DAFTAR PUSTAKA
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian berlangsung dari bulan April 2010 sampai dengan bulan September 2010 di Laboratorium Meteorologi dan Kualitas Udara, Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam analisis dan pengolahan data diantaranya :
1. Perangkat lunak Er Mapper untuk pengolahan data citra satelit Landsat
2. Perangkat lunak Arc View GIS 3.3
with full extention
3. Perangkat lunak Ms. Word 2010 4. Perangkat lunak Ms. Excel 2010 5. Seperangkat computer dan printer 6.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain :
1. Data citra Landsat ETM+ Jakarta,
path/row 122/064 (sumber : BTIC-BIOTROP dan LAPAN)
2. Data penggunaan dan penutupan lahan wilayah Jakarta
3. Peta dasar wilayah Jakarta
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Pengolahan awal data cita satelit
Langkah pertama yang digunakan adalah menentukan daerah studi penelitian, pemrosesan awal citra satelit dilakukan sebelum melakukan analisis, yaitu untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dari data citra. Beberapa tahapan yang dilakukan pada pemrosesan citra satelit yaitu :
Koreksi geometrik
Koreksi ini bertujuan untuk memperbaiki titik kordinat yang sebenarnya, data yang digunakan adalah citra landsat ETM+ tahun 2000 dengan citra yang sudah terkoreksi yaitu citra ETM+ tahun 2006.
Pengambilan wilayah kajian
Pengambilan wilayah kajian bertujuan untuk efisiensi besarnya citra satelit yang akan diolah. Dengan metode sub-sampling image data citra Landsat ETM+
path/row 122/064 dicrop dengan data vektor wilayah kota Jakarta.
Cropping dilakukan setelah koreksi geometrik sehingga mempersempit wilayah yang akan dikaji.
Pemulihan citra (Image Restoration)
Pada saat pengambilan citra oleh satelit, citra yang diambil akan mengalami perubahan karena adanya distorsi radiometrik dan geometrik sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan dalam pemulihan citra.
Satelit landsat merupakan satelit yang digunakan untuk memantau sumberdaya yang ada di bumi. Satelit ini merupakan hasil kerjasama antara National Aeronautics and Space Administration (NASA) dengan
Departemen of Interior United State pada pertengahan tahun 1960-an. Landsat sebelumnya bernama Earth Resources Technology Satelite (ERTS-1) yang diluncurkan ada tanggal 23 Juli 1972 dengan tujuan memberikan gambaran menyeluruh tentang permukaan bumi.
Satelit landsat pertama kali ditemukan pada bulan juli 1972. Satelit landsat -1, satelit landsat -2 dan landsat -3 termasuk kedalam satelit bumi generasi pertama. Satelit bumi generasi kedua, yaitu landsat -4 dan landsat -5, yang merupakan satelit semioperasional atau satelit untuk pengembangan dan penelitian. Pada bulan Oktober 1993 dan April 1999 diluncurkan satelit bumi generasi ketiga, yaitu landsat -6 dan landsat -7. Landsat -7 dilengkapi dengan sensor Enhanced Thematic Mapper plus
(ETM+) yang dapat mencitrakan keseluruhan bumi dalam petak 180 kilometer setiap 16 hari dengan tingkat ketelitian 30 meter (USGS 2003 dalam Ligar 2008).
Satelit landsat -7 diluncurkan dari Vanderburg Air Force Base pada tanggal 15 April 1999 dengan wahana Delta II. Satelit mengorbit pada ketinggian 705 km dan memetakan bumi dengan siklus 16 hari sekali. Komunikasi melalui S-band
digunakan untuk mengendalikan satelit dan X-band digunakan untuk data downlink. Meskipun orbit satelit Landsat 7 melewati tempat yang sama setiap 16 hari pada waktu yang sama, perubahan variasi matahari dapat menyebabkan perubahan variasi iluminasi sehingga mempengaruhi citra yang diperoleh. Perubahan ini terutama disebabkan oleh perubahan musiman posisi utara-selatan matahari relatif terhadap bumi (Handayani 2007).
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian berlangsung dari bulan April 2010 sampai dengan bulan September 2010 di Laboratorium Meteorologi dan Kualitas Udara, Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam analisis dan pengolahan data diantaranya :
1. Perangkat lunak Er Mapper untuk pengolahan data citra satelit Landsat
2. Perangkat lunak Arc View GIS 3.3
with full extention
3. Perangkat lunak Ms. Word 2010 4. Perangkat lunak Ms. Excel 2010 5. Seperangkat computer dan printer 6.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain :
1. Data citra Landsat ETM+ Jakarta,
path/row 122/064 (sumber : BTIC-BIOTROP dan LAPAN)
2. Data penggunaan dan penutupan lahan wilayah Jakarta
3. Peta dasar wilayah Jakarta
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Pengolahan awal data cita satelit
Langkah pertama yang digunakan adalah menentukan daerah studi penelitian, pemrosesan awal citra satelit dilakukan sebelum melakukan analisis, yaitu untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dari data citra. Beberapa tahapan yang dilakukan pada pemrosesan citra satelit yaitu :
Koreksi geometrik
Koreksi ini bertujuan untuk memperbaiki titik kordinat yang sebenarnya, data yang digunakan adalah citra landsat ETM+ tahun 2000 dengan citra yang sudah terkoreksi yaitu citra ETM+ tahun 2006.
Pengambilan wilayah kajian
Pengambilan wilayah kajian bertujuan untuk efisiensi besarnya citra satelit yang akan diolah. Dengan metode sub-sampling image data citra Landsat ETM+
path/row 122/064 dicrop dengan data vektor wilayah kota Jakarta.
Cropping dilakukan setelah koreksi geometrik sehingga mempersempit wilayah yang akan dikaji.
Pemulihan citra (Image Restoration)
Pada saat pengambilan citra oleh satelit, citra yang diambil akan mengalami perubahan karena adanya distorsi radiometrik dan geometrik sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan dalam pemulihan citra.
Penajaman Citra (Image Enhachement)
Penajaman citra dilakukan agar suatu obyek pada citra akan terlihat lebih tajam atau kontras. Hal ini memudahkan interpretasi secara visual untuk suatu tujuan tertentu. Beberapa teknik penajaman citra yang akan dilakukan, antara lain : 1. Penajaman kontras
2. Pembuatan warna semu 3. Pelapisan (filtering)
Klasifikasi penutupan lahan
Pada penelitian ini, proses klasifikasi penutupan lahan menggunakan metode klasifikasi tidak terbimbing dengan menggunakan kanal 5, 4 dan 2. Teknik ini lebih banyak menggunakan algoritma yang mengkaji sejumlah besar piksel dan membaginya ke sejumlah kelas berdasarkan pengelompokkan nilai DN (Digital Number) pada citra. Metode ini sangat bermanfaat dan efisien dalam menyajikan ruang yang relatif homogen untuk mendapatkan lima tipe penutupan lahan, yaitu : RTH, lahan terbuka, sawah, rawa/tambak, pemukiman dan badan air.
3.3.2. Pengolahan suhu permukaan
Pada penelitian ini, proses pengolahan suhu permukaan menggunakan band 61 dan 62 yang kemudian di gabung menjadi band 6 dengan menggunakan software ER MAPPER. Setelah itu langkah selanjutnya adalah mengcrop daerah Jakarta dengan acuan vector Jakarta. Setelah itu melakukan perhitungan nilai spectral radiance dari nilai DN dalam landsat 7 dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Lα =
Lmax-Lmin
Qcalmax- Q cal min x (Qcal - Qcalmin )
+ Lmin……….………..…...……..(1)
Dimana :
Lα = Spectral radiance pada kanal ke i (Wm-2 sr-1 μm-1)
QCAL = Nilai digital number kanal ke i LMIN = Nilai minimum spectral radiance
kanal ke i
LMAX = Nilai maksimum spectral radiance kanal ke i QCALMIN= Minimum pixel value
QCALMAX= Maksimum pixel value (255)
Untuk menghitung nilai suhu permukaan pada data satelit Landsat sebelumnya harus diketahui dulu nilai suhu kecerahan dengan persamaan sebagai berikut(USGS2002):
� = 2
1
�+ 1
...…(2)
Dengan K1 = 666.09 Wm-2 sr-1 µm-1 dan K2
= 1282.71 K untuk landsat ETM sedangkan untuk landsat TM, K1 = 607,76 Wm-2 sr-1 µm-1 dan K2 = 1260.56 K. Sedangkan persamaan adalah sebagai berikut :
� � � = �
+(��
�) �
……….(3)
Dimana :
Ts = Suhu permukaan yang terkoreksi (K)
λ = Panjang gelombang dari radiasi yang di pancarkan sebesar 11.5 µm (Markham dan Barker 1985 dalam Prawanto 2010)
α = hc/K (1.438 x 10-2 mK)
h = Konstanta Planck’s (6.26 x 10-3
)
c = Kecepatan cahaya (2.998 x 108 m.scc-1)
K = Konstanta Stefan Boltzman (1.38 x 10-23 JK-1)
ε = Emisivitas Obyek
Dalam perhitungan ini menggunakan nilai emisivitas (ε) yang berbeda pada tiap-tiap lahannya tergantung dengan jenis penutupan lahannya dalam penelitiap ini terdapat 6 jenis penutupan lahan yaitu : tambak/rawa, badan air, lahan terbuka, RTH, sawah dan pemukiman/urban.
Tabel 1 emisivitas penutup lahan Penutup lahan emisivitas
Water 0.98
Sand 0.94
Green grass 0.97
Granite 0.89
(sumber : www.engineeringtoolbox.com) Nilai emisivitas untuk lahan non vegetasi yaitu sekitar 0.96 dan untuk lahan vegetasi sekitar 0.97. Sedangkan nilai emisivitas untuk air sekitar 0.98 (Artis dan Carnahan 1982 dalam Prawanto 2010).
Gambar 5 Diagram alir penelitian
DATA SATELIT LANDSAT ETM+
Pemulihan citra
Cropping wilayah kajian (daerah vektor Jakarta Band 5,4,2 Spectral Radiance (Lα) Tutupan Lahan Persentasi ∆RT (ruang terbuka) Distribusi Ruang Terbuka ∆Ts (perbandingan suhu permukaan) Suhu Permukaan Spectral Radiance (Lα) Band 6 Penajaman citra
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN