• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Partikel ni Bahasa Jawa Kuna dalam Teks Ādiparwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fungsi Partikel ni Bahasa Jawa Kuna dalam Teks Ādiparwa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Fungsi Partikel

ni

Bahasa Jawa Kuna dalam Teks

Ādiparwa

Bangkit Ria Irawan Dwi Puspitorini

Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

bangkit.irawan79@gmail.com dwi.puspitorini@ui.ac.id

Abstrak

Skripsi ini membahas tentang fungsi partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno. Langkah awal penulisan skripsi ini adalah penulis membaca keseluruhan teks Ādiparwa kemudian mencari, mengumpulkan dan mengelompokan data sesuai kata yang mendahului partikel ni. Temuan data dalam teks Ādiparwa diuraikan secara sintaksis serta didukung oleh referensi yang membahas tentang partikel ni. Hasil dari analisis menjelaskan tentang fungsi partikel ni yang didahului oleh nomina, verba dan partikel de. Hasil ini menunjukan fungsi partikel ni yang sebagai pemarkah, preposisi, dan preposisi majemuk. serta menjelaskan ciri khusus partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno.

Abstract

This thesis discusses the function of particles ni in the Old Javanese language. The first step of this thesis is the author read the entire text Ādiparwa then searched collected and classified data according to the word that precedes the particle ni. The results of the data in the text Ādiparwa describe using syntac theory and supported by references that discuss particle ni. The results of the analysis describes the function of the particle ni, which is preceded by the noun, verb and particle de. These results show that as a function of particle ni markers, prepositions, and compound prepositions. and explain the special characteristics of particles ni in the Old Javanese language.

Keyword :

(2)

Pendahuluan

Bahasa Jawa Kuno memiliki sejumlah partikel yang memerlukn penelitian mendalam untuk memehami fungsinya. Salah satu partikel yang terdapat dalam Bahasa Jawa Kuno adalah partikel ni. Partikel ni sebelumnya pernah dibahas oleh P. J. Zoetmulder dan Harimurti Kridalaksana beserta L. Mardiwarsito. Namun, pembahasan tentang partikel ni tersebut belum mendalam karena hanya menyoroti partikel ni. Zoetmulder membahas tentang partikel ni hanya menyoroti nomina yang mengikutinya, sedangkan kata yang mendahului partikel ni tidak mendapat perhatian Zoetmulder sehingga menurut Zoetmulder fungsi partikel ni sebagai penanda kata ganti. Berbeda dengan Zoetmulder, Harimurti dan Mardiwarsito membahas tentang partikel ni dengan menyoroti nomina yang mendahului partikel ni dan nomina yang mengikuti partikl ni, kenyataanya dalam Bahasa Jawa Kuno partikel ni tidak hanya didahului oleh nomina, tetapi juga didahului oleh verba dan partikel de. Berdasarkan hal tersebut penulis memilih partikel ni untuk diteliti. Permasalahan yang diambil adalah apa fungsi partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno. Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menjelaskan fungsi partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno.

Tinjauan Teoritis

Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pembahasan ini digunakan teori sintaksis yang berkaitan dengan frasa, klausa, fungsi sintaksis, kategori sintaksis dan peran sintaksis. Abdul Chaer (2007:222) menjelaskan bahwa frasa sebagai satuan gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis. Klausa menurut Kentjono dan Sihombing, (2005:131) dibagi menjadi dua yaitu klausa bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri menjadi kalimat dan klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri menjadi kalimat. Menurut Menurut Abdul Chaer (2007 : 207) secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan fungsi S (subjek), P (predikat), O (objek), dan K (keterangan). Ketiga fungsi tersebut membentuk sebuah kalimat yang sudah memiliki arti. Menurut Verhaar (2010 : 171) kategori adalah apa yang sering disebut dengan kelas kata seperti nomina, verba, adjektiva, adposisi (artinya, preposisi atau

(3)

posposisi). Harimurti (2002 : 59) menyebutkan bahwa peran adalah hubungan di antara tiap argumen predikator disebut peran. Frasa digunakan sebagai lingkup penelitian dalam meneliti fungsi partikel ni. Klausa digunakan sebagai lingkup data dalam penelitian. Fungsi sintaksis digunakan untuk menjelaskan fungsi yang dimiliki oleh frasa yang mendapat kehadiran partikel ni dalam lingkup klausa. Kategori digunakan untuk menganalisis fungsi partikel ni. Peran sintaksis digunakan untuk mengetahui peran yang dimiliki kata yang mendahului dan mengikuti partikel ni dalam menentukan fungsi partikel ni.

Metode Penelitian

Data penelitian berupa klausa yang mengandung partikel ni diambil dari teks Ādiparwa suntingan H. H. Juynboll. Metode penelitian yang digunakan dalam pengumplan data penelitian adalah metode simak dan teknik catat. Sudaryanto (1988:2), menjelaskan bahwa disebut metode simak karena memang berupa penyimakan, dilakukan dengan menyimak yaitu menyimak penggunaan bahasa. Maksud dari menyimak dalam konteks ini adalah membaca. Sudaryanto (1988:4-5) menjelaskan bahwa teknik catat adalah pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan itu dapat menggunakan salah satu dari tiga macam transkripsi yang ada, yaitu transkripsi ortografis, sedangkan kartunya dapat berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apapun, asalkan sesuai dengan satuan lingual yang menjadi objek sasarannya, sesuai dalam arti mampu memuat, memudahkan pembacaan, dan menjamin keawetan. Peneliti membaca keseluruhan Ādiparwa untuk mencari data yang diperlukan dalam penelitian. Peneliti menyimak data yang mendapat kehadiran partikel ni dalam teks Ādiparwa. Selanjutnya, peneliti mengambil data partikel ni kemudian mengelompokkannya berdasarkan kategori sintaksis kata yang mendahuluinya. Pada tahap analisis data, peneliti meneliti setiap kelompok data partikel ni dan menentukan frasa yang mengandung partikel ni kemudian menganalisis partikel ni tersebut.

(4)

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno didahului oleh kategori kata yang berbeda. kategori kata tersebut berupa nomina, verba dan partikel de. Oleh karena itu, berdasarkan kategori kata tersebut partikel ni hadir pada konstruksi berupa frasa nominal (nomina + ni + nomina), frasa preposisional (verba + ni + nomina), dan bagian dari frasa preposisional partikel de (de + ni + nomina). Partikel ni dalam konstruksi frasa tersebut mempunyai fungsi yang berbeda. Pada konstruksi frasa nominal partikel ni berfungsi sebagai pemarkah kepemilikan. Pada konstruksi frasa preposisional partikel ni berfungsi sebagai preposisi. Pada konstruksi frasa preposisional yang merupakan bagian dari partikel de, partikel ni berfungsi sebagai preposisi majemuk.

Pembahasan

1. Kategori Nomina

Partikel ni yang didahului oleh kata berkategori nomina pada dasanya merupakan bagian dari frasa nominal berunsur N-N yang menyatakan kepemlikan. Pola strukturnya adalah

P S

(1) Mahuripa // ta // strî ni nghulun [Ad 22:8 ]

ma-hurip-a ta strî ni nghulun akan hidup PAR istri PAR saya ‘akan hidup istri saya’

Pada contoh (1), partikel ni didahului oleh nomina1 (strî) dan diikuti oleh nomina2 (nghulun). Segmentasi berdasarkan fungsi sintaksis yang dilakukan terhadap kalimat (1)

memeperlihatkan bahwa strî ni nghulun. Merupakan satu kesatuan yang mengisi satu fungsi sintaksis

yaitu S. Dengan demikian, partikel ni berada pada konstruksi frasa nominal berusur N1-N2.

Polanya adalah N1-ni-N2.

Strî / ni / nghulun istri partikel saya

N1 N2

(5)

‘istri saya’

Fungsi partikel ni adalah sebagai penanda bahwa hubungan makna antarunsur pada frasa nomina menyatakan kepemilikan. Pada contoh di atas dapat dijelaskan bahwa kata strî sebagai nomina pertama sedangkan nghulun sebagai nomina kedua. Termilik pada contoh tersebut adalah strî dan pemilik adalah nghulun. Sebagai termilik, strî adalah milik dari nghulun, sedangkan sebagai pemilik nghulun adalah yang memiliki strî. Pada contoh di atas partikel ni berelasi dengan kata ‘strî’ di sebelah kanannya dan nghulun di sebelah kirinya. Penjelasan tersebut unsur yang membentuk frasa nominal adalah nomina dan nomina. Partikel ni hadir pada konstruksi frasa nominal tersebut. Partikel ni pada konstruksi nomina yang termilik dan nomina yang menyatakan kepemilikan mengakibatkan kehadiran partikel ni pada konstruksi tersebut sebagai pemarkah kepemilikan yaitu memarkahi antara termilik (N1) dan

pemilik (N2). Dendan demikian, jelaslah bahwa pada konstruksi frasa nominal berunsur N1

dan N2, partikel ni berfungsi mengeksplisitkan makna yang dinyatakan oleh frasa nominal

tersebut yaitu kepemilikan. Pengamatan terhadap data memperlihatkan bahwa makna kepemilikan yang dieksplisitkan oleh partikel ni dapa berarti (i) N1 adalah milik N2, contohnya

Strî / ni / nghulun istri partikel saya

N1 N2

termilik pemarkah pemilik

‘istri saya’

(ii) N1 adalah bagian dari N2, contohnya

tutuk ni nghulun mulut partikel saya

N1 N2

termilik pemarkah pemilik

Pada kedua contoh tersebut untuk mengetahui fungsi partikel ni dalam frasa nomina harus melihat relasi dengan nomina yang mendahului dan mengikutinya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa partikel ni berelasi dengan nomina yang mendahului dan mengikutinya. Partikel ni tersebut hadir untuk menjelaskan hubungan kepemilikan antara N1

dan N2. Partikel ni tersebut berfungsi sebagai pemarkah hubungan kepemilikan tersebut

(6)

Partikel ni yang berfungsi sebagai pengekplisit makna kepemilikan frasa nominal memiliki varian ing, ning dan i. Contoh ketiga varian terebut adalah sebagai berikut.

P Ket tempat

(2) mangadĕg // i pinggir ing Yamunâtoya [Ad 62 : 24]

mang-adĕg i pinggir ing Yamunâ toya berdiri PREP pinggir PAR Yamuna sungai

‘berdiri di pinggir (tepi) sungai Yamuna’

pinggir ing Yamunâ toya pinggir(tepi) partikel sungai Yamuna

N1 N2

termilik pemarkah pemilik

S P Pel

(3) Kadi larwa-larwa // tumon // dilah ning dipa [Ad 55:14] kadi larwa-larwa -um-ton dilah ning dipa

seperti laron ber-temu dilah ni ng dipa ‘Seperti laron bertemu nyala api lampu’

dilah ning dipa nyala api partikel lampu

N1 N2

termilik pemarkah pemilik

‘nyala api lampu’

S P Pel

(4) sira // ta // masih mangdudut // tangan i nghulun [Ad 79 : 9] sira ta masih mang-dudut tangan I nghulun

PRO3 PAR berbelas kasih menarik tangan PAR saya ‘dia berbelas kasih menarik tangan saya’

(7)

tangan i nghulun tangan partikel saya

N1 N2

termilik pemarkah pemilik

Perbedaan antara varian tersebut tidak menjadi bagian dari penelitian ini. Namun, data memperlihatkan bahwa perbedaaan lebih dalam di antara varian-varian tersebut terletak pada subkategori nomina dari kata yang mengikuti partikel ni, misalnya nomina insani (ngulun) dan nomina noninsani (dipa).

2. Kategori Verba

Partikel ni yang didahului oleh kata berkategori verba pada dasarnya merupakan bagian dari frasa prposisional yang berunsur V- ni – N yang berfungsi sebagai preposisi. Partikel ni tersebut memarkahi relasi antara tindakan dan pelaku dan memarkahi relasi antara keadaan dan penyebab. Parikel ni yang hadir pada konstruksi tersebut mempunyai identitas sebagai preposisi. Partikel ni berelasi dengan verba pasif yang mendahuluinya. Menurut Zoetmulder dan Poedjawijatna (1992:59) Pasif dalam bahasa Jawa Kuno dibentuk dengan sisipan –in- dan prefiks –ka. Zoetmulder dan Poedjawijatna (1992:60) menjelaskan bahwa pada pasif –in- tindakan dan pelakunya lebih diutamakan daripada pasif ka-, sedangkan pada bentuk ka- yang diutamakan adalah keadaaan yang disebabkan tindakan. Contoh pasif –in- dan ka- tersbut adalah sebagai berikut.

S P Pel

(5) Ujar nikang rȃt kabeh // rinĕngӧ // ni nghulun [Ad 137:2]

Ujar nikang rȃt kabeh -in-rĕngӧ ni nghulun perkataan PAR semesta semua didengar PAR saya ‘perkataan semua semesta didengar oleh saya

P Pel

(6) kalingan // ni ujar sang Ȃrya Widura [Ad 138 : 24]

ka-ling-an ni ujar sang Ȃrya Widura teringat PAR perkataan sang Arya Widura ‘teringat oleh perkataan sang Arya Widura’

Pada contoh (5) dan (6) kata ‘rinêngӧ’dan ‘kalingan’merupakan verba pasif sedangkan kata yang mengikuti partikel ni adalah nomina. Partikel ni berfungsi sebagai pemarkah relasi

(8)

antara verba dan nomina , sedangkan untuk menentukan identitasnya partikel ni berelasi dengan nomina yang mengikutinya. Partikel ni sebagai preposisi membentuk sebuah frasa preposisional. Pada contoh (5) partikel ni didahului oleh verba pasif –in- (rinĕngӧ) dan diikuti oleh nomina (nghulun). Partikel ni berelasi dengan nomina yang mengikutinya membentuk frasa peposisional. Frasa preposisional tersebut berelasi dengan verba pasif yang berfungsi sebagaii pelengkap dari verba. Pola partikel ni tersebebut adalah Vpasif(-in-) – ni – N. Contonya

adalah sebagai berikut.

rinĕngӧ ni nghulun didengar oleh saya Vp partikel N

tindakan preposisi pelaku

‘didengar oleh saya’

Kata ‘rinêngӧ’ merupakan verba pasif, sedangkan ‘ni nghulun’ menjadi satu kesatuan membentuk frasa preposisional. Partikel ni tidak dapat terikat dengan verba yang mendahuluinya, karena dalam membentuk frasa partikel ni selalu terikat pada nomina yang mengikutinya. Untuk menentukan identitas partikel ni juga harus melihat kata yang mendahuluinya. Partikel ni didahului oleh verba pasif (-in-). Pada pasif (-in-) verba tersebut berperan sebagai tindakan, nominanya adalah sebagai pelaku tindakan. Berdasarkan contoh tersebut, relasi makna antara Vpasif(-in-) dan N yang diantarai oleh partikel ni di atas adalah

menyatakan hubungan tindakan-pelaku. Fungsi partikel ni tersebut adalah sebagai preposisi yang memarkahi relasi Vpasif(-in-) dan N. Sebagai pemarkah, partikel ni memiliki makna yaitu

menerangkan nomina yang mengikutinya adalah pelaku tindakan pada verba yang mendahuluinya. Partikel ni yang berfungsi sebagai preposisi pemarkah pelaku memiliki varian yaitu i dan ing. Contohnya adalah sebagai berikut.

S P Pel

(7) mahȃrȃja dewatȃ mati // pinangan // ing ȗla [Ad 54:13—14] mahȃrȃja dewata-a mati -in-pangan ing ȗla

maharaja agung mati dimakan PAR ular ‘maharaja agung mati dimakan oleh ular’

(9)

pinangan ing ȗla

dimakan oleh ular Vp partikel N

tindakan preposisi pelaku

P Pel

(8) inuningan // i nghulun [Ad 37 : 30] -in-uning-an i nghulun

dihiraukan PAR saya ‘dihiraukan oleh saya’

inuningan // i nghulun dihiraukan oleh saya Vp partikel N

tindakan preposisi pelaku

‘dihiraukan oleh saya’

Pada contoh (6) partikel ni didahului oleh verba pasif ka- (kalingan) dan diikuti oleh nomina (sang Ȃrya Widura). Relasi verba dan nomina sebagai klausa, sedangkan konstruksi partikel ni yang berelasi dengan nomina adalah sebagai frasa preposisional yang mempunyai fungsi sintaksis sebagai pelengkap. Pola partikel ni tersebebut adalah Vpasif(ka-) – ni – N.

Contonya adalah sebagai berikut.

kalingan // ni ujar sang Arya Widura teringat oleh perkataan sang Arya Widura Vp partikel N

tindakan preposisi pelaku

‘teringat oleh perkataan sang Arya Widura’

Kata ‘kalingan’ merupakan verba pasif, sedangkan ‘ni ujar sang Arya Widura’ menjadi satu kesatuan membentuk frasa preposisional. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa partikel ni dalam membentuk frasa terikat dengan nomina yang mengikutinya. Partikel ni didahului oleh pasif ka-. Pada pasif ka- verbanya merupakan keadaan, nominya adalah penyebab keadaan. Berdasarkan contoh tersebut, relasi makna antara Vpasif(ka-) dan N yang

diantarai oleh partikel ni di atas adalah menyatakan hubungan keadaan-penyebab. Fungsi partikel ni tersebut adalah sebagai preposisi yang memarkahi relasi Vpasif(ka-) dan N. Sebagai

(10)

preposisi, partikel ni menerangkan bahwa nomina yang mengikutinya adalah penyebab dari keadaan pada verbanya. Partikel ni yang berfungsi sebagai preposisi pemarkah penyebab memiliki varian ing. Contohnya adalah sebagai berikut

S P Pel

(9) manganugrahe sang Uttangka // kasiddhyan // ing mantra [Ad 12 : 7-8] ma-anugraha i sang Uttangka ka-siddhi-an ing mantra

pemberian PAR sang Uttangka tersempurnakan PAR mantra ‘pemberian sang Uttangka tersempurnakan oleh mantra’

kasiddhyan ing mantra tersempurnakan oleh mantra Vp partikel N

keadaan preposisi penyebab

‘tersempurnakan oleh mantra’

Pada contoh (5) dan (6),dapat diketahui adanya perbedaan yang menyebabkan fungsi partikel ni memiliki dua macam makna yang berbeda. Selain bentuk verba pasif yang mendahuluinya, makna preposisi tersebut juga dapat dilihat pada nomia yang mengikutinya. Pada contoh (5) nomina yang mengikuti partikel ni adalah nomina bernyawa, sedangkan contoh (6) nomina yang mengikuti partikel ni berupa nomina tak bernyawa. Berdasarkan penjelasan dan contoh tersebut, makna partikel ni juga ditentukan oleh jenis nomina yang mengikutinya. Dengan demikian jelaslah bahwa partikel ni yang hadir pada relasi Vpasif dan N,

partikel ni berfungsi sebagai preposisi.

3. Kategori partikel de

Partikel ni yang didahului oleh kata berkategori partikel pada dasarnya merupakan bagian dari frasa preposisional yang berunsur de – N yang berfungsi sebagai preposisi majemuk. Pola urutannya adalah sebagai berikut.

Winehakên de ni bapanta

diberi oleh ayahmu Vp partikel N

(11)

tindakan preposisimajemuk pelaku

‘diberi oleh ayahmu’

Sebelum menjelaskan tentang partikel ni, terlebih dahulu dijelaskan mengenai partikel de. Partikel de pada dasarnya adalah sebuah nomina. Menurut Zoetmulder (1992:61) de sebenarnya berarti ‘tindakan’ atau ‘pekerjaan’ atau ‘sebab’. Kamus Jawa Kuno Indonesia menjelaskan bahwa de berarti, 1. Tindakan, cara (melakukan perbuatan), keadaan, sebab, alasan 2. Oleh, 3. Dalam hubungan dengan, berkenaan dengan, mengenai hal, terhadap, untuk, kepada. Berdasarkan pengertian itu, menjelaskan bahwa partikel de merupakan sebuah nomina. Partikel de yang merupakan sebuah nomina dalam membentuk konstruksi frasa berupa frasa nominal. Penjelasan tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut.

de / ni / nghulun perbuatan saya N1 N2 de / ni / bapanta perbuatan ayahmu N1 N2

Partikel de pada awalnya merupakan sebuah nomina. Akan tetapi, de pada bahasan ini bukan merupakan sebuah nomina, melainkan sebuah preposisi. Partikel de yang semula berupa nomina dan menjadi preposisi membuat makna gramatikal partikel de tersebut berubah.

Partikel de menjadi sebuah preposisi karena didahului oleh verba pasif. Menurut Zoetmulder (1992:61), pelaku dengan bentuk pasif –ni- kebanyakan diberi kata bantu de di depannya. Zoetmulder (1992:63) juga menjelaskan bahwa pada pasif ka- juga dipakai de. Masih Zoetmulder (1992:63) menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia ( pengalihbahasaan Jawa Kuno) jika ada bentuk ter harus ada juga kata oleh. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti memaparkan bahwa partikel de tidak lagi berfungsi sebagai nomina melainkan menegaskan bahwa verba yang mendahuluinya merupakan tindakan atau keadaan dari kata yang mengikutinya sehingga fungsi partikel de sebagai preposisi.

Data yang diperoleh peneliti memperlihatkan bahwa partikel de untuk berelasi dengan kata yang mengikutinya cenderung mendapatkan bantuan dari partikel lain. Penjelasan tersebut dapat diperkuat dengan contoh berikut.

(12)

P S Pel

(10) Winehakĕn // ta // kita // de ni bapanta [Ad 18:23] -in-weh-akĕ ta kita deni bapa -nta

diberi PAR PRO2 PAR bapa PRO2 ‘kamu diberi oleh ayahmu’

Winehakên de ni bapanta diberi oleh ayahmu Vp partikel N

tindakan preposisimajemuk pelaku

‘diberi oleh ayahmu’

Pada contoh tersebut dapat dijelaskan bahwa partikel de berfungsi sebagai preposisi karena berada pada konstruksi kalimat pasif. Partikel de berfungsi sebagai preposisi karena ditentukan oleh relasi verba dan nominanya. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa partikel ni berfungsi sebagai preposisi karena ditentukan oleh verba pasif yang mendahuluinya, pada partikel de juga berlaku demikian. Pada contoh di atas, partikel ni menjadi preposisi majemuk dengan partikel de sebagai preposisi. Peneliti mengamati pola partikel ni dengan partikel de menjadi preposisi majemuk karena dalam konstruksi frasa preposisional tidak memungkinkan kemunculan dua preposisi.

Partikel ni yang menjadi bagian dari konstruksi frasa preposisional partikel de, pada konstruksi frasa tertentu, partikel ni tidak diikutsertakan dalam preposisi majemuk bahkan partikel ni digantikan oleh partikel lain.

1) Partikel ni tidak disebutkan pada konstruksi frasa preposisional partikel de yang berelasi dengan pronomina di sebelah kanannya

P S Pel

(11) katon // sang brâhmana // de nira [Ad 7:29-30] ka-ton sang brâhmana de nira

terlihat sang brahmana PREP PRO3 ‘sang brahmana terlihat olehnya ‘

Katon de nira terlihat oleh nya Vp partikel Pro

(13)

tindakan preposisi pelaku

‘terlihat olehnya’

Pada contoh (11), partikel ni tidak disebutkan ke dalam frasa preposisionalnya. Konstituen sumbu frasa preposisionalnya berupa pronomina. Partikel de menjadi sebuah preposisi. Pada contoh (11), nira merupakan pronomina orang ketiga. Contoh (11) menjelaskan bahwa partikel ni tidak disebutkan pada konstruksi frasa preposisional de karena partikel ni tidak bisa diikuti oleh pronomina dalam konstruksi frasa. Berdasarkan contoh tersebut partikel de tidak dapat berelasi dengan kata yang mengikutinya apabila kata tersebut berupa pronominal.

2) Partikel ni disebut pada konstruksi frasa preposisional partikel de S P Pel

(12) lambung wetan // kasiratan // de ni ryak [Ad 40:25] lambung wetan ka-sirat-an deni ryak

sisi timur tersapu PREP ombak ‘sisi (sebelah) timur tersapu ombak’

Kasiratan deni ryak

tersapu oleh ombak Vp partikel N

keadaan preposisimajemuk penyebab ‘tersapu oleh ombak’

Pada contoh (12), partikel ni bergabung dengan partikel de membentuk preposisi. Kehadiran partikel tersebut dipengaruhi oleh kehadiran nomina sebagai konstituen sumbu frasa preposisional. Partikel ni hadir pada frasa preposisional partikel de jika konstituen sumbunya berupa nomina. Nomina tersebut berupa nomina nomina yang spesifik. Artinya, nomina tersebut jelas mengacu pada sesuatu (bernyawa ataupun tidak bernyawa). Kehadiran partikel ni tersebut menjadi sebuah preposisi majemuk dengan partikel de.

3) Partikel ni digantikan partikel ning pada konstruksi frasa preposisional partikel de

S P Pel

(13) yatikȃ // inalap // dening daitya [Ad 33:10] ya tikȃ -in-alap de ning daitya

dia PAR diambil PREP raksasa ‘dia diambil oleh raksasa’

(14)

inalap de ning daitya Vp partikel nomina

tindakan preposisimajemuk pelaku

‘diusir oleh prajurit yang mulia’

Pada contoh (13), posisi partikel ni mendapat kehadiran partikel ng yang melebur menjadi satu menjadi partikel ning. Frasa preposisional tersebut menunjukkan bahwa konstituen sumbunya berupa nomina. Akan tetapi, partikel yang digunakan sebagai konstituen perangkai adalah partikel ning. Peneliti menganalisa bahwa pada partikel ni, nominanya jelas mengacu kepada seseorang. Contohnya nghulun, bapanta (aku, ayah saya). Nomina tersebut sudah jelas siapa atau apa. Akan tetapi ada partikel ning, nominanya tidak menunjukan kejatiannya sebagai nomina yang spesifik. Kata Guru, Daitya, tidak , Guru pada contoh tersebut tidak jelas mengacu pada siapa atau guru siapa atau guru yang mana.

Contoh (11), (12), dan (13) di atas juga memberikan ciri lain pada partikel de yaitu de tidak dapat secara langsung berelasi dengan nomina yang mengikutinya dalam konstruksi frasa. Partikel de untuk berelasi dengan nomina mendapat kehadiran partikel lain. Partikel tersebut hadir bersama dengan partikel de sebagai preposisi karena pada konstruksi frasa tidak memungkinkan terdapat dua partikel sekaligus. Contoh di atas dapat diketahui bahwa partikel de dalam berelasi dengan nomina mendapat kehadiran partikel ni, nikang, dan ning. Kehadiran partikel-partikel tersebut bergantung pada jenis nomina yang menjadi konstituen sumbu frasanya. Partikel de dapat berelasi secara langsung hanya dengan pronomina. Jadi, partikel de hadir dalam konstruksi frasa cenderung diikuti oleh verba di sebelah kananya dan makna partikel de cenderung sebagai sebuah preposisi.

4. Ciri khusus partikel ni

Berdasarkan pada subpokok penejelasan sebelumnya didapatkan ciri khusus partikel ni yaitu partikel ni cenderung hadir dengan (i) nghulun pada frasa nomina, (ii) partikel ni hadir dengan nghulun pada pasif –in dan (iii) partikel ni tidak dapat hadir dengan pronomina pada konstruksi frasa preposisional partikel de.

Kesimpulan

(15)

1. Partikel ni memliki memiliki tiga macam konstruksi yaitu partikel ni yang berelasi dengan nomina dan nomina, partikel ni yang berelasi dengan verba dan nomina dan partikel ni yang berelasi dengan partikel de dan nomina. Ketiga konstruksi tersebut partikel ni mempunyai fungsi yang merupakan pengaruh dari relasi kata yang membentuk frasanya.

2. Pada frasa nominal, partikel ni mempunyai fungsi sebagai penanda kepemilikan. Pada konstruksi tersebut, partikel berada di tengah-tengah antara nomina yang pertam dan nomina yang kedua. Partikel ni menghubungkan antara pemilik dan termilik. Partikel menerangkan bahwa nomina pertamanya merupakan milik dari nomina yang ke dua.

3. Pada frasa preposisional, partikel ni berfungsi sebagai preposisi. Partikel ni yang berfungsi preposisi berada pada konstruksi kalimat pasif. Partikel ni sebagai preposisi terbagi menjadi dua macam yaitu preposisi sebagi penanda pelaku dan preposisi penanda penyebab.

4. Partikel ni yang berada pada konstruksi frasa partikel de kehadiran partikel ni ditentukan oleh jenis nomina yang menjadi konstituen sumbunya. Pada konstruksi frasa preposisional, partikel ni dan de menjadi preposisi majemuk.

Ciri khusus partikel ni terdapat tiga macam yaitu partikel ni cenderung berelasi dengan nghulun pada konstruksi frasa nominal, partikel ni selalu berelasi dengan nghulun pada konstruksi kalimat pasif –in, dan partike ni tidak dapat berelasi dengan Pronomina pada sebuah konstruksi frasa.

Saran

Penulis dalam meneliti penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian mengenai partikel ni yang selanjutnya. Penulis juga mengaharapkan adanya saran dan perbaikan dalam penelitian selanjutnya karena penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan adanya kritik dari pembaca untuk menyempurnakan penelitian ini.

(16)

Daftar Referensi

Abdul Chaer. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.

Harimurti Kridalaksana. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta : Universitas Kristen Indonesia. 2002

Harimurti Kridalaksana dan L. Mardiwarsito. Struktur Bahasa Jawa Kuno. Flores: Nusa Indah. 1984.

H. H Juynboll. Ādiparwa. Voor de Taal-, land- en Voikenkunde Van Nederlandsch-Indie : Martinus Nijhoff. 1906.

J.W.M Verhaar. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1990. _________. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2010. Liberty Sihombing dan Djoko Kentjono. ‘Sintaksis’. Dalam Pesona Bahasa peny. Kushartanti

dkk. Jakarta : Gramedia Pustaka. 2005.

Sudaryanto. Metode Linguistik : Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005.

_________. Metode Linguistik Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1992.

P. J Zoetmulder dan Poedjawijatna, I. R. Bahasa Parwa 1 Tatabahasa Jawa Kuno Bentuk Kata. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 1992.

Referensi

Dokumen terkait

Dari perencanaan kebutuhan tersebut dapat digambarkan secara umum sistem yang akan dibuat dengan menggunakan UML, UML yang digunakan adalah UML versi 1.1 dimana

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN 3 Karamat dengan saran penelitian ini sebagai berikut:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BARANG BEKAS PADA ANAK USIA DINI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sebuah obyek, kejadian, hewan atau manusia dengan mendefinisikan atau membuat daftar mental dari karakteristik yang paling dasar.  Prototype Model: membentuk

Barang Bahan M entah KdPenjualan KdPelanggan NamaPembeli NamaSupir NoPlat KdBM Jumlah Tipe KdBarang NamaBarang Spesifikasi KdBM NamaBM UkuranBM HargaBM SatuanBM

hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan Tabungan Batara juara di Bank.

Fatwa ini sudah lama dibahas oleh DSN-MUI atas permintaan dari perbankan sebelum ada pergeseran tugas pengawasan perbankan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan

Hal ini karena kotak musik tersebut dapat digunakan setiap hari oleh siswa untuk mendengarkan musik yang disenanginya, dengan demikian semakin sering siswa