• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

5. Hubungan Model Pembelajaran MURDER dengan Aktivitas dan

Matematika.

a. Hubungan Model Pembelajaran MURDER dengan Aktivitas

Prinsip belajar pada dasarnya adalah melakukan aktivitas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman. A. M bahwa: “Setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa aktivitas proses belajar tidak mungkin terjadi (Sardiman A.M, 2003:96 ). Salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Ditect, Elaborate, Review). Di dalam pembelajaran siswa akan menjadi subjek karena guru hanya menjadi fasilitator yang mengarahkan serta membantu

siswa dalam pembelajaran, maka dari itu model pembelajaran MURDER dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Menurut Darmika (2014), model pembelajaran kooperatif tipe MURDER merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat membangun motivasi belajar siswa serta peningkatan ke dalam dan luasnya pemikiran pada siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe MURDER ini juga dapat digunakan untuk mengembangkan sistem belajar yang efektif dan efisien untuk mengaktifkan siswa dengan merangsang kemampuan berpikirnya (Apongsina Masela:2016:26).

Dengan menggunakan model pembelajaran MURDER lebih banyak siswa yang aktif karena model pembelajaran kooperatif tipe MURDER ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan pasangan dan lebih aktif dalam proses belajar mengajar sehingga model pembelajaran MURDER ini memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa (Apongsina Masela, 2016:28). Selain itu ilmu yang diperoleh siswa juga akan lebih lama diingat karena diperoleh tidak sekedar hafalan. Model pembelajaran MURDER efektif karena bersifat student centered. yang lebih mengutamakan peran peserta didik sebagai pusat pembelajaran (Kadek Herdianto:2014).

Menurut Jacob (dalam Tim Pengembang Lembaga Penelitian UNDIKSHA, 2009) model pembelajaran MURDER adalah salah satu model pembelajaran kolaboratif yang dihasilkan dari perspektif psikologi kognitif. Model pembelajaran kooperatif tipe MURDER merupakan singkatan dari : 1. Mood (Suasana Hati), 2. Understand (Pemahaman), 3. Recall (Pengulangan), 4. Detect (telaah), 5) Elaborate (Pengembangan), 6) Review (Meninjau Kembali). Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe MURDER ini, maka diharapkan akan memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran matematika.

Berdasarkan langkah model pembelajaran MURDER, Mood akan menuntun anggota kelompok dalam mempersiapkan diri sebaik

mungkin dan guru berusaha mengkondisikan siswa pada kondisi belajar yang nyaman. Understand akan mengarahkan anggota kelompok untuk mecermati poin – poin dalam suatu masalah. Recall akan menuntun anggota kelompok untuk memberikan sajian lisan terhadap materi yang diberikan oleh anggota kelompok lain. Detect akan menuntun anggota kelompok untuk mendeteksi apa yang dilakukan oleh anggota kelompok lain terhadap munculnya kesalahan atau kealfaan catatan.

Elaborate, anggota kelompok memberikan contoh atau aplikasi materi yang telah dibaca. Review menuntun anggota kelompok untuk melakukan peninjauan kembali terhadap langkah Mood, Uderstand, Recall, Detect, Elaborate, Review. Langkah review akan memberikan kesempatan kepada masing – masing anggota kelompok untuk memperoleh struktur pengetahuan baru yang merupakan hasil refleksi pengetahuan sebelumnya (Sagala, 2008).

Berdasarkan deskripsi masing-masing tahap dalam model pembelajaran MURDER, terlihat bahwa model pembelajaran MURDER memiliki banyak keunggulan. Salah satunya adalah dalam proses pembelajarannya yang membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran, terlatih untuk memecahkan permasalahan yang ditemui, bekerja sama dengan siswa lainnya, menyampaikan pendapat, dan mengkomunikasikan sesuatu yang ada di pikirannya kepada guru dan siswa lain.

Pada tahap Mood memperlihatkan antusias siswa dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru karena guru mencoba mengatur suasana hati siswa dengan melontarkan beberapa pertanyaan. pada langkah understand pasangan-pasangan dalam kelompok membaca dan mencoba memahami tentang hal apa saja yang diketahui dan mencoba menyelesaikan soal yang diberikan. Pada tahap recall siswa akan mencoba untuk dapat menerangkan kepada teman satu kelompok dengan kata-kata yang dapat dipahami sehingga secara tidak langsung siswa dapat memahami materi tersebut. Pada langkah detect siswa akan

saling bertukar ide dan pendapat mengenai jawaban LKS yang telah dikerjaan serta siswa dituntut untuk berani mengemukakan pendapat didepan umum. Pada tahap elaborate siswa akan berdebat antar kelompok untuk mempertahankan pedapatnya. Keadaan ini akan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika seperti siswa berani bertanya dan mengeluarkan pendapat, berani tampil dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas serta berani menanggapi kelompok yang tampil didepan kelas saat berdiskusi, akhirnya dengan model pembelajaran MURDER ini dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Jadi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran MURDER ini jelas akan berguna dalam mengkaitkan pengetahuan dan aplikasi matematika dan dunia riil. Siswa akan termotivasi untuk belajar dan akan tidak akan ada lagi siswa yang pasif selama proses pembelajaran. Maka berdasarkan penjelasan diatas peneliti menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran MURDER (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review). Sehingga aktivitas belajar siswa dapat dilatih dengan menerapkan model pembelajaran MURDED (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review) di dalam proses pembelajaran jika dilaksanakan dengan baik dan benar.

b. Hubungan Model Pembelajaran MURDER dengan kemampuan Koneksi Matematis

Model pembelajaran Mood, Understand, Recall, Ditect, Elaborate, Review (MURDER) merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam melakukan proses koneksi matematis karena model MURDER merupakan model yang diadaptasi dari teori psikologi kognitif, dimana asumsi dari teori ini adalah seseorang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman masa lalu yang tertata dalam stuktur kognitifnya kemudian seseorang tersebut akan beradaptasi dengan

pengetahuan baru lalu beradaptasi dengan struktur kognitif yang dimilikinya (Ace Hidayat, 2017:208).

Adapun langkah – langkah dari pembelajaran MURDER yaitu:

1) Mood (Suasana Hati) : Dalam suatu proses pembelajaran dibutuhkan suatu suasana yang menyenangkan dari suasana yang menyenangkan tersebut kemudian dapat timbul suatu interaksi yang terjalin antara guru dan siswa, sehingga pembelajaran tidak hanya berlangsung satu arah.

2) Understand (Pemahaman) : Pemahaman satu tingkat lebih tinggi dari pengetahuan dalam pemahaman diharapkan siswa bukan hanya dapat memahami suatu materi saja tetapi siswa juga diharapakan bisa memahami aplikasi dalam kehidupan sehari – hari dari materi tersebut. Langkah ini membuat siswa mudah mengingat materi yang dipelajari, hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dibangun sendiri oleh siswa akan lebih diingat dan tidak mudah untuk dilupakan.

3) Recall (Pengulangan): Mengulang adalah suatu kegiatan memasukkan suatu informasi yang telah didapat untuk disimpan dalam jangka waktu panjang. Proses mengulang dalam pembelajaran dapat dengan merangkum materi yang telah diperoleh ke dalam bahasa mereka sendiri. Hal ini didukung pendapat Herdianto (2014) yang menyatakan bahwa siswa perlu memahami materi karena dengan memahami siswa dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci mengenai materi tersebut dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

4) Detect (Penemuan): Penemuan dari suatu materi dapat dilakukan dengan bantuan seorang teman untuk menyimak atau mendengarkan informasi yang diperoleh dari menyimak tersebut teman akan menemukan informasi-informasi yang dinggap masih salah. Hal ini sesuai dengan pendapat Holiwarni (2016) yang menyatakan bahwa

siswa yang saling mengoreksi jawaban dan saling mengingatkan bila terjadi kesalahan dalam mengerjakan soal dapat memperkecil kesalahan.

5) Elaborate (Penggabungan): Interaksi dalam kelompok dapat menemukan banyak informasi-informasi baru yang diperoleh dari anggota kelompok. Informasi-informasi tersebut dapat digabungkan menjadi satu informasi yang paling tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa perlu dibiasakan untuk memberikan argumen atas jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang dipelajari menjadi lebih bermakna bagi siswa;

6) Review (Pelajari Kembali): Informasi-informasi yang diperoleh atau materi-materi yang sebelumnya sudah didapat bisa digali lagi atau diingat kembali untuk keperluan tertentu. Hal ini sesuai pendapat Susilo (2006) yang menyatakan bahwa menyimpulkan atau mempelajari kembali materi yang telah dipelajari dapat membantu siswa mengerti atau ingat dengan pelajaran yang baru dipelajari.

Pembelajaran dengan menggunakan model MURDER menurut Ardhana ( Diska Asani, 2012 :11) sangat berguna untuk membantu para siswa dalam mengembangkan sistem belajar yang efektif dan efisien.

Model pembelajaran ini diharapkan dapat menciptakan kegiatan efektif untuk meningkatkan partisipasi siswa di dalam proses pembelajaran melalui tahapan-tahapan yang ada. Model ini juga dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari, kemampuan koneksi matematis, melatih siswa berpikir analitis, dan mengembangkan kemampuan berpikir analitis.

Wayan Santyasa (2006) menyatakan bahwa Langkah-langkah pendeteksian, pengulangan, dan pengelaborasian dapat berhasil memperkuat pembelajaran karena pasangan dyad harus secara verbal mengemukakan, menjelaskan, memperluas, dan mencatat ide-ide utama

dari teks. Dalam hal ini, keterampilan memroses informasi lebih diutamakan. Pemrosesan informasi menuntut keterlibatan metakognisi berpikir dan membuat keputusan berdasarkan pemikiran. Di samping itu, langkah elaborasi memungkinkan sang korektor menghubungkan informasi-informasi yang cukup penting dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Keterampilan kolaboratif sangat penting ditekankan dalam model pembelajaran kooperatif tipe MURDER. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.

Sebagaimana Ace Hidayat ( 2017) dalam penelitiannya mengatakan bahwa peningkatan dan pencapaian kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran MURDER lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini diartikan bahwa model pembelajaran MURDER efektif digunakan di dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara model pembelajaran MURDER dengan kemampuan koneksi matematis. Sehingga kemampuan koneksi matematis dapat dilatih dan ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran MURDER dalam proses pembelajaran jika dilaksanakan dengan baik dan benar.

c. Hubungan Aktivitas dengan Kemampuan Koneksi Matematis Menurut Coxford (1995), kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan menghubungkan pengetahuan konseptual dan prosedural, menggunakan matematika pada topik lain, menggunakan matematika dalam aktivitas kehidupan, mengetahui koneksi antar topik dalam matematika. Dalam aktivitas belajar, ketika para siswa dapat menghubungkan suatu gagasan matematis dengan gagasan matematis lainnya, maka kemampuan mereka itu dapat dikategorikan ke dalam kemampuan koneksi (Sugiatno, dan Rifa’at, 2009:16).

Selain itu, koneksi matematis juga diartikan sebagai keterkaitan antara konsep-konsep matematika secara internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu matematika dengan bidang lain, baik bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari (Sumarmo, 2013:198).

Dalam proses pembelajaran keaktifan siswa merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal. Usaha siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, sebetulnya sudah banyak melibatkan akademik aktivitas siswa didalam kelas.

Kemampuan matematis diperlukan siswa dalam memahami materi pelajaran dan menyelesaikan masalah matematika, seperti proses penalaran, proses mengkomunikasikan, proses mengkoneksikan dan pemecahan masalah. Proses-proses tersebut dapat dikembangkan dengan melakukan aktivitas-aktivitas matematika yang mengarahkan kepada proses yang diinginkan. Aktivitas-aktivitas matematika ini akan memberikan pengalaman belajar bagi siswa sehingga siswa dapat menemukan dan memahami materi pelajaran terlebih dahulu sebelum mendengarkan penjelasan guru, serta dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

Adik Vedianto (2015) juga mengungkapkan bahwa dalam mempelajari matematika ada hal utama yang harus dimiliki siswa yaitu keaktifan dalam belajar matematika, dengan keaktifan belajar siswa akan memiliki kemampuan koneksi matematika sehingga pembelajaran matematika akan berhasil dengan baik.

Jadi, keaktifan siswa menjadi faktor terpenting dalam pembelajaran apabila siswa ingin memperoleh pengetahuan yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara aktivitas dengan kemampuan koneksi matematis siswa.

Dokumen terkait