• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

4.2.2. Faktor Biologi yang Mempengaruhi Produktivitas Primer Fitoplankton

4.2.3.3. Hubungan Produktivitas Primer dengan Unsur hara dan intensitas cahaya

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda hubungan antara produktivitas primer dengan unsur hara (amonia, nitrat, nitrit, ortofosfat dan silikat) serta intensitas cahaya (ICM) menunjukkan korelasi yang beragam pada masing-masing stasiun. Pada stasiun A diperoleh keeratan hubungan yang tinggi dengan nilai R2 sebesar 0,920, persamaan yang terbentuk yaitu Y = 0,181 ICM* – 0,635 amonia* + 0,717 nitrat* + 0,277 nitrit + 1,096 ortofosfat – 0,605 silikat + 1,412.

71 Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa unsur hara amonia dan silikat memberikan hubungan negatif terhadap produktivitas primer di stasiun A, sedang unsur hara nitrat, nitrit, dan ortofosfat serta ICM memberikan hubungan yang positif terhadap nilai NPP, sehingga penurunan unsur hara amonia dan silikat serta peningkatan unsur hara nitrat, nitrit, dan ortofosfat serta ICM akan memberikan peningkatan terhadap nilai NPP. Berdasarkan signifikan pada masing-masing unsur hara dan ICM, unsur hara amonia, nitrat, nitrit, dan ICM secara nyata memberikan pengaruh terhadap nilai NPP tinggi dan rendahnya di stasiun A (Tabel 12).

Pada stasiun B diperoleh keeratan hubungan yang tinggi dengan nilai R2 sebesar 0,878, persamaan yang terbentuk yaitu Y = 0,138 ICM* – 0,322 amonia + 0,570 nitrat* + 0,018 nitrit + 0,134 ortofosfat – 0,854 silikat + 0,673. Berdasarkan persamaan tersebut menunjukkan bahwa kelima unsur hara dan ICM memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai NPP di stasiun B. Unsur hara amonia dan silikat memberikan hubungan negatif, sedang unsur hara nitrit, ortofosfat dan silikat serta ICM memberikan hubungan positif terhadap nilai NPP. Sehingga penurunan unsur hara amonia dan silikat serta peningkatan unsur hara nitrit, ortofosfat dan silikat serta ICM akan memberikan peningkatan terhadap nilai NPP. Berdasarkan nilai signifikan pada masing-masing unsur hara dan ICM, unsur hara nitrat dan ICM secara nyata memberikan pengaruh terhadap nilai NPP di stasiun B (Tabel 12).

Tabel 12. Model regresi dan koefisien determinasi serta parameter yang berpengaruh nyata berdasarkan hasil regresi produktivitas primer fitoplankton dengan unsur hara dan intensitas cahaya

Model regresi Sig.

Model R2 Parameter nyata Sig. parameter Y = 0,181 ICM* + 0,635 amonia* + 0,717 nitrat* + 0,277 nitrit* + 1,096 ortofosfat – 0,605 silikat + 1,412 0,000 0,920 ICM Amonia Nitrat 0,000 0,038 0,001 Y = 0,138 ICM* – 0,322 amonia + 0,570 nitrat* + 0,018 nitrit + 0,134 ortofosfat – 0,854 silikat + 0,673 0,001 0,878 ICM Nitrat 0,017 0,008 Y = 0,144 ICM + 0,251 amonia + 0,797 nitrat + 0,209 nitrit + 0,347 ortofosfat + 0,818 silikat + 2,156 0,009 0,798 ICM Nitrat 0,004 0,004

Pada stasiun C diperoleh keeratan hubungan yang tinggi dengan nilai R2 sebesar 0,798 persamaan yang terbentuk yaitu Y = 0,144 ICM + 0,251 amonia + 0,797 nitrat + 0,209 nitrit + 0,347 ortofosfat + 0,818 silikat + 2,156. Berdasarkan persamaan tersebut kelima unsur hara dan ICM memberikan hubungan positif terhadap nilai NPP, sehingga peningkatan nilai unsur hara dan ICM akan memberikan peningkatan terhadap nilai NPP pada stasiun C. Namun berdasarkan nilai signifikan pada masing-masing unsur hara dan ICM, unsur hara nitrat dan ICM yang secara nyata memberikan pengaruh terhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP di stasiun C (Tabel 12).

Berdasarkan uji regresi berganda antara hubungan NPP dengan unsur hara dan ICM, menunjukkan pada stasiun A ketiga unsur hara N (amonia dan nitrat) dan ICM menjadi faktor yang memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP, sedang pada stasiun B dan C, unsur hara nitrat bersama ICM memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP di perairan. Hal ini disebabkan karena keberadaan unsur hara amonia di perairan biasanya digunakan secara langsung oleh fitoplankton untuk mensintesa asam-asam amino melalui proses transminasi (Mann 1982), selain itu fitoplankton lebih banyak menyerap amonia ketimbang nitrat lebih banyak dijumpai baik dalam kondisi aerobik maupun anaerobik (Welch 1980). Selain unsur hara amonia, keberadaan unsur hara nitrat pada ketiga stasiun juga memberikan pengaruh nyata terhadap nilai produktivitas primer fitoplankton, walaupun kandungan nitrat yang diperoleh selama penelitian (0,29-1,07 mg/l) bukan merupakan nilai yang optimal tetapi masih dapat digunakan oleh fitoplankton untuk pertumbuhan dan proses fotosintesis sehingga memberikan kontibusi terhadap nilai produktivitas primer di ketiga stasiun penelitian. Nilai optimal nitrat untuk pertumbuhan fitoplankton berkisar 0,9-3,5 mg/l (Mackentum 1969 diacu dalam Tambaru 2008).

Intensitas cahaya menjadi faktor yang memberikan pengaruh nyata terhadap nilai NPP di semua stasiun penelitian. Hal ini sejalan dengan penelitian Tambaru (2008) di perairan pesisir Maros, bahwa parameter intensitas cahaya merupakan parameter dominan mempengaruhi nilai NPP selain keberadaan unsur hara. Hal ini diduga keberadaan parameter intensitas cahaya merupakan faktor pembatas pada perairan pesisir yang disebabkan oleh kekeruhan yang tinggi.

73 Seperti yang dinyatakan oleh Wofsy (1983) dan Grobbelaar (1990) diacu dalam Fisher et al. (1999) bahwa cahaya dapat menjadi pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton dan biomassa fitoplankton. Cahaya sebagai pembatas hadir ketika konsentrasi unsur hara dan kekeruhan tinggi serta kedalaman tercampur (mixing depth) lebih besar tiga sampai lima kali kedalaman eufotik.

5.1. Kesimpulan

Nilai produktivitas primer selama penelitian pada perairan Teluk Kendari yaitu pada stasiun luar teluk berkisar 2,54-8,98 mgC/m3/jam, pada stasiun tengah teluk 2,77-11,13 mgC/m3/jam, dan 3,33-9,19 mgC/m3/jam pada stasiun dalam teluk. Hubungan produktivitas primer dengan unsur hara dan intensitas cahaya memperlihatkan keeratan hubungan yang tinggi pada ketiga stasiun penelitian. Ketiga stasiun penelitian menunjukkan pola yang hampir sama antara ketiga stasiun penelitian. Pada stasiun luar teluk, ketiga unsur hara N (amonia, nitrat, dan nitrit) dan intensitas cahaya menjadi faktor yang memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP, sedang pada stasiun tengah dan dalam teluk, unsur hara nitrat bersama ICM memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi dan rendahnya nilai NPP di perairan.

5.2. Saran

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan rujukan oleh pihak Pemerintah Daerah Kota Kendari, dalam memantau beban masukan baik yang berasal dari aktivitas manusia(unsur hara dan polutan) maupun partikel tersuspensi (sedimen) dari berbagai sistem aliran sungai ke perairan Teluk Kendari, sehingga perairan Teluk Kendari tetap bisa bermanfaat bagi sumberdaya perikanan pada masa yang akan datang.

76 DAFTAR PUSTAKA

Abida, I.W. 2008. Produktivitas primer fitoplankton dan keterkaitannya dengan intensitas cahaya dan ketersediaan nutrient di perairan Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Afu, L.A. 2005. Pengaruh limbah organic terhadap kualitas perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Akoma, O.C. 2008. Phytoplankton and nutrient dynamics of a tropical estuarine system, Imo River Estuary, Nigeria. African Research Review. 2(2): 253-264.

Alianto. 2006. Produktifitas primer fitoplankton dan keterkaitannya dengan unsur hara dan cahaya di Perairan Teluk Banten. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Alpine, A.E. dan Cloern, J.E. 1998. Phytoplankton growth rates in a light-limited environment, San Francisco Bay. Marine Ecology Progress Series. 44: 167-173.

American Public Health Association APHA. 1998. Standard methods for the examination of water and wastewater. 20 Edition. American Public Health Association. Washington.

American Public Health Association (APHA). 2005. Standard methods for the examination of water and wastewater. 21st Edition. American Public Health Association. Washington.

Anikouchine, W.A. dan Sternberg, R.W. 1981. The world ocean. An introduction to oceanography. Second Edition. Prentice-Hall.

Anonim. 2000. Atlas Sumberdaya Pesisir dan Laut Teluk Kendari dan Sekitarnya.

Kerjasama BAPPEDA Propinsi Sulawesi Tenggara dengan PKSPL Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Asriyana. 2004. Distribusi dan Makanan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Val.) di Perairan Teluk Kendari. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arinardi, O.H., Sutomo, A.B., Yusuf, S.A., Trimaningsih, Asnaryanti, E. Dan Riyono, S.H. 1997. Kisaran kelimpahan dan komposisi plankton predominan di perairan kawasan timur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Basmi, J. 1995. Planktonologi Produksi Primer. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Boney, C.A.D. 1975. Phytoplankton. 1st. The Camelot Press Ltd. Southhampton. Brower, J.E., Zar, J.H. dan Von Ende, C.N. 1990. Field and Laboratory Methods

for General Ecology. 3rd Edition. Wm. C. Brown Published. New York. Caroco, N., Tamse, A., Boutros, O. dan Valiela, I. 1987. Nutrient limitation of

phytoplankton growth in brackish coastal ponds. Can J Fish Aquat Sci

44:473-476.

Cervetto, G., Mesones, C., Calliari, D. 2002. Phytoplankton Biomass and its Realitionship to Enviromental Variables in a Disturbed Coastal Area of The Rio De La Plata Uruguay, before the New Sewage Collector System.

Atlantica Rio Grande 24(1) : 45 – 54.

Cebrian, J. dan Valiela, I.. 2002. Seasonal patterns in phytoplankton biomass in coastal ecosystems. Journal of Plankton Research 21:429-444.

Chester, R. 1990. Marine geochemistry. Unwin Hyman Ltd. Australia.

Cloern, J. E. 1987. Turbidity as a control on phytoplankton biomass and productivity in estuaries. Cont. Shelf Res. 7: 1367-1381.

Cole, G.A. 1988. Textbook of Limnology. Ed. Ke-3. Illionis : Waveland Press, Inc.

Damar, A. 2003. Effects of Enrichment on Nutrient Dynamics, Phytoplankton Dynamics and Productivity in Indonesian Tropical Water: A Comparison

Between Jakarta Bay, Lampung Bay and Semangka Bay. Ph.D

Dissertation Christian Albrechts University. Kiel. Germany.

Davis, G.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State. University Press. USA.

Dawes, J.C. 1981. Marine botany. A Wiley Interscience Publication, University of South Florida.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Egge, J.K. dan Aksnes, D.L. 1992. Silicate as regulating nutrient in phytoplankton competition. Marine Ecology Progress Series. 83: 281-289.

Ferreira, J.G.m Wolff, W.J., Simas, T.C. dan Bricker, S.B. 2005. Does biodiversity of estuarine phytoplankton depend on hydrology?. Ecological Modelling 187:513-523.

78 Fisher, T.R., Gustafson, A.B., Sellner, K., Lacouture, R., Haas, L.W., Wetzel,

R.L., Magnien, R., Everitt, D., Michaels, B. dan Karrh, R. 1999. Spatial and temporal variation of resource limitation in Chesapeake Bay. Marine Biology. 133: 763-778.

Geider, R.J. and Osborne, B.A. 1992. Alga Photosynthesis. Chapman and Hall. New York-London.

Goldman CR. and Horne AJ. 1983. Limnology. New York: Mc. Graw-Hill Book Company.

Goes, J.I., Sasaoka, K., Helgado, R., Gomes, H.D.R., Sei0Ichi, S. dam Toshiro, S. 2004. A comparison of the seasonality and interannual variability of phytoplankton biomass and production in the Western and Eastern Gyres of the Subarctic Pacific using multi-sensor satellite data. Journal of Oceanography, 60: 75 -91.

Guilford, S.J. dan Hecky, R.E. 2000. Total nitrogen, total phosphorus and nutrient limitation in lakes and oceans: is there a common relationship?. Limnology and Oceanography. 45: 1213-1223.

Harbone, J.B. 1987. Metode fotokimia: Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Terjemahan Kosasih dan Soediro. ITB. Bandung.

Harper, D. 1992. Eutrophication of freshwater, principle, problems and restoration. Ed. 1. London. Chapman dan Hall.

Hecky, R.E. dan Kilham, P. 1988. Nutrient limitation pf phytoplankton in freshwater and marine environment: A review of recent evidence on the effects on enrichment. Limnol Oceanogr 33:796-822.

Hoong-Gin, K.Y., Lin, X. dan Zhang, S. 2000. Dynamics and size structure of phytoplankton in the coastal waters of Singapore. Journal of Plankton Research. 22(8): 1465-1484.

Howarth, R. W. 1988. Nutrient limitation of net primary production in marine ecosystems. Annual Review of Ecology and Systematics 19:89-110.

Ignatiades, L. 2005. Scalling the trophic status of the Aegean Sea, eastern Mediterranean. Journal of Sea Research. 54: 51-57.

Iwasaka, N., Isozakii, Y., Kuwashima, S., Otobe, H. dan Hanawa, K. 2000. Observational Study on the Downward Solar Radiation at the Sea Surface in the Western Pacific. Journal of Oceanography. 56: 717-726.

Jeffries, M. dan Mills, D. 1996. Freshwater Ecology, Principles and Applications. John Wiley and Sons. Chichester. UK.

Kartamihardja, E.S. dan Adriani, S.N.K. 2003. Distribusi Spasio Temporal Kelimpahan dan Biomassa Fitoplankton Dalam Kaitannya dengan Potensi Produksi Ikan di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat. JPPI Edisi Sumberdaya dan Penangkapan Vol. 9(7) : 9 – 17.

Karydis, M. 2009. Eutrophication assessment of coastal waters based on indicators: a literature review. Global NEST Journal. Vol 11(4) : 373-390. Kennish, M.J. 1990. Ecology of Estuaries: anthropogenic effects. CRC Press, Inc.

Boca Raton, FL.

Khan, HAZ. 1980.. Primary Productivity and Tropic Status of Kasmir Himalayan Lake. Hydrobiologia. 68:3-8.

Kilham, P. dan Hecky, R.E. 1988. Comparative ecology of marine and freshwater phytoplanton. Limnol Oceanogr 33:776-795.

Kirk, J.T.O. 1994. Light and Photosynthesis in Aquatic Ecosystems. Cambridge University Press. Cambridge.

Lalli, C.M. dan Parsons, T.R. 1993. Biological Oceanography An Introduction.

First Published by Pergamon Press Ltd. Oxford.

Lagus, A., Suomela, J., Wethoff, G., Heikkila, K., Helminen, H. dan Sipura, J. 2004. Species-specific differences in phytoplankton responses to N and P enrichment and the N:P ratio in The Archipelago Sea, Northern Baltic Sea.

Journal of Plankton Research. 26(7): 779-798.

Lehmann, P.W. 2000. Phytoplankton Biomass, Cell Diameter, and Species Composition in the Low Salinity Zone of Northern San Fransisco Bay Estuary. Departement of Water Resources Enviromental Services Office. California. Vol 23 No. 2 : 216-230.

Levinton, J.S. 1982. Marine ecology. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Madubun, U. 2008. Produktivitas primer fitoplankton dan kaitannya dengan unsur hara dan cahaya di perairan Muara Jaya Teluk Jekarta. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Mallin, M.A.1994. Phytoplankton ecology of North Carolina Estuaries. Estuaries.

17: 561-574.

Mallin, M. A. dan Paerl, H.W. 1992. Effects of variable irradiance on phytoplankton productivity in shallow estuaries. Limnology and Oceanography 37:54-62.

Masson, C.V. 1981. Biology of freshwater pollution. Longman Scientific and Technical. Longman Singapore Publisher Ptc. Ltd. Singapore.

80 Mattjik, A.A. dan M. Sumertajaya. 2000. Perancangan Percobaan Dengan

Aplikasi SAS dan MINITAB. Jilid I. IPB Press. Bogor.

Millero, F.J. dan M.L.Sohn. 1991. Chemical Oceanography. CRC Press. Boca Raton Ann Arbor. London.

Montes, M.F.J., Mocedo, S.J. and Koening, M.L. 2002. N:SI:P Ratio in the Santa Cruz Channel, Itamaraca-PE (North East Brazil) : a Nyctemeral Variation. Departement of Oceanography, UFPE. Brazil. Vol. 45 N 2: 115-124. Moss, B. 1993. Ecology of Freshwater. Second Edition. Blackwell Scientific

Publications. London.

Neale, 1987. Algae Photoinhibition and Photosyntesis in The Aquatic Environment. Di dalam : D.J. Kyle, Opmon CB, Arntzen CJ. Editor. Photoinhibition. Elsevier.

Nielsen, S.L., Sand-Jensen, K., Borum, J. dan Hansen, O.G. 2002. Phytoplankton, nutrient and transparency in Danish coastal water. Estuaries 25: 930-937. Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta.

Novotny, V and H. Olem. 1994. water quality, prevention, identification, and management of diffuse pollution. Van Nostrans Reinhold. New York. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan :

Eidman, M., Koesbiono, Detrich G.B., Malikusworo, H. dan Sukardjo, S. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan : Samingan, T. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Paerl, H.W. and Millie, D. 1996. Physiological Ecology of toxicaquatic cyanobacteria. Phycologia 35: 160–167.

Pangerang, K.U. 1994. Evaluasi status pencemaran perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor..

Parson, T.R., M. Takahashi dan B. Hargrave. 1984. Biological Oceanographic Processes. Third Edition. Pergamon Press. Oxford.

Pennock, J.R. 1985. Chlorophill Distribution in The Delaware Estuary: Regulation by Light-Limitation. Estur. Coast.Shelf.Sci. 21 : 711-725.

Piehler, M.F., Dyble J., Moisander, P.H., Pinckney, J.L. dan Paerl, H.W. 2004. Effects of modified nutrient concentrations and ratios on the structure an function of the native phytoplankton community in the Neuse River Estuary, North Carolina, USA. Aquatic Ecology 36:371-385.

Presscott, G.W. 1970. How to Know the Freshwater Algae. W.Mc. Brown Co. Publ. Iowa.

Pomeroy, L.R. 1999. Food web connections: links and sinks. In Bell C.R., Brylinsky, M., Johnson-Green, P. (eds). Microbial Biosystems : New Frontiers. Proceedings of the 8th International Symposium on Microbial Ecology. Atlantic Canada Society for Microbial Ecology, Halifax. Canada.

Ray, P. dan Rao, N.O.S. 1964. Density of freshwater diatom in relations to some physico chemical condition of water. Indian Journal Fish. 11(1): 479-484. Riley, J.P. dan Chester, R. 1971. Introduction to Marine Chemistry. Academic

Press. London and New York.

Romimohtarto, K. 1991. Kualitas Air Dalam Budidaya Laut. Seafarming Workshop Report. Bandar Lampung.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Correspondence Course Centre. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Sakalauskiene, G. 2001. Dissolved Oxygen Balance Model for Neris. Nonlinear Analysis: Modelling and Control. Vol. 6. No 1. 105-131.

Sin, Y., Wetzel, R.G. and Anderson, I.C. 1999. Spatial and Characteristic of Nutrient and Phytoplankton Dynamics in the New York River Estuary, Virginia : Analyses of Log Term Data. College of William and Mary Virginia Institute of Marine Sciences. Virginia. Vol. 22 No. 2A: 265-270. Smith, S.V. 1984. Phosphorus versus nitrogen limitation in the marine

environment. Limnol Oceanogr 29: 1149-1160.

Sumich, J.L. 1994. An Introduction to The Biology of Marine Life. Fifth Edition. Wm.C.Brown Company Publishers. USA.

Sze, P. 1993. A Biology of The Algae. Wm.C.Brown Company Publishers.USA. Tambaru, R. 2008. Dinamika komunitas fitoplankton dalam kaitannya dengan

produktivitas perairan di perairan pesisir Maros Sulawesi Selatan. Disertasi (Tidak Dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Tillman, U., K.J. Hesse dan F. Colijn. 2000. Planctonic Primary Production in The German Wadden Sea. Journal Plankton Research. 22(7) : 1253-1276.

82 Tomas, C.R. 1997. Identifiying Marine Phytoplankton. Academic Press. USA. Tomascik, T., Mah, A. A. Nontji and M.K. Mossa. 1997. The Ecology of The

Indonesian. Part II. Published by Periplus Editions (HK) Ltd. Singapore. Umaly, R.C. dan L.A. Cuvin. 1988. Limnology : Laboratory and Field Guide

Physico-Chemical Factors, Biology Factors. National Book Store Publ. Manila.

Valiela, I. 1995. Marine Ecological Processes. Ed ke-2 Springer.

Wyatt, P.J. dan Jackson, C. 1989. Discrimination of Phytoplankton Via Light-Scattering Properties. Limnology and Oceanography. 34: 96-112.

Welch, E.B. 1980. Ecological effects wastewater. Cambridge Press. London. Philadelphia.

Wetzel, R.G. 1983. Limnology. Philadelphia. W.B. Sounders Company.

Widjaja, F., Suwignyo, S., Yulianda, F. dan Effendie, H. 1994. Komposisi jenis, kelimpahan dan penyebaran plankton laut di Teluk Pelabuhan Ratu Jawa Barat. Laporan Penelitian, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Wofsy, S. C. 1983. A simple model to predict extinction coef- ficients and

phytoplankton biomass in eutrophic waters. Limnology and Oceanography

28:1144-1155.

Yamaji, C.S. 1979. Illustration of The Marine Plankton of Japan. Hoikusha Publ. Co. Ltd. Japan.