DINAMIKA PARTAI ACEH (PA) DI ACEH TIMUR DALAM PEMILU 2009
S. Hubungan Partai Aceh (PA) Dengan Masyarakat Dalam Pemilu 2009 Pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Aceh Bab VII
Hubungan Dengan Organisasi Kemasyarakatan dan Organisasi Lainnya pada Pasal 14, menjelaskan bahwa Point (1). Partai Aceh dapat menjalinkan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan sebagai sumber kader yang mempunyai ikatan sejarah sebagai pendiri dan yang didirikan serta organisasi yang menyalurkan aspirasi kepada Partai Aceh; dan Point (2). Partai Aceh dapat menjalinkan hubungan kerjasama dengan Organisasi Kemasyarakatan dan Lembaga lainnya.204
1. Hubungan Partai Aceh Dengan Organisasi Kemasyarakatan
Hubungan Partai Aceh dengan organisasi kemasyarakatan itu sesuai dengan fungsi dan tugas Bidang Sosial dan Kemasyarakatan Partai Aceh. Pada pasal 32, fungsi dan tugas bidang sosial dan kemasyarakatan adalah (1). Menginventarisasi keadaan dan kedudukan sosial masyarakat Aceh; (2). Menyusun draft blue print keadaan sosial masyarakat Aceh; (3.) membangun kerjasama antar lembaga masyarakat; (4). Menyusun dan draft regulasi sosial budaya masyarakat Aceh; dan (5). Mengawasi semua kegiatan dan tatalaksana pemerintahan bidang kesejahteraan masyarakat di Aceh.205
Oleh karena itu, organisasi kemasyarakatan sebagai sarana untuk menyalurkan pendapat dan pikiran bagi anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia, mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan keikutsertaan secara aktif seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam rangka menjamin pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa, menjadi keberhasilan pembangunan Nasional sebagai pengamalan Pancasila dan sekaligus
203
Ibid., h. 342
204
Muzakir Manaf dan Muhammad Yahya, Anggaran Dasar., h. 7
205
Undang-Undang Partai Aceh, Nomor: 008/DPA/PA/IV/2008, tentang Pemerintahan Partai Aceh, (Banda Aceh : 30 April 2008), h. 39
menjadi tercapainya tujuan Nasional.206 Hubungan dengan organisasi kemasyarakatan sering disebut sebagai salah satu aspek yang penting dalam tugas seorang legislator, namun penting karena banyak alasan dan dapat memberikan manfaat bagi organisasi kemasyarakatan, legislator dan partai politik lokal dan masyarakat secara keseluruhannya, yaitu:
a. Lagislator secara aktif melibatkan organisasi kemasyarakatan untuk membantu menciptakan hubungan antar warga negara dengan pemerintah. Dengan terlibat masalah-masalah lokal, legislator dapat menunjukkan kemampuan pemerintah untuk menangani masalah-masalah nyata dalam kehidupan rakyat dan memberikan manfaat yang dapat dilihat kepada masyarakat mereka wakili;
b. Keterlibatan yang aktif di organisasi kemasyarakatan seseorang memberi sebuah wajah yang lebih jelas kepada sang legislator, lembaga legislatif dan partai politiknya. Kendati seorang wakil rakyat terpilih tidak bisa memecahkan semua masalah organisasi kemasyarakatan, membantu atau setidaknya mencoba membantu bisa membangun kepercayaan publik kepada legislator dan lembaga legislatif. Kontak langsung antara legislator dan warga negara dapat membangun kepercayaan publik kepada legislator dan lembaga legislatif; dan
c. Kerja hubungan dengan lembaga kemasyarakatan yang efektif dapat membantu memobilisasi partisipasi warga dalam urusan-urusan publik. Ketika seorang legislator bekerja dengan aparat setempat, LSM dan warga negara biasa untuk memecahkan masalah di daerah, memberdayakan mereka untuk memperbaiki kehidupan mereka dan masyarakat mereka.207
2. Organisasi Kemasyarakatan Sebagai Sumber Kader
Undang-Undang Partai Aceh Nomor: 008/DPA/PA/IV/2008, tentang Pemerintahan Partai Aceh, Pasal 27 menjelaskan tugas dan fungsi bidang pendidikan dan kaderisasi, adalah: (1). Merencanakan draft bluer print pendidikan
206
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, h. 1
207
Kenneth D. Wollack, Hubungan Dengan Konstituen (Washington: USAID, 2007), h. 7-8
Aceh; (2). Menyusun silabus pendidikan partai; (3). Mengkoordinasikan pelaksanaan pendidikan partai dengan Wakil Ketua Umum Bidang Koordinasi Hukum, Pendidikan dan Dewan Pakar; (4). Kerja sama dengan lembaga pendidikan di luar partai dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM); (5). Membangun sistem dan mekanisme rekrutmen tenaga pendidikan sesuai dengan tingkat kebutuhan pendidikan di Aceh; dan (6). Mengawasi dan mengkoordinasi pelaksanaan pendidikan luar sekolah dalam rangka peningkatan lapangan kerja pendidikan di Aceh.208
Dari situlah, salah satu sumber kader adalah ciri penting dalam organisasi kemasyarakatan adalah kesuka-relaan dalam pembentukan dan keanggotaannya. Anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia bebas untuk membentuk, memilih dan bergabung dalam Organisasi Kemasyarakatan yang dikehendaki dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan berneragara atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Organisasi kemasyarakat dapat mempunyai satu atau lebih dari satu sifat kekhususan yaitu kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha esa. Organisasi atau perhimpunan yang dibentuk secara sukarela oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia yang keanggotaannya terdiri dari Warga Negara Republik Indonesia dan Warga Negara Asing.209
3. Organisasi Kemasyarakatan Sebagai Aspirasi Partai Aceh (PA)
Peranan organisasi kemasyarakatan, sehingga pengaturan dan pembinaannya perlu diarahkan kepada pencapaian 2 (dua) sasaran pokok, yaitu;
Pertama, Terwujudnya organisasi kemasyarakatan yang mampu memberikan pendidikan kepada masyarakat Warga Negara Republik Indonesia ke arah: (1). Makin mantapnya kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; (2). Tumbuhnya gairah dan dorongan yang kuat pada manusia dan masyarakat Indonesia untuk ikut serta secara aktif dalam pembangunan Nasional; dan Kedua, Terwujudnya organisasi
208
UU Partai Aceh., h. 36-37
209
kemasyarakatan yang mandiri dan mampu berperan secara berdaya guna sebagai sarana untuk berserikat atau berorganisasi bagi masyarakat Warga Negara Republik Indonesia guna menyalurkan aspirasinya dalam pembangunan Nasional, yang sekaligus merupakan penjabaran Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945.210 Dalam mewujudkan aspirasi masyarakat, setidaknya partai politik harus melakukan 2 (dua) strategi untuk mengurangi gejala delegitimasi, yaitu:
a. Menciptakan kultur akuntabilitas partai politik.
Sebagai sebuah organisasi modern, partai politik dituntut untuk mengembangkan etika politik yang berdiri di atas nilai-nilai akuntabilitas. Posisi partai politik adalah wakil-wakil yang dipilih rakyat dalam rangka mewakili aspirasinya, sehingga kongruensi antara apa yang dilakukan partai politik seharusya sejalan dengan keinginan rakyat yang memilihnya. Realisasi antara janji dan tindakan yang dilakukan partai politik itulah yang dimaksud dengan “Demokrasi”.211
Tuntutan akuntabilitas itu setidaknya akan mengurangi kebobrokan yang sekarang marak terjadi di lembaga perwakilan, baik pusat maupun daerah. Pelanggaran etika yang dilakukan wakil-wakil dapat diminimalisir jika partai-partai politik dapat memenuhi tuntutan akunbilitas yang diinginkan rakyat untuk melahirkan wakil-wakil rakyat yang lebih berkualitas dan profesional. Menguaknya pengawasan rakyat terhadap wakil-wakilnya di parlemen setidaknya akan memberikan political pressure agar mereka benar-benar konsisten menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat.212
b. Menciptakan sistem feedback antara partai politik dan konstituen untuk mempermudah tuntutan akuntabilitas publik, sehingga akan melahirkan kemudahan komunikasi dan partisipasi konstituen terhadap kebijakan partai politik tersebut.
Untuk itu diperlukan pranata dan sarana yang permanen agar masyarakat secara bebas menilai kinerja sebuah partai politik. Jika hal itu dilakukan
210
UU RI No. 8 Tahun 1985, h. 6
211
Darma Wijaya “Partai Politik dan Krisis Kepercayaan Pemilih” dalam Suara Merdeka, Perekat Komunitas Jawa Tengah (1 Agustus 2013).
212
setidaknya akan melahirkan dua keuntungan, yakni; Pertama, Terjadi relasi dukungan yang kuat antara partai dengan pemilih. Kedua, Menyehatkan kinerja
(performance) partai politik untuk lebih meningkatkan dan program kerja, sehingga benar-benar memahami dan mampu menjadi katalisator aspirasi pemilihnya.213