• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu sub sistem pendidikan nasional yang tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional, dimana tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk siswa menjadi manusia yang mandiri dan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila. Untuk mencapai tujuan tersebut, SMK di samping memberikan kemampuan siap kerja kepada lulusannya, dapat pula mengembangkan ketrampilan kejuruan yang setara maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Secara struktural SMK memiliki posisi yang strategis, yakni terdapatnya dua kesempatan: pertama, kesempatan untuk terjun langsung ke dunia kerja karena lulusannya telah memiliki suatu keahlian dan kesempatan; kedua, kesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Ada kecenderungan bahwa lulusan memilih langsung terjun ke dunia kerja karena pendidikan menengah kejuruan senantiasa berorientasi pada lapangan pekerjaan.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 tahun 1990, menegaskan bahwa tujuan pendidikan menengah kejuruan terutama menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan pekerjaan dan mengembangkan sikap profe sional. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Depdikbud (1992: 2), SMK sebagai bagian dari pendidikan menengah bertujuan menyiapkan sis wa memasuki lapangan

kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional dalam lingkup bidang keahliannya; mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup bidang keahliannya, menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang dalam lingkup bidang keahliannya; menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif. Berdasarkan tujuan tersebut, tampak bahwa SMK memiliki peranan yang besar dalam menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan siap kerja. Kenyataan menunjukkan sampai saat ini masih banyak dijumpai para lulusan yang menganggur (belum bekerja) yang disebabkan lulusan SMK belum memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia usaha atau dunia kerja.

Masalah utama Indonesia saat ini adalah pengangguran yang terus meningkat. Catatan Depnaker menunjukkan sebanyak 3,5 juta penduduk per tahun mencari kerja. Padahal peluang kerja di Indonesia sangat terbatas, akibatnya sebanyak 10,3 juta angkatan kerja usia produktif menjadi pengangguran yang sebagian besar dari kalangan kaum muda. Menurut Fahmi Idris, persaingan dalam dunia kerja semakin tahun terus meningkat, terbukti dengan banyaknya pengangguran di Indonesia. Selain itu masalah pengangguran juga tidak lepas dari problem pendidikan di Indonesia. Banyaknya pengangguran di Indonesia diakibatkan karena keadaan bingung harus ke mana dan kaget akan dunia kerja. Untuk itu perlu adanya peningkatan mutu dari kaum muda dengan meningkatkan unit- unit kerja yang memberikan peluang dan melakukan peningkatan pendidikan, sehingga mampu untuk

bersaing dalam dunia kerja. Sementara Suyanto lebih mengarahkan motivasi untuk dapat mengembangkan diri, dengan mengajak peserta untuk membuka usaha mandiri daripada bekerja dengan orang lain. Menurutnya, untuk membangun usaha atau bisnis dapat dilakukan dari ide yang sederhana, dari pendidikan, keahlian, kejadian, hobi, dan keprihatinan (Kedaulatan Rakyat, 25/04/2005).

Sebagai calon pekerja, para lulusan diharapkan memiliki ketrampilan dan keahlian. Untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan praktik lapangan yang dikenal dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK. Dalam program tersebut siswa diberikan tugas sesuai dengan bidangnya. Siswa dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan tersebut. Dengan kreativitas dan sikap mandiri yang dimiliki akan membantu para lulusan menentukan masa depannya dan memudahkan mereka dalam mencari pekerjaan atau bisa menciptakan sesuatu yang baru (sikap mandiri). Hal inilah yang menjadi dasar tumbuhnya jiwa kewirausahaan siswa. Dengan jiwa kewirausahaan yang dimiliki para lulusan SMK, maka para lulusan SMK tidak hanya tergantung pada dunia kerja yang sudah ada tetapi diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri atau berwirausaha. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran yang semakin meningkat dari hari ke hari.

Berdasarkan keadaan di atas, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan siswa. Faktor- faktor tersebut

antara lain: tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan lingkungan belajar.

Tingkat pendidikan yang tinggi memotivasi seseorang untuk dapat mengembangkan diri, baik dalam hal ketrampilan, keahlian, kemandirian, dan lain- lain. Perkembangan kepribadian yang diperoleh orang tua kemudian ditanamkan kepada anak-anaknya. Tingkat pendidikan orang tua dapat berpengaruh terhadap minat anak dengan asumsi bahwa orang tua yang tingkat pendidikannya tinggi selalu berusaha untuk menambah ilmu pengetahuannya. Kegiatan orang tua yang selalu belajar inilah yang menjadikan motivasi bagi anaknya untuk lebih giat di dalam belajarnya, terutama di dalam belajar untuk meraih cita-citanya.

Sehubungan dengan pembentukan jiwa kewirausahaan siswa SMK, faktor tingkat pendidikan orang tua yang telah dicapai membawa pengaruh yang luas bagi kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan, penghasilan, dan status sosial dala m masyarakat. Pendidikan orang tua yang lebih tinggi memberi pengaruh besar bagi siswa karena pengetahuan orang tua yang luas membuat siswa meneladani orang tuanya. Sebaliknya pendidikan orang tua yang rendah dapat membatasi pengalaman belajar siswa, sehingga pengaruh yang diberikan kepada siswa menjadi terbatas. Tingkat pendidikan seseorang sangat mendukung pilihan dalam pekerjaannya. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memperoleh pekerjaan yang lebih baik sesuai dengan pendidikan yang dicapainya. Pekerjaan orang tua berkaitan

dengan kemampuan orang tua dalam membiayai sekolah dan kemampuan orang tua menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan siswa dalam kegiatan belajarnya. Faktor pekerjaan orang tua akan mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan siswa. Orang tua yang bekerja sebagai seorang wirausaha akan mendorong anaknya dan menanamkan sikap berwirausaha kepada anaknya. Anak diharapkan dapat meneruskan usaha orang tuanya di masa mendatang.

Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang terdapat di tempat belajar. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain: lingkungan keluarga, hal yang mempengaruhi kegiatan siswa seperti cara mendidik orang tua, perhatian orang tua, keadaan sosial ekonomi, dan latar belakang kebudayaan keluarga; lingkungan sekolah yang meliputi interaksi guru dan siswa, kurikulum, media pendidikan, dan pelaksanaan disiplin juga mempengaruhi jiwa berwirausaha siswa serta lingkungan masyarakat, dan cara hidup lingkungan sekitarnya.

Lingkungan tersebut akan mempengaruhi orang-orang yang tinggal disekitarnya. Lingkungan belajar yang baik, nyaman dan menyenangkan akan mendorong siswa untuk belajar kreatif dan mandiri, belajar bertanggung jawab dan menentukan kebutuhan hidupnya sendiri, belajar berkarya dengan kemampuannya sendiri. Dalam keadaan inilah, jiwa kewirausahaan seseorang akan tumbuh. Lingkungan belajar yang kondusif merupakan penggerak atau motivasi seorang siswa untuk berwirausaha.

Pengetahuan kewirausahaan dapat diperoleh melalui proses belajar, pengamatan dan berdasarkan pengalaman. Dalam hal ini siswa SMK memperoleh cukup pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan kewirausahaan dalam pelajaran di sekolah dan di industri. Di samping melalui sekolah, pengetahuan kewirausahaan dapat diperoleh di luar sekolah melalui media massa (seperti televisi, radio, majalah, dan surat kabar), pameran, kunjungan ke perusahaan, kursus, pengamatan langsung terhadap kegiatan kewirausahaan dan pendidikan wirausaha dalam keluarga. Dengan diperolehnya pengetahuan kewirausahaan dari sekolah maka akan menambah pengetahuan siswa tentang bagaimana mengembangkan kepribadiannya. Sedang pengetahuan yang diperoleh dalam lingkungan masyarakat dan keluarga, dapat meningkatkan pengetahuan, dan sedikitnya dapat diarahkan pada kebiasaan-kebiasaan dan sikap baru. Dengan demikian diduga kuat jiwa kewirausahaan akan tinggi dengan adanya pengetahuan kewirausahaan.

Berdasarkan hasil observasi empirik, sebagian besar lulusan SMK lulus dengan hasil prestasi yang baik. Sesuai dengan kurikulum SMK edisi 2004, pelaksanaan pembelajaran pendidikan di SMK dilakukan di sekolah dan di industri (dunia kerja). Dalam pembelajaran di sekolah, pengalaman berwirausaha diberikan melalui mata pelajaran yang ada hubungannya dengan dunia usaha yaitu mata pelajaran kewirausahaan dan siswa melaksanakan praktik berwirausaha dengan memasarkan hasil produksi suatu perusahaan ke pasar/konsumen. Siswa diwajibkan pula membuat laporan fiktif suatu perusahaan dan hasil usahanya, kemudian dipresentasikan dan diujikan oleh

pihak perusahaan yang bertugas untuk menguji. Sedangkan dalam pembelajaran di industri, diberikan pelatihan kegiatan bekerja secara langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya untuk menguasai kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

Bagi siswa SMK, sebagian besar lulusan memilih untuk bekerja karena mereka ingin hidup mandiri, ingin mencari pengalaman dalam bekerja dan dapat membantu orang tua dalam bidang ekonomi. Namun adapula yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi guna memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi dan memperoleh gelar sarjana. Dan dalam memilih pekerjaan, para lulusan ingin mencari dan memasuki suatu instansi yang dapat menempatkan mereka sesuai dengan bidang keahlian yang mereka pelajari di sekolah seperti menjadi seorang akuntan di suatu instansi, tetapi adapula yang memilih pekerjaan sesuai dengan hobby mereka seperti translator bahasa asing atau terjun dalam bidang perhotelan dan pariwisata. Jiwa kewirausahaan siswa SMK dikatakan tinggi apabila keinginan untuk bekerja diwujudkan setelah lulus sekolah. Sedangkan dikatakan rendah jika keinginan untuk bekerja hanya dalam keadaan terpaksa, mencari apabila terdapat lowongan yang ada. Karena siswa lulusan SMK sebagian besar memilih untuk bekerja, maka jiwa kewirausahaannya tinggi.

Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan lingkungan belajar dalam pembentukan jiwa berwirausaha pada siswa SMK, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG

TUA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada siswa kelas 3 SMK YPKK 2 Sleman, Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Dengan latar belakang masalah yang demikian maka penulis akan membatasi bidang yang diteliti dan dibahas. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan lingkungan belajar dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa?

2. Apakah ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa?

3. Apakah ada hubungan antara lingkungan keluarga dengan jiwa kewirausahaan siswa?

4. Apakah ada hubungan antara lingkungan sekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa?

5. Apakah ada hubungan antara lingkungan masyarakat dengan jiwa kewirausahaan siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pekerjaan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan keluarga dengan jiwa kewirausahaan siswa.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan sekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa.

5. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara lingkungan masyarakat dengan jiwa kewirausahaan siswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi sekolah.

Penulis berharap agar hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam menumbuhkan jiwa berwirausaha di kalangan siswa SMK dengan mengaitkan pendidikan kewirausahaan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma.

Sebagai tambahan bahan bacaan dan pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya bagi mahasiswa FKIP dan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Penulis.

Sebagai sarana penerapan teori yang telah didapat di bangku kuliah di dalam praktik yang sesungguhnya.

11

Dokumen terkait