• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hubungan Panjang-Berat Ikan Batak (Neolissochilus sumatranus)

Hubungan panjang-berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) berdasarkan stasiun pengambilan sampel terlihat pada Tabel 4.1. Besaran nilai b setiap stasiun bervariasi dengan kisaran b= 2,529-3,187 dengan R2= 0,785-0,989. Berdasarkan nilai b yang diperoleh pada 4 stasiun penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ikan batak (Neolissochilus sumatranus) adalah pertumbuhan allometrik negatif yang berarti pertumbuhan panjang total ikan lebih cepat dari pertumbuhan berat badan ikan.

Tabel 4.1 Hubungan panjang-berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) berdasarkan stasiun penelitian.

Stasiun N b R2 Tipe Pertumbuhan

Sungai Tangga 29 3,187 0,985 Allometrik (+) Sungai Baturangin 54 2,952 0,989 Allometrik (-) Sungai Parhitean 16 2,705 0,934 Allometrik (-) Sungai Hula-huli 9 2,529 0,785 Allometrik (-) N = Jumlah spesies, b = Konstanta, R2 = Koefisien determinasi

Effendie (1997) menyatakan bahwa, pola pertumbuhan ikan dapat diketahui melalui hubungan panjang total (mm) dan berat total (g), selanjutnya berdasarkan hubungan panjang-berat ikan tersebut diperoleh nilai b. Nilai b adalah indikator pertumbuhan yang menggambarkan kecenderungan pertambahan panjang dan bobot ikan. Nilai yang diperoleh dari perhitungan panjang dan berat adalah informasi mengenai dugaan berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang ikan mengenai pertumbuhan, kemontokan serta perubahan dari lingkungan. Menurut Manik (2009), perbedaan nilai b bisa terjadi karena pengaruh faktor ekologis dan biologis, serta terjadinya perubahan faktor-faktor lingkungan dan kondisi ikannya maka hubungan panjang-berat akan sedikit menyimpang dari hukum kubik (b ≠3).

Rochmatin et al. (2014) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan panjang dan berat ikan dapat dipengaruhioleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain keturunan dan jenis kelamin yangmembawa sifat genetik masing–

masing dari alam yang sulit untuk dikontrol. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain yaitu suhu, salinitas, makanan, dan pencemaran yang secara tidak langsung akan mengakibatkan menurunnya kualitas air.

Gambar 4.2 hubungan panjang-berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) pada stasiun 1.

Hubungan panjang berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) pada stasiun 1 yaitu sungai Tangga dapat dilihat pada Gambar 4.2. Hubungan panjang berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) dengan jumlah n= 29 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -5,322+3,187 (Log L), dengan nilai b= 3,187 dan R2= 0,985.

Dari persamaan hubungan panjang berat nilai b > 3 yang berarti pertumbuhan ikan adalah allometrik positif yang artinya pertambahan panjang total ikan tidak secepat dengan pertambahan berat badan ikan. Berdasarkan persamaan koefisien determinasi (R2) di atas diketahui bahwa panjang ikan batak (variable x) yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi berat ikan batak (variabel y) sebesar 0.985, yang berarti nilai panjang total tubuh ikan batak (Neolissochilus sumatranus) dapat menjelaskan nilai berat tubuh sebesar 98,5%. Sedangkan 1,5% sisanya adalah faktor-faktor lain yang mempengaruhi berat ikan batak yang berada di luar persamaan. Faktor-faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan, yaitu temperatur, kecerahan, intensitas cahaya, arus air, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4.

y = -4,872x2.952

Faktor fisika kimia secara keseluruhan pada stasiun 1 masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan kriteria baku mutu air kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001.

Gambar 4.3 hubungan panjang-berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) pada stasiun 2

Hubungan panjang berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) pada stasiun 2 yaitu sungai Baturangin dapat dilihat pada Gambar 4.3. Hubungan panjang berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) dengan jumlah n= 54 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -4.872+2,952 (Log L), dengan nilai b= 2,952 dan R2= 0,989.

Dari persamaan hubungan panjang berat nilai b < 3 yang berarti pertumbuhan ikan adalah allometrik negatif yang artinya pertambahan panjang total ikan lebih cepat dari pertambahan berat badan ikan. Berdasarkan persamaan koefisien determinasi (R2) di atas diketahui bahwa panjang ikan batak (variable x) yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi berat ikan batak (variabel y) sebesar 0.989 yang berarti nilai panjang total tubuh ikan batak (Neolissochilus sumatranus) dapat menjelaskan nilai berat tubuh sebesar 98,9%. Sedangkan 1,1% sisanya adalah faktor-faktor lain yang mempengaruhi berat ikan batak yang berada di luar persamaan. Faktor-faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan, yaitu temperatur, kecerahan, intensitas cahaya, arus air, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4.

Faktor fisika kimia secara keseluruhan pada stasiun 2 masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan kriteria baku mutu air kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001.

y = -4,336x2.705

Gambar 4.4 hubungan panjang-berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) pada stasiun 3.

Hubungan panjang berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) pada stasiun 3 yaitu sungai Parhitean dapat dilihat pada Gambar 4.4hubungan panjang berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) dengan jumlah n= 29 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -4.336+2,705 (Log L), dengan nilai b= 2,705 dan R2= 0,934.

Dari persamaan hubungan panjang berat nilai b < 3 yang berarti pertumbuhan ikan adalah allometrik negatif yang artinya pertambahan panjang total ikan lebih cepat dari pertambahan berat badan ikan. Berdasarkan persamaan koefisien determinasi (R2) di atas diketahui bahwa panjang ikan batak (variable x) yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi berat ikan batak (variabel y) sebesar 0,934 yang berarti nilai panjang total tubuh ikan batak (Neolissochilus sumatranus) dapat menjelaskan nilai berat tubuh sebesar 93,4%. Sedangkan 6,6% sisanya adalah faktor-faktor lain yang mempengaruhi berat ikan batak yang berada di luar persamaan. Faktor-faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan, yaitu temperatur, kecerahan, intensitas cahaya, arus air, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4.

Faktor fisika kimia secara keseluruhan pada stasiun 3 masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan kriteria baku mutu air kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001.

y = -3910x2.529

Gambar 4.5 hubungan panjang-berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) pada stasiun 4.

Hubungan panjang berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) pada stasiun 4 yaitu sungai Hula huli dapat dilihat pada Gambar 4.5 hubungan panjang berat ikan batak (Neolissochilus sumatranus) dengan jumlah n= 9 ditunjukkan melalui persamaan Log W= -3,910+2,529 (Log L), dengan nilai b= 2.529 dan R2= 0,785.

Dari persamaan hubungan panjang berat nilai b < 3 yang berarti pertumbuhan ikan adalah allometrik negatif yang artinya pertambahan panjang total ikan lebih cepat dari pertambahan berat badan ikan. Berdasarkan persamaan koefisien determinasi (R2) di atas diketahui bahwa panjang ikan batak (variable x) yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi berat ikan batak (variabel y) sebesar 0,785 yang berarti nilai panjang total tubuh ikan batak (Neolissochilus sumatranus) dapat menjelaskan nilai berat tubuh sebesar 78,5%. Sedangkan 21,5% sisanya adalah faktor-faktor lain yang mempengaruhi berat ikan batak yang berada di luar persamaan. Faktor-faktor lain yang dimaksud adalah faktor fisika kimia perairan, yaitu temperatur, kecerahan, intensitas cahaya, arus air, pH, DO, BOD5, NO3 dan PO4.

Faktor fisika kimia secara keseluruhan pada stasiun 4 masih mendukung kehidupan ikan sesuai dengan kriteria baku mutu air kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001.

4.2 Faktor Kondisi

Berdasarkan hasil analisis data terhadap faktor kondisi ikan batak pada setiap stasiun penelitian maka didapatkan nilai faktor kondisi (FK) yang disajikan pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6.Faktor kondisi ikan batak (Neolissochilus sumatranus).

No. Stasiun Lrataan (mm) Wrataan (gr) K

1 Sungai Tangga 96,75 14,39 2,1318

2 Sungai Baturangin 90,53 10,95 1,9996

3 Sungai Parhitean 102,87 17,76 2,2092

4 Sungai Hula huli 123,77 28,03 2,8058

Keterangan : L = Panjang Ikan; W = Berat Ikan; K = Faktor Kondisi

Dari hasil analisa faktor kondisi didapatkan nilai FK berkisar antara 1,9996–

2,8058. Perbedaan faktor kondisi ikan pada setiap stasiun diinterpretasikan sebagai indikasi dari berbagai sifat-sifat biologi dari ikan seperti kegemukan dan kesesuaian dari lingkungannya. (Manik, 2005) nilai FK yang didapat, menggambarkan bahwa kondisi ikan batak (Neolissochilus sumatranus) termasuk dalam kategori agak pipih hal ini sesuai dengan hubungan panjang-berat ikan dengan pola pertumbuhan allometrik.

Menurut Effendie (1997), faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokan ikan secara kualitas, dimana perhitungannya didasarkan pada panjang dan berat ikan. Weatherly (1972) menyatakan bahwa nilai FK dipengaruhi oleh keadaan makanan, umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad ikan pada suatu lingkungan tertentu. Menurut Lagler (1972), kemontokan ikan dinyatakan dalam bentuk angka. Menurut Effendie (1979), harga K berkisar antara 2 – 4 apabila badan ikan agak pipih. Ikan-ikan yang badannya kurang pipih harga K berkisar antara 1 – 3.

Variasi harga K itu bergantung kepada makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad.

Dokumen terkait