• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNGJAWAB PEMILIK MOBIL PRIBADI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ANGKUTAN

C. Ketentuan dan Sanksi Hukum bagi Pemilik Mobil Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum. Digunakan Sebagai Angkutan Umum

1. Hukuman Denda atau kurungan bagi pemilik/ pengusaha kendaraan bermotor pribadi

Untuk memberantas penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum oleh penegak hukum diperlukan suatu sanksi pidana berupa hukuman denda atau kurungan. Hal tersebut sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 mengenai berbagai ketentuan pidana yang dapat dijeratkan pada para pelanggar.

Ketentuan tersebut perlu diterapkan untuk memberikan peringatan dan shock therapy kepada pemilik/ pengusaha yang menjalankan mobil pribadi sebagai angkutan umum, bahwa melakukan perbuatan tersebut diancam pidana yang sangat berat. Juga menangkal pengoperasian angkutan tersebut yang semakin bertambah setiap tahunnya.

Sanki tersebut perlu diterapkan, mengingat keberadaan angkutan umum berplat hitam merugikan masyarakat dan negara. Merugikan masyarakat, karena angkutan tersebut tidak mempunyai jaminan asuransi dan ganti rugi serta dapat bertindak sewenang-wenang dalam hal tarif penumpang dan tata cara pengangkutan penumpang. Negara dirugikan pula karena tidak memperoleh retribusi dan pajak dari beroperasinya angkutan tersebut. Disamping itu menambah beban negara dalam pengendalian dan pengawasan serta penertiban angkutan umum.

Mobil pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum belum tentu memenuhi persyaratan sebagai angkutan umum sesuai UULLAJ. Mereka harus menjalani pengujian apakah sudah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai peruntukannya sebagai angkutan umum sebagaimana disyaratkan oleh pihak DLLAJR menurut UULLAJ.

Seperti telah dijelaskan bahwa dalam Pasal 48 UULLAJ ditentukan bahwa Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Persyaratan teknis terdiri atas: susunan; perlengkapan; ukuran; karoseri; rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya; pemuatan; penggunaan; penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau penempelan Kendaraan Bermotor. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas: emisi gas buang; kebisingan suara; efisiensi sistem rem utama; efisiensi sistem rem parkir; kincup roda depan; suara klakson; daya pancar dan arah sinar lampu utama; radius putar; akurasi alat penunjuk kecepatan; kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan. Serta dalam Pasal 106 ayat 3 ditentukan pula bahwa : Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi ketentuan tentang

persyaratan teknis dan laik jalan. Bagi mereka yang mengoperasikan kendaraan bermotor (mobil) pribadi sebagai angkutan umum sesuai UULLAJ dan belum diujikan peruntukannya, syarat teknis dan laik jalan diancam pidana. Sesuai dengan Pasal 282 ayat 2 dan 3 yang berbunyi

Pasal 285 ayat 2 UULLAJ:

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper, penggandengan, penempelan, atau penghapus kaca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Pasal 286 UULLAJ :

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Ketentuan mengenai persyaratan teknis dan laik jalan serta peruntukannya bgai kendaraan bermotor (mobil) yang dijadikan sebagai angkutan umum harus dipenuhi. Ini terkait dengan jaminan keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa angkutan umum itu sendiri.

Para angkutan umum plat hitam, mereka tidak dilengkapi dengan perijinan meliputi ijin usaha, trayek dan operasi angkutan umum. ijin angkutan umum diharuskan oleh pemerintah terkait

dengan pengendalian dan pengawasan serta penertiban terhadap jumlah angkutan umum yang beroperasi di suatu wilayah.

Ijin tersebut mutlak diperlukan oleh kendaraan bermotor (mobil) yang dijadikan sebagai angkutan umum resmi. Dimaksudkan agar pemilik/ pengusaha angkutan umum senantiasa terus mengikuti dan mematuhi ketentuan-ketentuan angkutan umum sesuai UULLAJ.

Bagi pemilik/ pengusaha angkutan umum plat hitam yang tidak mengindahkan persyaratan mengenai perijinan suatu angkutan umum, diancam dengan sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 308 UULLAJ :

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum yang:

a. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a;

b. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b;

c. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan barang khusus dan alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf c; atau

d. menyimpang dari izin yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173.

Selain peruntukan, persyaratan teknis dan laik jalan serta perijinan untuk angkutan umum, juga harus ada asuransi untuk kendaraan bermotor. Asuransi untuk kendaraan bermotor yang dijadikan sebagai angkutan umum berfungsi sebagai jaminan ganti kerugian dan bukti tanggung jawab pemilik/ pengusaha angkutan umum atas keselamatan orang dan atau barang

didalamnya. Tanpa ada asuransi dalam angkutan umum, maka kepentingan penumpang dan awak tidak terlindungi dengan adanya jaminan tanggung jawab atas kerugian dan keselamatan oleh pemilik/ pengusaha angkutan umum apabila terjadi sesuatu.

Kalau pemilik/ pengusaha kendaraan bermotor ada kesalahan atas terjadinya kecelakaan lalu lintas yang menimpa korban, maka dia wajib mengganti jumlah pembayaran dana yang telah dibayarkan oleh Perum Asuransi Ganti Kerugian Jasa Raharja kepada si korban atau ahli warisnya.60

Apabila pengusaha angkutan kendaraan bermotor (mobil) yang dijadikan sebagai angkutan umum tidak mengasuransikan tanggungjawabnya sebagai jaminan keselamatan dan ganti kerugian serta bukti tanggung jawab pengangkut oleh pemilik/ pengusaha angkutan, maka dapat diancam sanksi pidana yang diatur dalam pasal 309 UULLAJ yakni :

Pasal 309 UULLAJ :

Setiap orang yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya untuk penggantian kerugian yang diderita oleh Penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 189 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

Awak angkutan perlu diasuransikan pula oleh pemilik/ pengusaha angkutan umum selain penumpang, karena pemilik/ pengusaha sebagai atasannya mempunyai tanggung jawab

60

terhadap awak yang lalai atau mengalami musibah. Tanggung jawab pemilik/ pengusaha angkutan umum terhadap awak angkutan diatur dalam Pasal 237 UULLAJ jo Pasal 1367 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pasal 1367 KUHPerdata berbunyi : “Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau yang disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.”

Tanggung jawab pemilik/ pengusaha angkutan umum terhadap awak angkutan yang bekerja padanya diatur pula dalam Pasal 523 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD). Dalam pasal tersebut tercantum bahwa si pengangkut harus menanggung segala perbuatan dari mereka yang dipekerjakannya terhadap segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut.

Awak angkutan harus diberikan asuransi, karena pemilik/ pengusaha angkutan umum bertanggung jawab kepadanya atas keselamatannya karena awak angkutan bekerja pada pemilik/ pengusaha angkutan tersebut. Diancam dengan sanksi pidana bagi pemilik/ pengusaha yang tidak mengasuransikan anak buahnya yang bekerja sebagai awak angkutan. Diatur dalam Pasal 313 UULLAJ yaitu : Setiap orang yang tidak mengasuransikan awak Kendaraan dan penumpangnya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 237 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

Bagi pemilik pemilik/ pengusaha kendaraan bermotor (mobil) yang dijadikan sebagai angkutan umum harus memperhatikan dan mematuhi ketentuan-ketentuan angkutan umum UULLAJ, jika tikda maka akan diancam pidana seperti yang disebutkan diatas.

2. Penyitaan Kendaraan Oleh Aparat Penegak Hukum Yang