• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Lingkungan Aktivitas Produksi dengan Syndrome ISPA pada Penduduk di Kawasan Pelabuhan Balohan Sabang Tahun

P Sakit Tidak Sakit

4.4.2. Hubungan Faktor Lingkungan Aktivitas Produksi dengan Syndrome ISPA pada Penduduk di Kawasan Pelabuhan Balohan Sabang Tahun

2011

Hubungan faktor lingkungan pada lingkungan pemukiman yang meliputi: suhu, kelembaban, kadar debu dan jarak rumah dengan industri dengan terjadinya syndrome ISPA pada pekerja industri aspal dapat diuraikan pada tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11. Hubungan Faktor Lingkungan Aktivitas Produksi Aspal Hotmix dengan Syndrome ISPA pada Penduduk di Kawasan Pelabuhan Balohan Sabang Tahun 2011

No Lingkungan Permukiman

Syndrome ISPA

Jumlah P Sakit Tidak Sakit

N % n % n % 1 Suhu Baik 29 59,2 20 40,8 49 100 0,038 Tidak baik 21 84,0 4 16,0 25 100 2 Kelembaban Baik 26 56,5 20 43,5 46 100 0,011 Tidak Baik 24 85,7 4 14,3 28 100

Tabel 4.11 (Lanjutan) 3 Kadar Debu

Baik 12 40,0 18 60,0 30 100 0,000

Tidak Baik 38 86,4 6 13,6 44 100 4 Jarak Rumah dgn Industri

Baik 9 31,0 20 69,0 29 100 0,000

Tidak Baik 41 91,1 4 8,9 45 100

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas diketahui dari dari 74 orang responden di lingkungan pemukiman, 25 orang yang lingkungan rumahnya dengan suhu yang tidak baik atau tidak memenuhi syarat paling banyak menderita syndrome ISPA sebanyak 21 orang (84,0%) dan yang tidak menderita syndrome ISPA sebanyak 4 orang (16%). Sedangkan lingkungan rumahnya yang suhunya baik atau memenuhi syarat sebanyak 49 orang. Hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p = 0,038 > 0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara suhu dengan syndrome ISPA pada penduduk di kawasan industri pelabuhan balohan.

Dari 74 orang responden di lingkungan pemukiman, 28 orang yang lingkungan rumahnya dengan kelembaban tidak baik atau tidak memenuhi syarat paling banyak menderita syndrome ISPA sebanyak 24 orang (85,7%) dan yang tidak menderita syndrome ISPA sebanyak 4 orang (14,3%). Sedangkan lingkungan rumahnya yang kelembaban baik atau memenuhi syarat sebanyak 46 orang. Hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p = 0,011 < 0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban dengan syndrome ISPA pada penduduk di

Dari 74 orang responden di lingkungan pemukiman, 44 orang yang lingkungan rumahnya dengan kadar debu tidak baik atau tidak memenuhi syarat paling banyak menderita syndrome ISPA sebanyak 38 orang (86,4%) dan yang tidak menderita syndrome ISPA sebanyak 6 orang (44,0%), sedangkan lingkungan rumahnya yang kadar debu baik atau memenuhi syarat sebanyak 30 orang. Hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kadar debu dengan syndrome ISPA pada penduduk di kawasan industri pelabuhan balohan.

Dari 74 orang responden di lingkungan pemukiman, 45 orang yang jarak lingkungan rumahnya dengan industri yang tidak baik atau tidak memenuhi syarat paling banyak menderita syndrome ISPA sebanyak 41 orang (91,1%) dan yang tidak menderita syndrome ISPA sebanyak 4 orang (8,9%). Sedangkan lingkungan rumah yang jaraknya dengan industri baik atau memenuhi syarat sebanyak 29 orang. Hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p = 0,000 < 0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara jarak rumah dengan syndrome ISPA pada penduduk di kawasan industri pelabuhan balohan.

4.5 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen secara bersama-sama dengan menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression) untuk mencari faktor-faktor dominan

terhadap gejala gangguan saluran pernafasan pada pekerja industri aspal hotmix dengan melalui langkah yaitu :

1. Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan dalam model. untuk tahap pertama variabel yang dipilih atau dianggap signifikan pada analisis bivariat. Variabel yang mempunyai (p > 0,25) dikeluarkan dari model secara berurutan atau bertahap dimulai dari p value terbesar.

2. Untuk tahap kedua variabel independen yang masuk model pada tahap pertama selanjutnya dilakukan pengujian secara bersama-sama. Variabel yang memiliki p > 0,05 dikeluarkan secara bertahap, dimulai dari p value yang terbesar, sehingga didapatkan fit model p < 0,05. Kemudian diperoleh faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap syndrome ISPA pada pekerja dan penduduk di kawasan pelabuhan balohan sabang dalam model regresi logistik.

Untuk faktor lingkungan aktivitas produksi aspal Hotmix terdapat dari 4 variabel yang signifikan pada analisis bivariat yaitu suhu, kelembaban, kadar debu dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Dari analisis multivariat pada uji tahap pertama ada 2 variabel yang dikeluarkan dari model yang nilai p > 0,25 yaitu suhu dan kelembaban. Hanya 2 variabel yang masuk dalam kandidat model yaitu variabel kadar debu dengan nilai p=0,009<0,05 dan penggunaan APD dengan nilai p=0,004 < 0,05. Dengan demikian didapatkan model terbaik dalam menentukan variabel yang paling berpengaruh dari faktor lingkungan aktivitas produksi aspal Hotmix terhadap syndrome ISPA pada pekerja di kawasan pelabuhan Balohan Sabang. Model ini dapat

memprediksikan besar kecilnya pengaruh faktor lingkungan aktivitas produksi aspal Hotmix terhadap syndrome ISPA pada pekerja. Hasil akhir uji regresi logistik dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini:

Tabel 4.12. Hasil Uji Regresi Logistik yang Masuk dalam Model dengan Nilai p<0,05 untuk Faktor Lingkungan Aktivitas Produksi Aspal Hotmix terhadap Syndrome ISPA pada Pekerja di Kawasan Pelabuhan Balohan Sabang

No Variabel B P Exp (B) 95%CI

1 APD -4,297 0,004 14,125 0,001-0,262

2 Kadar Debu -4,010 0,009 18,117 0,001-0,367

Constant 13,716 0,002 004871,8

Overall percentage : 90,0%

Pada lingkungan pemukiman penduduk terdapat dari 4 variabel pada yang signifikan pada analisis bivariat yaitu suhu, kelembaban, kadar debu dan jarak rumah dengan industri. Dari analisis multivariat pada uji tahap pertama ada 2 variabel yang dikeluarkan dari model yang nilai p > 0,25 yaitu suhu dan kelembaban. Hanya 2 variabel yang masuk dalam kandidat model yaitu variabel kadar debu dengan nilai p=0,010<0,05 dan jarak rumah dengan industri dengan nilai p=0,000 < 0,05. Dengan demikian didapatkan model terbaik dalam menentukan variabel yang paling berpengaruh dari faktor lingkungan aktivitas produksi terhadap syndrome ISPA pada penduduk di kawasan pelabuhan Balohan Sabang. Model ini dapat memprediksikan besar kecilnya pengaruh faktor lingkungan aktivitas produksi terhadap syndrome ISPA pada penduduk. Hasil akhir uji regresi logistik dapat dilihat

Tabel 4.13. Hasil Uji Regresi Logistik yang Masuk dalam Model dengan Nilai p< 0,05 untuk Faktor Lingkungan Aktivitas Produksi terhadap Syndrome ISPA pada Penduduk di Kawasan Pelabuhan Balohan Sabang

No Variabel B P Exp (B) 95%CI

1 Kadar Debu -1,752 0,010 19,731 0,046-0,660 2 Jarak Rumah dengan Industri -2,785 0,000 6,325 0,016-0,242

Constant 6,054 0,000 425,901

BAB 5 PEMBAHASAN