• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Hubungan Lingkar Leher dengan Trigliserida

Berdasarkan penelitian di Semarang, terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara lingkar leher dengan kadar trigliserida (r=0,540 , p< 0,05) yang memiliki nilai korelasi yang bermakna.11 Lingkar leher merupakan salah satu indeks distribusi lemak tubuh bagian atas atau upper body obesity. Kelebihan dari indeks lingkar leher terbukti memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan indeks parameter lainnya serta dapat digunakan sebagai skrining obesitas yang mudah dan murah.23,24Lingkar leher juga dapat digunakan sebagai prediktor adanya risiko sindroma metabolik dan penyakit kardiovaskuler.

Mekanisme antara lingkar leher dengan risiko penyakit kardiovaskuler masih belum dapat diketahui secara pasti. Namun, aktivitas lipolisis lemak tubuh bagian atas mungkin menjadi salah satu mekanisme yang menjelaskan hubungan antara lingkar leher dengan risiko penyakit kardiovaskuler. Bagian leher yang merupakan lemak subkutan tubuh bagian atas berperan dalam melepaskan asam lemak bebas. Apabila terjadi peningkatan asam lemak bebas yang berlebih, maka dapat memicu meningkatnya kadar trigliserida dalam darah. Peningkatan kadar

trigliserida inilah yang menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Selain itu, hipertrigliseridemia juga menyebabkan trombosis arteri koroner yang dapat mengarah pada penyakit jantung koroner.25

BAB 3

3.3 Hipotesis Penelitian

Dari landasan teori yang dikemukakan sebelumnya, maka terdapat adanya hubungan antara perubahan pengukuran lingkar leher dan kadar trigliserida pada mahasiswa FK USU yang obesitas.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional, artinya peneliti melakukan proses pengambilan data dalam satu kali pengamatan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli - November 2016. Untuk pengambilan data responden akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) dan pengambilan data untuk pengukuran trigliserida akan dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU).

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FK USU yang sedang menjalani pendidikan strata satu FK USU pada saat dilakukannya penelitian.

4.3.2 Sampel Penelitian

Dari populasi terjangkau ini dipilih sampel dengan menggunakan teknik consecutive sampling dimana semua subjek yang akan diteliti dan memenuhi kriteria inklusi maupun eksklusi yang akan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah : a. Kriteria Inklusi :

 Mahasiswa Strata Satu FK USU.

 Bersedia untuk diteliti dan menandatangani informed consent.

Tidak sedang mengalami penyakit gondok (goiter disease), tumor tiroid,hipertiroid, pembesaran kelenjar getah bening.

 Tidak sedang mengalami penyakit hati.

 Tidak sedang menggunakan pemakaian insulin.

 Tidak terdapat kelainan pada leher yang dapat mengganggu pengukuran lingkar leher.

b. Kriteria Eksklusi :

 Responden yang mengundurkan diri untuk berpartisipasi.

Penghitungan besar sampel minimum yang dibutuhkan bagi ketepatan dan validitas hasil penelitian dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini:

=

( )

,

+

Keterangan :

n = Besar Sampel Z = Derivat baku alfa Zβ = Derivat baku beta

r = Perkiraan korelasi minimal yang dianggap bermakna

Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis dua arah, sehingga Z = 1,96 Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ = 0,84. Korelasi minimal yang dianggap bermakna (r) berdasarkan penelitian sebelumnya sebesar 0,540.

Dengan demikian:

= ( + )

Dari hasil perhitungan perkiraan besar sampel di atas maka diperoleh jumlah minimum sampel diperlukan pada penelitian ini adalah sebanyak 24 orang.

Pada penelitian ini saya mengambil sampel sebanyak 139 orang.

4.4 Etika Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti meminta keterangan kelayakan etik (ethical clearance) dari Komisi Etik Penelitian di FK USU. Semua objek yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan secara lisan dan harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent) untuk ikut dalam penelitian secara sukarela dan bila karena suatu alasan, subjek berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Lingkar leher diukur menggunakan pita metline dengan posisi berdiri tegak, tenang, dan menghadap lurus ke depan, pengukuran lingkar leher pada subjek perempuan terletak di bagian tengah leher di antara spina servikalis media (mid cervicalis spine) sampai bagian tengah leher depan (mid anterior neck).

Sedangkan pada laki-laki pengukuran lingkar leher tepat di bawah laryngeal prominience (Apple’s Adam) atau tulang rawan tiroid. Hasil pengukuran lingkar leher dengan satuan sentimeter (cm) dan skala rasio. Kategori lingkar leher untuk laki-laki adalah >37,5 cm dan perempuan >33,5 cm bagi individu yang obesitas.

Untuk melihat subjek obesitas menggunakan berat badan dan tinggi badan,

dengan cara menggunakan timbangan berat badan dan meteran. Kemudian hasil pengukuran dihitung dengan membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan pangkat dua (m). Batas obesitas adalah BMI ≥25.

Sedangkan pengukuran kadar trigliserida darah subjek penelitian dilakukan dengan cara mengambil darah melalui pembuluh darah vena setelah sebelumnya subjek melakukan puasa minimal 8-12 jam. Pengambilan dilakukan di (RS USU) dan diambil oleh laboran dari Patologi Klinik. Batas normal kadar trigliserida berdasarkan The National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP, ATP III) yaitu <150 mg/dl.5

Berikutprosedur pengambilan darah :

1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, dan tabung EDTA (tutup ungu) dan serum (tutup merah).

2. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data pasien.

3. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.

4. Minta pasien mengepalkan tangan.

5. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

6. Pilih bagian vena mediana cubiti atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

7. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%

dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

8. Tusuk bagian vena menggunakan spuit dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.

9. Setelah volume darah cukup sebanyak 6-8 ml, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya.

10. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum.

Tekan kapas selama 30 detik lalu plester selama kira-kira 15 menit.

Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

4.6 Defenisi Operasional 4.6.1 Lingkar Leher

a. Definisi : ukurang keliling lingkar leher pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) yang sedang menjalani menjalani pendidikan strata satu.

b. Cara ukur : Lingkar leher diukur menggunakan pita metline dengan posisi berdiri tegak, dan menghadap lurus ke depan. Pengukuran lingkar leher pada subjek perempuan terletak di bagian tengah leher di antara spina servikalis media (mid cervicalis spine) sampai bagian tengah leher depan (mid anterior neck). Sedangkan pada laki-laki pengukuran lingkar leher tepat di bawah laryngeal prominience atau tulang rawan tiroid. Hasil pengukuran lingkar leher dengan satuan sentimeter (cm).

c. Alat ukur : pita metline / meteran d. Hasil Ukur :

1. Pria : >37,5 cm 2. Wanita : >33,5 cm e. Skala Pengukuran : rasio

4.6.2 Kadar Trigliserida

a. Definisi : kadar trigliserida merupakan jenis lemak yang ada di dalam darah yang diukur pada mahasiswa FK USU yang sedang menjalani pendidikan strata satu.

b. Cara ukur : Pengambilan darah responden

Pengambilan darah ini dilakukan dengan mengambil darah responden.

c. Alat ukur : Cobas 600 seri 501 d. Hasil Ukur :

1. Normal : <150mg/dL 2. Abnormal : ≥150 mg/dL e. Skala Pengukuran : rasio

4.7 Pengolahan Data dan Analisa Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh dara ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakaan cara-cara tertentu. Data karakteristik yang telah terkumpul diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer melalui program SPSS. Adapun rencana pengelolaan data terdiri dari :

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

Apabila data belum lengkap atau terdapat kesalahan, maka data akan dilengkapi kembali.

b. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan program komputer.

c. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer. Program komputer yang rencananya akan dipakai adalah Statistic Package for Social Sciences (SPSS).

d. Cleaning data

Data-data yang telah dientri diperiksa kembali untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving

Data-data yang telah melewati tahapan yang di atas akan disimpan untuk keperluan analisa data selanjutnya.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU). Universitas Sumatera Utara adalah Universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia dan merupakan Universitas yang pertama di Pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Gedung Fakultas Kedokteran USU terdapat di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Jl. Dr.

Mansur No.5 Medan, Sumatera Utara.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitian terhadap 139 responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik N (%)

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin terbesar adalah kelompok perempuan sebanyak 84 orang dengan persentase 60.4%.

5.1.3 Hasil Analisis Data

Tabel 5.2 Lingkar Leher dan Trigliserida Pada Laki-Laki

Mean Min Max Standard

Deviasi

Lingkar Leher 38.818 30 47 3.545

Trigliserida 100.436 32 454 78.987

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai Mean dari keseluruhan lingkar leher pada subjek penelitan laki-laki adalah 38.818, kemudian nilai Min adalah 30, nilai Max adalah 47, dan nilai Standard Deviasi adalah 3.545.

Sedangkan pada Trigliserida dapat dilihat bahwa nilai Mean dari keseluruhan nilai trigliserida pada subjek penelitan laki-laki adalah 100.436 , kemudian nilai Min adalah 32, nilai Max adalah 454, dan nilai Standard Deviasi adalah 78.987.

Tabel 5.3 Lingkar Leher dan Trigliserida Pada Perempuan

Mean Min Max Standard

Deviasi

Lingkar Leher 32.562 21.5 40 2.818

Trigliserida 69.512 35 239 28.978

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai Mean dari keseluruhan lingkar leher pada subjek penelitan perempuan adalah 32.562, kemudian nilai Min adalah 21.5, nilai Max adalah 40, dan nilai Standard Deviasi adalah 2.818.

Sedangkan pada Trigliserida dapat dilihat bahwa nilai Mean dari keseluruhan nilai trigliserida pada subjek penelitan perempuan adalah 69.512 , kemudian nilai Min adalah 35, nilai Max adalah 239, dan nilai Standard Deviasi adalah 28.978.

Tabel 5.4 Hubungan Lingkar Leher dengan Kadar Trigliserida Lingkar Leher

R P

Kadar Trigliserida 0.386 0.000

Berdasarkan tabel 5.4, hubungan Lingkar Leher dengan Kadar Trigliserida memiliki nilai korelasi 0.386 dengan nilai kemaknaan 0.000. Ini membuktikan bahwa secara statistika ada korelasi yang bermakna antara lingkar leher dengan kadar trigliserida karena p < 0.05. Nilai korelasi yang positif antara dua variabel tersebut menunjukkan hubungan yang searah. Hal ini menunjukan bahwa lingkar leher yang semakin besar, maka kadar trigliserida juga semakin tinggi.

Hubungan antara dua hal juga dapat dilihat dalam diagram tebar (scatter plot) gambar 5. Dalam diagram tersebut, dilukiskan titik-titik yang mewakili setiap data responden serta garis regresi linier diantara titik-titik itu.

Gambar 5. Scatter Plot Hubungan Lingkar Leher dengan Trigliserida 5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian diperoleh data yang didapat dengan melakukan penelitian kepada 139 orang responden. Dari hasil penelitian dari karakteristik jenis kelamin responden didapati jumlah responden dengan jenis kelamin yang terbanyak adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 84 orang (60.4%).

Sedangkan jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 55 orang (39.6%). Hal ini memperlihatkan bahwa jenis kelamin yang dominan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah jenis kelamin perempuan.

5.2.1 Lingkar Leher

Rata-rata dari hasil pengukuran lingkar leher menunjukkan bahwa lingkar leher laki-laki lebih besar dari perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata lingkar leher pada

laki-laki lebih besar dari perempuan dan cut off point laki-laki-laki-laki yang lebih besar dari perempuan.

Dari hasil penelitian di Pakistan oleh Mozaffer Rahim Hingorjo; dkk, kriteria ukuran lingkar leher untuk kelompok laki-laki yang berisiko memiliki kadar trigliserida tinggi akan semakin terlihat pada subjek dengan lingkar leher

>37,5 cm dan >33,5 cm pada perempuan.26Hal ini sama dengan penelitian lingkar leher di China oleh Jing-ya Zhou; dkk yang memiliki cut off point ≥37 cm untuk laki-laki dan ≥33 cm untuk perempuan dan juga penelitian oleh Yang; dkk yang memiliki cut off point > 39 cm untuk laki-laki dan > 35 cm untuk perempuan.

Beberapa penelitian ini menjelaskan bahwa individu yang memiliki lingkar leher melebihi cut off point tersebut berisiko mengalami peningkatan kadar trigliserida yang dapat mengarah pada sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskuler.27,28

5.2.2 Kadar Trigliserida

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek laki-laki memiliki rata-rata kadar trigliserida yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan. Hasil ini sama didapat oleh Muherdiyantiningsih; dkk melakukan penelitian di Bogor pada orang dewasa, yaitu terdapat hasil peningkatan kadar trigliserida dan antara laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p=0,006. Laki-laki menunjukkan kadar trigliserida lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.29

Hasil yang juga hampir sama dengan penelitian di Semarang oleh M Mexitalia; dkk yaitu terdapat peningkatan kadar trigliserida sebesar 10,8% pada subjek dengan berat badan normal dan 45,6% pada subjek obesitas.6 dan juga dengan penelitian di Palembang oleh Darmawan; dkk pada kelompok usia 55 tahun yaitu terdapat kadar trigliserida laki-laki 194,2 mg/dl dan perempuan 180,6 mg/dl.30

5.2.3 Hubungan Lingkar Leher dengan Kadar Trigliserida

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar lingkar leher akan di ikuti dengan semakin tinggi pula kadar trigliserida dari seseorang tersebut.

Nilai korelasi r = 0.386 dengan memiliki nilai signifikansi sebesar p = 0.000 yang berarti dibawah 0.05 menunjukkan bahwa hubungan kedua dari variabel signifikan. Hasil ini sesuai dengan penelitian di Belgaum. Penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan antara lingkar leher dengan kadar trigliserida (r=0,308 , p< 0,005).31 Di Indonesia penelitian serupa juga pernah dilakukan di Semarang oleh Rahma Teta A dengan subjek orang dewasa. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara statistika adanya hubungan yang bermakna antara lingkar leher dengan kadar trigliserida dengan nilai korelasi r = 0,540 dan nilai kemaknaan 0,000.11

Lingkar leher merupakan salah satu indeks distribusi lemak tubuh bagian atas atau upper body obesity. Kelebihan dari indeks lingkar leher terbukti memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan indeks parameter lainnya serta dapat digunakan sebagai skrining obesitas yang mudah,murah dan menghemat waktu.

Lingkar leher juga dapat digunakan sebagai prediktor untuk penyakit kardio-metabolik sindrom.7,32 Mekanisme lingkar leher dengan penyakit kardio-metabolik sindrom terjadi akibat aktivitas lipolisis lemak tubuh bagian atas.

Bagian leher yang merupakan lemak subkutan tubuh bagian atas berperan dalam melepaskan asam lemak bebas.Peningkatan asupan lemak bebas dan lemak jenuh akan meningkatkan kadar trigliserida, hal ini karena hampir seluruh lemak yang terdapat dalam makanan (± 90%) terdapat dalam bentuk trigliserida. Trigliserida ini mengalami hidrolisis menjadi digliserida, monogliserida dan asam lemak bebas, selanjutnya asam lemak bebas ini akan mengalami esterifikasi dengan triosefosfat untuk membentuk trigliserida dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan asupan lemak akan menyebabkan peningkatan kadar trigliserida dan memicu terjadinya faktor risiko penyakit kardio-metabolik sindrom.33

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan uraian dari pembahasan mengenai Hubungan Lingkar Leher dengan Kadar Trigliserida pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2016, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Mayoritas jenis kelamin subjek penelitian adalah kelompok perempuan yaitu sebanyak 84 orang (60.4%).

2. Nilai p < 0.05, r = 0.386. Maka, terdapat hubungan antara lingkar leher dengan kadar trigliserida dan hubungannya adalah rendah.

3. Rata-rata lingkar leher subjek penelitian laki-laki adalah 38.818 cm dan perempuan adalah 32.562 cm dengan lingkar leher yang terendah adalah 21.5 cm dan yang terbesar adalah 47 cm.

4. Rata-rata kadar trigliserida subjek penelitian laki-laki adalah 100.436 mg/dL dan perempuan adalah 69.512 mg/dL dengan kadar trigliserida yang terendah adalah 32 mg/dL dan yang tertinggi adalah 454 mg/dL.

5. Lingkar leher dapat digunakan sebagai screening obesitas dan metabolik sindrom bagi tenaga kesehatan.

6.2 Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan memperhatikan indikator lain yang dapat disertakan sebagai variabel, misalnya lingkar pinggang, lingkar panggul, dan juga faktor-faktor lain, serta untuk mengurangi variasi hasil trigliserida perlu dilakukan pengukuran trigliserida pada rentang beberapa hari pada saat yang sama agar nilai trigliserida yang diperoleh lebih valid.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai lingkar leher pada berbagai macam ras yang ada di Indonesia untuk mendapatkan cut off point sehingga

hasilnya dapat digeneralisasikan secara umum pada masyarakat Indonesia.

3. Bagi masyarakat dan responden, peneliti menyarankan kepada yang memiliki berat badan lebih untuk dapat mengontrol berat badan mereka karena berat badan yang berlebih akan menjadi faktor penyebab hipertrigliseridemia, penyakit sindroma metabolik, dan penyakit di usia lanjutnya nanti.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC, Hall JE. Lipid Metabolism. In: Textbook of Medical

Physiology.Twelfth Edition. 2011. Philadelphia, Pa. : Saunders/Elsevier p.882-894.

2. Jalal, Fasli and Liputo, Nur Indrawaty and Susanti , Novia and Oenzil, Fadil (2009) Lingkar Pinggang, Kadar Glukosa Darah, Trigliserida dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Media Medika Indonesiana, 43 (3). pp. 129-136. ISSN 0126-1762

3. Rader DJ, Hobbs HH. Disorders of Lipoprotein Metabolism. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. New York: McGraw-Hill; 2015. Chapter 356.

4. Pejic, Rade N and Daniel T Lee. Hypertriglyceridemia. JABFM. Vol 1 9, No 3. 2006.

5. Third Report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of high Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). National Institutes of Healt, NIH Publication No. 02-5215 September 2002.

6. Mexitalia , M. and Utari , Agustini and Sakundarno , M. and Yamauchi , Taro and Subagio , Hertanto Wahyu and Soemantri , Agustinus (2009) Sindroma Metabolik pada Remaja Obesitas (The metabolic syndrome among obese adolescents). Media Medika Indonesiana, 43 (6). pp. 300-305. ISSN 0126-1762 7. Ben-Noun LL, Laor A. Relationship between changes in neck circumference and

cardiovascular risk factors [homepage on the Internet]. 2006 [Accesed 10 April 2016]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2274839/

8. Hingorjo, Mozaffer Rahim and Qureshi, Masood Anwar and Mehdi, Asghar (2012) Neck circumference as a useful marker of obesity: A comparison with body mass index and waist circumference. Dewan Medical & Dental College, Dow University of Health Sciences, Fatima Jinnah Dental College, Karachi.

9. World Health Organization, 2015. Fact sheet N°311 Obesity and Overweight.

Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/

10. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS 2013.Laporan Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013.

11. Amelinda, Rahma Teta and Wirawanni, Yekti (2014) Hubungan Lingkar Leher dan Lingkar Pinggang dengan Kadar Trigliserida Orang Dewasa (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Semarang dan SMP Negeri 9 Semarang). Undergraduate thesis, Diponegoro University.

12. Mazicioglu, Muntaz M, S. Kurtoglu, Oztruk A. Percentiles and Mean Values for Neck Circumference in Turkish Children aged 6-18 years. Acta Pediatr.

2010. 99: 1847-1853.

13. Reilly J J, Wilson M, Summerbell C D. et al Obesity diagnosis, prevention, and treatment: evidence‐based answers to common questions. Arch Dis Child 200286392–395.395 [PMC free article] [PubMed]

14. Tchernof. 2007. Visceral adipocytes and the metabolic syndrome. Nutrition Reviews. 24; 29.

15. Boivin, Brochu, Marceau, P., 2007. Regional differences in adipose tissue metabolism in obese men. Metabolism. 56:533-54

16. Sherwood, L., 2010. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta : 539-540

17. Fried, George H. Hademenos, George J. 2013. Schaum’s Outline Biology 4th Ed. US: McGraw-Hill Education,LLC.

18. Murray, Robert K., Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W. Rodwell . 2009 Lipid of Physiological Significance. In: Harper’s Illustrated Biochemistry.Twenty Eighth Edition : 124.

19. Maria C. Linder. 1992. Nutritional Biochemistry and Metabolism. California State University. Page: 165-170.

20. Adam, J., 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

21. F.D. Suyatna. 2007. Hipolipidemik. Dalam: Sulistia Gan Gunawan, Rianto Setiabudy, Nafrialdi (eds), Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru. h: 375-6.

22. Ganong. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Hal. 255-256, 259, 261

23. LaBerge, Rbert C., J.P Vaccani & R.M Gow . (2009). Inter and Intra Rater Reliability of Neck Circumference Measurements in Children. Pediatric Pulmonology Vol. 44: 64-69.

24. Aswathappa, Jagadamba, Sumit Garg, Karthiyanee Kutty, Vinutha Shankar.

Neck circumference as an Anthropometric Measure of obesity in diabetics.

North American Journal of Medical Sciences. 2013. Vol 5(1) : 28-31.

25. John D, Brunzell MD. Hypertriglyceridemia. N Engl J Med 2007; 357: 1009-17.

26. Hingorjo, Mozaffer Rahim and Qureshi, Masood Anwar and Mehdi, Asghar (2012) Neck circumference as a useful marker of obesity: A comparison with body mass index and waist circumference. Dewan Medical & Dental College, Dow University of Health Sciences, Fatima Jinnah Dental College, Karachi

27. Jing-ya Zhou, et.al. Neck circumference as an independent predictive contributor to cardio-metabolic syndrome. Cardiovascular Diabetology 2013, 12:76.

28. Yang GR, Yuan SY, Fu HJ, Wan G, Zhu LX, Bu XL, et al; Beijing Community Diabetes Study Group. Neck circumference positively related with central obesity, overweight, and metabolic syndrome in Chinese subjects with type 2 diabetes: Beijing Community Diabetes Study 4.

Diabetes Care 2010; 33: 2465-7.

29. Muherdiyantiningsih, Ernawatil, Fitrah and Effendi, Rustan and Herman, Susilowati (2008) Sindrom metabolik pada orang dewasa gemuk di wilayah Bogor. 'PGM 2008,31(2): 75-81

30. Darmawan, Hardi dan Irfanuddin. Effect of age and sex on the association

30. Darmawan, Hardi dan Irfanuddin. Effect of age and sex on the association

Dokumen terkait