• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Islam memaknai teror dalam bahasa Arab diartikan “irhab

terdapat dalam Alqur‟an dalam bentuk fi‟il mudhari dalam konteks perintah supaya mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi musuh- musuh,165 sebagaimana firman Allah SWT, “Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya, Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah, niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)” (Al- Anfal: 60).

Irhab (teror) yang disebutkan di dalam Al-Qur‟an tidak diragukan tentang legalitasnya, tanpa ada seorang pun yang membantah. Namun, kata itu bukanlah yang dimaksud dengan istilah yang dikenal luas pada masa sekarang. Sebab, teror yang disyariatkan ini maksudnya adalah mempersiapkan kekuatan sesuai kemampuan dan memobilisasi pasukan.

165

Yusuf Al-Qaradhawi, Ringkasan Fikih Jihad, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2011, halaman. 721

Termasuk di dalamnya kekuatan prajurit-prajurit terlatih serta kekuatan material, dengan mempersiapkan berbagai jenis persenjataan modern dan kendaraan perang serta keahlian dalam menggunakan dan mengaktifkannya, yaitu apa yang dimaksud oleh Al-Qur‟an dengan kuda- kuda yang ditambat untuk berperang. Kuda di masa sekarang adalah tank- tank, kendaraan-kendaraan lapis baja dan berbagai jenis kendaraan tempur lainnya di darat, laut maupun udara. Inilah kendaraan-kendaraan yang digunakan di masa sekarang dalam berbagai medan tempur. Hukum

itu berputar mengikuti „illat-nya ada dan tiadanya‟.166 Al Qur‟an yang

mulia telah menjelaskan pula tentang tujuan dari mempersiapkan

kekuatan yang disanggupi, yaitu untuk “menggentarkan musuh Allah,

musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah, niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya” (Al-Anfal: 60).

Kata teror yang dimaknai dalam Al-Qur‟an bukanlah yang dimaksud dengan terorisme seperti penyebutannya di saat ini yang mengkaitkan terorisme dengan pemahaman jihad di dalam hukum Islam. Akan menjadi bahaya besar apabila suatu istilah dan pengertian yang krusial dibiarkan mengambang, yang dapat diinterpretasikan oleh setiap kelompok sesuai keinginannya, berbagai tujuan dan kepentingannya,

166

tanpa dikembalikan kepada barometer tetap yang disandarkan kepada asas-asas yang dapat diterima oleh logika yang sehat. Dalam bahasa Arab,

kata “irhab” (teror) adalah bentuk masdar dari “arhaba yurhibu” yang

berarti membuat takut, cemas dan gentar orang lain, sehingga disimpulkan bahwa “irhab” (teror) adalah menebarkan ketakutan, kecemasan dan kegelisahan di kalangan manusia serta menghalangi mereka menikmati rasa aman.167 Padahal rasa aman termasuk diantara nikmat Allah yang paling besar terhadap mahluknya, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah Ta‟ala, “Maka, hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka‟bah), yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (Quraisy: 3,4). Ayat yang mulia ini menyinggung tentang dua macam nikmat yang termasuk paling besar yang dapat memenuhi dua kebutuhan primer umat manusia, yaitu kecukupan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan keamanan dari rasa takut.

Teror yang membuat orang merasa takut dan terkejut bermacam- macam dan memiliki tingkat yang berbeda-beda. Di antaranya ada yang disepakati dan ada pula yang diperdebatkan. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:168 167 Ibid, halaman. 725 168 Ibid, halaman. 727-737

a) Terorisme Masyarakat Sipil

Di antara bentuk terorisme yang disepakati tanpa seorangpun yang membantah dan diperangi oleh seluruh syariat dan undang-undang adalah teror terhadap masyarakat sipil. Yaitu teror yang mengancam peradaban manusia dan kehidupan sosialnya melalui berbagai jaringan kriminal dalam aksi perampokan harta benda dan pembunuhan jiwa yang tidak berdosa dengan berbagai jenis senjata. Kejahatan ini biasanya dilakukan oleh para anggota kawanan bersenjata, yang disebut

oleh Islam dengan kejahatan “hirabah”, perampokan atau

pencurian besar, untuk membedakannya dari pencurian kecil yaitu pencurian biasa. Islam telah mengungkap kejahatan besar ini dan menetapkan hukuman bagi pelakunya dalam

bentuk “hadd” yang paling berat dan keras dalam pandangan

sebagian orang supaya pelakunya merasa jera, sehingga tidak mengulangi lagi kejahatannya sekaligus akan membuat ciut nyali orang lain untuk meniru perbuatannya. Allah Ta‟ala berfirman dalam surat al-maidah dan ayat ini termasuk ayat- ayat terakhir yang turun dari Al-Qur‟an, “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasulnya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negara (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka akan mendapatkan siksaan yang besar. Kecuali orang-orang yang bertaubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Al-Maaidah: 33,34)

b) Terorisme yang dilakukan Penjajah

Di antara bentuk terorisme paling menonjol yang hingga kini masih bisa disaksikan oleh seluruh dunia ialah teror imperialisme, yaitu upaya suatu negara untuk menguasai negara lain dengan cara-cara kekerasan untuk menduduki wilayahnya, mengalahkan rakyatnya dan mengendalikan masa depannya. Otomatis negara yang diperangi melalui penjajahan melakukan perlawanan dengan berbagai peralatan yang ada dan terbatas, sehingga dengan mudah kekuatan penjajah menumpasnya tanpa memperdulikan berapa jiwa yang tidak berdosa menjadi korban, berapa besar harta benda milik

korban yang dihancurkan, atau kehormatan dinodai untuk memaksa warga negaranya agar tunduk dan menyerah. Kebanyakan penjajahan berlangsung dalam bentuk pendudukan, seperti imperialisme Prancis atas Aljazair yang berlangsung selama satu setengah abad. Hal yang sama dilakukan oleh bangsa Yahudi ketika hendak mendirikan negara di Palestina dengan mengusung semboyan: Tanah air tanpa tuan untuk bangsa tanpa tanah air. Tentu saja ini merupakan omong kosong, karena Palestina bukan tanah air tanpa tuan, sehingga dengan mudah menerima suatu bangsa tanpa tanah air. Tetapi di sana telah bermukim bangsa Palestina sejak ribuan silam.

c) Terorisme Negara (State Terrorism)

Di antara bentuk teror yang dicela menurut syariat maupun hukum positif, secara agama maupun moral, yaitu teror yang dilakukan oleh suatu negara terhadap warganya, atau golongan dari mereka yang berbeda secara ras, bahasa, agama , aliran atau politik dan sebagainya. Teror ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan materialnya polisi dan tentara untuk menekan para penentangnya dan membungkam mulut mereka, atau barangkali sampai kepada tingkat pembasmian mereka secara total maupuns sebagian. Model terorisme semacam ini sudah dikenal dalam sejarah umat manusia sejak dulu dan terus berlangsung di kalangan umat manusia hingga kini. Al-Qur‟an telah menyebutkan kepada kita tentang model

teror Fir‟aun yang menumpahkan kemarahannya kepada Bani

Israil dengan maksud hendak memusnahkan kaum laki-laki

mereka, sebagaiman firman Allah, “Sesungguhnya Fir‟aun

telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir‟aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash:4), yang dimaksud dengan golongan di sini ialah Bani Israil.

d) Teorisme Internasional

Pada saat ini kita melihat warna lain dari terorisme dan barangkali menjadi yang paling berbahaya di antara jenis- jenis terorisme lainnya. Kita bisa menyebutnya dengan terorisme internasional, karena berlangsung di seluruh dunia

dan melibatkan semua negara. Yaitu model terorisme yang dilakukan oleh Amerika terhadap negara-negara lain di dunia Timur dan Barat, yang memaksa seluruh negara di dunia agar berjalan di jalur yang dikehendakinya, berputar pada poros politiknya, memusuhi orang yang memusuhinya, loyal dengan loyal kepadanya, berdamai dengan orang yang berdamai dengannya, memerangi orang yang memeranginya, mengenal orang yang mengenalnya, menolak orang yang menolaknya, menghalakan apa yang dihalalkan, mengharamkan apa yang diharamkannya. Anehnya, Amerika mempraktikkan terorisme ini justru dengan alasan perang terhadap terorisme. Jadi, apa itu terorisme ? Tidak lain adalah apa yang menurut Amerika terorisme. Tiada pilihan bagi suatu bangsa di antara negara – negara di dunia dan bagi suatu bangsa di antara bangsa- bangsa di dunia untuk mengambil sikap netral atau menjauhi kancah perang secara total dan duduk di rumah. Sebab, semboyan yang diteriakkan oleh Amerika dan memaksa

seluruh dunia harus mengikutinya adalah “With us or againts

us” (Bersama kami, atau kamu perangi). Ini adalah hukum pemaksaan yang kuat terhadap yang lemah, kekuatan yang mampu atas yang tidak berdaya, kekuasaan serigala atas anak kambing yang tersesat. Itulah yang disinggung oleh Al-

Qur‟an saat menyatakan, ”Ketahuilah! Sesungguhnya

manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-„Alaq:6,7).

e) Terorisme Politik

Namun, jenis terorisme yang paling popular adalah apa yang mungkin kita sebut dengan terorisme politik, yaitu teror dalam menghadapi berbagai sistem politik yang berkuasa. Yaitu setiap tindakan kekerasan yang ditujukan kepada penguasa atau salah seorang pendukungnya atau lembaganya dengan tujuan untuk memberikan tekanan demi terwujud tuntutan tertentu seperti pelepasan tawanan, pembebasan narapidana, atau pengusiran dari tanah yang diduduki, atau pembayaran tebusan dan tuntutan-tuntutan lainnya. Inilah macam-macam teror yang berbeda-beda hukumnya sesuai dengan perbedaan tujuan dan cara-cara untuk mencapainya. Terkadang tujuannya disyariatkan, dan cara juga tidak. Dan terkadang pula tujuannya disyariatkan, tetapi caranya tidak.

f) Terorisme yang Disyariatkan

Hal yang tidak perlu diperdebatkan lagi adalah bahwa perlawanan warga suatu negara terhadap pasukan pendudukan (penjajah) merupakan perkara yang disyariatkan bagi setiap warganya. Tidak diingkari oleh syariat samawi, tidak pula oleh undang-undang positif dan perjanjian internasional. Diantaranya adalah penyerangan yang dilakukan oleh orang- orang Palestina, yang tanah airnya diduduki, terhadap warga negara Israel atau para pemukim Israel, atau penawaran sejumlah perwira atau tentara Zionis, atau menculik dan menyandera mereka, dengan tebusan pembebasan tawanan orang-orang Palestina, atau dengan tebusan kesediaan Zionis meninggalkan wilayah yang diduduki dan tentaranya dari tanah air. Pembebasan orang-orang yang dipenjara dan para tawanan Palestina atau pengusiran pasukan pendudukan dari tanah air adalah tujuan yang disyariatkan. Sedang penawanan sejumlah perwira Zionis dan menyandera mereka juga merupakan cara disyariatkan. Diantaranya pula yaitu apa yang kami sebut dengan pilihan untuk melakukan amaliyat istisyahdiyah (operasi bom syahid) untuk melukai musuh dan menciptakan ketakutan di hati putra-putrinya, maka tindakan ini merupakan tujuan yang disyariatkan dan caranya juga disyariatkan.

g) Terorisme yang tidak Disyariatkan

Sesuatu yang tujuan dan caranya tidak syariatkan berarti merupakan terorisme yang diharamkan dan munkar, yaitu seperti yang dilakukan oleh raja-raja kartel obat bius yang melakukan berbagai operasi dan penyerangan dengan membunuh orang-orang yang tidak berdosa serta orang-orang yang berhak mendapatkan rasa aman untuk melindungi perdagangan mereka dan kekayaan mereka, yang dengannya mereka menghancurkan kesehatan umat manusia, akal pikiran mereka, keamanan mereka dan kehidupan mereka. Contoh terorisme jenis ini ialah kejahatan yang dilakukan oleh geng- geng mafia di negara Eropa dan lainnyua, yang melakukan penculikan para hakim, pengacara, dan para pemimpin untuk memaksakan agar dipenuhinya berbagai tuntutan mereka, seperti pelepasan beberapa orang rekan mereka yang ditahan karena terlibat kriminalitas dan sebagainya di antara hal-hal yang tidak diragukan lagi ketidaksahannya. Jadi, mereka itu tujuan maupun caranya tidak disyariatkan. Termasuk terorisme jenis ini ialah terorisme yang dilakukan oleh Zionis

Israel yang melatarbelakangi lahirnya organisasi-organisasi terorisme mereka yang dikenal dengan geng Haganah, Irgun, dan lain-lain. Yaitu organisasi yang memutuskan untuk merampas tanah dari pemiliknya yang sah, mengeluarkan mereka dari tanah airnya dan mengusirkan mereka ke berbagai penjuru. Ini jelas tujuannya tidak disyariatkan melalui barometer apa pun; moral, agama dan undang- undang. Perampasan tanah air dari pemiliknya dan pengusiran mereka adalah kriminal.

Dokumen terkait