• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konvensi – konvensi Internasional yang mengatur tindak pidana terorisme sebagai Extra Ordinary Crime

TERORISME TAHUN

C. Konvensi – konvensi Internasional yang mengatur tindak pidana terorisme sebagai Extra Ordinary Crime

Pengaturan kontra terorisme adalah pemberantasan, pengungkapan, dan penanganan kasus tindak pidana teror dan pelaku teror (terorist). Pengaturan ini berupa penetapan tindakan- tindakan yang termasuk dalam tindak pidana teror, prosedur penanganan (penyelidikan, penyidikan, dan peradilan) serta sanksi yang

diterapkan. Saat ini telah ada beberapa konvensi internasional dan regional yang mengatur tentang tindak pidana teror, yaitu:175

1. International Civil Aviation Organization, Covention on Offences and Certain Other Acts Commited on Board Aircraft. Ditanda-tangani di Tokyo tanggal 14 September 1963 dan mulai berlaku tanggal 4 Desember 1969.

2. International Civil Aviation Organization, Convention for the suppression of Unlawful Seizure of Aircraft. Ditandatangani di Hague tanggal 16 Desember 1970 dan mulai berlaku tanggal 14 Oktober 1971.

3. International Civil Aviation Organization, Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Civil Aviation. Ditandatangani di Montreal tanggal 23 September 1971 dan mulai berlaku tanggal 26 Januari 1973.

4. United Nation, Convention on the Prevention and Punish ment of Crimes against Internationally Protected Persons, in cluding Diplomatic Agents. Diterima oleh Majelis Umum pidana dengan Resolusi 3166 (XXVIII) tanggal 14 Desember 1973 dan mulai berlaku tangga120 Februari 1977. 5. United Nation, International Convention against the Taking of Hostages.

Diterima oleh Majelis Umum dengan Resolusi 34/46 tanggal 17 Desember 1979 dan mulai berlaku tanggal3 Juni 1983.

6. International Atomic Energy Agency, Convention on the TI, bea Physical Protection of Nuclear Material. Ditandatangani diulangi Vienna dan New York tanggal 3 Maret 1980. Disetujui di Vienna tanggal 26 Oktober 1979 dan mulai berlaku tanggal 8 Februari 1987.

7. International Civil Aviation Organization, Protocol for the Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airports Serving International Civil Aviation. Tambahan untuk Convention for the Suppression of Unlawful Acts against the Safety of Civil Aviation. Ditandatangani di Montreal tanggal 24 Februari 1988 dan mulai berlaku tanggal6 Agustus 1989. 8. International Maritime Organization, Convention for the Suppression of

Unlawful Acts against the Safety of Maritime Navigation. Diterima di Roma tanggal 10 Maret 1988 dan mulai berlaku tanggal 1 Maret 1992.

175

9. International Maritime Organization, Protocol for the Supangani pression of Unlawful Acts Against the Safety of Fixed Platanggal forms Located on the Continental Shelf. Diterima di Romatanggal 10 Maret 1988 dan mulai berlaku tanggal 1 Maret 1992.

10. International Civil Aviation Organization, Convention on the Marking of Plastic Explosives for the Puspose of Detection. Dibuat di Montreal tanggal 1 Maret 1991 dan mulai berlaku tanggal 21 Juni 1998.

11. United Nations, International Convention for the Suppression of Terrorist Bombing. Diterima oleh Majelis Umum dengan Resolusi 52/164 tanggal 15 Desember 1997 dan mulai berlaku tangga1 23 Mei 2001.

12. United Nations, International Convention on the Suppression of Financing of Terrorism. Diterima oleh Majelis Umum dengan resoiusi 54/109 tanggal 9 Desember 1999 dan mulai berlaku tanggal 10 April 2002.

13. League of Arab States, Arab Convention on the Suppression of Terrorism. Ditandatangani di Kairo tanggal 22 April 1998 dan mulai berlaku 7 Mei 1999.

14. Organization of the Islamic Conference, Convention on Combating International Terrorism. Diterima di Quagadoudou tanggal 1 Juli 1999 dan belum berlaku.

15. Council of Europe, European Convention on the Suppression of Terrorism. Mulai ditandatangani di Strasbourg Perancis tanggal 27 Januari 1977 dan mulai berlaku tanggal 4 Agustus 1978.

16. Organization of American States, Convention to Prevent and Punish the Acts of Terrorism Taking the Form of Crimes against Persons and Related Extortion that are of International Significance. Ditandatangani di Washington tanggal 2 Februari 1971 dan mulai berlaku 16 Oktober 1973.

17. African Union (formerly Organization of African Unity), Convention on the Prevention and Combating of Terrorism. Diterima dl Algies tanggal 14 Juli 1999 tetapi belum diberlakukan.

18. South Asian Association for Regional Cooperation, Regional Convention on Suppression of Terrorism. Ditandatangani di Kathmandu tanggal 4 November 1987 dan mulai berlaku tanggal 22 Agustus 1988.

19. Commonwealth of Independent States, Treaty on Cooperation among the States Members of the Commonwealth of Independent States in Combating Terrorism. Diterima di Minsk tanggal 4 Juni 1999. Konvensi ini pada intinya menyatakan bahwa terorisme merupakan tindakan ilegal dihukum berdasarkan hukum pidana dengan tujuan merusak keselamatan publik, mempengaruhi oleh otoritas atau menteror penduduk, dan pengambilan keputusan mengambil bentuk antara lain kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap alam atau badan hukum, menghancurkan (merusak) atau mengancam untuk menghancurkan (kerusakan) Properti dan benda-benda lainnya sehingga dapat membahayakan kehidupan masyarakat, menyebabkan kerusakan besar pada properti atau terjadinya konsekuensi berbahaya lainnya bagi masyarakat, mengancam kehidupan negarawan atau tokoh masyarakat untuk tujuan mengakhiri Negara nya atau publik lainnya kegiatan atau balas dendam untuk kegiatan tersebut, menyerang perwakilan negara asing atau anggota staf yang dilindungi secara internasional dari internasional organisasi serta tempat usaha atau kendaraan dari orang yang dilindungi secara internasional.

Di samping konvensi-konvensi di atas maka tindakan lainnya yang diklasifikasi sebagai teroris yang diatur pada instrumen hukum internasional berdasarkan Commonwealth of Independent States, Treaty on Cooperation among the States Members of the Commonwealth of Independent States in Combating Terrorism yakni sarana yang dilakukan oleh pelaku terorisme berupa teknologi bertujuan memerangi terorisme dengan penggunaan atau ancaman penggunaan (biologi) senjata nuklir, radiologi, kimia atau bakteriologi atau komponennya, mikroorganisme patogen, radioaktif zat atau bahan lainnya yang berbahaya bagi kesehatan manusia, termasuk kejang, memadamkan operasi atau penghancuran nuklir, kimia atau fasilitas lain berpose peningkatan teknologi dan lingkungan bahaya dan sistem utilitas kota- kota dan daerah yang dihuni lain, jika tindakan ini berkomitmen untuk tujuan merusak keselamatan publik, menteror penduduk atau mempengaruhi keputusan

pihak berwenang untuk mencapai politik, tentara bayaran atau lainnya berakhir, serta upaya untuk melakukan salah satu kejahatan yang tercantum di atas untuk hal yang sama tujuan dan terkemuka, pembiayaan atau bertindak sebagai penghasut, aksesori atau kaki tangan seseorang yang melakukan atau mencoba untuk melakukan seperti kejahatan.

Negara-negara Asean antara lain Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Rakyat Demokratik Laos, Malaysia, Uni Myanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Viet Nam yang termuat pada Deklarasi ASEAN tentang Aksi Bersama Pemberantasan Terorisme dan Deklarasi tentang Terorisme yang masing-masing diterima pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada tahun 2001 dan 2002, telah membentuk suatu kesepakatan bersama untuk memberantas tindak pidana pidana terorisme dengan sasaran bahwa bahaya serius yang ditimbulkan oleh terorisme terhadap manusia-manusia tidak bersalah, infrastruktur dan lingkungan, perdamaian dan stabilitas kawasan dan internasional, serta pembangunan ekonomi. Untuk itu, Negara-negara Asean menganggap penting pengidentifikasian dan penyelesaian secara efektif akar permasalahan terorisme dalam perumusan setiap langkah pemberantasan terorisme. Adapun langkah pemberantasan terorisme yang diatur pada

kerjasama Negara-negara Asean mengacu pada ketentuan konvensi-konvensi Internasional antara lain:176

1. Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft, ditandatangani di Den Haag pada tanggal 16 Desember 1970;

2. Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Civil Aviation, disepakati di Montreal pada tanggal 23 September 1971; 3. Convention on the Prevention and Punsihment of Crimes Against

Internationally protected Persons, Including Diplomatic Agents, disepakati di New York pada tanggal 14 December 1973

4. International Convention Against the Taking of Hostages, disepakati di New York, tanggal 17 Desember 1979;

5. Convention on the Physical Protection of Nuclear Material, disepakati di Wina, tanggal 26 Oktober 1979;

6. Protocol for the Suppression of Unlaful Act of Violence at Airports Serving International Civil Aviation, suplementary to the Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against Safety of Civil Aviation, disepakati di Montreal, tanggal 24 Februari 1988;

7. Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Maritime Navigation, disepakati di Roma , tanggal 10 Maret 1988; 8. Protocol for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Fixed

Platforms Located on the Continental Shelf, disepakati di Roma, tanggal 10 Maret 1988;

9. International Convention for the Suppression of Terrorist Bombings, disepakati di New York, tanggal 15 Desember 1997;

10. International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, disepakati di New York, tanggal 9 Desember 1999;

11. Treaty on Cooperation among the states members of common wealth of independent states in Combating Terrorism, 1999;

176

Deklarasi ASEAN tentang Aksi Bersama Pemberantasan Terorisme dan Deklarasi tentang Terorisme yang masing-masing diterima pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada tahun 2001 dan 2002

12. Convention of Organisation of Islamic Conference on Combating International Terrorism, 1999;

13. International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism, disepakati di New York, tanggal 13 April 2005;

14. Amendment to the Convention on the Physical Protection of Nuclear Material, disepakati di Wina, tanggal 8 Juli 2005;

15. Protocol of 2005 to the Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Maritime Navigation, disepakati di London tanggal 14 Oktober 2005;

16. Protocol of 2005 to the Protocol for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Fixed Platforms Located on the Continental Shelf, disepakati di London, tanggal 14 Oktober 2005.

Konvensi-konvensi Internasional sebagaimana diuraikan di atas merupakan kerangka dasar pengaturan tindak pidana terorisme bagi Negara-negara yang telah meratifikasi konvensi dan dasar untuk melakukan perjanjian-perjanjian baik secara regional maupun multilateral dalam kerangka mengambil langkah-langkah pemberantasan tindak pidana terorisme. Dapat dicontohkan kerjasama pada tatanan regional maka konvensi yang menjadi dasar untuk mengambil langkah-langkah pemberantasan tindak pidana terorisme adalah Treaty on Cooperation among the states members of common wealth of independent states in Combating Terrorism, 1999 yang menyatakan bahwa terorisme adalah tindakan illegal yang diancam hukuman di bawah hukuman pidana yang dilakukan dengan tujuan merusak keselamatan publik, mempengaruhi pengambilan kebijakan oleh penguasa atau

moneter penduduk dan mengambil bentuk antara lain:177 Pertama, kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang biasa atau orang yang dilindungi hukum. Kedua, menghancurkan atau mengancam untuk menghancurkan harta benda dan objek materil lain sehingga membahayakan kehidupan orang lain. Ketiga, menyebabkan kerusakan atas harta benda atau terjadinya akibat yang membahayakan bagi masyarakat. Keempat, mengancam kehidupan negarawan atau tokoh masyarakat dengan tujuan mengakhiri aktivitas publik atau negaranya atau sebagai pembalasan terhadap aktivitas tersebut. Kelima, menyerang perwakilan Negara asing atau staf anggota organisasi internasional yang dilindungi secara internasional, begitu juga tempat-tempat bisnis atau kendaraan orang-orang yang dilindungi secara internasional. Keenam, tindakan lain yang dikategorikan sebagai teroris di bawah perundang-undangan atau instrument legal yang diakui secara internasional yang bertujuan memerangi terorisme.

177

Dokumen terkait