• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP DAN IMPLEMENTASI MURABAHAH BTN SYARIAH ATAS KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP DAN IMPLEMENTASI MURABAHAH BTN SYARIAH ATAS KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP DAN IMPLEMENTASI MURABAHAH BTN SYARIAH ATAS KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Prodi Hukum Ekonomi Syariah

Pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar

Oleh :

HIJRAH ZAHERINA NIM : 11000117077

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2021

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hijrah Zaherina

NIM : 11000117077

Tempat/Tgl Lahir : Makassar, 31 Desember 1999 Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Alamat : Jl.Mannuruki 6 Lr.1 No.30

Judul : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konsep Dan Implementasi Murabahah BTN Syariah Atas Keadilan Dan Kesejahteraan Masyarakat.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahswa skripsi ini besar adalah hasil karya sendiri, jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikasi, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau keseluruhannya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum.

Makassar, 14 Juni 2021 Penyusun

Hijrah Zaherina NIM: 11000117077

(3)
(4)

KATA PENGANTAR ميح رلا نمح رلا لاله مسب Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji hanya milik Allah swt. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini hingga selesai. Sholawat dan salam senantiasa penulis hanturkan kepada Rasulullah Muhammad Sallallahu’ Alaihi Wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, sebagai petunjuk jalan kebenaran dalam menjalankan syariat islam.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada program studi Hukum Ekonomi Syariah fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Judul skripsi yang penulis ajukan adalah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konsep Dan Implementasi Murabahah BTN Syariah Atas Keadilan Dan Kesejahteraan Masyarakat”.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda H.Panai, Ibunda Samsinar dan juga seluruh keluarga yang telah memberikan perhatian dan semangat serta doa-doa demi kelancaran dan kesuksesan penulis sampai akhir studi. Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih untuk diri saya sendiri terimakasih sudah sangat berusaha dan kuat dalam menyelesaikan skripsi ini, selalu berusaha untuk tidak cengeng tapi nyatanya airmata selalu terlibat hehe.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, serta doa yang dipanjatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Hamdan Juhannis, M.A.,Ph.D, Rektor UIN Alauddin Makassar beserta wakil rektor UIN Alauddin Makassar.

2. Bapak Dr. H. Muhammar Bakry, Lc.,M.Ag., Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum beserta wakil Dekan Syari‟ah dan Hukum.

3. Bapak Ashar Sinilele, S.H.,M.M.,M.H. dan Muhammad Anis, S.Ag.,M.H. selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah dan dan Nursyamsi S,T. yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi, serta tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada Staf Jurusan Hukum Ekonomi Syariah.

4. Bapak Dr. Nur Taufiq Sanusi, M.Ag. selaku Pembimbing I yang senantiasa membimbing dengan sabar dan penuh ketelitian.

5. Ibu Dr. Musyfikah Ilyas, S.H.I., M.H.I selaku Pembimbing II yang perhatian dan senantiasa sabar.

6. Bapak Muhammad Anis, S.Ag., M.Ag. selaku Penguji I yang senantiasa memberikan semangat dan masukan.

7. Ibu A. Intan Cahyani, S.Ag., M.Ag. selaku Penguji II yang senantiasa memberikan masukan dan semangat.

8. Seluruh dosen, pejabat dan staf Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar pada umumnya dan dosen jurusan Hukum Ekonomi Syariah pada khususnya yang senantiasa mengajar penulis.

9. Keluarga besar IDENTI7Y 2017 Hukum Ekonomi Syariah dan khusunya Teman – teman kelas HES B yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu terimakasih untuk empat tahun yang sangat bermakna dan berkesan mulai dari suka, duka, bahagia dan cerita indah selama kita

(6)

bersama-sama, terima kasih selalu memberikan perhatian dan telah jadi keluarga baru. Salam sukses untuk kawan-kawan seperjuangan.

10. Kepada sahabat-sahabat saya Prili Dwi Utami, Husnul Khatimah, Nurul Maisarah, Hastuti, Mayasari Mawar, Rismayanti B, Dini Amaliyah A, Rahmi Aulia A, Terimakasih untuk suka, duka, dan saling memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan walaupun berbeda kampus.

Terimakasih telah terlibat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada teman-teman KKN-DK Ang. 65 Kelurahan Mapala, Kec.

Rappocini terimakasih karena telah bersama-sama meciptakan kenangan selama 45 hari

12. Muhammad Iqbal Nur , Terima kasih selalu memberikan saya motivasi agar saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan cepat dan tepat waktu.

Tiada balasan yang dapat diberikan penulis, kecuali kepada Allah. Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya dan semoga bernilai pahala disisi-Nya. Akhirnya hanya kepada Allah swt penulis serahkan segalanya. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, dan juga kepada penulis sendiri, serta bagi kita semua. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Samata, 14 Juni 2021 Penyusun

Hijrah Zaherina NIM: 11000117077

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KEASLIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

PEDOMAN LITERASI ... ix

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Kajian pustaka/Penelitian Terdahulu ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 12

A. Hukum Islam ... 12

B. Konsep dan Implementasi Murabahah ... 18

C. Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 37

B. Pendekatan Penelitian ... 37

C. Sumber Data ... 37

D. Metode Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian... 38

F. Teknik Pengelolaan Data dan Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Implementasi Murabahah BTN Syariah Atas Keadilan dan Kesejahteraan masyarakat... 41

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konsep Murabahah Pada BTN Syariah Makassar ... 50

(8)

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN – LAMPIRAN...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...

(9)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب Ba b Be

ت Ta t Te

ث Sa s es (dengan titik di atas)

ج Jim j Je

ح Ha h ha (dengan titk di bawah)

خ Kha kh ka dan ha

د Dal d De

ذ Zal z zet (dengan titik di atas)

ر Ra r Er

ز Zai z Zet

س Sin s Es

ش Syin sy es dan ye

(10)

ص Sad s es (dengan titik di bawah)

ض Dad d de (dengan titik di bawah)

ط Ta t te (dengan titik di bawah)

ظ Za z zet (dengan titk di bawah)

ع ‘ain ‘ apostrop terbalik

غ Gain g Ge

ف Fa f Ef

ق Qaf q Qi

ك Kaf k Ka

ل Lam l El

م Mim m Em

ن Nun n En

و Wau w We

ه Ha h Ha

ء Hamzah , Apostop

ي Ya y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika terletak ditengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‘).

(11)

2. Vokal

Vokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ـ

Fathah a A

ـ

Kasrah i I

Dammah u U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat, dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ي

fathah dan ya Ai a dan i

ك

fathah dan wau Au a dan u

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama

... ي |ا..

fathah dan alif atau ya

a a dan garis di atas

(12)

ي

kasrah dan ya i i dan garis di atas

و

dammah dan wau u u dan garis di atas

4. Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu : ta marbutah yang hidup atau mendapatkan harakat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah [t].

sedangkan ta’ marbutah yang mati atau mendapatkan harakat sukun transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta’marbutah itu transliterasinya dengan [h].

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid ( ّ), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Jika huruf ) ) ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah

ی

(

), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i.

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (

لا

) (alif

lam ma’rifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti

(13)

biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung mengaitkannya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatas (-).

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur’an), sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasikan secara utuh.

9. Lafz al-Jalalah (لاله)

Kata “Allah” didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudafi ilaihi (frase nominal), ditransliterasikan tanpa huruf hamzah.

Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-jalalah ditranslitersi dengan huruf [t].

10. Huruf Kapital

(14)

Walau system tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf capital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Biila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-. baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR).

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. : subhānahūwata, ālā

saw. : sallallāhu „alaihiwasallam a.s. : „alaihi al-salām

H : Hijrah

M : Masehi

SM : Sebelum Masehi

l. : Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w. : Wafat tahun

Qs …/…:4 : QS An-Nisa/4:58 HR : Hadis Riwayat

(15)

ABSTRAK Nama : Hijrah Zaherina

Nim : 11000117077

Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KONSEP DAN IMPLEMENTASI MURAHABAH BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) SYARI’AH ATAS KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tinjauan Hukum islam terhadap konsep Murabahah BTN Syariah Cabang Makasar atas keadilan dan kesejahteraan masyarakat serta untuk mengetahui bagaimanana implementasi Murabahah BTN Syariah Cabang Makasar atas keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Jenis penilitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu salah satu penelitian Kualitatif, dimana peneliti turun langsung untuk menngumpulkan data, dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah: yuridis empiris dan teologi normatif (syar;i). Adapun sumber sumber data penelitian ini adalah pihak bank bagian Consumer Financing Analyst dan Consumer Financing Service. Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan adalah : wawancara dan dokumentasi . Sedangkan teknik pengelolaan dan analisis data yang dilakukan adalah dengan 1 tahap, yaitu : Pengelolaan data, analis data penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bank-bank Islam termasuk BTN Syariah Cabang Makassar mengambil murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun klien tersebut mungkin tidak memiliki uang tunai untuk membayar. Murabahah, sebagaimana digunakan dalam perbankan Islam, ditemukan terutama berdasarkan dua unsur:

harga membeli dan biaya yang terkait, dan kesepakatan berdasarkan mark-up (keuntungan).

Implikasi dari penelitian ini Pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lainnya yang terkait pembiayaan seperti akad mudharabah dan akad musyarakah. Pada penelitian selanjutnya agar dapat melakukan penelitian di bank Syariah lainnya. Bank BTN Syariah Cabang Makassar harus memperbaiki skema murabahah, khususnya dalam proses akad, setelah melakukan akad wakalah, sertifikat rumah tidak dapat langsung balik nama atas nama nasabah sebelum proses akad telah sah, sempurna, dan halal memiliki barang tersebut. Bank BTN Syariah Cabang Makassar harus menghindari bathil dan unsur riba dengan alasan apapun saat proses akad murabahah dilakukan.

Kata Kunci : BTN Syariah, Konsep dan Implementasi, Keadilan dan Kesejahteraan, Murabahah

(16)

1 A. Latar Belakang

Masyarakat di Negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank syariah sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannnya. Mereka menganggap bank syariah merupakan lembaga keuangan syariah yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan dengan berdasarkan prinsip islam. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarakan prinsip syariah. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana.

Lembaga keuangan di Indonesia telah berkembang, dimana ada dua bentuk lembaga keuangan yang ada di Indonesia yaitu konvesional dan syariah. Kemudian menyebabkan banyak pihak yang ingin mengetahui apa perbedaan yang mendasari antar lembaga keuangan konvensional dengan lembaga keuangan syariah, perbedaan lembaga keuangan konvensional dan syariah terletak pada sistem akad dan transaksi. Bank konvensional merupakan bank yang kegiatan usahanya menggunakan sistem bunga, kredit pada perbankan konvensional haram karena memakai sistem riba yang diperhalus dengan sebutan bunga, baik kredit itu bersifat konsumtif berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis Nabu tentang riba yang pernah dilakukan Abbas paman beliau saw.1 Adapun lembaga keuangan syariah khususnya bank syariah. Hukum adalah inti dari sebuah perabadan dalam suatu bangsa yang paling murni dan ia mencerminkan jiwa bangsa tersebut secara lebih jelas daripada lembaga apapun.2 Pernyataan serupa juga dapat dijumpai dalam konteks Islam.

1 Taufik Sanusi Baco, “Kredit (AT-TAQHSITH) Dalam Diskursus Hadis Nabi Muhammad Saw”, El- Iqtishady, Vol. 1 no.1. (2019), h. 18.

2 Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.

11.

(17)

2

Hukum Islam merupakan hukum yang sumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Dasar dan Kerangka hukum islam ditetapkan oleh Allah Swt. Hukum ini mengatur berbagai hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya.3 Kemudian dari segi objek dan pembahasaan, hukum islam dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ibadah dan muamalah. Adapun yang termasuk ibadah, yaitu sholat,berpuasa,dan ibadah haji serat hal – hal yang berkaitan tentangnya, sedangkan yang termasuk ke dalam muamalah, yaitu munakahat (pernikahan), jual beli, sewa – menyewa, upah – mengupah, dan segala macam transaksi keuangan, jinayah ( ‘uqubah, hudud, hukum pidana), mawariis, qada’ (peradilan), khilafah dan jihad.

Muamalah adalah kegiatan yang berhubungannya manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan lingkungannya. Kegiatan ini sama halnya dengan transaksi salah satunya seperti jual beli.4

Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution) selain merupakan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat, bank ini juga menyalurkan dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Istilah kredit ini banyak dipaki dalam pihak perbankan konvensional yang berbasis pada bunga (interest based), sedangkan dalam perbankan syariah lebih dikenal dengan istilah pembiayaan (financing) yang berbasis pada keuntungan rill yang dikekendaki (margin) ataupun bagi hasil (profit sharing).

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank ialah “Badan usaha yang

3 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h.39.

4 Nila Sastrawati dan Muh Anzar Asiz, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Pemberian Kredir Produk Amanah di Pegadaian Syariah“, Iqtishaduna: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum, vol. 2 no. 1 (April 2020), h. 42.

http://103.55.216.56/index.php/iqtishaduna/article/view/15161/10304 Diakses pada (18 Juni 2021)

(18)

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat banyak.”

Pengertian ini mengadung makna bahwa bank itu tidak hanya berfungsi untuk mengelola uang, tetapi juga lebih jauh untuk meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat.

Pandangan yuridis formal dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang selanjutnya akan dibahas di UUP. Dalam pasal 1 angka 3 yang mengemukakan. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan bank perkreditan rakyat dapat dijabarkan dalam pasal 1 angka 4 yang mengemukakan, bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara kovensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya tidak mampu meberikan jasa lalu lintas pembayaran. Dari hasil mencermati pengertian yang berikan UUP sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang mencolok antara bank umum dengan bank perkreditan rakyat, kecuali dalam bidang usaha pelayanan jasa dalam lalu lintas pembayaran hanya diberikan kepada Bank Umum.

Konsep kerangka ekonomi umat Islam, istilah bank memiliki konsep tersendiri, yakni Bank Syari’ah, yang beroperasi di atas dasar ajaran (syari’at) Islam, yang memiliki prinsip operasional berbeda dengan prinsip operasional konvensional. Menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, bank Syari’ah memiliki dua pengertian, yaitu :5

a. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syari’at Islam.

b. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada kententuan – ketentuan al- Qur’an dan al-Hadits.

5 Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’I Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Syari’ah.

(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hlm. 1

(19)

4

Adapun pengertian lain yang disebutkan bahwa dimaksud dengan bank Syari’ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang opersionalnya disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam. Dalam pengertian ini, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan barang dagangan utama.6

Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya, dan melarang adanya MAGHRIB (maisir, gharar, riba dan batthil).

Semua transaksi perbankan harus diawali dengan akad yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Prinsip “antarodin” sangat diutamakan untuk menjaga hubunga baik dengan nasabah atau mesyarakat agar mengindari adanya salah satu pihak yang dirugikan.Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa 4/29 :

َلاَوْمَا ا ْٰٓوُلُكْأَت َلَ اْوُنَمٰا َنْيِذَّلا اَهُّيَآٰٰي َّنِا ۗ ْمُكَسُفْنَا ا ْٰٓوُلُتْقَت َلََو ۗ ْمُكْنِّم ٍضاَرَت ْنَع ًةَراَجِت َنْوُكَت ْنَا ٰٓ َّلَِا ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُك

َ ٰٰاللّ

اًمْيِحَر ْمُكِب َناَك Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di anatara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah maha penyayang kepadamu.7

Di indonesia, regulasi mengenai Bank Syariah tertuang dalam UU No.12 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank Syariah ini adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS).8

6 Abdul Aziz Dahlan, dkk (Ed.). Ensiklopedi Hukum Islam. (Jakarta; Ikhtiar Baru van Hoeve, 1997), hlm. 194.

7 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung :Diponegoro, 2010), h. 83

8Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 58

(20)

Salah satu skim fiqh yang paling populer digunakan oleh perbankan syariah adalah skim jual beli murabahah dan dianggap sangat bermanfaat bagi seorang yang membutuhkan suatu barang tetapi belum mempunyai uang yang diperlukan.

Transaksi semacam ini juga, lazim dilakukan oleh Rasulullah Saw, dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti penjualan barang serharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Misalnya Si A ini seseorang yang ingin membeli barang kemudian dia menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Oleh karena itu perkembangan zaman, murabahah dapat juga berbentuk jual-beli dengan komisi, di mana si pembeli biasanya tidak dapat memperoleh barang yang dia inginkan kecuali lewat seorang perantara, atau ketika si pembeli itu tidak mau susah-susah mendapatkannya sendiri, sehingga ia mencari jasa seorang perantara.

Bank syariah sendiri menjelaskan Mekanisme murabahah adalah menjual suatu barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang disetujui bersama untuk dibayar secara cicilan. Dengan cara ini pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan dikehendaki penjual.

Murabahah merupakan suatu kontrak penjualan antara kedua belah pihak atau lebih, salah satunya bank syariah, dalam hal ini bank syariah menjual dengan baik barang ke pihak kedua. Kemudian keuntungan margin dengan menambah harga beli pertama dari pasar dengan syarat kedua pihak yang mengetahui harga barang asli. Setelah pihak kedua menerima barang maka dapat membayar kembali apa yang harus di bayar dengan waktu yang cukup dan sesuai dengan perjanjian telah disepakati.

Bank Tabungan Negara Syariah (BTN Syariah) Makassar, selain mempunyai konsep yang sesuai dengan hukum islam, BTN Syariah juga menawarkan produk berupa KPR yaitu yang bernama KPR BTN iB. Bank milik pemerintah ini mempunyai layanan kredit KPR BTN iB yaitu suatu fasilitas kredit dalam rangka nasabah membeli rumah dengan cara diangsur atau dicicil sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.

(21)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan dalam kajian penelitian

“Tinjauan Hukum Islam terhadap Konsep dan Implementasi Murabahah BTN Syari’ah Atas Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat”. Pembahasaan selanjutnya akan dirumuskan dalam sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Murabahah BTN Syariah Atas Keadilan dan Kesejahteraan masyarakat?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konsep Murabahah Pada BTN Syariah Makassar ?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

a. Hukum Islam b. Implementasi c. Murabahah d. Bank Syari’ah 2. Deskripsi Fokus

Terlebih dahulu penulis akan mengumukakan pengertian judul serta Ruang Lingkup Pembahasaan Untuk lebih memperjelas apa saja yang di bahas dalam proposal ini. Ada beberapa topik dalam judul yaitu “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konsep Dan Implementasi Murabahah Bank BTN Syariah Atas Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat” dari judul tersebut ada beberapa kata – kata yang perlu dijelaskan seperti:

a. Hukum Islam

(22)

Hukum Islam sebagai suatu tatanan hukum yang ditaati oleh mayoritas rakyat indonesia adalah hukum yang tetap hidup dalam masyarakat, yang merupakan ajaran dan keyakinan islam yang syari’atnya didasarkan pada wahyu Allah SWT dan dibawa oleh seorang Nabi SAW untuk umatnya yang diyakni atau dipercayai setiap pemeluknya, baik yang berhubungan dengan kepercayaan pada ( Aqidah ) maupun perbuatan dan berpedoman kepada Al-Qur’an.

b. Implementasi

Implementasi adalah aktivitas, aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem, bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.9

c. Murabahah

Murabahah adalah dalam istilah fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjualan menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.10 Murabahah juga dapat diartikan sebagai suatu perjanjian antara bank dengan nasabah dalam bentuk pembiayaan atas sesuatu barang yang dibutuhkan oleh nasabah.

d. Bank Syari’ah

Bank Syari’ah adalah lembaga perantara keuangan yang tugas pokoknya menghimpun dana dari nasabah atau masyarakat yang berdasarkan prinsip- prinsip syariah.

D. Kajian Pustaka atau Penelitian Terdahulu

Dari beberapa pencarian terhadap penelitian terdahulu yang telah dilakukan, tidak ditemukan penelitian yang secara spesifik sama dengan penelitian ini, namun ditemukan ada beberapa penelitian yang memiliki pembahasaan dan makna dengan

9 Nurdin Umar, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum ( Jakarta: Sumber Ilmu Jaya, 2002) , h. 70.

10 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Cet.1, (Jakarta: PT.Raja Grafindo 2008), h.

82.

(23)

8

tujuan yang sama dan saling berkaitan dengan penelitian ini, beberapa penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Abdul Azziz Herawanto,Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009 dengan judul skripsi “Implementasi Akad Murabahah dalam Pembiayaan pemilik rumah bersubsidi secara Syariah di Bank BTN Kantor Cabang Syariah Surakarta” Di dalam penelitian ini menjelaskan bahwa akad diterapkan dalam pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi di Bank Tabungan Negara Kantor Bank Syariah Surakarta adalah akad murabahah yang dilakukan antara pihak bank dengan pihak pemohon pembiayaan setelah sebelumnya didahului dengan akad wakalah sebagai dasar bagi bank untuk membeli rumah dari pengembang atau penjual. Kemudian penelitian ini termasuk menggunakan penelitian empiris bersifat deskriptif dengan kualitatif, dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, sehingga mendapat atau memperoleh data akurat, bahwa proses implementasi akad murabahah dalam pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi secara syariah di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Surakarta sudah menerapkan prinsip-prinsip Islam. Hal tersebut tercermin pada proses pembuatan akad antara pihak bank dengan pihak pemohon pembiayaan. Proses penyelesaian permasalahan yang digunakan pihak bank juga telah menggunakan prosedur hukum yang berlaku di Indonesia.11

2. Lely Shofa Imama, Konsep Dan Implementasi Murabahah Pada Produk Pembiayaan Bank Syariah, Iqtishadia, vo. 1 no. 2, 2014. Dalam jurnal ini membahas murabahah sebagai akad transaksi pertukaran, murabahah sebagai bentuk jual beli yang didalamnya membahas keseluruhan yang berhubungan dengan murabahah pada konsep dan

11Abdul Azziz Herawanto “Implementasi Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Pemilikan Rumah Bersubsisdi Secara Syariah Di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Surakarta”, (Surakarta: Fakultas Hukum, 2009)

(24)

implementasinya, sedangkan dalam penelitian ini akan membahas konsep dan implementasi murabahah Bank BTN Syariah atas keadilan dan kesejahteraan masyarakat.12

3. Lukman Ali, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2017 dengan judul disertasi “Mekanisme Pembiayaan Murabahah Konsumtif Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Pada Bank BTN Syariah Makassar dan PT. Amanah Finance)” dalam Disertasi ini membahas tentang mekanisme pembiayaan murabahah di masyarakat adapun mekanisme pembiayaan murabahah pada produk KPR di Bank BTN syariah Makassar yaitu aplikasi murabahah, Permohonan Pembiayaan murabahah (KPR), Prosedur pembiayaan KPR Bank B TN Syariah, Biaya realisasi pembiaayan KPR Bank BTN Syariah,kemudian yang terakhir membahas tentang mekanisme pembiayaan murabahah produk kendaraan di PT. Amanah Finance yaitu Prosedur pembiayaan murabahah produk kendaraan tersebut, dan proses pembiayaannya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field reseacrh) yang bersifat kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di BTN Syariah dan PT.Amanah Finance di Kota Makassar Sulawesi selatan. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan konsep dengan menjadikan mekanisme murabahah sebagai objek yang akan diteliti dari sudut pandang hukum Islam. Proses Pengumpulan datanya menggunakan metode wawancara, Observasi dan dokumentasi. Sedangkan dalam penelitian ini akan membahas konsep dan implementasi murabahah Bank BTN Syariah atas keadilan dan kesejahteraan masyarakat.13

12 Lely Shofa Imama, “Konsep dan implementasi murabahah pada produk pembiayaan bank syariah”, Iqtishadia 1 no. 2 (2014)

13 Lukman Ali, Mekanisme Pembiayaan Murabahah Konsumtif Dalam Perspektif Hukum Islam, Disertasi (Makassar: Syariah dan Hukum Islam Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar)

(25)

10

4. Sitti Nurratih Mustika, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2019 dengan judul skripsi “Analisis Implementasi Akad Murabahah Pada Pembiayaan Pemilikian Rumah dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi kasus pada Bank Syariah Mandiri KC Bandar Jaya)” dalam Skripsi ini membahas tentang Implementasi Akad Murabahah Pada pembiayaan Pemilikan Rumah di BSM KC Bandar Jaya dan Sistem Angsuran yang dilakukan pada pelakasanaan Pembiayaan Pemilikan Rumah di BSM KC Bandar Jaya dalam Perpektif Islam. Penelitian ini juga menggunakan field research atau penelitian lapangan, yang bersifat deskriptif kualitatif. Sedangkan pada penelitian saya yang akan saya kaji bagaimana konsep murabahah pada BTN Syariah atas keadilan terhadap masyarakat menurut hukum Islam.

5. Dalam jurnal Yogi Herlambang, Shafia Azyani, Konsep Keadilan Bagi Nasabah Dalam Akad Murabahah Bil Wakalah Di Bank Syariah.

Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 3 No. 2 Juli 2019. Membahas tentang produk wakalah secara umum, bank sebagai pihak yang diberi mandat mendapat fee dari nasabah. Tetapi, dalam praktek pembiayaan murabahah, nasabah yang menjadi wakil tidak mendapat fee dari pihak bank sebagai muwakkil. Kemudian dalam akad murabahah bil wakalah nilai keadilannya masih belum merata, sehingga dari hubungan antara pihak nasabah dan bank, pihak bank lebih diuntungkan. Perbedaan dengan skripsi saya adalah saya membahas tentang konsep dan implementasi murabahah di BTN syariah atas keadilan terhadap masyarakat.

E. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penulis menetapkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan menyesuaikan rumusan masalah yang telah diuraikan:

(26)

a. Untuk Mengetahui Implementasi Murabahah BTN Syariah Atas Keadilan dan Kesejahteraan masyarakat.

b. Untuk Mengetahui Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konsep Murabahah Pada BTN Syariah Makassar

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Secara Teoritis (keilmuan)

Penelitian ini mampu memberikan hasil berupa wawasan mengenai apa konsep dan implementasi murabahah pada BTN Syariah atas keadilan dan kesejahteraan masyarakat menurut hukum islam. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan berupa pemikiran dan menambah literatur mengenai hal tersebut di Lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, khususnya di Prodi Hukum Ekonomi Syariah.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat umum dan juga dapat menambah wawasan mengenai seperti apa konsep dan implementasi murabahah pada BTN Syariah atas keadilan dan kesejahteraan masyarakat menurut hukum islam, sehingga menjadi sebuah referensi bagi para pihak yang berkepentingan untuk dapat menggunakan hasil dari penelitian ini sebagai bahan penelitian sejenisnya dan sebagai pengembangan penelitian untuk kedepannya.

(27)

12 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Hukum Islam

1. Pengertian Hukum Islam

Istilah hukum islam berasal dari dua kata dasar, yaitu ‘hukum’ dan

‘islam’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘hukum’ diartikan dengan:14 a. Peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku

bagi semua orang dalam suatu masyarakat (negara);

b. Undang-undang, peraturan, dan sebagianya untuk mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat;

c. Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa tertentu;

d. Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (di pengadilan) atau vonis.

Istilah hukum Islam merupakan istilah khas Indonesia, sebagai terjemahan dari al-fiqh al-Islamy atau dalam keadaan konteks tertentu dari as-syari’ah al- Islamy.15 Kemudian Mardani menjelaskan, bahwa dalam literatur hukum dalam Islam maupun dalam Al-Qur’an tidak ditemukan lafadz hukum Islam. Yang ditemukan atau yang ada di dalam Al-Qur’an adalah kata syariah, fiqih, hukum Allah dan yang seakar dengannya.16

Menurut Ahmad Rofiq, pengertian hukum islam adalah seperangkat kaidah hukum yang didasarkan pada wahyu Allah Swt, dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III, Cet. I;

Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 531,

15 H.Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2008), h.1.

16 Mardani, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010), h. 14.

(28)

mukalaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluk agama islam.1

Mohd Idris Ramulyo juga menjelaskan, bahwa hukum islam adalah hukum yang bersumber dan disalurkan dari hukum syariat Islam yang terdapat dalam Al- Qur’an, Sunnah Rasulullah Saw., dan dikembangkan melalui Ijtihad dari para ulama.2

Hukum berasal dari agama Islam adalah hukum Islam. Yaitu hukum yang diturunkan oleh Allah untuk kemaslahatan hamba-hambaNya di dunia dan akhirat.3 Dari definisi diatas menyimpulkan bahwa hukum islam itu adalah ciptaan Allah, dimana Allah mempunyai hak untuk menciptakan hukum seperti menghalalkan dan mengharamkan sesuatu yang dikehendakinya. Begitupun dengan Rasulullah SAW karena Allah Swat dapat memberikan kewenangan kepada beliau.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT. Qs. Al- Hasyr/ 59:7

اْوُهَتْناَف ُهْنَع ْمُكىٰهَن اَمَو ُهْوُذُخَف ُلْوُسَّرلا ُمُكىٰتٰا ٓاَمَو Terjemahnya:

Apa yang diberikan Rasulullah kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.4

Para ulama-ulama dalam berijitihad, mereka tidaklah membuat hukum baru melainkan mereka hanya mencari lalu kemudian menetapkannya pada hukum Allah

1 Rahman Syamsuddi, Pengantar Hukum Indonesia”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), h.25-26.

2 Mohd Idris Ramulyo, Asas – Asas Hukum Islam Sejarah Timbulnya Dan Berkembangnya Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), h. 39.

3Muchammad Ichsan, Pengantar Hukum Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Laboratorium Hukum Fak. Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015), h. 2.

4 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung Diponegoro: 2010), h. 546.

(29)

14

sesuai pada dalil-dalil yang sudah ada. Hukum Islam juga bertujuan sebagai maslahat atau kebaikan bagi hamba-hambaNya baik didunia maupun diakhirat nanti. Jadi hukum Islam merupakan hukum yang bersumber kemudian menjadi bagian dari agama Islam. Konsep hukum islam, dasarnya, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum islam merupakan bagian integral ajaran islam yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat Islam.5 Hukum ini tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain.

Hukum Islam sendiri dapat disimpulkan sebagai kaidah kaidah atau aturan yang berlandaskan pada alquran dan sumber-sumber lainnya. Yang pada dasarnya menjadi aturan yang dipatuhi demi mendapatkan ridho-Nya.

2. Sumber-sumber Hukum Islam

Sumber-sumberyang termasuk di dalam hukum islam antara lain adalah sebagai berikut:6

a. Al-Qur’an, sumber hukum islam yang pertama adalah al-qur’an, sebuah kitab suci umat muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Qur’an memuat kandungan-kandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran, kisah, Islam, ketentuan, hikmah dan lain sebagainnya. Al-Qur’an menjelaskan secara rinci bahwa bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang berakhlak mulia. Maka dari itulah, ayat – ayat Al-Qur’an menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu syari’at.

5 Andi Intan Cahyani, “Peradilan Agama Sebagai Penegak Hukum Islam Di Indonesia”, Al-Qadau: Jurnal Peradilan dan Hukum Kekeluargaan Islam, vol. 6, No. 1, (Juni 2019), h. 124.

http://103.55.216.56/index.php/al-qadau/article/view/9483/6676. Diakses pada (24 Juni 2019)

6 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia, vol. 17 (Jambi: Universitas Batang hari Jambi, 2017), h. 25

(30)

b. Al – Hadist, sumber hukum islam yang kedua adalah Al-Hadist, yaitu segala sesuatu yang berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist terkandung aturan – aturan yang merinci segala aturan yang masih global dalam Al-Qur’an. Kata hadist yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan Sunnah, maka dapat berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, hingga ketetapan maupun persetujuan dari Rasulullah SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum islam.

c. Ijma’, merupakan segala kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah atas sebuah perkara agama. Dan ijma yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut (setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para ulama sendiri telah berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak.

d. Qiyas, sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Qur’an, Al-Hadist dan Ijma’ adalah Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya dalam Al-Qur’an ataupun hadis dengan cara membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak diketahui hukumnya mengenai suatu kasus dalam agama Islam dan telah diketahui melalui salah satu metode untuk mengetahui permasalahan hukum tersebut, kemudian ada kasus lainnya yang sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu juga, maka hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang nashnya.

3. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam dari Syatibi ialah buat menjaga dan memperjuangkan tiga kategori hukum, yang disebutnya sebagai darurriyat, hajiyyat dan tahsiniyyat.

“ketiga kategori aturan tersebut ialah kebutuhan hidup insan dalam melaksanakan eksistensinya menjadi khalifah di bumi. Adapun kebutuhan yang dimaksud dapat dijelaskan dibawah ini, yaitu : Kebutuhan daruriyyat (utama) ialah kebutuhan primer yang harus dilindungi atau dipelihara (agama, jiwa, akal, keturunan dan

(31)

16

harta ) sebaik-baiknya sang aturan Islam agar kemaslahatan hayati insan itu benar- benar terwujud. Kebutuhan hajiyyat (sekunder) ialah kebutuhan yang diperlukan oleh insan untuk mencapai kebutuhan primer misalnya pelaksanaan hak asasi manusia. Kebutuhan tahsiniyyat (tersier) merupakan kebutuhan hayati manusia yang menunjang primer dan sekunder”.7

Tujuan umum syariat dalam menetepkan hukum ialah menegakkan kemaslahatan manusia di dalam kehidupan, menarik manfaat dan menolak kemudharatan. Tidak ada satu hukum dalam islam yang tidak mengadung kemashalatan hakiki baik itu di dunia maupun di akhirat, disinilah keistimewaan hukum syariat di dalam islam.8

4. Macam-macam Hukum Islam

Berikut ini macam-macam dari hukum islam:9

a. Wajib, adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum wajib adalah shalat lima waktu, memakai hijab bagi perempuan, puasa, melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu, menghormati orang non muslim dan banyak lagi.

b. Sunnah, ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau sederhananya perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan siksaan ata hukuman.

7 H.Ishaq, Pengantar Hukum Indonesia, h. 320.

8 Musyfika Ilyas, “Memaknai Fashion dalam Hukum Islam“, Al-Daulah: Jurnal Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum, vol. 5 no. 1 (Juni 2016), h. 140.

http://103.55.216.56/index.php/al_daulah/article/view/1446. Diakses pada (6 Juni 2016).

9 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia, vol. 17 (Jambi:

UniversitasBatanghari Jambi, 2017), h. 25-26

(32)

c. Haram, ialah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan pasti akan mendapatkan siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contoh perbuatan yang memiliki hukum haram adalah berbuat zina.

d. Makruh, ialah suatu perbuatan yang dirasakan jika meninggalkannya itu lebih baik dari pada mengerjakannya. Contoh dari perbuatan makruh itu makan bawang, merokok dan lain-lain.

e. Mubah, ialah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama antara mengerjakannya atau meninggalkannya. Contoh dari mubah adalah olahraga, membuat bisnis kerja.

4. Asas-Asas Hukum Islam

Asas-asas dalam hukum Islam berikut ini:10

a. Menghilangkan Kesulitan, Di dalam hukum islam tidak ada pembebanan yang menyusahkan dan melampaui kemampuan mereka. Di antara ayat yang menyatakan demikian adalah firman Allah dalam Qs. Al – Maidah /5: 6

جَرَح ْنِّم ْمُكْيَلَع َلَعْجَيِل ُ ٰٰاللّ ُدْيِرُي اَم Terjemahnya:

”Allah tidak ingin menyulitkan kamu”11

b. Menyedikitkan Beban, Sebagai Bukti sedikitnya beban ialah jika kita meneliti Al-Qur’an dan Hadits akan kita dapati bahwa yang diharamkan oleh Allah itu sangat sedikit dan terbatas.

c. Berangsur-angsur dalam Pembentukan hukum, Sudah menjadi hikmah Allah bahwa pemberian beban kepada para mukallaf itu dilakukan secara berangsur-

10 Muchammad Ichsan, Pengantar Hukum Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Laboratorium Hukum Fak. Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015), h. 13-22.

11 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung Diponegoro: 2010), h.108.

(33)

18

angsur. Hikmah, antara lain supaya hukum islam yang termuat di dalam Al- Qur’an dan Hadits tersebut dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik dan benar.

d. Mewujudkan Kebajikan manusia seluruhnya, Hukum Islam diwahyukan Allah untuk mewujudkan maslahat dan kebajikan manusia. Hukum Islam diturunkan Allah demi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Dalam waktu yang sama, hukum Islam itu disyariatkan agar mereka semua terhindar dari mara bahaya di dunia dan akhirat.

e. Menegakkan Keadilan, Allah SWT memerintahkan umat manusia untuk berlaku adil dan menegakkan keadilan. Hal ini karena bumi dan langit ini akan tetap tegak selama keadilan ditegakkan. Sebaiknya, jika kedzaliman yang merajalela, maka akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di atas bumi ini. Allah berfirman:Qs. An-Nahl / 16: 90:

ِءۤاَشْحَفْلا ِنَع ىٰهْنَيَو ىٰبْرُقْلا ىِذ ِئۤاَتْيِاَو ِناَسْحِ ْلْاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َ ٰٰاللّ َّنِا ُظِعَي ِيْغَبْلاَو ِرَكْنُمْلاَو

َن ْوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ْمُك Terjemahnya:

”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungk aran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”12

B. Konsep dan Implementasi Murabahah

Salah satu skim fiqih yang paling populer digunakan dalam perbankan syariah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi bay‟ al-murabahah hukumnya boleh (jawaz) dan telah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak awal tanpa ada pihak (ulama) yang mengingkarinya.

12 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2010), h. 277.

(34)

1. Pengertian Murabahah

Kata murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata al-ribh( حبرلا )yang berarti kelebihan dan tambahan dalam perdagangan. Dengan kata lain, al-ribh tersebut dapat diartikan sebagai keuntungan.13 Sedangkan pengertian murabahah secara istilah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, sehingga penjual harus tahu harga pokok dan berapa keuntungan sebagai tambahannya.14

Murabahah dalam istilah fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.15 Di dalam islam terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli, agar jual beli yang telah dilakukan sah sesuai dengan hukum syara’. Dari segi objek, barang yang diperjual belikan harus ada , jelas wujud dan sifatnya, jelas takarannya, dapat diserah terimakan, bermanfaat, serta milik sendiri. Sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.16

Ibnu Qudamah dalam mendefinisikan murabahah merupakan sebagai jual beli dengan menghitung modal ditambah keuntungan tertentu yang diketahui.17 Fiqih madzhab Syafi’i mengatakan bahwa murabahah adalah menyebutkan harga

13Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Cet IV, (Surabaya: Pustaka Progresiff, 1997), h. 463.

14Darsono, dkk, Perbankan Syariah di Indonesia: Kelembagaan dan Kebijakan serta Tantangan ke Depan, Cet 1 (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h. 221.

15Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah ” Cet.1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h. 82

16 Ashabul Kahfi dan Nurapriani, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Gabah Dengan Pembayaran Sebelum Panen”, Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah, vol. 2 no. 2 (September 2020), h. 48. http://journal.uin- alauddin.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/16307/10757. Diakses pada (5 November)

17 Muhammad basir, Sistem Dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Pres, 2005), h. 24.

(35)

20

pokok yang dibeli kepada orang yang akan membeli, dengan memberi syarat supaya barang tersebut diebri untung.18

Akad Murabahah dalam praktik perbankan syariah menggunakan jenis pembayaran albai‟ bitsaman „ajil, yaitu jenis pembayaran secara tangguh atau cicilan.19 Jadi, murabahah merupakan salah bentuk transaksi jual beli yang amanah, dimana bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli dan dimana harga jual dari bank tersebut disetujui oleh pembeli. Atau dengan singkatnya jual beli murabahah adalah jual beli produk barang pada asal dengan tambahan keuntungan yang disepakatinya . 20

Pendapat lain menyatakan bahwa murabahah adalah jual beli dengan adanya informasi dari pihak penjual terkait dengan harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan yang diinginkan. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli amanah (atas dasar kepercayaan) sehingga harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan harus diketahui secara jelas.21 Memahami definisi diatas dapat Penulis simpulkan bahwa murabahah ini adalah jual beli dengan harga jual sama dengan harga pokok pembelian ditambah dengan harga jual sama dengan harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat keuntungan tertentu yang disepakati kedua belah pihak.

Produk yang dijual dan harganya sudah diketahui. Jika keduanya tidak diketahui atau salah satu darinya belum diketahui, maka jual beli atau murabahah ini tidak sah karena di dalamnya terdapat ketidakjelasan. Produk adalah barang atau jasa yang terkait dengan kegiatan, makanana, minuman, obat, kosmetik dan sebagainya yang dimanfaatkan oleh masyarakat, dan produk yang halal merupakan

18Idris Ahmad, Fiqih Menurut Syafi’I, Jilid II (Jakarta: Widjaya 1969), h. 30.

19Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.

302.

20Ahmad Ifhan Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 141-142.

21 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.104

(36)

produk yang telah sesuai dengan syariat islam.22 Untuk mengetahui produk yang dijual cukup dengan melihatnya, meskipun jumlahnya belum diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad.23

2. Landasan hukum Murabahah

Landasan hukum murabahah adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000, bahwa dalam rangka membantu masyarakat guna melangsungkan meningkatkan kesejahteraan dan berbagai kegiatan, bank syariah perlu memiliki fasilitas murabahah bagi yang memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harganya lebih sebagai laba.

Sebenarnya Al-Qur’an dan Hadist Nabi tidak pernah secara langsung membicarakan tentang murabahah, tapi yang dibicarakan secara langsung itu adalah jual-beli, laba, rugi, dan perdagangan. Al-Qur‟an menetapkan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan yang buruk, pantas dan tidak pantas. Biasanya hal itu tidak diteruskan pada tingkat sekunder (sunnah dan makruh).24 Oleh karena itu, yang menjadi Landasan Syariah dan yang digunakn dalam murabahah adalah landasan prinsip jual-beli dengan sistem pembayaran yang ditangguhkan. Yang menjadi landasan syariahnya,yaitu :

a. Al-Qur’an

1) Q.S An-Nisa/4 : 29

22 Musyfika Ilyas, “Sertifikasi dan Labelisasi Produk Halal Perspektif Maslahat“, Al- Qadau: Jurnal Peradilan dan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum, vol. 4 no. 2 (Desember 2017), h. 362. http://103.55.216.56/index.php/al-qadau/article/view/5682. Di akses pada (1 Juni 2021

23 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid V, (Jakarta : Cakrawala Publishing, 2009), diterjemahkan oleh Kahar Masyur, “Haji Jilid V”, (Jakarta : Kalam Mulia ), h. 171.

24 Nur Taufiq , Syariah: “Antara Hukum dan Moral“, Ar-Risalah: Jurnal Ilmu Syariah dan

Hukum, vol. 20 no. 1 (Mei 2020), h. 89.

http://103.55..216.56/index.php/al_risalah/article/view15782. Diakses pada (30 Mei 2020)

(37)

22

اَهُّيَآٰي ْنِّم ضاَرَت ْنَع ًةَراَجِت َنْوُكَت ْنَا ٓ َّلِْا ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْمَا ا ْٓوُلُكْأَت َلْ اْوُنَمٰا َنْيِذَّلا َ ٰٰاللّ َّنِا ۗ ْمُكَسُفْنَا ا ْٓوُلُتْقَت َلَْو ۗ ْمُك

اًمْيِحَر ْمُكِب َناَك Terjemahnya:

”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”25

2) Q.S Al-Baqarah/2 : 275:

ۗاوٰبِّرلا َمَّرَحَو َعْيَبْلا ُ ٰٰاللّ َّلَحَاَو Terjemahnya:

”Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.26

Dari penjelasan ayat tersebut dapat kita pahami mengenai Riba’ yang dimaksud dalam ayat ini Riba’ nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab pada zaman jahiliyah. Adapun orang yang mengambil Riba’ tidak akan tentram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan. Riba’ yang su dah diambil sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan, kemudian ada hadist menjelaskan tentang pembiayaan murabahah yaitu :

b. Al-Hadist

1) HR. Al-Baihaqi

يقهيبلا هاور – ٍضاَرَت ْنَع ُعْيَبْلا اَمَّنِإ

Artinya :

Sesungguhnya jual beli (harus) atas dasar saling ridha (suka sama suka).

25 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2010), h. 84

26 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2010), h. 48

(38)

Dasar hukum islam untuk menentukannya hukumnya selalu merujuk pada Al-Qur’an yang diturunkan dan sudah lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia di muka bumi ini.27

c. Ijma’

Umat manusia telah menyepekati kebenaran jual beli, karena manusia saling membutuhkan apa yang dimiliki orang lain. Jual beli adalah cara untuk mendapatkan apa yang legal, sehingga mudah bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dari dasar hukum diatas murabahah diperbolehkan dan tidak bertentangan dengan hukum Islam, serta memudahkan pembeli untuk memperolehnya. Dari landasan hukum diatas murabahah diperbolehkan dan tidak bertentangan dengan syariat islam, serta memudahkan pembeli untuk mendapatkannya.28

d. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.4 tahun 2000

Fatwa DSN MUI No.4 tahun 2000 menetapkan tentang Murabahah ketentuan murabahah dalam Bank Syariah

1) Bank dan nasabah yang melakukan akad harus bebas dari riba.

2) Barang yang diperdagangkan harus halal.

3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga barang yang spesifikasinya telah disepakati.

4) Bank membeli barang yang dibutuhkan nasabah atas nama bank, dan pembelian tersebut harus sah dan bebas riba.

5) Bank harus mengirimkan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang, misalnya pembelian melalui hutang.

27 Nur Taufiq Sanusi, dkk, “Sistem Pengawasasan Otoritas Jasa Keuangan pada Perbankan Syariah dalam Perpektif Hukum”, Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum, vol. 2 no. 2 (September 2020), h. 2 http://103.55.216.56/index.php/iqtishaduna/article/view/15551. Diakses pada (1 November 2020)

28 Yenti Afrida, Analisis Pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah, h. 8

(39)

24

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pembeli) dengan harga jual dengan harga beli ditambah keuntungan karena secara jujur menginformasikan kepada nasabah mengenai harga pokok dan biaya-biaya lainnya.

7) Nasabah membayar dengan harga yang disepakati dan jangka waktu yang disepakati anatara Bank dan nasabah.

8) Untuk mengetahui penyalahgunaan kontrak (akad), Bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

Ketentuan murabahah kepada nasabah :

1) Nasabah mengajukan permohonan dan berjanji untuk membeli barang atau aset.

2) Jika bank menerima permintaan tersebut, bank harus secara sah membeli barang atau aset yang dipesan oleh nasabah dari pedagang.

3) Bank kemudian menawarkan kepada nasabah atas aset dan nasabah harus menerima atau membeli sesuai dengan janji yang disepakati, karena janji tersebut mengikat secara hukum, kedua belah pihak harus megadakan perjanjian jual-beli.

4) Dalam jual beli ini, bank dapat menerima nasabah untuk menandatangani kontrak pesanan pertama untuk membayar uang muka.

5) Jika nasabah kemudian menolak untuk membeli barang, biaya bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung bank, bank dapat meminta sisa kerugian kepada nasabah.

7) Jika uang muka memaki kontrak uang muka, maka

a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang, dia tinggal membayar sisa harga.

b) Jika nasabah membatalkan pembelian, uang muka bank menjadi bagian dari jumlah maksimum bank sebagai akibat dari pembatalan,

(40)

dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah harus membayar kekurangannya.29

3. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu :30

a. Pelaku, adalah cukup hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.

b. Objek Jual beli, harus memenuhi :

1) Barang yang diperjual belikan adalah barang halal maka semua barang yang diharamkan oleh Allah swt, tidak dapat dijadikan sebagai objek jual beli, karena barang tersebut dapat menyebabkan manusia bermaksiat/melanggar larangan Allah.

2) Barang yang diperjual belikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai.

3) Barang tersebut dimiliki oleh penjual, jual beli atas barang yang dimiliki oleh penjual adalah tidak sah karena bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas barang yang bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan jika mendapat izin dari pemilik barang.

4) Barang tersebut dapat disebabkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di masa depan.

29Fatwa DSN MUI No.4 tahun 2000

30Sri Nurhayati Wasilah, Akutansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), h. 179-182

(41)

26

5) Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh pembeli sehingga tidak ada gharar (kepastian).

6) Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas, sehingga tidak ada gharar.

7) Harga barang tersebut jelas, harga atas barang yang di perjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual, berikut cara pembayaranya tunai maupun tangguh sehingga jelas dan tidak ada gharar.

8) Barang yang diakadkan ada ditangan penjual, barang dagangan yang tidak berada ditangan penjual akan menimbulkan ketidak pastian (gharar) pembeli menjual kembali barang yang dia beli sebelum serah terima, dapat diartikan ia menyerahkan uang pada pihak lain dengan memperoleh uang lebih banyak.

c. Ijab Kabul

Pernyataan dan ekspresi saling ridho/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespendensi atau cara-cara komunikasi modern. Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syari’ah maka kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatanya atas barang yang diperjual belikan menjadi halal demikian sebaliknya. Sedangkan syarat- syaratnya adalah sebagai berikut :31

1) Penjual memberitahu harga pokok kepada pembeli;

2) Kontrak harus sah sesuai dengan rukuk yang ditetapkan;

3) Kontrak harus bebas dari riba;

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi catat atas barang sesudah pembelian;

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

31 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, h. 122

Referensi

Dokumen terkait

Gapoktan pada hakekatnya bukanlah lembaga dengan fungsi yang baru sama sekali, namun hanyalah lembaga yang dapat dipilih di samping lembaga-lembaga lain yang

Fenomena ini ditemukan di beberapa kabupaten seperti Bangka Selatan, Belitung Timur, Bangka, Bangka Tengah, dan Bangka Barat.Konflik sosial budaya yang cukup dominan

Ya, yang pasti adalah orang Kristen yang malas tidak lagi bisa membedakan manakah ajaran yang merupakan ajaran dari Alkitab dan mana yang merupakan ajaran dari hasil

Dari usia pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif dapat di amati bahwa pada kelompok usia 15-24 tahun yang terbanyak adalah probable gangguan kognitif yaitu 4,5%, pada

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) 90% media yang ada di sekolah digunakan dengan maksimal; (2) media yang tidak pernah digunakan sama sekali adalah alat lego robotik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulan sebagai berikut: (a) pengetahuan masya- rakat tentang makna nanasi sebagai simbol persatuan

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti memaparkan bahwa partikel de tidak lagi berfungsi sebagai nomina melainkan menegaskan bahwa verba yang mendahuluinya