• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Kerangka Teoritik

3. Hubungan Lingkungan Keluarga dengan Jiwa

statis atau keadaan tempat tinggal, lingkungan dinamis atau lingkungan sosial. Lingkungan keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa, terutama dalam pembentukan dan perkembangan pada diri siswa. Dalam hal ini yang lebih berperan adalah orang tua. Lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama untuk mendidik manusia wirausaha/wiraswasta, dan sebagai penanggung jawab pertama dan utama pelaksanaan pendidikan seorang wirausaha. Oleh karena itu, pendidikan seorang wirausaha harus dimulai sejak manusia mulai hidup dan berkembang di lingkungan keluarga. Disinilah letak peranan orang tua/keluarga di dalam mempersiapkan manusia wirausaha, bahwa peranan orang tua/keluarga dalam mendidik manusia wirausaha adalah sangat penting.

Keluarga memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang pertama dan paling utama karena keluarga/orang tua berperan sebagai peletak dasar perkembangan kekuatan pribadi seorang wirausaha. Peranan orang tua untuk mendidik siswa menjadi seorang wirausaha tidak hanya terhenti pada akhir masa kanak-kanak, melainkan masih terus dilanjutkan pada

tahap-tahap selanjutnya sampai siswa mampu berdiri sendiri atau berwirausaha.

Bagaimanakah wujud pelayanan orang tua dalam mendidik manusia wirausaha di lingkungan keluarga? Bentuk pendidikan yang diberikan oleh orang tua untuk mempersiapkan siswa menjadi seorang wirausaha adalah menciptakan situasi belajar kewirausahaan di lingkungan keluarga. Dengan cara menciptakan hubungan yang erat dan serasi antara orang tua dan anak dan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya, menciptakan kesibukan rumah tangga yang bermanfaat, mengadakan kesempatan untuk pertemuan antar anggota keluarga untuk persiapan mental wirausaha, dan bangunlah keluarga menjadi suatu perusahaan mini. 4. Hubungan Lingkungan Sekolah dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Lingkungan sekolah merupakan faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan siswa, karena sekolah berperan membantu siswa dalam melatih dan mengembangkan kreativitas dan kemandirian yang telah terbentuk dalam keluarga. Lingkungan sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal untuk memperlengkapi bekal pribadi seorang wirausaha, dan sebagai penanggung jawab pendidikan seorang wirausaha.

Bagaimana mempersiapkan manusia wirausaha di lingkungan sekolah? Beberapa usaha yang dapat ditempuh untuk mempersiapkan siswa menjadi manusia wirausaha/wiraswasta di lingkungan sekolah, yaitu dengan pembenahan proses belajar mengajar di sekolah untuk

membelajarkan siswa secara aktif, pembenahan dalam pengorganisasian pengalaman belajar, dan pembenahan dalam kurikulum pendidikan formal. Terutama dalam sekolah kejuruan, siswa lebih dituntut untuk memiliki ketrampilan bekerja dan pengalaman tersebut didapatkan dari praktik lapangan yang nantinya akan dijadikan modal dasar untuk memasuki dunia kerja. Dari pengalaman tersebut, akan mudah menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa.

5. Hubungan Lingkungan Masyarakat dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Masyarakat merupakan suatu wadah yang dinamis untuk menabur benih-benih kewirausahaan. Penaburan benih-benih kewirausahaan dapat berlangsung dalam bentuk pendidikan luar sekolah. Disamping sebagai konsumen pendidikan luar sekolah dapat juga menjadi produsen dari pada tenaga-tenaga pendidikan luar sekolah. Dikatakan demikian, karena masyarakat sendiri terdiri dari bermacam- macam kelompok individu dengan taraf hidup serta peranan yang berbeda-beda. Masyarakat juga menjadi ajang terjadinya berbagai peristiwa yang saling berpengaruh terhadap pola-pola tingkah laku dan kehidupan manusia. Di dalam masyarakat terdapat minat- minat, kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan hidup yang berbeda-beda, dan bahkan sering terjadi konflik antar nilai, antar kepentingan dan antar tujua n hidup dari para anggota masyarakat tersebut.

Dengan kenyataan di atas, maka terdapat peranan dan kehidupan yang kompleks di kalangan masyarakat. Terletak dari berbagai persoalan tersebut, maka masyarakat mempunyai peranan dan tanggung jawab yang besar di dalam mewujudkan manusia wirausaha. Pendidikan kewirausahaan di lingkungan masyarakat akan lebih berhasil apabila masyarakat memiliki minat dan dorongan untuk hidup maju. Untuk itu perlu adanya motivasi kehidupan berwirausaha bagi segenap anggota masyarakat terutama pada diri siswa. Usaha- usaha motivasi kewirausahaan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Motivasi secara langsung dilakukan oleh para petugas dari dunia usaha/industri yang bertindak memberikan penyuluhan atau keterangan-keterangan tentang kewirausahaan kepada siswa, atau dengan pengembangan praktik-praktik kewirausahaan seperti perkumpulan sosial (pramuka, kunjungan panti asuhan, palang merah), dan perkumpulan pemuda (karang taruna). Sedangkan motivasi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui berbagai macam media pendidikan seperti radio, televisi dan surat kabar.

Siswa tinggal dan hidup dalam lingkungan yang sebagian besar adalah mereka yang bekerja, baik pegawai kantor, buruh, pengrajin dan tenaga kerja lainnya. Adanya pekerjaan yang mendominasi suatu daerah akan sangat berpengaruh terhadap pilihan pekerjaan. Apabila dalam masyarakat banyak dijumpai wirausahawan yang berhasil maka akan mempengaruhi minat berwirausaha bagi seseorang. Cenderung siswa

lulusan lebih tertarik untuk bekerja daripada melajutkan pendidikan yang lebih tinggi, karena akan lebih senang kalau akhirnya mereka bisa memperoleh penghasilan sendiri yang didapatkan baik dari bekerja di kantor/pabrik atau dari usahanya sendiri.

F. Hipotesa

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat ditarik suatu hipotesa sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.

2. Ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa

3. Ada hubungan antara lingkungan keluarga dengan jiwa kewirausahaan siswa.

4. Ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa.

5. Ada hubungan antara lingkungan masyarakat dengan jiwa kewirausahaan siswa.

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu semua penelitian mengenai unit sosial tertentu yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu, hal ini dikarenakan pengumpulan dan analisa data dilakukan pada waktu tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK YPKK 2 Sleman, Jl. Pemuda Wadas Tridadi Sleman Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April- Mei 2006.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian, dalam hal ini mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 SMK YPKK 2 Sleman Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan jiwa kewirausahaan siswa.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK YPKK 2 Sleman Yogyakarta.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kels 3 SMK YPKK 2 Sleman. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu penarikan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu yang ditetapkan. Teknik ini digunakan dengan pertimbangan bahwa siswa kelas tiga sudah melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada dunia usaha atau dunia industri, dan sudah memiliki pengetahuan bidang ekonomi yang cukup luas (mendalam) dari pada siswa kelas satu dan dua.

E. Variabel Penelitian dan Teknik Pengukurannya 1. Variabel Bebas

a. Tingkat pendidikan orang tua (X1), yaitu tingkat pendidikan tertinggi yang terakhir ditempuh oleh orang tua siswa yang ditunjukkan dengan ijazah. Pengukuran variabel ini dengan memberi bobot kepada masing-masing jenjang pendidikan yaitu pendidikan formal yang berhasil ditempuh oleh orang tua yang ditunjukkan dengan ijazah. Ketentuan pengukuran bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua yang dicapai maka semakin tinggi pula skor untuk suatu alternatif jawaban. Ketentuan tersebut meliputi:

a. Tingkat pendidikan tamat SD diberi skor 1 b. Tingkat pendidikan tamat SLTP diberi skor 2 c. Tingkat pendidikan tamat SLTA diberi skor 3 d. Tingkat pendidikan Perguruan Tinggi diberi skor 4 b. Pekerjaan orang tua (X2)

Pekerjaan ayah dan ibu yang paling berperan dalam keluarga. Jenis pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya (dalam rangka mencari nafkah). Pengukuran variabel pekerjaan orang tua dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan pekerjaan orang tua yang wirausaha dan yang bukan wirausaha. Ketentuan pengukuran variabel ini meliputi:

a. Wirausaha/pedagang diberi skor 2 b. Bukan wirausaha diberi skor 1

c. Lingkungan belajar (X3)

Lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang terdapat di tempat belajar. Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pengukuran variabel lingkungan belajar dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: (a) lingkungan keluarga. Dimensi ini terdiri dari 4 indikator (cara mendidik, pengertian orang tua, keadaan sosial ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan keluarga); (b) lingkungan sekolah. Dimensi ini terdiri dari 7 indikator (interaksi guru dan murid, hubungan antar murid, media pendidikan , kurikulum, waktu sekolah, pelaksanaan disiplin dan metode belajar); (c) lingkungan masyarakat. Dimensi ini terdiri dari 3 indikator (teman bergaul, lingkungan dalam proses belajar serta adanya media massa dan televisi). Dalam penelitian ini kelima belas indikator dijabarkan ke dalam tujuh belas (17) item pertanyaan. Masing- masing item pertanyaan akan diukur dengan skala likert.

Tabel. 3.1

Penilaian setiap butir pertanyaan

Skor Jawaban Sikap

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Berikut diuraikan tabel operasional variabel lingkungan belajar: Tabel. 3.2

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Lingkungan Belajar

Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan No. Lingkungan

Keluarga

a. cara mendidik orang tua b. Pengertian orang tua c. Kondisi sosial-ekonomi keluarga d. Latar belakang kebudayaan keluarga 1, 2, 3 4 5 6, 7 Lingkungan Sekolah

a. interaksi gur u-siswa b. hubungan antar siswa c. media pendidikan d. kurikulum e. waktu sekolah f. pelaksanaan disiplin g. metode belajar 8 9, 10 11, 12 13, 14 Lingkungan Belajar Lingkungan Masyarakat

a. mass media dan televisi b. teman bergaul

c. cara hidup lingkungan

15, 16 17

2. Variabel Terikat

Variabel jiwa kewirausahaan (Y), yaitu semangat atau penggerak yang diwujudkan dalam perilaku untuk memulai suatu usaha menciptakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang berbeda. Pengukuran variabel ini didasarkan pada 8 indikator seperti percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, berorientasi ke masa depan, kerja keras, kreatif dan inovatif. Dalam penelitian ini keenam indikator dijabarkan ke dalam delapan belas (18) item pertanyaan. Masing- masing item pertanyaan akan diukur dengan skala likert (pada point 3). Berikut diuraikan tabel operasional variabel jiwa kewirausahaan:

Tabel. 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Jiwa Kewirausahaan

Variabel Indikator Pertanyaan No.

Jiwa

Kewirausahaan

a. percaya diri

b.berorientasi pada tugas dan hasil c. pengambilan resiko

d.kepemimpinan

e. berorientasi ke masa depan f. kerja keras

g. kreatif dan inovatif

1, 2, 3, 4 5, 6 7, 8 9 10, 11, 12 13, 14 15, 16, 17 dan 18

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden dan disajikan sesuai dengan keadaan responden. Cara ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan lingkungan belajar dengan jiwa kewirausahaan siswa.

2. Wawancara

Wawancara merupakan dialog yang dilakukan oleh peneliti, dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan. Metode ini diperlukan untuk memperoleh data-data guna melengkapi data-data yang telah dikumpulkan dengan metode kuesioner.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang berdasarkan pada pencatatan data tentang suatu objek yang dilakukan individu atau lembaga. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang gambaran umum sekolah.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui apakah kuesioner itu benar-benar dapat dijadikan alat ukur untuk mengukur ketiga variabel tersebut, maka perlu diadakan pengujian validitas dan reliabilitas, sebagai berkut:

1. Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban responden atas pertanyaan yang diberikan memiliki validitas (kesahihan) atau tidak. Valid atau tidaknya data dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh masing- masing item pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan. Apabila korelasi antara skor total dengan masing- masing pertanyaan signifikan, maka dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Penyajian validitas dilakukan dengan menggunakan metode koefisien korelasi Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1996:369):

r =

( )

{

}∑ ∑{

( )}

2 2 2 2 Yi Yi n Xi Xi n Yi Xi XiYi n Keterangan: r = koefisien korelasi

Yi = skor total setiap item tes ke-I Xi = skor masing- masing item ke-I n = jumlah item pertanyaan

Nilai r tabel ditentukan berdasarkan tabel nilai- nilai r product moment dari Pearson. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikansi 5%, maka item pertanyaan tersebut dikategorikan valid.

Sedangkan jika nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel, maka item pertanyaan tersebut tidak digunakan.

Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 12.0, untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu item instrumen diujicobakan pada 49 responden. Dalam pengujian validitas dicari koefisien validitas yang diperoleh dengan jalan mengkorelasikan skor yang ada dengan skor total. Setiap item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari nilai r tabel.

Berdasarkan hasil pengujian validitas dari setiap item pertanyaan, berikut ini hasil pengujian validitas.

a. Pengujian validitas variabel lingkungan belajar

Data tentang lingkungan belajar diungkapkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 25 item dan setiap item mempunyai empat alternatif jawaban. Dari butir pertanyaan nomor satu variabel lingkungan belajar mempunyai r hitung sebesar 0,219 jika dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,188 (dengan taraf signifikansi 5%, dengan dk= n-2) maka r hitung lebih besar dari pada r tabel, sehingga suatu item pertanyaan dikatakan valid. Jika r hitung lebih kecil dari r tabel dikatakan tidak valid. Adapun rangkuman dari pengujian validitas adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.4

Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Lingkungan Belajar

Butir Soal R hitung R tabel Keterangan

Butir 1 0,219 0,188 valid Butir 2 0,311 0,188 valid Butir 3 0,258 0,188 valid Butir 5 0,270 0,188 valid Butir 6 0,224 0,188 valid Butir 8 0,262 0,188 valid Butir 9 0,224 0,188 valid Butir 11 0,196 0,188 valid Butir 14 0,263 0,188 valid Butir 15 0,341 0,188 valid Butir 16 0,309 0,188 valid Butir 17 0,315 0,188 valid Butir 19 0,326 0,188 valid Butir 20 0,468 0,188 valid Butir 21 0,270 0,188 valid Butir 22 0,322 0,188 valid Butir 24 0,268 0,188 valid

b. Pengujian validitas variabel jiwa kewirausahaan

Data tentang kewirausahaan diungkapkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 item dan setiap item mempunyai empat alternatif jawaban. Dari butir pertanyaan nomor satu variabel jiwa kewirausahaan mempunyai r hitung sebesar 0,510 jika dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,188 (dengan taraf signifikansi 5%, dengan dk= n-2) maka r hitung lebih besar dari pada r tabel, sehingga suatu item pertanyaan dikatakan va lid. Jika r hitung lebih kecil dari r tabel dikatakan tidak valid. Adapun rangkuman dari pengujian validitas adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.5

Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas Jiwa Kewirausahaan

Butir Soal R hitung R tabel Keterangan

Butir 1 0,510 0,188 valid Butir 2 0,483 0,188 valid Butir 3 0,414 0,188 valid Butir 4 0,325 0,188 valid Butir 5 0,476 0,188 valid Butir 6 0,332 0,188 valid Butir 7 0,303 0,188 valid Butir 8 0,470 0,188 valid Butir 9 0,337 0,188 valid Butir 11 0,535 0,188 valid Butir 12 0,370 0,188 valid Butir 13 0,458 0,188 valid Butir 15 0,314 0,188 valid Butir 16 0,431 0,188 valid Butir 17 0,338 0,188 valid Butir 18 0,378 0,188 valid Butir 19 0,378 0,188 valid Butir 20 0,431 0,188 valid 2. Pengujian Reliabilitas

Raliabilitas dilakukan setelah test of validity. Tes reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya ataukah tidak. Dengan kata lain, jika hasil pengukuran konsisten atas objek yang sama maka instrumen pengukuran tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur. Langkah- langkah yang digunakan untuk tes reliabilitas adalah mencari nilai reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach-alpha. Rumusnya sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2002:171): rtt=           −       −

2 2 1 b

s

s

1 1 k k

Keterangan:

rtt = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan

2

∑σ

b = jumlah varian butir

2 1

σ

= varians total

Setelah r hitung diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka alat ukur yang digunakan dikatakan reliabel (andal). Apabila r hitung lebih kecil dari r tabel, alat ukur yang digunakan tidak fleksibel.

Hasil analisis yang diperoleh, koefisien alpha atau rttnya sebesar 0,849 (lihat lampiran 2 hal. 105). Kemudiaan harga rtt tersebut dikonsultasikan dengan harga kategori nilai r menurut Suharsimi Arikunto, karena rttnya berada pada taraf 0,800-1,00 dapat dikatakan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini mempunyai reliabilitas sangat tinggi.

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut sudah dianggap memenuhi kedua persyaratan instrumen yang baik yaitu valid dan reliabel, sehingga instrumen lingkungan belajar dan jiwa kewirausahaan siswa dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh data.

3. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas setiap data variabel, digunakan uji one sampel Kolmogorov-Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 12.0. Jika nilai

α hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini dibawah 0,05 maka distribusi data variabel tersebut adalah tidak normal. Jika masing- masing variabel mempunyai nilai di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian berdistribusi normal, adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002:36):

D = MaxFo

( )

Xi −Sn

( )

Xi Keterangan:

D = Deviasi maksimum

Fo(Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan SN = Distribusi frekuensi kumulatif observasi

Jika nilai F hitung > dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika nilai F hitung < dari nilai F tabel maka distribusi data dikatakan normal.

H. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Untuk mendeskripsikan variabel lingkungan belajar dan jiwa kewirausahaan siswa dilakukan dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II. Dalam PAP tipe II ini, penguasaan kompetensi minimal yang merupakan passing score adalah 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup. Tuntutan pada persentil 56 sering disebut persentil minimal, karena passing score pada persentil 56 dianggap batas penguasaan kompetensi minimal yang paling rendah (Masidjo, 1995:157).

2. Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan apakah hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain, maka digunakan uji statistik Korelasi product moment. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:369):

rxy =

( )

{

2 2

}{

2

( )

2

}

Yi Yi n Xi Xi n Yi Xi XiYi n

∑ ∑

− − Keterangan: rxy = koefisien korelasi

Yi = skor total setiap item tes ke-I Xi = skor masing- masing item ke-I n = jumlah item pertanyaan

Sedangkan untuk menguji apakah r hitung signifikan atau tidak, maka dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut:

t hitung = 2 r 1 2 n r − − Keterangan: r = koefisien korelasi n = jumlah sampel

Hipotesis akan diterima apabila t hitung > t tabel dan sebaliknya hipotesis akan ditolak bila t hitung < t tabel. Untuk menguji harga t hitung digunakan taraf signifikansi 5% dan derjat kebebasan N-2.

Pengujian dengan korelasi product moment dapat dilakukan apabila data yang diperoleh berdistribusi normal. Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dengan korelasi product moment tidak dapat dilakukan, dalam hal ini pengujian hipotesis

akan dilakukan denga n menggunakan uji statistik non parametrik Chi-Square

( )

χ2 .

Untuk pengujian hipotesis 1 sampai 5 digunakan uji statistik Chi Squre

( )

χ2 . Langkah-langkah pengujian Chi Square adalah sebagai berikut:

a. Memasukkan data yang diperoleh dalam tabel kontingensi.

b. Menghitung nilai Chi-square

( )

χ2 dengan langkah sebagai berikut: 1) Mencari nilai Chi-square

( )

χ2

2 χ =

( )

2 0

F FhFh Keterangan: 2 χ = chi-square

F0 = frekuensi yang diperoleh Fh = frekuensi yang diharapkan

2) Mencari nilai Frekuensi yang diharapkan, dengan rumus sebagai berikut:

Fh = jumlah kolom x jumlah baris jumlah seluruh

3) Menyusun Hipotesis

Ho = Tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Ha = Ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. 4) Memilih level signifikansi yaitu 5% dengan derajat kebebasan (db)

yang dicari dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1996:273): db= (b-1)(k-1)

Keterangan: b = batas k = kolom

Kriteria pengujian hipotesis:

Ho ditolak apabila χ2 hitung > χ2 tabel Ho diterima apabila χ2 hitung < χ2 tabel c. Menghitung Koefisien Kontingensi ( C )

Untuk mengetahui derajat hubungan antara faktor yang satu dengan lainnya digunakan koefisien kontingensi ( C ), sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien kontingensi adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:282): C = n ? ? 2 2 + Keterangan: C = koefisien kontingensi 2 χ = chi-square n = jumlah item

Agar harga koefisien (C) yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat asosiasi antara faktor, maka harga C perlu dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum ( C maks) yang bisa terjadi. Harga C maksimum dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

C maks = m m−1

Keterangan:

m = banyaknya kategori yang paling kecil di antara variabel yang diketahui semakin dekat nilai C dengan C maks, maka makin kuat hubungan yang terjadi di antara variabel tersebut.

Perhitungan interprestasi rasio koefisien kontingensi (C) terhadap C maksimum (C maks) adalah sebagai berikut:

C rasio =

maks

C C

Tabel. 3.6

Interprestasi Koefisien Kontingensi

Nilai C Interprestasi 0,81 – 1,00 Sangat Tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Sedang 0,21 – 0,40 Rendah < 0,20 Sangat Rendah

48 BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMK YPKK 2 Sleman

Alamat Sekolah : Jl. Pemuda Wadas Tridadi Skeman Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen

Program Keahlian : Akuntansi

Status : Swasta Disamakan

Nama Yayasan : Yayasan Pendidik an Kejuruan dan Ketrampilan Yogyakarta

B. Sejarah Singkat Sekolah

SMK YPKK 2 Sleman dibuka resmi berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tanggal 1 Juni 1981 No. 0121/I.131/I.81 dengan nama SMEA YPKK Sleman bergabung dengan SMA Sulaiman di Jl. Magelang Wadas Tridadi Sleman. SMK YPKK 2 Sleman didirikan oleh Yayasan Pendidikan Kejuruan dan Ketrampilan Yogyakarta yang beralamat di Jl. Wates Km. 4,5 Banyuraden Gamping Sleman yang bertujuan menyiapkan tenaga kerja di tingkat menengah terutama dalam bidang pembukuan.

Selama 9 (sembilan) tahun, SMEA YPKK Sleman berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada tahun 1981 – 1984 bergabung dengan SMA Sulaiman, tahun 1985 – 1987 pindah dan bergabung dengan SMEA

Negeri IV Tempel, dan pada tahun 1988 pindah lagi di SMP PGRI Sleman. Lalu tahun 1989 SMK YPKK 2 Sleman sudah mulai menetap dan menempati

Dokumen terkait