTH pada tahun 2006 hanya tersebar di Jakarta Timur dan Selatan dan sedikit di Jakarta Barat. Sedangkan distribusi RTA sebagian besar tersebar di Jakarta Utara, Timur dan Selatan.
Seiring dengan perubahan tutupan lahan yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan suhu permukaan yang terjadi di Jakarta cukup signifikan. Perubahan suhu permukaan ini secara visual dapat dilihat dari perbedaan antara tahun 2000 dan 2006. Pada tahun 2000 penyebaran suhu permukaan masih merata sekitar (20-32) °C. suhu permukaan dengan interval (32-35) °C hanya terlihat di beberapa daerah di Jakarta Utara dan sedikit di daerah Jakarta Timur. Tetapi pada tahun 2006 terjadi peningkatan
suhu permukaan sekitar (24-38) °C, dan tampak terlihat perbedaan jelas penyebaran suhu dengan interval (32-35)°C distribusinya hampir merata di seluruh Kota Jakarta dan suhu permukaan dengan interval (36-39) °C hanya tersebar di beberapa pusat kota.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan hasil penelitian ini,maka masih diperlukan :
Metode tambahan dalam melakukan klasifikasi lahan dan perhitungan suhu permukaan, yaitu dengan metode klasifikasi terbimbing agar data yang diperoleh lebih valid.
Menggunakan data citra Landsat yang tidak tertutupi oleh awan, agar hasil yang diperoleh menjadi lebih teliti dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA Kota Jakarta. 2006. Laporan Antara Penyusuan Rencana Tata Ruang Terbuka Hijau (RTRH) Kota Jakarta.
Dwiyanto A.2009. Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau di Permukiman Kota. from eprints.-undip.ac.id/1470/ (Diakses 9 September 2010).
Faizal A. 1998. Hubungan Perubahan Penggunaan Lahan dengan Pertumbuhan Penduduk dan jarak terhadap Pusat Kegiatan Utama (Kasus Kabupaten Sleman 1990-1996). Tesis. Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah. Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hadi S. 2006. Penataan Ruang Untuk Pemantapan Kawasan Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor. HandayaniN. 2007. Identifikasi Perubahan
Kapasitas Panas Kawasan Perkotaan Dengan Menggunakan Citra Landsat TM/ETM+ (studi kasus : Kodya Bogor). Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Bogor.
Kalfuadi Y. 2009. Analisis Temperature Heat Index (THI) Dalam
Material yang berkapasitas panas besar maka akan menurunkan suhu, seperti lahan bervegetasi dan lahan berair. Adanya lahan bervegetasi dan berair dapat membuat daerah di sekitarnya menjadi sejuk dan nyaman. Sebaliknya material yang berkapasitas panas kecil maka akan meningkatkan suhu permukaan di sekitarnya, seperti pemukiman dan industri.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Pada wilayah pengamatan di Jakarta terlihat adanya perubahan akan lahan dari tahun 2000-2006 cukup tinggi. Perubahan ini cenderung meningkatkan suhu permukaan di sekitarnya. Tutupan lahan yang mengakibatkan kenaikan suhu permukaan adalah lahan pemukiman, lahan terbuka dan penurunan luas ruang terbuka hijau dan air. Peningkatan luas area tertinggi pada tutupan lahan pemukiman atau urban sekitar 15 % dari tahun 2000-2006, sebaliknya tutupan lahan yang dapat mempengaruhi kondisi sekitarnya, seperti lahan terbuka hijau dan lahan berair terjadi penurunan luas area. Penurunan luas area tertinggi terjadi pada tutupan lahan terbuka hijau (RTH) sekitar 21 % dari tahun 2000-2006.
Luas RTH mengalami penurunan luas yang cukup tinggi dari 18 063.36 Ha pada tahun 2000, berkurang menjadi 4 052.59 Ha atau mengalami penurunan luas 14 010 Ha. Sedangkan luas RTA yang terbagi kedalam dua klasifikasi sungai, danau dan rawa. Luas sungai dan danau terjadi penambahan luas dari 2 021.94 Ha menjadi 3 849.71 Ha, dan rawa mengalami penurunan sekitar luas sekitar 1150 Ha menjadi 887.94 Ha.
Distribusi RTH pada tahun 2006 hanya tersebar di Jakarta Timur dan Selatan dan sedikit di Jakarta Barat. Sedangkan distribusi RTA sebagian besar tersebar di Jakarta Utara, Timur dan Selatan.
Seiring dengan perubahan tutupan lahan yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan suhu permukaan yang terjadi di Jakarta cukup signifikan. Perubahan suhu permukaan ini secara visual dapat dilihat dari perbedaan antara tahun 2000 dan 2006. Pada tahun 2000 penyebaran suhu permukaan masih merata sekitar (20-32) °C. suhu permukaan dengan interval (32-35) °C hanya terlihat di beberapa daerah di Jakarta Utara dan sedikit di daerah Jakarta Timur. Tetapi pada tahun 2006 terjadi peningkatan
suhu permukaan sekitar (24-38) °C, dan tampak terlihat perbedaan jelas penyebaran suhu dengan interval (32-35)°C distribusinya hampir merata di seluruh Kota Jakarta dan suhu permukaan dengan interval (36-39) °C hanya tersebar di beberapa pusat kota.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan hasil penelitian ini,maka masih diperlukan :
Metode tambahan dalam melakukan klasifikasi lahan dan perhitungan suhu permukaan, yaitu dengan metode klasifikasi terbimbing agar data yang diperoleh lebih valid.
Menggunakan data citra Landsat yang tidak tertutupi oleh awan, agar hasil yang diperoleh menjadi lebih teliti dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA Kota Jakarta. 2006. Laporan Antara Penyusuan Rencana Tata Ruang Terbuka Hijau (RTRH) Kota Jakarta.
Dwiyanto A.2009. Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau di Permukiman Kota. from eprints.-undip.ac.id/1470/ (Diakses 9 September 2010).
Faizal A. 1998. Hubungan Perubahan Penggunaan Lahan dengan Pertumbuhan Penduduk dan jarak terhadap Pusat Kegiatan Utama (Kasus Kabupaten Sleman 1990-1996). Tesis. Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah. Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hadi S. 2006. Penataan Ruang Untuk Pemantapan Kawasan Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor. HandayaniN. 2007. Identifikasi Perubahan
Kapasitas Panas Kawasan Perkotaan Dengan Menggunakan Citra Landsat TM/ETM+ (studi kasus : Kodya Bogor). Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Bogor.
Kalfuadi Y. 2009. Analisis Temperature Heat Index (THI) Dalam