• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMAN KRISTEN DAN RELATIVISME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMAN KRISTEN DAN RELATIVISME"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 

IMAN KRISTEN DAN RELATIVISME

Sonny Prayitno

Apa itu Relativisme?

Perlu diketahui oleh pembaca, bahwa sekarang ini kita hidup di suatu masa yang disebut dengan modernisme. Salah satu ciri khas era post-modernisme adalah relativisme. Oleh karena di belakang kata terdapat kata isme atau ism, maka relativisme dapat diartikan sebagai ajaran yang

mengajarkan bahwa segala sesuatu tidak ada yang mutlak (relativ).

Pengaruh Relativisme

Barangkali banyak di antara kita hingga saat ini hanya sedikit saja yang sadar terhadap bahaya relativisme ini. Pengaruh relativisme ini sedang melanda umat manusia seluruh dunia di era post-modernisme saat ini, bahkan telah menyusup ke dalam gereja! Berikut ini, penulis akan memberikan beberapa contoh.

Pernahkah pembaca mengalami hal seperti ini: apabila kita menasihati seseorang secara pribadi (empat mata) dengannya karena pada waktu ujian ia menyontek (mencontoh), bukannya ucapan terima kasih bahwa ia telah disadarkan terhadap kesalahannya, tetapi malah kemarahan bahkan umpatan yang diberikan. "Ini adalah urusanku sendiri, hakku sendiri.

Lebih baik kamu mengurusi dirimu sendiri saja dan jangan mencampuri urusan orang lain", begitu kira-kira jawaban yang diberikan. Padahal

contoh diatas merupakan nasihat dari maksud baik kita tetapi ditanggapi secara tidak baik. Jadi, dari sini kita melihat adanya relativisme:

Kebenaranmu bukanlah kebenaran saya, kebenaranmu adalah kebenaranmu dan kebenaran saya adalah kebenaran saya. Apa yang kamu anggap benar, belum tentu orang lain setuju dengan anggapanmu itu.

(2)

Page 2 

Jadi, jangan memaksakan apa yang kamu anggap benar kepada orang lain. Jika demikian, dengan berdasarkan apa kita berhak berkata sesuatu

itu benar dan sesuatu itu tidak benar?

Contoh lain, Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan hanya dalam Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 14:6, Kis. 4:12) atau dengan kata lain bahwa di luar Yesus tidak ada keselamatan bagi manusia. Akan tetapi banyak orang dari kalangan luar Kristen bahkan ada orang Kristen yang kurang dibina kerohaniannya berpendapat bahwa: "Semua agama itu baik. Agama

Kristen baik, agama Islam baik, agama Hindu baik, agama Buddha baik, Taoisme baik dan semua agama adalah baik. Semua ajaran agama membawa orang menuju kebaikan dan kalau diamalkan dapat menuju keselamatan." Jika Alkitab yang merupakan kitab suci orang Kristen

mengajarkan keselamatan hanya atau satu-satunya dalam Yesus maka orang-orang yang menjadi pengikut relativisme tidak akan setuju, sebab kata hanya atau satu-satunya keselamatan dalam Yesus dianggap sebagai pemaksaan dan kesombongan rohani yang luar biasa. "Jangan

menganggap agamamu yang paling baik, sebab agama lain juga baik",

begitu kata para pengikut relativisme. Lalu berdasarkan apa kita berhak mengatakan bahwa sesuatu itu mutlak dan sesuatu itu tidak mutlak?

Kita tentu sering mendengar kata-kata bahwa segala sesuatu jangan

berlebihan, yang sedang-sedang saja. Misalnya:

o kalau makan jangan banyak-banyak dan jangan pula sedikit, jadi yang sedang-sedang saja. Sebab kalau makan terlalu banyak bisa sakit perut, dan kalau makan terlalu sedikit tidak bisa mengimbangi kebutuhan kalori untuk aktifitas sehari-hari. o Soft drink yang mengandung soda tidak baik untuk kesehatan,

tetapi kalau sekali-kali tidak apa-apa asal jangan terlalu sering. o Tidur memang baik untuk kesehatan, tetapi tidur terlalu lama

tidak baik untuk kesehatan.

o Olah raga memang baik untuk kesehatan, tetapi olah raga yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan.

(3)

Page 3  o Memakan makanan yang berlemak (misalnya daging babi,

jerohan, usus) tidak baik untuk kesehatan, tetapi kalau tidak terlalu sering tidak apa-apa.

o Merokok tidak baik untuk kesehatan, tetapi kalau tidak terlalu sering tidak apa-apa.

o Kalau mencintai pacar jangan terlalu sungguh-sungguh sebab kalau putus cinta dapat menyebabkan sakit hati yang tak akan terlupakan seumur hidup, jadi berpacaran yang biasa-biasa saja tidak perlu terlalu serius.

o Mengkonsumsi obat jangan terlalu banyak dan sering, sebab bisa menyebabkan kuman menjadi kebal.

o Berjemur sinar matahari di pagi hari memang baik, tetapi jangan terlalu lama sebab ozon sudah bolong sehingga bisa menyebabkan kanker.

o Beragama tidak perlu fanatik, sebab bisa membuat kita menjadi munafik: "mana ada orang yang tidak berbuat salah?" begitu pendapat mereka. Ada juga pendapat seperti ini: "Malah

banyak orang yang beragama dan aktif dalam pelayanan justru lebih berani berbuat dosa. Jadi, beragama jangan fanatik, yang biasa-biasa saja."

Pokoknya semuanya serba yang sedang-sedang saja, yang biasa-biasa saja, tidak perlu berlebihan, tidak usah terlalu fanatik. Bukankah ini relativisme? Sadar atau tidak sadar, kita mungkin telah menganut pemikiran "yang sedang-sedang saja", dan bila masuk ke dalam ajaran gereja tentu akan membentuk banyak orang Kristen berkerohanian yang biasa-biasa saja. Membaca Alkitab tidak usah banyak-banyak, yang sedang-sedang saja. Ibadah cukup hari Minggu saja, itu pun tidak usah terlalu sering. Banyak orang Kristen yang telah menjadi pengikut dari pemikiran ini. Ada tertulis dalam Alkitab:

Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Luk. 9:23, TB-LAI)

Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias. (Kis. 5:42, TB-LAI)

(4)

Page 4 

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Rm. 12:2, TB-LAI)

Beberapa kutipan di atas menunjukkan bahwa kalau menjadi orang Kristen sejati mau tidak mau juga harus menjadi fanatik, artinya adalah menghayati secara mendalam ajaran agama. Menjadi seorang Kristen sejati tidak bisa dengan setengah hati dengan menjalankan tugas dan kewajibannya secara "yang sedang-sedang saja", tetapi harus dengan kesungguhan hati dan rela berkorban.

Contoh lain faham relativisme yang telah menyusup masuk ke dalam gereja tanpa disadari adalah orang Kristen zaman ini semakin malas membaca Alkitab, walaupun di gerejanya sudah diadakan program membaca seluruh Alkitab selama setahun. Jika diminta tunjuk jari, siapa yang telah tamat membaca Alkitab, maka tidak ada 5% jemaat yang pernah tamat membaca Alkitab, walaupun selama bertahun-tahun menjadi orang Kristen. Orang Kristen zaman sekarang sudah tidak merasa berdosa jika tidak membaca Alkitab. Orang Kristen zaman sekarang lebih senang duduk dan diam mendengarkan khotbah daripada membaca Alkitab sendiri di rumah. Oleh karena membaca Alkitab saja sudah malas, apalagi naik ke tahap berikutnya tentu lebih malas lagi yaitu belajar dan menelaah Alkitab secara serius. Lalu apakah ada dampak dari kemalasan ini? Ya, yang pasti adalah orang Kristen yang malas tidak lagi bisa membedakan manakah ajaran yang merupakan ajaran dari Alkitab dan mana yang merupakan ajaran dari hasil sinkritisme (mencampur aduk ajaran Kristen dengan ajaran lainnya, misalnya ilmu kebatinan, perdukunan, Buddhisme, dsb.). Orang Kristen yang malas menelaah Alkitab akan langsung menelan setiap ajaran, tanpa peduli apakah suatu ajaran berdasarkan ajaran Alkitab atau perkataan manusia. Penulis yakin, setiap orang Kristen ingin agar serupa seperti Kristus. Untuk menjadi serupa seperti Kristus maka orang Kristen perlu mengetahui kehendak dan rencana Allah. Kehendak dan rencana Allah itu terutama kita dapatkan dari Alkitab. Oleh karena itu perlu untuk membaca Alkitab secara urut dari Kejadian hingga Wahyu yang membutuhkan waktu kira-kira selama satu tahun. Para hamba Tuhan pun

(5)

Page 5  dalam beberapa khotbah berkali-kali mengingatkan jemaat agar mempunyai kerinduan membaca Alkitab secara urut sampai tamat, tetapi banyak orang Kristen yang tetap saja meremehkannya. Dari contoh ini sekali lagi kita melihat adanya relativisme: para pemimpin Kristen menyerukan bahwa membaca Alkitab penting, maka orang Kristen menganggap tidak penting, bukankah ini relativisme?!

Daud menulis dalam kitab Mazmur:

"Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu. Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan." (Mzm. 119:15-16, TB-LAI)

Alkitab sendiri bersaksi tentang pentingnya merenungkan dan mengamat-amati firman-Nya, namun orang Kristen zaman sekarang menganggapnya tidak penting. Bukankah ini bukti relativisme telah menyusup ke dalam gereja?

Contoh lain, hingga saat ini kita menjumpai banyak aliran-aliran gereja dengan masing-masing pengajarannya yang berbeda-beda satu sama lainnya. Misalnya, gereja Pantekosta dan Kharismatik sangat menekankan berbahasa lidah. Namun, gereja yang berlatar belakang Calvinist bertolak belakang dengan pandangan demikian. Jadi, dari contoh ini kita melihat ada dua ekstrim pandangan, yang satu mengharuskan berbahasa lidah dan yang satunya menolak. Masing-masing mempunyai argumentasi memiliki dasar Alkitab. Tidak tuntasnya jawaban terhadap masalah ini akibatnya banyak orang Kristen yang mengalami kebingungan: ajaran mana yang benar? Contoh lain adalah ajaran yang mengatakan bahwa baptisan yang alkitabiah adalah harus diselam dan baptisan percik tidak sah. Lalu banyak orang Kristen yang semula dibaptis percik lalu dibaptis lagi (dibaptis ulang seperti ajaran anabaptis) dengan cara selam. Namun, baik gereja yang mengajarkan baptisan selam maupun percik masing-masing mengaku bahwa ajarannya berdasarkan Alkitab. Lalu mana yang benar? Dari kedua contoh diatas tentang pandangan yang saling-bertolak belakang tentu menimbulkan pertanyaan: jika dasarnya sama-sama Alkitab tetapi

(6)

Page 6  mengapa ajarannya bisa saling bertolak-belakang? Terhadap hal ini bermunculan banyak orang Kristen yang frustasi berpandangan: "Semua

gereja sama saja, asalkan gereja masih percaya kepada Yesus." Atau ada

juga pandangan: "Kita jangan menekankan perbedaan, kita cari

persamaannya saja." Pandangan ini merupakan bukti yang tidak bisa

dibantah bahwa sinkritisme bukan hanya terjadi dengan memandang semua agama di dunia ini sama saja, tetapi juga memandang bahwa semua

ajaran dari aliran-aliran Kristen sama saja. Banyak orang Kristen zaman

sekarang mempunyai pemikiran ini: Katholik baik, Calvinist baik, Advent

baik, Pantekosta dan Kharismatik baik, Kristen Orthodox baik. Semua ajaran Kristen sama saja, pokoknya semua gereja sama saja. Memang

gereja dibangun atas Kristus sebagai kepala gereja, tetapi harus kita ingat bahwa tidak mungkin gereja dibangun tanpa doktrin / pengajaran. Jika masing-masing gereja dibangun dengan doktrin yang bertolak-belakang maka mau tidak mau kita harus mengakui memang ada perbedaan yang paling mendasar, yaitu pandangan iman (statement of faith) memang berbeda. Ada yang percaya tentang keharusan berbahasa lidah, ada yang menolak. Ada yang melakukan baptisan selam, ada yang dipercik. Ada yang mengakui kitab Apocrypha, ada yang menolak. Ada yang percaya Alkitab adalah satu-satunya wibawa tunggal dan mutlak bagi gereja, ada yang percaya Alkitab tidak cukup tetapi harus juga dari tradisi atau perlu ditambah dengan wahyu-wahyu baru. Jika yang satu benar dan yang

lain juga benar, maka kebenaran ada berapa? Ada dua kebenaran? Dari dua kebenaran itu manakah yang benar-benar kebenaran? Keduanya adalah kebenaran? Lalu manakah yang mutlak benar? Tidak ada mutlak, karena keduanya kebenaran? Atau, kedua kebenaran itu mutlak benar? Jika tidak ada yang mutlak benar atau ada lebih dari satu yang mutlak benar, bukankah ini relativisme?!!! Jadi bagaimana, kebenaran ada berapa? Mutlak harus ada satu kebenaran. Jika memang

kenyataannya berbeda, lalu adanya pandangan yang mengatakan bahwa semua gereja sama saja, bukankah ini relavitisme?

(7)

Page 7  Yesus memperingatkan pada Yoh. 8:44, bahwa iblis adalah bapa segala dusta. Strategi iblis dalam menipu manusia dengan faham relativisme dapat kita pelajari dari kisah kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa.

"tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati’. Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Sekali-kali kamu tidak akan mati," (Kej. 3:3-4, TB-LAI)

Dari ayat 3 kita melihat bahwa Allah melarang memakan ataupun meraba buah itu sebab jika dilanggar akan mati. Tetapi di ayat 4 iblis membantah: "Sekali-kali kamu tidak akan mati". Dari kisah ini kita dapat belajar bahwa nenek moyang kita yaitu Adam dan Hawa (bukan monyet) telah jatuh kedalam dosa akibat melanggar firman Allah. Firman Allah yang mutlak yang berkata bila melanggar kamu akan mati, telah dimanipulasi iblis menjadi tidak mutlak (relativ): sekali-kali kamu tidak akan mati. Rupanya strategi iblis selama berabad-abad adalah menipu manusia dengan ajaran bahwa tidak ada yang mutlak (relativ). Dan di era post-modernisme ini iblis sangat gencar melaksanakan strategi lamanya yang telah diperbarui namun tetap sama intinya, yaitu faham tidak ada yang mutlak (relativisme).

Adakah yang mutlak? Yesus berkata: "…Firman-Mu adalah kebenaran" (Yoh 17:17, TB-LAI). Inilah kemutlakkan itu: Firman Allah adalah kebenaran. Kemutlakan bersumber dari Allah. "Akulah jalan dan

kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh. 14:6, TB-LAI). Inilah firman Allah yang

adalah kebenaran mutlak itu, bahwa Allah yang mutlak datang menyatakan diri-Nya kepada manusia berdosa.

Kesimpulan

• Faham relativisme yang mengajarkan tidak ada yang mutlak adalah bukan ajaran Alkitab tetapi dari strategi iblis yang hendak mengubah Firman Allah yang mutlak menjadi tidak mutlak.

(8)

Page 8  • Seseorang yang menganut faham relativisme dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, sebab ketegasan dalam bersikap terhadap sesuatu hal tidak akan dapat ditemui dari penganut relativisme.

• Relativisme di kalangan umat Kristen dapat dihindarkan dengan rajin membaca dan mempelajari Alkitab secara bertanggung-jawab dan bersandar penuh pada kedaulatan Allah. Dengan senantiasa melakukannya maka orang Kristen akan mendapatkan pertumbuhan iman dan memiliki kepekaan rohani sehingga dapat membedakan mana ajaran Alkitab dan mana yang bukan.

Created on February 17, 2000

Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari

Referensi

Dokumen terkait

Diabetes Melitus tipe 1 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah akibat destruksi (kerusakan) sel beta pankreas ( kelenjar

Selain menggunakan lembar wawancara yang juga sudah dilakukan sebelumnya, peneliti juga menggunaan dokumentasi untuk melengkapi data implementasi nilai- nilai PPK

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan 1) untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan praktikum biologi kelas X pokok bahasan hewan tak bertulang

Pada kasus menahun , dapat terjadi pelebaran tulang tengkorak yang mirip dengan yang terlihat dalam anemi hemolitik congenital,anak dengan defisiensi besi mungkin gemuk atau

Turbin Gorlov Helikal adalah jenis turbin yang baru dikembangkan pada tahun 1995, mengubah energi kinetik yang dihasilkan oleh arus aliran menjadi energi

2 Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi Kabupaten Samosir dilihat dari basis ekonomi, mengetahui potensi daerah yang dapat dikembangkan di

Berdasarkan informasi laporan tahunan Astra diketahui jumlah rasio laba bersih per saham dari tahun 2009-2013 mengalami peningkatan dengan persentase