• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Prosedur Penelitian

Pada tahap ini dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yaitu:

a. Meninjau sekolah tempat penelitian diadakan b. Mengajukan surat permohonan penelitian

c. Konsultasi dengan guru bidang studi yang bersangkutan

d. Menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 26 Oktober 2018 sampai 12 November 2018 di kelas VII.5 dan VII.3. Adapun jadwal pelaksanaan pembelajaran di kelas sampel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Eksperimen Kontrol

Pretes Jum’at, 26 Oktober 2018

Jum’at, 26 Oktober 2018 Pertemuan 1 Senin, 29 Oktober 2018 Senin, 29 Oktober 2018 Pertemuan 2 Kamis, 1 November

2018

Kamis, 1 November 2018 Pertemuan 3 Senin, 5 November

2018

Senin, 5 November 2018 Pertemuan 4 Kamis, 8 November

2018

Kamis, 8 November 2018 Postest Senin, 12 November

2018

Senin, 12 November2018

e. Membuat rencana pembelajaran (RPP)

RPP yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran V halaman 121. RPP yang dirancang divalidasi oleh Bapak Amral S.Pd,M.Si, Ibu Vivi Ramdhani, M.Si selaku dosen IAIN Batusangkar dan Bapak Elfi Syukri, S.Pd selaku guru matematika MTsN 6 Tanah Datar dengan hasil Validasi adalah A dan B yaitu dapat digunakan dengan sedikit revisi. Untuk lebih jelasnya terdapat pada Lampiran VI halaman 133.

Tabel 3.5. Hasil Validasi RPP

Saran Sebelum Revisi Setelah Revisi

Cocokkan

Komponen Rpp terdiri dari: 9. Penilaian Hasil Belajar

10. Penilaian proses

Komponen RPP terdiri dari:

RPP sudah dimasukkan soal dan jawabannya

2. Tahap Pelaksanaan

a) Memberikan tes awal (pretes) di awal pertemuan berupa tes essay yang telah diuji cobakan kepada kelas yang tidak terpilih sebagai sampel.

b) Pada pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran pada kelas eksperimen. Perlakuan yang akan diberikan peneliti kepada kelas sampel dapat diamati sebagai berikut:

Tabel 3.6 Skenario Pembelajaran Kelas Eksperimen A. Kegiatan Pendahuluan

Fase/Kegiatan Pembelajaran

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Mood membaca Al’Qur’an untuk jam pertama. materi yang sudah dipelajari sbelumya.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

 Guru mengatur suasana hati siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari sambil menggali sejauh mana pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dikaji (Menanya).

 Setelah mood siswa bagus, guru kemudian menyuruh siswa membentuk kelompok kecil yang beranggotakan empat orang.

kecil tersebut dibagi lagi menjadi dua pasang dyad, yaitu dyad-1 dan dyad-2.

 Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam diskusi kelompok sesuai dengan indikator aktivitas belajar siswa yang talah ditetapkan

Kegiatan Inti

Understand  Guru membagikan bahan ajar dan menyuruh masing-masing dyad membaca bagian materi dari bahan ajar dan menuliskan bagian-bagian penting dari materi (mengolah informasi).

 Guru juga memfasilitasi siswa dengan LKS yang nantinya akan didiskusikan oleh masing-masing pasangan dyad pada tahap recall yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan, menjawab pertanyaan, menyeleasaikan masalah serta melakukan

aktivitas secara

berkelompok.

 Guru meminta satu di antara anggota setiap dyad menemukan jawaban LKS dan anggota yang lain

tugas- Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam diskusi kelompok sesuai dengan indikator aktivitas belajar siswa yang talah ditetapkan

Recall  Selanjutnya, Setelah kedua pasangan dyad selesai mengerjakan tugas masing-masing, guru meminta satu di antara anggota dyad-1 setiap

kelompok untuk

mengungkapkan

pemahamannya terhadap LKS kepada dyad-2 dan sebaliknya.

 Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam diskusi kelompok sesuai dengan indikator aktivitas belajar siswa yang talah penyampaian jawaban LKS dyad-1 sambil mengoreksi kesalahan yang muncul dengan mengajukan pertanyaan atau pendapat, begitupun sebaliknya.

 Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam diskusi kelompok sesuai dengan indikator aktivitas belajar siswa yang talah ditetapkan pasangan untuk dapat memberikan contoh atau aplikasi materi yang telah

kehidupan-pendapat mereka terhadap topik yang dibahas

 Siswa juga diberikan

kesempatan untuk

menanggapi dan memberikan sanggahan terkait pertanyaan yang muncul pada tahap detect.

 Guru menyuruh siswa untuk membuat laporan lengkap

setelah mereka

mengemukkan pendapatnya masing-masing

 Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam diskusi kelompok sesuai dengan indikator aktivitas belajar siswa yang talah ditetapkan kelompok tertentu secara

acak untuk

mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya, kemudian masing-masing kelompok pasangan dyad mengoreksi hasil pekerjaan temannya antar kelompok

 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan konsep yang telah mereka peroleh

melalui kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

 Guru mengevaluasi hasil kerja siswa dan menutup pertemuan, menyampaikan kembali hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran penelitian setelah suatu pokok bahasan selesai dipelajari. Tujuannya untuk melihat peningkatan dari kemampuan koneksi matematis siswa setelah diterapkan model pembelajaran MURDER.

b. Mengolah data dari hasil postest

c. Menarik kesimpulan dari hasil analisis yang digunakan E. Pengembangan Instrumen

Instrumen yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa dan tes kemampuan koneksi matematis.

Dimana lembar observasi dan soal tes yang dibuat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan guru matematika MTsN 6 Tanah Datar.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat sejauhmana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran MURDER. Dalam menyusun lembar observasi pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan indikator terhadap aktivitas belajar siswa yang akan diamati selama proses pembelajaran berlangsung.

Adapun indikator aktivitas belajar siswa yang peneliti lihat dalam penelitian ini antara lain:

1) Listening activities (Kegiatan mendengar), kegiatan siswa mendengarkan setiap arahan dari guru, mendengarkan pasangan dyad nya saat menyampaikan hasil diskusi, dan mendengarkan siswa lain saat mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

2) Motor activities (Kegiatan motorik), kegiatan siswa dalam mengerjakan LKS.

3) Oral activities (Kegiatan lisan), siswa berani bertanya, mengeluarkan pendapat saat diskusi kelompok.

4) Emotional activities (Kegiatan emosional), siswa berani mempresentasikan LKS hasil diskusi kelompok di depan kelas 5) Visual activities (Kegiatan emosional), siswa membaca bahan ajar

yang diberikan.

6) Drawing activities (Kegiatan menggambar), kemampuan siswa dalam menggambar diagram venn pada materi himpunan.

7) Mental activities (Kegiatan mental), kemampuan siswa dalam memecahkan soal.

8) Writing activities (Kegiatan menulis), adalah kemampuan siswa menulis kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

b. Membuat kisi-kisi lembar aktivitas belajar siswa Lampiran VII halaman 139.

c. Merancang lembar observasi yang akan digunakan Lampiran VIII halaman 140.

d. Melakukan validasi lembar observasi dengan dosen yang bertujuan untuk mengetahui apakah lembar observasi yang dibuat sudah layak digunakan atau belum.

Lembar observasi divalidasi oleh dua orang dosen matematika yaitu, yaitu Ibu Vivi Ramdhani, S.Pd, M.Si, dan Bapak Amral S.Pd, M.Si serta satu orang guru matematika kelas VII MTsN 6 Tanah Datar yaitu Bapak Elfi Syukri, S.Pd dengan hasil validasi adalah B dan B yaitu dapat digunakan dengan sedikit revisi dan dengan sedikit revisi. Untuk lebih jelasnya terdapat pada Lampiran IX halaman 142.

Tabel 3.7. Hasil Validasi Lembar Observasi Aktivitas

Saran Sebelum Revisi Setelah Revisi Ganti bahasa

1. Listening activities/

kegiatan mendengar 6. Drawing activities/

kegiatan menggambar

7. Mental activities/

kegiatan mental 8. Writing activities/

kegiatan menulis

2. Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Instrumen (alat pengumpulan data) dalam penelitian ini adalah tes hasil kemampuan koneksi matematis. Tes yang dibuat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan guru matematika kelas VII MTsN 6 Tanah Datar. Langkah yang dilakukan untuk memperoleh hasil tes yang baik adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan tes

Tes yang peneliti susun terdiri dari soal-soal dalam bentuk essay.

Dalam penelitian ini dilaksanakan dua kali tes hasil belajar siswa yaitu pretest dan postest.

Langkah-langkahnya:

1) Menemukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mendapatkan hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa.

2) Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang akan diajukan.

3) Menyusun kisi-kisi soal tes kemampuan koneksi matematis Lampiran X halaman 148.

4) Menulis dan menyusun butir-butir soal yang diujikan.

b. Validitas Tes

Pada penelitian ini validitas yang digunakan untuk validitas tes adalah validitas isi dan muka. Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Validitas isi ini sering juga disebut dengan validitas kurikuler dan validitas perumusan. Validitas muka adalah validitas yang menggunakan kriteria yang sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya jika suatu tes secara sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap fenomena yang akan diukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan (Arifin, 2012:315).

Rancangan soal tes disusun sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai dan sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat.

Tes yang telah dirancang divalidasi oleh dua orang dosen matematika yaitu, yaitu Ibu Vivi Ramdhani, S.Pd, M.Si, dan Bapak Amral S.Pd, M.Si serta satu orang guru matematika kelas VII MTsN 6 Tanah Datar yaitu Bapak Elfi Syukri, S.Pd dengan hasil validasi adalah B dan B yaitu dapat digunakan dengan sedikit revisi dan dengan sedikit revisi.

Untuk lebih jelasnya terdapat pada Lampiran XI halaman 156.

Tabel 3.8. Hasil Validasi Tes

Saran Sebelum Revisi Setelah Revisi Sesuaikan ranah

menggunakan operasi himpunan yang diperlukan untuk kemudian dianalisis untuk mendapatkan kriteria-kriteri soal yang baik.

Dalam hal ini penulis akan mengujicobakan tes pada kelas yang tidak terpilih sebagai sampel yaitu pada kelas VII.2, karena untuk pemilihan sampel penulis menggunakan Simple Random Sampling, maka kelas tersebut memiliki kemampuan yang sama dengan kedua kelas yang akan dijadikan kelas sampel. Hasil uji coba tes kemampuan koneksi matematis dapat dilihat pada Lampiran XII halaman 162.

d. Analisis Butir Tes 1) Validitas Empiris

Menurut Zainal Arifin (2012:316), Validitas empiris biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur apa yang akan diukur. Rumus yang digunakan dalam mencari validitas empiris yaitu rumus korelasi product moment. Adapun langkah yang dilakukan dalam menguji validitas butir ini adalah:

a) Menjumlahkan skor jawaban

b) Uji validitas setiap butir pertanyaan dengan cara setiap butir pertanyaan dinyatakan menjadi variabel X dan total jawaban menjadi variabel Y

c) Menghitung nilai rtabel (α; n – 2), n = jumlah sampel, pada tabel product moment

d) Menghitung nilai rhitung, langkah-langkahnya adalah:

(1) Membuat tabel penolong, misalnya tabel penolong butir pertanyaan nomor 1.

(2) Menghitung nilai rhitung. Rumus yang bisa digunakan untuk uji validitas adalah menggunakan teknik korelasi product moment sebagai berikut:

r = ∑ ∑ ∑

√ ∑

Keterangan:

n = jumlah responden

X = skor variabel (jawaban responden) Y = skor total variabel untuk responden

e) Membuat keputusan, suatu instrumen penelitian dikatakan valid, bila koefisien korelasi product moment >rtabel (α; n – 2), n = jumlah sampel.

Tabel 3.9. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,81 – 1,00 sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 sangat rendah

Setelah koefisien validasi tiap butir soal diperoleh, kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada taraf signifikasi 1% dengan dk = n-2, jika maka koefisien validitas butir soal pada taraf signifikasi yang dipakai

dinyatakan valid. Hasil analisis data validasi empiris tiap butir soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.10. Hasil Validasi Soal Menggunakan Product Momen Nomor

Berdasarkan tabel validitas butir soal setelah diujicobakan di atas, maka dapat disimpulkan semua soal valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran XIII halaman 164.

2) Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dilakukan berulang-ulang kali akan memperoleh hasil yang tetap. Untuk mengukur reliabilitas soal adalah rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2015:122).

= jumlah varians skor dari tiap–tiap butir item

t2

= varians total n = jumlah butir soal

N = banyaknya subjek pengikut tes x = skor masing-masing siswa

Tabel 3.11. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Reabilitas Kriteria

0,80< r11 ≤ 1,00 Sangat tingi 0,60< r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,40< r11 ≤ 0,60 Sedang 0,20< r11 ≤ 0,40 Rendah 0,00< r11 ≤ 0,20 Sangat rendah (Sumber: Arikunto, 2015:89)

Setelah dilakukan analisis diperoleh r11= 0,7 yang berada pada interval 0,60< r11 ≤ 0,80 sehingga dapat disimpulkan bahwa reliabilitas soal tergolong tinggi. Perhitungan reliabialitas dapat dilihat pada lampiran XIVhalaman 168.

3) Daya Pembeda

Menurut Arikunto daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (2015:226). Dalam analisis soal diperlukannnya pembeda soal. Maksudnya apakah soal (item) tes tersebut mempunyai daya pembeda yang berarti atau baik, setelah soal tersebut dites kan kepada kelompok yang pandai dan kelompok yang tidak pandai, Daya pembeda soal ditentukan dengan mencari indeks pembeda soal. Indeks pembeda soal ialah angka yang menunjukan perbedaan kepada kelompok tinggi dan kelompok rendah.

Untuk menghitung daya pembeda soal essay, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: (Arifin, 2012:356)

a) Data diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah.

b) Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai tinggi dan 27% dari kelompok yang mendapat nilai rendah.

c) Cari indeks pembeda soal dengan rumus:

̅ ̅

√∑ ∑

Keterangan:

t = Indeks Pembeda

̅ = Rata-rata skor kelompok atas ̅ = Rata-rata skor kelompok bawah

∑ = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas

∑ = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah

n = 27 % x N (baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah)

Suatu soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan) jika pada yang ditentukan.

Setelah dilakukan uji coba dengan untuk setiap soal diperoleh daya pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.12. Hasil Daya Pembeda Soal

No Soal Keterangan

1a 4,6169 1,734 Signifikan

1b 3,56199 1,734 Signifikan

2a 3,22047 1,734 Signifikan

2b 1,777047 1,734 Signifikan

3 2,08024 1,734 Signifikan

4 2,726217 1,734 Signifikan

5 1,885618 1,734 Signifikan

6 1,881163 1,734 Signifikan

Berdasarkan tabel 3.11 terlihat bahwa semua soal yang dikembangkan memiliki daya pembeda soal yang signifikan sehingga dapat digunakan untuk penelitian. Rincian untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal dapat dilihat pada lampiran XV halaman 170.

4) Taraf kesukaran soal

Taraf kesukaran soal digunakan untuk melihat apakah soal tes tersebut soal yang mudah, sedang atau sukar. Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian adalah menghitung berapa persen peserta didik yang gagal menjawab benar atau ada di

bawah batas lulus (passing grade) untuk tiap-tiap soal (Arifin, 2017:273). Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut (Arifin, 2017:273). Rumus taraf kesukaran soal:

𝑙 𝑙 𝑙 Ket:

Siswa yang gagal yaitu yang mendapat skor 2, skor 1, dan skor 0.

Tabel 3.13. Kriteria Kesukaran Soal

Jumlah Siswa yang Gagal Kriteria

0% - 27% Mudah

28% - 72 % Sedang

>72 % Sukar

Setelah dilakukan uji coba dan analisis tes didapatkan taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.14. Hasil Kriteria Soal Setelah Dilakukan Uji Coba

No Soal Keterangan

1a Sukar

1b , Sedang

2a , Sedang

2b Sukar

3b Sedang

4 Sedang

5 Sedang

6 Sedang

Berdasarkan tabel 3.12 terlihat bahwa semua soal yang dikembangkan memiliki kesukaran yang berbeda-beda sehingga soal dapat dipergunakan untuk penelitian. Rincian untuk menentukan indeks kesukaran tiap butir soal dapat dilihat pada lampiran XVI halaman 173.

5) Klasifikasi Soal

Setelah dilakukan perhitungan indeks daya pembeda (Ip) dan indeks kesukaran soal (Ik) maka ditentukan soal yang digunakan. Klasifikasi soal uraian menurut Arifin (2012: 347) adalah:

a) Soal tetap dipakai jika Ip signifikan 0% < Ik< 100%.

b) Soal diperbaiki jika:

Ip signifikan dan Ik = 0% atau Ik = 100%

Ip tidak signifikan dan 0% < Ik< 100%

c) Soal diganti jika Ip tidak signifikan Ik = 0% atau Ik =100%

Tabel 3.15. Klasifikasi soal uji coba No.

Berdasarkan tabel 3.13. klasifikasi soal di atas, terlihat bahwa seluruh soal yang diujicobakan bisa dipakai untuk penelitian.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran XVII halaman 175.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Analisis data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah analisis lembar observasi aktivitas belajar siswa dan tes kemampuan koneksi matematis siswa.

1. Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran MURDER. Adapun langkah-langkah dalam melakukan observasi aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan kelas yang akan diamati aktivitas belajarnya selama proses pembelajaran dengan model MURDER berlangsung.

b. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang heterogen. Karena jumlah siswa dalam kelas sampel terlalu banyak dan oberver hanya 1 orang maka dalam penelitian ini, untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama menerapkan model pembelajaran MURDER, peneliti mengambil 1 kelompok untuk diamati, dimana 1 kelompok tersebut sudah mewakili anggota kelompok lain. Dan kelompok yang diamati yaitu kelompok 1 yang terdiri dari empat orang, 1 orang berkemampuan tinggi, 2 orang berkemampuan sedang, dan 1 orang berkemampuan rendah.

c. Melakukan pengamatan dengan mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa sesuai dengan indikator aktivitas belajar yang telah ditetapkan.

Data yang diperoleh melalui lembar observasi dianalisis dengan menggunakan rumus persentasi, yaitu (Sudjana dalam Rahmat,2012):

Keterangan:

P : Angka persentasi

: frekuensi yang sedang dicari persentasinya : Jumlah frekuensi/banyak individu

Analisis data dilakukan untuk melihat perkembangan atau peningkatan aktivitas belajar siswa selama menerapakan model MURDER dalam proses pembelajaran. Setelah menentukan angka persentasi, untuk melihat sejauh mana atau peekembangan aktivitas siswa ditetapkan kriteria aktivitas belajar siswa. Dalam penelitian ini kriteria penilaian aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut (Dimyati & Mudjiono, 2009: 115):

Tabel 3.16. Kriteria Aktivitas Belajar Siswa

Angka Persentasi Kriteria

1% - 25% Sedikit Sekali

26% - 50% Sedikit

51% - 75% Banyak

76% - 100% Banyak Sekali 2. Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data terkumpul. Data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan secara inferensial.

a. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi. Pada penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor kemampuan koneksi matematsis siswa. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pre-test, post-test dan indeks gain (Normalized Gain). Perhitungan nilai gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa.

Perhitungan tersebut diperoleh dari nilai pre-test dan post-test masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Menurut Lestari (2015:234-235) gain ternormalisasi pada penelitian ini disimbolkan dengan N-gain. N-gain ini diperkenalkan oleh Hake dan secara sederhana merupakan gain absolut dibagi dengan gain maksimum yang mungkin (ideal). Gain ternormalisasi diformulasikan dalam bentuk seperti berikut ini:

N-gain =

Hasil perhitungan gain kemudian diintrepretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.17 Kriteria Gain Ternormalisasi (Lestari, 2017:235)

Skor N-gain Kategori

N-gain ≥ 0,7 Tinggi

0,3 <N-gain < 0,7 Sedang

N-gain ≤ 0,3 Rendah

b. Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan Independent Sample T Test. Namun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk uji normalitas dan uji homogenitas data yang digunakan adalah data gain score pada masing-masing kelas, yaitu kelas experimen dan kelas kontrol. Berikut langkah-langkah yang akan ditempuh:

1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah kedua kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Adapun pasangan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

0 : Data gain score berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

1 : Data gain score berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Data gain score x1, x2, x3…xn, diperoleh dan disusun dari yang terkecil ke yang terbesar

b) Data gain score dijadikan bilangan baku z1, z2, z3…zn, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑥 𝑥̅

Keterangan:

s = Simpangan Baku

xi = Skor yang diperoleh siswa ke-i 𝑥̅= Skor rata-rata

c) Dengan menggunakan daftar dari distribusi normal baku dihitung peluang:

d) Menghitung jumlah proporsi z1, z2, z3…zn yang lebih kecil atau sama z1, jika proporsi dinyatakan dengan S(z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e) Menghitung selisih kemudian tentukan harga mutlaknya.

f) Ambil harga mutlak yang terbesar dan harga mutlak selisih diberi simbol L0, L0 = Maks

g) Kemudian bandingkan L0 dengan nilai kritis L yang diperoleh pada tabel nilai kritis untuk uji Liliefors dan taraf α yang terpilih.

Untuk kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika L0 Ltabel berarti data gain score berdistribusi normal b) Jika L0 Ltabel berarti data gain score tidak berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-f yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel yang diambil mempunyai varian yang sama atau tidak

Hipotesis:

0 : Tidak ada perbedaan varian diantara kedua data gain score

1 : Ada perbedaan varian diantara kedua gain score

Adapun Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Tulis H0 dan H1 yang diajukan:

H0 : H1 :

b) Tentukan nilai sebaran F dengan v1= n1 – 1 dan v2= n2 – 1 c) Tetapkan taraf nyata

d) Tentukan wilayah kritiknya jika Maka wilayah kritiknya adalah :

dan

e) Tentukan nilai f bagi pengujian H0 :

f) Keputusannya:

H0 diterima jika

berarti data gain score nya homogen.

H0 ditolak jika

dan berarti data gain score nya tidak homogen.

3) Pengujian Hipotesis dengan Independent Sample T Test

Analisis selanjutnya adalah pengujian hipotesis yang diajukan.

Dalam hal ini yaitu apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran MURDER dan kemampuan siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa.

0 : 1= 2

1 : 12 Keterangan :

1= Skor rata-rata peningkatan kemampuan koneksi siswa yang diajar dengan model pembelajaran MURDER.

2= Skor rata-rata peningkatan kemampuan koneksi siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa.

0= Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang menerapakan model pembelajaran MURDER dengan pembelajaran biasa di kelas VII MTsN 6 Tanah Datar

1= Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang menerapakan model pembelajaran

MURDER dengan pembelajaran biasa di kelas VII MTsN 6

MURDER dengan pembelajaran biasa di kelas VII MTsN 6

Dokumen terkait