• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS

A. Hukum Islam

1. Pengertian Hukum Islam

Istilah hukum islam berasal dari dua kata dasar, yaitu ‘hukum’ dan

‘islam’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘hukum’ diartikan dengan:14 a. Peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku

bagi semua orang dalam suatu masyarakat (negara);

b. Undang-undang, peraturan, dan sebagianya untuk mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat;

c. Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa tertentu;

d. Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (di pengadilan) atau vonis.

Istilah hukum Islam merupakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan dari fiqh Islamy atau dalam keadaan konteks tertentu dari as-syari’ah al-Islamy.15 Kemudian Mardani menjelaskan, bahwa dalam literatur hukum dalam Islam maupun dalam Al-Qur’an tidak ditemukan lafadz hukum Islam. Yang ditemukan atau yang ada di dalam Al-Qur’an adalah kata syariah, fiqih, hukum Allah dan yang seakar dengannya.16

Menurut Ahmad Rofiq, pengertian hukum islam adalah seperangkat kaidah hukum yang didasarkan pada wahyu Allah Swt, dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III, Cet. I;

Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 531,

15 H.Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2008), h.1.

16 Mardani, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), h. 14.

mukalaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluk agama islam.1

Mohd Idris Ramulyo juga menjelaskan, bahwa hukum islam adalah hukum yang bersumber dan disalurkan dari hukum syariat Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an, Sunnah Rasulullah Saw., dan dikembangkan melalui Ijtihad dari para ulama.2

Hukum berasal dari agama Islam adalah hukum Islam. Yaitu hukum yang diturunkan oleh Allah untuk kemaslahatan hamba-hambaNya di dunia dan akhirat.3 Dari definisi diatas menyimpulkan bahwa hukum islam itu adalah ciptaan Allah, dimana Allah mempunyai hak untuk menciptakan hukum seperti menghalalkan dan mengharamkan sesuatu yang dikehendakinya. Begitupun dengan Rasulullah SAW karena Allah Swat dapat memberikan kewenangan kepada beliau.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT. Qs. Al- Hasyr/ 59:7

اْوُهَتْناَف ُهْنَع ْمُكىٰهَن اَمَو ُهْوُذُخَف ُلْوُسَّرلا ُمُكىٰتٰا ٓاَمَو Terjemahnya:

Apa yang diberikan Rasulullah kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.4

Para ulama-ulama dalam berijitihad, mereka tidaklah membuat hukum baru melainkan mereka hanya mencari lalu kemudian menetapkannya pada hukum Allah

1 Rahman Syamsuddi, Pengantar Hukum Indonesia”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), h.25-26.

2 Mohd Idris Ramulyo, Asas – Asas Hukum Islam Sejarah Timbulnya Dan Berkembangnya Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), h. 39.

3Muchammad Ichsan, Pengantar Hukum Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Laboratorium Hukum Fak. Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015), h. 2.

4 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung Diponegoro: 2010), h. 546.

14

sesuai pada dalil-dalil yang sudah ada. Hukum Islam juga bertujuan sebagai maslahat atau kebaikan bagi hamba-hambaNya baik didunia maupun diakhirat nanti. Jadi hukum Islam merupakan hukum yang bersumber kemudian menjadi bagian dari agama Islam. Konsep hukum islam, dasarnya, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum islam merupakan bagian integral ajaran islam yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat Islam.5 Hukum ini tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain.

Hukum Islam sendiri dapat disimpulkan sebagai kaidah kaidah atau aturan yang berlandaskan pada alquran dan sumber-sumber lainnya. Yang pada dasarnya menjadi aturan yang dipatuhi demi mendapatkan ridho-Nya.

2. Sumber-sumber Hukum Islam

Sumber-sumberyang termasuk di dalam hukum islam antara lain adalah sebagai berikut:6

a. Al-Qur’an, sumber hukum islam yang pertama adalah al-qur’an, sebuah kitab suci umat muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Qur’an memuat kandungan-kandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran, kisah, Islam, ketentuan, hikmah dan lain sebagainnya. Al-Qur’an menjelaskan secara rinci bahwa bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang berakhlak mulia. Maka dari itulah, ayat – ayat Al-Qur’an menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu syari’at.

5 Andi Intan Cahyani, “Peradilan Agama Sebagai Penegak Hukum Islam Di Indonesia”, Al-Qadau: Jurnal Peradilan dan Hukum Kekeluargaan Islam, vol. 6, No. 1, (Juni 2019), h. 124.

http://103.55.216.56/index.php/al-qadau/article/view/9483/6676. Diakses pada (24 Juni 2019)

6 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia, vol. 17 (Jambi: Universitas Batang hari Jambi, 2017), h. 25

b. Al – Hadist, sumber hukum islam yang kedua adalah Al-Hadist, yaitu segala sesuatu yang berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist terkandung aturan – aturan yang merinci segala aturan yang masih global dalam Al-Qur’an. Kata hadist yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan Sunnah, maka dapat berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, hingga ketetapan maupun persetujuan dari Rasulullah SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum islam.

c. Ijma’, merupakan segala kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah atas sebuah perkara agama. Dan ijma yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut (setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para ulama sendiri telah berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak.

d. Qiyas, sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Qur’an, Al-Hadist dan Ijma’ adalah Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya dalam Al-Qur’an ataupun hadis dengan cara membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak diketahui hukumnya mengenai suatu kasus dalam agama Islam dan telah diketahui melalui salah satu metode untuk mengetahui permasalahan hukum tersebut, kemudian ada kasus lainnya yang sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu juga, maka hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang nashnya.

3. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam dari Syatibi ialah buat menjaga dan memperjuangkan tiga kategori hukum, yang disebutnya sebagai darurriyat, hajiyyat dan tahsiniyyat.

“ketiga kategori aturan tersebut ialah kebutuhan hidup insan dalam melaksanakan eksistensinya menjadi khalifah di bumi. Adapun kebutuhan yang dimaksud dapat dijelaskan dibawah ini, yaitu : Kebutuhan daruriyyat (utama) ialah kebutuhan primer yang harus dilindungi atau dipelihara (agama, jiwa, akal, keturunan dan

16

harta ) sebaik-baiknya sang aturan Islam agar kemaslahatan hayati insan itu benar-benar terwujud. Kebutuhan hajiyyat (sekunder) ialah kebutuhan yang diperlukan oleh insan untuk mencapai kebutuhan primer misalnya pelaksanaan hak asasi manusia. Kebutuhan tahsiniyyat (tersier) merupakan kebutuhan hayati manusia yang menunjang primer dan sekunder”.7

Tujuan umum syariat dalam menetepkan hukum ialah menegakkan kemaslahatan manusia di dalam kehidupan, menarik manfaat dan menolak kemudharatan. Tidak ada satu hukum dalam islam yang tidak mengadung kemashalatan hakiki baik itu di dunia maupun di akhirat, disinilah keistimewaan hukum syariat di dalam islam.8

4. Macam-macam Hukum Islam

Berikut ini macam-macam dari hukum islam:9

a. Wajib, adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum wajib adalah shalat lima waktu, memakai hijab bagi perempuan, puasa, melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu, menghormati orang non muslim dan banyak lagi.

b. Sunnah, ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau sederhananya perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan siksaan ata hukuman.

7 H.Ishaq, Pengantar Hukum Indonesia, h. 320.

8 Musyfika Ilyas, “Memaknai Fashion dalam Hukum Islam“, Al-Daulah: Jurnal Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum, vol. 5 no. 1 (Juni 2016), h. 140.

http://103.55.216.56/index.php/al_daulah/article/view/1446. Diakses pada (6 Juni 2016).

9 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia, vol. 17 (Jambi:

UniversitasBatanghari Jambi, 2017), h. 25-26

c. Haram, ialah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan pasti akan mendapatkan siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contoh perbuatan yang memiliki hukum haram adalah berbuat zina.

d. Makruh, ialah suatu perbuatan yang dirasakan jika meninggalkannya itu lebih baik dari pada mengerjakannya. Contoh dari perbuatan makruh itu makan bawang, merokok dan lain-lain.

e. Mubah, ialah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama antara mengerjakannya atau meninggalkannya. Contoh dari mubah adalah olahraga, membuat bisnis kerja.

4. Asas-Asas Hukum Islam

Asas-asas dalam hukum Islam berikut ini:10

a. Menghilangkan Kesulitan, Di dalam hukum islam tidak ada pembebanan yang menyusahkan dan melampaui kemampuan mereka. Di antara ayat yang menyatakan demikian adalah firman Allah dalam Qs. Al – Maidah /5: 6

جَرَح ْنِّم ْمُكْيَلَع َلَعْجَيِل ُ ٰٰاللّ ُدْيِرُي اَم Terjemahnya:

”Allah tidak ingin menyulitkan kamu”11

b. Menyedikitkan Beban, Sebagai Bukti sedikitnya beban ialah jika kita meneliti Al-Qur’an dan Hadits akan kita dapati bahwa yang diharamkan oleh Allah itu sangat sedikit dan terbatas.

c. Berangsur-angsur dalam Pembentukan hukum, Sudah menjadi hikmah Allah bahwa pemberian beban kepada para mukallaf itu dilakukan secara

10 Muchammad Ichsan, Pengantar Hukum Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Laboratorium Hukum Fak. Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015), h. 13-22.

11 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung Diponegoro: 2010), h.108.

18

angsur. Hikmah, antara lain supaya hukum islam yang termuat di dalam Al-Qur’an dan Hadits tersebut dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik dan benar.

d. Mewujudkan Kebajikan manusia seluruhnya, Hukum Islam diwahyukan Allah untuk mewujudkan maslahat dan kebajikan manusia. Hukum Islam diturunkan Allah demi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Dalam waktu yang sama, hukum Islam itu disyariatkan agar mereka semua terhindar dari mara bahaya di dunia dan akhirat.

e. Menegakkan Keadilan, Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk berlaku adil dan menegakkan keadilan. Hal ini karena bumi dan langit ini akan tetap tegak selama keadilan ditegakkan. Sebaiknya, jika kedzaliman yang merajalela, maka akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di atas bumi ini. Allah berfirman:Qs. An-Nahl / 16: 90:

ِءۤاَشْحَفْلا ِنَع ىٰهْنَيَو ىٰبْرُقْلا ىِذ ِئۤاَتْيِاَو ِناَسْحِ ْلْاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َ ٰٰاللّ َّنِا ُظِعَي ِيْغَبْلاَو ِرَكْنُمْلاَو

َن ْوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ْمُك Terjemahnya:

”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungk aran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”12

Dokumen terkait