• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Pemilik Mobil Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum (Studi Pada Pemilik Kendaraan Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum Di Bandara Kualanamu International Airport)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Pemilik Mobil Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum (Studi Pada Pemilik Kendaraan Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum Di Bandara Kualanamu International Airport)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Aji, Sutiono Usman et.al, 2011, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.

Basri, Hasnil, 2002, Hukum Pengangkutan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, Medan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti, Jakarta.

Ichsan, Achmad, Hukum Dagang, Pradnya Paramita, Jakarta, 1981.

Mahadi, 2009, Falsafah Hukum Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Mertokusumo, Sudikno, 2003, Mengenai Hukum, Liberty, Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti. Bandung.

---; 2004, Hukum Pengangkutan Darat, Laut Dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Nasution, Az. 2000, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Purba, Hasim, 2005,Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan.

Purwosutjipto, H.M.N, 2001, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum Pengangkutan. Djambatan. Jakarta.

Rahardjo, Satjipto, 2006, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung.

Salim. A.Abas. 2005. Manajemen Transportasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Subekti, R. 2002, Aneka Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta.

(2)

Tjakranegara, Soegijatno, 2005, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta.

Uli, Sinta, 2006, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transportasi Angkutan Laut, Angkutan Darat, Angkutan Udara. USU Press, Medan.

Warpani, Suwardjoko, 2000, Merencanakan Sistem Pengangkutan, Mandar Madju, Bandung.

Watni, Syaiful dkk. 2004, Penelitian Tentang Aspek Hukum Tanggung Jawab Pengangkut dalam Sistem Pengangkutan Multimoda, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan HAM RI, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan.

C. Internet

http/www.Portir Taksi Gelap Nodai Kualanamu, diakses tanggal 11 Oktober 2015 Pukul 08.00 Wib.

http://argawahyu.blogspot.com/2011/06/ Taksi Gelap Makin Merajalena, diakses tanggal 11 Oktober 2015 Pukul 08.00 Wib

(3)

BAB III

KEDUDUKAN HUKUM DARI MOBILPRIBADI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM

D. Angkutan Bermotor Pribadi dengan Mobil.

Mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum banyak menyalahi ketentuan UULLAJ serta merugikan masyarakan dan negara sebenarnya menyalahi ketentuan

UULLAJ, karena mobil tersebut ditujukan untuk penggunaan pribadi, buikian sebagai angkutan umum. angkutan tersebut juga tidak mempunyai ijin serta didaftarkan secara sah sebagai angkutan umum.

Peruntukan, persyaratan teknis dan laik jalan yang terdapat dalam angkutan tersebut sebagai jaminan utama keselamatan bagi penumpang sangat meragukan. Ini dikarenakan angkutan tersebut belum menjalani ketentuan-ketentuan sebagai angkutan

umum dan ijin dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya yang selanjutnya disebut DLLAJR.

Masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan tersebut sebenarnya dirugikan selain semakin diuntungkan dengan

(4)

bila terjadi sesuatu pada penumpang. Dapat bertindak sewenang-wenang kepada pengguna jasa dimana awak angkutan dapat

mengabaikan tata cara pengangkutan penumpang dan tarif penumpang yang dtentukan dalam UULLAJ.

Dalam angkutan ini awak dan pemilik/pengusaha angkutan banyak yang tidak memberikan ganti rugi apabila pengguna jasa

mengalami musibah yang timbul dari pengangkutan tersebut. Pengguna jasa tidak mendapat asuransi, karena angkutan tersebut tidak diakui secara sah sebagai angkutan umum resmi oleh Jasa Raharja. Sehingga akibatnya pengguna jasa tidak dapat

mengajukan klaim ganti rugi pada Jasa Raharja, apabila awak dan pengusaha angkutan tersebut lepas tangan dan tidak mau memberikan ganti rugi.

Pada awak dan pemilik/ pengusaha angkutan umum tidak

bisa terlepas dari tanggungjawabnya sebagai pengangkut sebagaimana tercantum dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) selain diatur dalam UULLAJ. Dalam

pasal tersebut disebutkan bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.

(5)

angkutan tersebut untuk masuk dalam kas negara. Dalam hal ini negara tidak bisa memantau keberadaan jumlah angkutan umum

yang sebenarnya untuk pengendalian dan pengawasan bagi angkutan umum yang sebenarnya untuk pengendalian dan pengawasan bagi angkutan umum yang diijinkan beroperasi. Sementara dari tahun ke tahun, jumlah mobil pribadi yang

dijadikan angkutan umum semakin bertambah.

Aopabila dibiarkan terus menerus pengguna jasa angkutan tersebut tidak mempunyai jaminan perlindungan hukum, karena angkutan itu tidak mengikuti ketentuan menganai

kewajiban-kewajiban angkutan umum menurut UULLAJ. Ditambah pula tidak ada jaminan perlindungan hukum, karena angkutan itu tidak mengikuti ketentuan menganai kewajiban-keweajiban yang ditentukan oleh UULLAJ. Ditambah pula tidak ada jaminan

tanggung jawab dan ganti kerugian dari awak dan pemilik/ perngusaha angkutan tersebut terhadap pengguna jasa angkutan itu.

Angkutan tersebut keberadaannya meresahkan angkutan umum resmi berplat kuning. Akibatnya bisa timbul persengketaan dalam hal penumpang akibat penyerobatan pemnumpang oleh mobil pribadi berplat hitam sebagai angkutan umum. sehingga

(6)

UULLAJ dalam hal ini secara tegas melarang keberadaan mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum, karena tidak

memiliki ijin usaha yang sah seperti diatur dalam Pasal 173 maka dapat dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 308 UULLAJ :

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum yang:

a. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a.

b. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b.

c. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan barang khusus dan alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf c.

d. menyimpang dari izin yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173.

Mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum merupakan masalah komplek angkutan umum yang keberadaannya sebenarnya dapat merugikan masyarakat dan negara. Sehingga harus mendapat perhatian dan membutuhkan peranan

pemerintah untuk menindaklanjutinya.

E. Acuan Peraturan yang Digunakan Untuk Mengatur Kendaraan Bermotor Pribadi Sebagai Angkutan Umum.

Kendaraan bermotor pribadi sangat banyak digunakan

sebagai angkutan umum. kita tidak menutup mata bahwa hal tersebut sudah dilakukan oleh pemilik kendaraan bermotor pribadi sehari-hari dan lebih parah lagi dijadikan sebagai mata pencaharian. Pemilik kendaraan bermotor pribadi tersebut

(7)

hukum khususnya terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 dan peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Kendaraan bermotor (mobil) yang digunakan sebagai angkutan umum sebelumnya harus memenuhi persyaratan Undang-undang Lalu Lintas dan Jalan Umum (UULLAJ) terlebih

dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat jaminan pelayanan kualitas angkutan umum harus diutamakan. Persyaratan-persyaratan tersebut meliputi izin usaha, trayek, dan operasi angkutan umum, kelaikan jalan mobil yang digunakan

sebagai angkutan umum, asuransi kendaraan angkutan umum, serta ketentuan mobil yang harus dipenuhi sebagai angkutan umum menurut UULLAJ. Adapun izin usaha angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang diatur dalam Pasal 173

UULLAJ yang berbunyi antara lain : Pasal 173 UULLAJ:

1. Perusahaan Angkutan Umum yang menyelenggarakan angkutan orang dan/atau barang wajib memiliki:

a. izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek. b. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek. c. izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

2. Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:

(8)

Syarat wajib perolehan ijin usaha angkutan umum lebih khusus diatur dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 1993 mengenai persyaratan yang wajib dipenuhi yaitu :

1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

2. Memiliki Akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

ayat (2) huruf a dan huruf b, Akte Pendirian Koperasi bagi pemohon sebagaiman dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c dan tanda jati diri bagi pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf d;

3. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan;

4. Memiliki Surat Ijin Tempat Usaha (SITU);

5. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai kendaraan bermotor;

6. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor.

Untuk izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek diatur dalam

pasal pasal-pasal berikut ini :

Pasal 174 UULLAJ:

1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) berupa dokumen kontrak dan/atau kartu elektronik yang terdiri atas surat keputusan, surat pernyataan, dan kartu pengawasan.

(9)

3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa izin pada 1 (satu) trayek atau pada beberapa trayek dalam satu kawasan.

Syarat wajib lainnya untuk memperoleh ijin trayek angkutan umum tertuang dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 1993 yaitu :

1) untuk memperoleh ijn trayek sebagaiman dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) wajib memenuhi persyaratan :

a. memiliki ijin usaha angkutan;

b. memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan;

c. memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor;

d. memiliki atau menguasai fasilitas perawatan kendaraan bermotor.

2) untuk kepentingan tertentu kepada perusahaan angkutan dapat diberikan ijin untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang dari ijin trayek yang dimiliki.

Pasal 175 UULLAJ:

1. Izin penyelenggaraan angkutan umum berlaku untuk jangka waktu tertentu

2. Perpanjangan izin harus melalui proses seleksi atau pelelangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 ayat (2).

Pasal 176 UULLAJ:

Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a diberikan oleh:

1. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:

a. trayek lintas batas negara sesuai dengan perjanjian antarnegara.

b. trayek antarkabupaten/kota yang melampaui wilayah 1 (satu) provinsi. c. trayek angkutan perkotaan yang melampaui wilayah 1 (satu) provinsi. d. trayek perdesaan yang melewati wilayah 1 (satu) provinsi.

2. Gubernur untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:

a. trayek antarkota yang melampaui wilayah 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.

(10)

c. trayek perdesaan yang melampaui wilayah 1 (satu) kabupaten dalam satu provinsi.

3. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani trayek yang seluruhnya berada dalam wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

4. Bupati untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani: a. trayek perdesaan yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten. b. trayek perkotaan yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten.

5. Walikota untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani trayek perkotaan yang berada dalam 1 (satu) wilayah kota.

Pasal 177 UULLAJ:

Pemegang izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek wajib: 1. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan dalam izin yang diberikan. 2. Mengoperasikan Kendaraan Bermotor Umum sesuai dengan standar

pelayanan minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (1).

Lebih khusus mengenai Permohonan ijin trayek angkutan umum diatur dalam Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1993 yaitu :

1) Permohonan ijin trayek sebagaimana dimaksud dalalam Pasal 26 ayat (2) diajukan kepada menteri.

2) Persetujuan atau penolakan ijin trayek diberikan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

3) penolakan permohonan ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan secara tertulis disertai dengan alasan penolakan.

Sedangkan untuk perizinan penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam

trayek diatur dalam pasal 179 UULLAJ yang antara lain berbunyi :

Pasal 179 UULLAJ:

1) Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b diberikan oleh:

a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk angkutan orang yang melayani: 1. angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui 1 (satu) daerah

provinsi.

(11)

3. angkutan pariwisata.

b. Gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui lebih dari 1 (satu) daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi; c. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk angkutan taksi dan

angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

d. bupati/walikota untuk taksi dan angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam wilayah kabupaten/kota.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Dan untuk izin penyelenggaraan angkutan untuk barang diatur dalam Pasal

180 UULLAJ yang isinya antara lain :

Pasal 180:

1) Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf c diberikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan rekomendasi dari instansi terkait.

2) Izin penyelenggaraan angkutan alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf c diberikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin

penyelenggaraan angkutan barang khusus dan alat berat diatur dengan peraturan Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Khusus bagi angkutan umum untuk keperluan wisata termasuk carter dan sewa, juga harus memiliki perizinan. Mobil yang dipergunakan tetap berplat hitam bukan kuning seperti

(12)

1) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf c harus digunakan untuk pelayanan angkutan wisata. 2) Penyelenggaraan angkutan orang untuk keperluan pariwisata sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum dengan tanda khusus.

3) Angkutan orang untuk keperluan pariwisata tidak diperbolehkan menggunakan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek, kecuali di daerah yang belum tersedia angkutan khusus untuk pariwisata.

Mobil yang digunakan sebagai angkutan umum harus

memiliki ijin operasi angkutan karena sudah diatur dalam Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 yaitu :

1) Untuk melakukan kegiatan pengangkutan dengan kendaraan umum tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, wajib memiliki ijin operasi angkutan.

2) Iijin operasi angkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan oleh Menteri.

Perolehan ijin operasional angkutan umum diatur dalam Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 yang mana

persyaratannya sebagai berikut : 1. Memiliki ijin usaha angkutan.

2. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor.

3. Memiliki atau menguasai fasilitas perawatan kendaraan bermotor.

Permohonan ijin operasi angkutan umum diatur dalam Pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 yaitu :

1) Permohonan ijin operasi angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) diajukan kepada Menteri.

2) Persetujuan permohonan penolakan ijin operasi diberikan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

(13)

Mobil yang akan dipergunakan sebagai angkutan umum sebelumnya harus memenuhi persyratan teknis dan laik jalan

serta sesuai dengan peruntukannya sebagai angkutan umum yang memadai. Tujuannya untuk memenuhi keselamatan dan kenyamanan penumpang beserta awak angkutan umum secdiri

mengingat keselamatan keduanya harus diutamakan.

Hal ini sesuai dengan bunyi dari pasal 48 UULLAJ ayat 1 sampai 3 yang

berbunyi :

Pasal 48:

1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

2) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. susunan

b. perlengkapan c. ukuran d. karoseri

e. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya f. pemuatan

g. penggunaan

h. penggandengan Kendaraan Bermotor i. penempelan Kendaraan Bermotor.

3) Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. emisi gas buang b. kebisingan suara

c. efisiensi sistem rem utama d. efisiensi sistem rem parkir e. kincup roda depan

f. suara klakson

g. daya pancar dan arah sinar lampu utama h. radius putar

i. akurasi alat penunjuk kecepatan

j. kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban

(14)

Sedangkan mengenai kenyamanan dan keamanan penumpang dalam

mempergunakan fasilitas angkutan dapat ditegaskan pada pasal 34 UULLAJ, yang

menyatakan bahwa “Pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor wajib

menggunakan kendaraan bermotor untuk penumpang.”

Pasal 137

1) Angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

2) Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan Bermotor berupa Sepeda Motor, Mobil penumpang, atau bus.

3) Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan mobil barang.

4) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:

a. rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis, dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;

b. untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau

c. kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan peraturan pemerintah.

Asuransi juga harus dipenuhi sebagai penunjang persyaratan keselamatan, khususnya bagi penumpang umum dan

awak angkutan selain persyaratan teknis dan laik jalan bagi kendaraan bermotor khususnya mobil yang akan dijadikan sebagai angkutan umum. dalam Pasal 237 UULLAJ yang mengatur asuransi yaitu:

Pasal 237:

1) Perusahaan Angkutan Umum wajib mengikuti program asuransi kecelakaan sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan.

(15)

Menurut penjelasan Pasal 237 UULLAJ disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan “awak kendaraan” adalah Pengemudi, Pengemudi cadangan, kondektur,

dan pembantu Pengemudi.

Ketentuan-ketentuan mengenai mobil yang harus dipenuhi

sebagai angkutan umum adalah mobil tersebut harus sah didaftarkan dan lulus uji dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) untuk beroperasi di jalan. Mengenai pengujian kendaraan bermotor diatur dalam Pasal 49 UULLAJ

yaitu :

Pasal 49:

1) Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di Jalan wajib dilakukan pengujian.

2) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. uji tipe.

b. uji berkala.

Menurut UULLAJ uji tipe terdiri atas pengujian fisik untuk pemenuhan

persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan terhadap landasan Kendaraan

Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan lengkap. Sedangkan Uji

berkala meliputi kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor

dan pengesahan hasil uji.

Uji tipe sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh unit pelaksana uji tipe

Pemerintah. Sedangkan untuk pengujian fisik berkala pada kendaraan bermotor

selain bisa dilakukan oleh unit pelaksana pengujian pemerintah kabupaten/kota

(16)

mendapat izin dari Pemerintah; atau unit pelaksana pengujian swasta yang

mendapatkan izin dari Pemerintah.

Tujuan pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala adalah untuk menjaga agar kendaraan bermotor selalu memenuhi syarat teknis, tidak membahayakan dan tetap

dalam keadaan laik jalan, termasuk persyaratan ambang batas emisi gas buang dan kebisingan harus dipenuhi.50

Pendaftaran kendaraan bermotor terutama bagi mobil yang digunakan sebagai angkutan umum juga penting, karena

menyangkut pengendalian kendaraan yang beroperasi di jalan. Diatur dalam Pasal 64 UULLAJ yaitu :

1) Setiap Kendaraan Bermotor wajib diregistrasikan.

2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. registrasi Kendaraan Bermotor baru;

b. registrasi perubahan identitas Kendaraan Bermotor dan pemilik; c. registrasi perpanjangan Kendaraan Bermotor; dan/atau

d. registrasi pengesahan Kendaraan Bermotor.

3) Registrasi Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:

a. tertib administrasi;

b. pengendalian dan pengawasan Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Indonesia;

c. mempermudah penyidikan pelanggaran dan/atau kejahatan;

d. perencanaan, operasional Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan

e. perencanaan pembangunan nasional.

4) Registrasi Kendaraan Bermotor dilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui sistem manajemen registrasi Kendaraan Bermotor.

5) Data registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor merupakan bagian dari Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan digunakan untuk forensik kepolisian.

50

(17)

6) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Setelah kendaraan tersebut didaftarkan, maka diberikan bukti pendaftaran kendaraan bermotor (BPKB) sebagai tanda bukti pendaftaran atas kendaraan tersebut. Selain diberikan BPKB,

diberikan pula Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) dan tanda nomor kendaraan bermotor bagi kendaraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.51

Mengenai standar mobil yang dipergunakan dalam angkutan

umum dimana sesuai dengan peruntukannya mengacu pada Pasal 137 UULLAJ yaitu :

1) Angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

2) Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan Bermotor berupa Sepeda Motor, Mobil penumpang, atau bus.

3) Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan mobil barang.

4) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:

a. rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis, dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;

b. untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau

c. kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan peraturan pemerintah.

Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993, juga ditegaskan mengenai mobil yang dipergunakan sebagai angkutan

umum dalam Pasal 4 yaitu pengangkutan orang dengan

51

(18)

kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang.

C. Praktek Pengangkutan Penumpang Di Bandara Kualanamu Internasional Airport Oleh Pemilik Mobil Pribadi.

Keberadaan mobil pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum oleh

para pemiliknya khususnya yang digunakan sebagai angkutan umum (pada

angkutan umum di bandara Kualanamu Internasional (Airport) sangat banyak.

Masyarakat sendiri cenderung memilih kendaraan pribadi daripada menunggu

mobil angkutan umum. Hal ini jelas keberadaan mobil pribadi sebagai angkutan

umum sangat meresahkan dan banyak merugikan kendaraan-kendaraan umum

yang beroperasi.

Banyaknya mobil pribadi sebagai angkutan umum bagi pihak angkutan

umum resmi mengakibatkan persaingan tidak sehat dengan angkutan umum

resmi. Kendaraan mobil pribadi tersebut dianggap mengambil rezeki atau

penumpang yang seharunys di dapan oleh angkutan umum resmi. Selain itu mobil

pribadi sebagai angkutan umum dapat menerapkan tarif angkutan semaunya pada

penumpang, karena tidak mengacu pada ketentuan tarif yang ditentukan dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum sering tidak membayar retribusi,

tidak masuk terminal dan tidak menggunakan jasa pelayanan uji kendaraan.

Ditambah lagi daya jelajah kendaraan tersebut dapat masuk kota dan pelosok yang

(19)

angkutan resmi di Bandara Kualanamu Airport merasa tersaingi dengan adanya

angkutan pribadi yang mengangkut penumpang.

Bagi para pengguna angkutan umum seharusnya bisa memilih mana yang

baik dan mana yang tidak, kendaraan bermotor plat kuning yang sudah memenuhi

persyaratan sudah pasti dilengkapi asuransi, baik asuransi kendaraan maupun

asuransi jiwa terhadap para penumpang sebagai konsumen.

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pun banyak terdapat pada mobil penumpang pribadi

yang dijadikan sebagai mobil angkutan umum, baik dari cara menaikkan

penumpang, menurunkan penumpang sampai pada menentukan tarif yang relatif

lebih mahal dari angkutan umum pada umumnya.

Prakteknya seringkali dijumpai mobil penumpang umum yang beroperasi

dengan menggunakan plat hitam dengan berani parkir di pinggir ruas jalan,

dimana hal ini jelas nantinya akan merugikan para pemilik mobil penumpang

umum yang resmi (plat kuning), yang sudah memiliki izin trayek resmi dan

membayar retribusi kepada Pemerintah. Keberadaan angkutan plat hitam

bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan. Dalam undang-undang tersebut, semua angkutan umum,

termasuk travel, wajib memiliki izin usaha dan menggunakan plat kuning.

Pengangkutan penumpang di Bandara Kualanamu Internasional Airport

mobil angkutan umum yang berplat hitam hampir mendominasi trayek yang ada,

kalau hal ini dibiarkan secara terus-menerus hal yang paling ditakutkan nantinya

akan terjadi misalnya saja iklim usaha jasa yang ada akan sedikit demi sedikit

(20)

yang akan menghancurkan cita-cita Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009,

dimana salah satunya adalah menciptakan suasana yang kondusif baik para

pemilik mobil penumpang umum maupun penumpang sebagai konsumen.

Keberadaan mobil penumpang umum jelas sudah menyalahi aturan

perundang-undangan yang ada, mulai dari fungsi mobil yang seharusnya untuk

pribadi difungsikan untuk umum, tidak masuk terminal, dan sebagainya. Ironisnya

yang ada, dengan keberaan mobil penumpang umum masyarakat lebih cenderung

memilih kendaraan penumpang umum plat hitam, dan hal semacam ini jangan

langsung menyalahkan masyarakat karena masyarakat masih kurang paham

terhadap aturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan hasil penelitian Di Bandara Kualanamu Airport Kabupaten

Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara keberadaan mobil pribadi yang dijadikan

angkutan penumpang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Banyaknya

mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum (taksi gelap) mengakibatkan

persaingan tidak sehat dengan angkutan umum resmi. Berikut daftar peningkatan

mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum (taksi gelap) dari tahun ke tahun.

Tabel 1

Daftar Peningkatan Mobil Pribadi Yang Dijadikan Angkutan Umum (Taksi Gelap)

No Tahun Jumlah

1 2012 70

2 2013 101

3 2014 140

(21)

Selain itu mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum (taksi gelap) dapat

menerapkan tarif angkutan semaunya kepada penumpang, karena tidak mengacu

pada ketentuan tarif yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ketentuan tersebut hanya berlaku

kepada angkutan taksi/kendaraan berplat kuning. Ditambah dengan tidak adanya

jaminan keselamatan jiwa dari pemerintah atau supir mobil pribadi yang dijadikan

angkutan umum (taksi gelap) itu sendiri. Hal ini disebabkan mobil pribadi yang

dijadikan angkutan umum (taksi gelap) tidak melalui perizinan yang resmi sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.35 Tahun 2003

(22)

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNGJAWAB PEMILIK MOBIL PRIBADI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ANGKUTAN

UMUM (PADA ANGKUTAN UMUM DI BANDARA KUALANAMU INTERNASIONAL (AIRPORT)

A. Tanggungjawab Pemilik Mobil Pribadi yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum.

a. Tanggungjawab menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, pihak-pihak dapat membuat

ketentuan yang membatasi tanggung jawab pihak dalam perjanjian. Dalam hal ini

pengangkut dapat membatasi tanggung jawab berdasarkan kelayakan. Perjanjian

dibuat secara tertulis, biasanya pembatasan dituliskan secara tegas dalam

syarat-syarat atau klausula perjanjian akan tetapi apabila perjanjian dibuat secara tidak

tertulis maka kebiasaan yang berintikan kelayakan atau keadilan memegang

peranan penting, disamping ketentuan Undang Undang karena bagaimanapun

pihak-pihak dilarang menghapus sama sekali tanggung jawab (Pasal 470 ayat 1

Kitab Undang Undang Hukum Dagang, untuk pengangkut).

b. Tanggungjawab menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

KUHPerdata mengatur tentang tanggung jawab pengangkut ditentukan

dalam Pasal 1236 dan 1246 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, menurut Pasal

1236 pengangkut wajib membayar ganti kerugian atas biaya, kerugian yang

diderita dan bunga yang layak diterima, bila ia tidak dapat menyerahkan atau tidak

merawat sepatutnya untuk menyerahkan barang muatan.

Tanggung jawab berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang Undang Hukum

(23)

ditimbulkan karena perbuatan melawan hukum yang dilakukannya. Pihak yang

dirugikan harus membuktikan bahwa kerugiannya diakibatkan karena perbuatan

melawan hukum tersebut”.

Tanggung jawab pengangkut dibatasi dengan ketentuan Pasal 1247 dan

Pasal 1248 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, kerugian penerimaan dan

pengiriman barang menjadi beban pengangkut yang dibatasi dengan syarat

sebagai berikut :

a. Kerugian dapat diperkirakan secara layak, pada saat timbulnya perikatan.

b. Kerugian itu harus merupakan akibat langsung dari tidak terlaksananya

perjanjian pengangkutan.

Pengurangan dan peniadaan tanggung jawab boleh diberikan asal saja

mendapat persetujuan dari pihak-pihak pengirim maupun penerima barang karena

sifatnya dwingen recht (Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata).

Klausul pengurangan tanggung jawab pengangkutan diadakan seimbang dengan

biaya pengurangan angkutan, tetapi imbangan tersebut diperkirakan sedemikian

rupa barang yang diangkut tetap terjamin keselamatannya dan tidak akan

merugikan pihak pengirim barang, oleh karena itu dalam hal ini pengirim perlu

mendapat perlindungan dari pembentukan Undang Undang.

2. Tanggungjawab menurut Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Pasal 234 ayat (1) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa pemilik, penyedia jasa angkutan

(24)

pemilik barang sedangkan pada Pasal 235 ayat (1) Undang Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan menyebutkan bila terjadi

kecelakaan sampai terjadinya kematian maka pihak pengemudi, penyedia jasa

angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris berupa biaya

pengobatan dan biaya pemakaman dengan tidak menghilangkan tuntutan perkara

pidana.

Kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan cedera maka pihak pengemudi

dan penyedia jasa angkutan umum wajib memberikan bantuan berupa biaya

pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana (Pasal 235 ayat

(2) Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan). Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab apabila ia dapat

membuktikan bahwa kerugian bukan timbul karena kesalahannya (Pasal 24

Undang Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

Pembatasan tanggung jawab yaitu prinsip yang membatasi tanggung jawab

pengangkut sampai jumlah tertentu. Prinsip pembatasan tanggung jawab ini

mempunyai dua variasi yaitu Mungkin dilampaui dan Tidak mungkin dilampaui.52

Pengangkut bertanggung jawab atas kecelakaan itu maka pengangkut harus

membayar ganti rugi kepada penumpang maupun non penumpang yang menderita

kecelakaan.53

Pasal 1367 ayat 1 KUHPerdata mengatur bahwa “ setiap orang tidak saja

bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri,

tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang

52

Syaiful Watni, Op.Cit, hal.61 53

(25)

menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang yang berada di bawah

pengawasannya.”

Pasal 523 KUHDagang juga mengatur bahwa ” si Pengangkut harus

menanggung terhadap segala perbuatan dari mereka yang dipekerjakannya, dan

terhadap benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan

tersebut”.

Berdasarkan Pasal 1367 KUHPerdata yang berkaitan dengan Pasal 523

KUHDagang di atas, seorang pengusaha bertanggung jawab atas kelalaian buruh

atau pegawainya, misalnya bila seorang supir, karena kelalaiannya menabrak

mobil orang lain, sehingga ada penumpang yang menderita luka-luka, maka

pengusaha yang menjadi atasan supir tersebut bertanggung jawab atas tuntutan

ganti rugi yang diajukan oleh penumpang bahkan tuntutan ganti rugi yang

diajukan oleh pemilik mobil yang ditabrak.

Bila seorang penumpang mengajukan tuntutan ganti rugi karena luka atau

kerugian lain kepada pengangkut, penumpang tersebut cukup mendalilkan bahwa

dirinya menderita kerugian yang disebabkan oleh pengangkutan tersebut. Jika

tuntutan itu dibantah oleh pengangkut, maka pengangkut harus membuktikan

bahwa dia tidak bersalah. Jadi, jika ada tuntutan dari penumpang yang menderita

kerugian, maka beban pembuktian berada pada pengangkut,.

Abdulkadir Muhammad mengemukakan prinsip-prinsip tanggung jawab

dalam hukum pengangkutan sebagai berikut :54

54

(26)

a. Tanggung Jawab karena Kesalahan.

Menurut prinsip ini, setiap pengangkutan yang melakukan kesalahan

dalam menyelengggrakan pengangkutan harus bertanggung jawab membayar

segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya. Pada pengangkutan darat

dengan kendaraan bermotor, tanggung jawab ini ditentukan dalam pasal 28

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang mengatur: Pengemudi kendaraan

bermotor bertanggung jawab atas kerugian yang diderita penumpang, yang timbul

akibat kelalaian atau kesalahan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan

bermotor.

b. Tanggung Jawab Mutlak

Menurut prinsip ini pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap

kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa ada

keharusan pembuktian ada atau tidaknya kesalahan pengangkut.

a. Tanggung Jawab karena Praduga

Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas

setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakan.Beban

pembuktian ada pada pihak pengangkut bukan pada pihak yang dirugikan. Pihak

yang dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita dalam

pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut

Menurut H.M.N Purwosutjipto, prinsip tanggung jawab berdasarkan

praduga memiliki 3 (tiga) variasi, yakni sebagai berikut:

(27)

2. Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab apabila ia dapat membuktikan bahwa ia telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghindarkan timbulnya kerugian.

3. Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab apabila ia dapat membuktikan bahwa kerugian bukan timbul karena kesalahannya (Pasal 24 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya).55

B. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Oleh Dinas Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya Dalam Menertibkan Mobil Pribadi Sebagai Angkutan Umum.

Semakin banyaknya mobil pribadi sebagai angkutan umum (takis gelap) khususnya di Bandara Kualanamu Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara mengindikasikan upaya-upaya

yang telah dilakukan oleh pemerintah tidak berhasil. Gagalnya usaha pemerintah dalam menertibkan mobil pribadi sebagai angkutan umum (takis gelap) khususnya di Bandara Kualanamu Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara sangat

merugikan pihak pengusaha angkutan umum resmi sebab mobil pribadi sebagai angkutan umum (takis gelap) tersebut telah merebut penumpang serta membuat pendapatan supir angkutan umum resmi berkurang. Menurut supir mobil pribadi sebagai

angkutan umum (takis gelap) sebenarnya mereka tidak boleh lagi untuk mangkal di Bandara Kualanamu Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara karena larangan dari pihak bandara.56

55

H.M.N Purwosutjipto, Op..Cit, hal. 28-29. 56

(28)

Menurut supir mobil pribadi sebagai angkutan umum (takis gelap) di Bandara Kualanamu Kabupaten Deli Serdang Propinsi

Sumatera Utara, bahwa sekarang menggunakan sistem langganan sehingga apabila pelanggan membutuhkan jasa angkutan taksi gelap, penumpang dapat menelepon supir angkutan taksi gelap. Tetapi terkadang apabila sedang penumpang ke bandara para

supir angkutan taksi gelap mencari penumpang dengan bantuan calo dari pada pulang dengan tidak membawa uang tambahan. 57

Supir mobil pribadi sebagai angkutan umum (takis gelap) khususnya di Bandara Kualanamu Kabupaten Deli Serdang

Propinsi Sumatera Utara menyebutkan bahwa mereka tidak dapat berlama-lama dan menawarkan jasa angkutan taksi gelap secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan oleh pihak Bandara Kualanamu Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Bila

para supir angkutan taksi gelap merasa sudah merasa lama berada di bandara dan tidak mendapatkan penumpang, maka para supir angkutan taksi gelap pun pulang karena supir

angkutan taksi gelap takut ketahuan pihak Bandara Kualanamu Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.58

Faktor-faktor yang mempengaruhi angkutan taksi gelap banyak digunakan sebagai angkutan umum tetapi juga dilarang

karena kurangnya jaminan keselamatan jiwa adalah disebabkan :

57 Ibid 58

(29)

a. Faktor Ekonomi

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang harus memenuhi

kebutuhan hidupnya dan berusaha memperoleh penghidupan yang layak, bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Banyak cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau memperoleh penghidupan yang layak. Diantaranya bekerja

menjadi Dokter, pengusaha sampai tukang becak. Begitu juga awak angkutan yang terdiri dari sopir dan kernet maupun pemilik/pengusaha angkutan umum. Mereka bekerja juga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menuju penghidupan yang

lebih baik. Bagi sopir dan kernet, mereka hampir seharian penuh bekerja untuk mengejar setoran yang telah ditetapkan oleh pemilik/ pengusaha angkutan umum.

Semakin bertambahnya jumlah angkutan umum dari hari

ke hari, menandakan bahwa semakin banyak orang yang berkecimpung di dunia transportasi mempunyai potensi untuk dikembangkan mengingat angkutan umum semakin banyak

dibutuhkan masyarakat untuk melakukan perjalanan. Dari tahun ke tahun orang yang mencari nafkah hidup dan berkecimpung di dunia transportasi, khususnya angkutan umum semakin banyak. Sementara angkutan umum resi berplat kuning yang diijinkan dan

(30)

mobil pribadi berplat hitam yang digunakan sebagai angkutan umum.

Hal ini dapat mengakibatkan perebutan penumpang diantara angkutan resmi berplat kuning dengan angkutan umum tidak resmi berplat hitam. Angkutan umum resmi plat kuning menganggap bahwa awak angkutan umum plat hitam telah

menyerobot penumpang yang seharusnya menjadi haknya. Akhirnya menimbulkan rawan pertengkaran antara awak angkutan umum resmi plat kuning dengan awak angkutan umum tidak resmi plat hitam, serta sama-sama berdalih mencari nafkah

di bidang angkutan umum.

Selain itu apabila terjadi penindakan terhadap angkutan umum tidak resmi plat hitam oleh aparat yang berwenang di bidang lalu lintas dan angkutan jalan, awak dan pemilik/

pengusaha angkutan tersebut tidak mau langsung dipersalahkan. Mereka berusaha merayu petugas dengan dalih faktor ekonomi yang tidak memungkinkan untuk mengurus ijin dan memberi

uang damai agar mereka bisa beroperasi lagi.

b. Faktor banyaknya jumlah pengguna jasa angutan umum yang tidak tertampung oleh angkutan umum resmi.

Semakin bertambah banyaknya jumlah pengguna jasa

(31)

baru di bidang angkutan umum. hal ini mengingat jumlah angkutan resmi sendiri terbatas dalam kenytaannya untuk

menampung keseluruhan jumlah pengguna jasa angkutan umum yang selalu bertambah. Akibtanya hal tersebut dapat mengakibatkan pengguna jasa angkutan umum yang tidak tertampung oleh armada angkutan umum resmi beralih ke armada

angkutan umum tidak resmi plat hitam untuk melayaninya.

Dalam hal ini pengguna jasa angkutan umum tersebut dihadapkan pada sutau dilema, mengingat angkutan tersebut tidak memberikan jaminan asuransi dan ganti kerugian apabila

terjadi musibah yang timbul dari angkutan itu. pengguna jasa angkutan itu terpaksa harus menerima resiko apabila menggunakan jasa angkutan umum tidak resmi tersebut. Angkutan umum tidak resmi tidak bisa menampung keseluruhan

jumlah pengguna jasa angkutan umum, karena jumlah armadanya harus dibatasi dalam masing-masing trayek kecuali kobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum pariwisata,

carter dan sewa. Jumlah mobil yang beroperasi sebagai angkutan umum harus dibatasi karena terkait dengan nafkah hidup awak angkutan dan pengendalian serta pengawasan serta penertiban operasional angkutan umum oleh pemerintah. Semakin banyak

(32)

sehat antar awak angkutan resmi sendiri dalam mencari nafkah hidup. Akibatnya semakin sedikit peluang mendapatkan

penumpang sebanyak-banyaknya bagi seseorang.

Jumlah angkutan umum resmi dalam hal trayek diatur dengan Pasal 28 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 mengenai Pembukaan Trayek Baru dengan ketentuan yaitu :

1) Adanya permintaan angkutan yang potensial, dengan perkiraan faktor muatan diatas 70 % (tujuh puluh persen);

2) Tersedianya fasilitas terminal yang sesuai.

Selain itu pembatasan jumlah angkutan umum resmi yang

diperbolehkan beroperasi dan penambahan jumlah angkutan dalam suatu wilayah operasi, diatur pula dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993. Dicantumkan dalam Pasal tersebut bahwa pebetapan wilayah operasi yang terbuka

untuk penambahan jumlah kendaraan bermotor, dilakukan apabila tingkat penggunaan kendaraan bermotor diatas 60 % (enam puluh persen).

Mengingat jumlah angutan umum resmi yang harus dibatasi seperti ketentuan yang tersebut diatas, membuat pengguna jasa angutan umum beralih dan terpaksa memanfaatkan armada mobil pribadi sebagai anggutan umum tidak resmi. Pengguna jasa

(33)

tindakan awak angkutan tersebut menganai tarif dan tata cara penangkutan penumpang. Dimana pengguana jasa angkutan tidak

memperoleh jaminan asuransi dan ganti kerugian. c. Faktor Administrasi Mengenai Ijin Angkutan Umum

Ijin bagi angkutan umum mutlak diperlukan. Suatu kendaraan bermotor (mobil) yang mendapatkan ijin tersebut,

keberadaannya menjadi sah dan diakui oleh Pemerintah sebagai angkutan umum resmi dengan memakai plat nomor kuning. Disamping mobil trersebut telah memenuhi persyaratan teknis laik jalan sebagai angkutan umum menurut Undang Undang No. 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum. Tetapi untuk memerpoleh ijin angkutan umum pemilik/

pengusaha yang memiliki mobil pribadi untuk dijadikan angkutan umum diharuskan mengurus administrasi sebelumnya. Diantaranya memenuhi persyaratab-persyratan dalam ijin usaha,

trayek dan operasi, membayar sumbangan wajib dan dana asuransi Jasa Raharja serta pengutan-pungutan lainnya. Biaya pengurusannya jauh lebih besar daripada biaya pengurusan mobil pribadi.

(34)

angkutan umum tiap tahunnya. Sehingga secara keseluruhan pemilik/ pengusaha angkutan angkutan umum menanggung biaya

yang jauh lebih besar daripada biaya untuk mobil pribadi. Karena itu banyak pemilik/ pengusaha mobil pribadi tidak mau mengurus perijinan angkutan umum, karena mengoperasikan mobil pribadi sebagai angkutan umum sudah mengeluarkan banyak biaya tiap

tahunnya. Biaya operasional semakin membengkak tiap tahunnya sejak krisis moneter melanda di Indonesia. Sehingga mereka memilih untuk tidak mengurus ijin karena hal-hal tersebut di atas disamping menghidari prosedur perijinan yang menurut pemilik/

pengusaha angkutan mobil pribadi dirasa berbelit-belit serta menyita waktu bagai mereka sehingga bagi mereka lebih baik menghindari hal tersebut.

d. Faktor tidak adanya jaminan asuransi jiwa kepada para

penumpang apabila terjadi suatu kecelakaan.

Pengangkutan dalam menjalankan kewajibanya yaitu menyelenggarakan jasa angkutan umum bagi pengguna jasa

dengan selamat sampai di tempat tujuan tidak dapat terlaksana dengan baik. Penumpang dalam hal pengangkutan ini tidak disertai dengan asuransi jiwa bagi para penumpang sehingga apabila terjadi suatu kesalahan dalam pengangkutan yang

(35)

memberikan pelayanan bagi penumpang. Adanya tindakan pengangkutan yang tidak memperhatikan keselamatan dan

kenyamanan bagi penumpang (dalam hal ini dilakukan oleh pengemudi) pada saat mengemudikan mobil taksi gelap tidak berhati-hati dan mengemudikan secara tidak wajar. Hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan kewajiban pengangkut yang

seharusnya dapat mengemudikan dan melaksanakan pengangkutan dengan baik.

Dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi di bidang angkutan umum, khusus terhadap mobil pribadi yang

dipergunakan sebagai angkutan umum tidak resmi seperti yang diuraikan diatas, pihak DLLAJR mengalami hambatan-hambatan. Antara lain seperti kurangnya informasi dan komuniskasi kepada masyarakat menganai mobil pribadi sebagai angkutan umum

menurut undang-undang dan peraturan pemerintah mengenai lalu lintas dan angkutan jalan raya (UULLAJ) dan kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas.

a. Kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat

Makin menjamurnya mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum yang beroperasi di jalan raya oleh pemilik/ pengusaha angkutan tersebut, bisa jadi oleh karena kurang

(36)

angkutan umum berdasarkan UULLAJ oleh pihak DLLAJR kepada pemilik/ pengusaha angkutan umum.

Akibat kurang gencarnya sosialisasi tersebut oleh pihak DLLAJR, maka banyak pemilik/pengusaha yang menajalankan mobil pribadi berplat hitam sebagai angkutan umum. mereka belum mengerti dan memahami mengenai ketentuan dan

persyratan angkutan umum resmi beserta tindak pidana bagi yang melanggarnya menurut UULLAJ. Sehingga pemilik/ pengusaha mobil angkutan umum oplat hitam dengan bersikap masa bodoh tetap mengoperasikan angkutannya, karena dengan alasan belum

mendengar sosialisasi UULLAJ mengenai angkutan umum.

Disamping itu bagi pemilik/ pengusaha untuk mengurus perijinan angkutan umum resmi, biayanya mahal karena mereka sudah mengeluarkan biaya banyak dalam mengoperasikan

angkutannya. Mereka juga merasa prosedur perijinan dan administrasi berbelit-belit atau tidak mengerti harus kemana mereka mengurusnya menurut mereka.

Karena itu perlu bagi pihak DLLAJR untuk mensosialisasikan UULLAJ mengenai angkutan umum kepada pemilik/ pengusaha yang menjalankan mobil pribadi sebagai angkutan umum untuk menghentikan kegiatannya. Disamping itu

(37)

angkutan umum pihak DLLAJR dapat bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian untuk

mensosialisasikan kepada pemilik/ pengusaha angkutan.

Dengan adanya sosialisasi UULLAJ yang gencar dan terus menerus mengenai angkutan umum oleh aparat yang berwenang dibidang angkutan jalan kepada pemilik/ pengusaha angkutan

agar menjadi paham dan mengerti serta mematuhi dan melaksanakannya. Mereka tidak bisa mencari alasan-asalan lagi mengenai pelanggaran angkutan tersebut, karena sudah dianggap paham dan mengerti mengenai ketentuan UULLAJ mengenai

angkutan umum yang resmi beserta prosedur perijinannya.

b. Kemampuan Aparat Penegak Hukum Dalam Melaksanakan Tugas

Untuk menanggulangi dan mencegah mobil pribadi yang

dijadikan sebagai angkutan umum, dibutuhkan aparat penegak hukum yang berwenang dibidang angkutan jalan. Aparat tersebut adalah pihak Kepolisian dan pihak DLLAJR untuk menindak tegas

pelanggaran tersebut karena tidak sesuai dengan UULLAJ. Tetapi pelanggaran tersebut tetap berlangsung bahkan semakin banyak saja setiap tahun, seolah-olah pihak Kepolisian dan DLLAJR tidak berdaya untuk mengatasinya.

(38)

tugas masih kurang. Keterbatasan jumlah personel yang berwenang dalam pengawasan dan penindakan terhadap

angkutan umum tidak resmi plat hitam menjadi kendala. Jumlah personel yang terbatas tidak maksimal untuk memberantas angkutan tersebut secara keseluruhan.

Penegakan hukum yang tidak tegas dan tidak konsisten juga

turut mengurangi kemampuan aparat penegak hukum yang berwenang dibidang angkutan jalan dalam melaksanakan tugas. Seperti razia operasi terhadap angkutan umum tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja oleh aparat. Dimana

tidak semua mobil pribadi plat hitam digunakan untuk digunakan sebagai angkutan umum yang beroperasi terjaring razia oleh aparat. Walaupun angkutan tersebut terjaring razia operasi, sebagian dari mereka yang tertangkap sudah kembali beroperasi.

Seharusnya aparat yang berwenang lebih banyak membentuk pos pengawasan di setiap titik wilayah yang sering dilalui oleh angkutan umum plat hitam tersebut. disamping itu

aparat yang berwenang seharusnya menyebarkan intel dalam mengawasi dan menindak angkutan umum tersebut pada tiap-tiap jalur yang sering dilalui olehnya.

Selain itu oknum aparat memberikan toleransi kepada

(39)

aparat yang berwenang dalam melaksanakan tugas penegakan hukum. Pungli termasuk perbuatan yang memperkaya diri sendiri

tanpa hak atau tidak halal, yang dapat diklasifikasikan sebagai korupsi. Apabila masalah pungli ini tidak ditangani secara struktural dan bersistem, dikhawatirkan akan terus berlanjut, sehingga menjadi beban masyarakat dan akhirnya membudaya

yang sulit diberantas.59

Kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas menindak pelanggaran tersebut harus benar-benar dimaksimalkan dan ditingkatkan lagi. Dituntut lebih pintar,

profesional, serta tangguh dalam melaksanakan tugasnya memberantas dan menertibkan angkutan umum plat hitam. Karena itu perlu adanya pembinaan mental dan keahlian tiap individu personel aparat secara kontinu dalam meningkatkan

profesionalismenya.

C. Ketentuan dan Sanksi Hukum bagi Pemilik Mobil Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum.

Semakin banyak kendaraan taksi gelap yang dijadikan angkutan umum khususnya di Bandara Kualanamu Airport Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, maka terhadap angkutan taksi gelap terebut harus diberikan sanksi hukum yaitu :

59

(40)

1. Hukuman Denda atau kurungan bagi pemilik/ pengusaha

kendaraan bermotor pribadi

Untuk memberantas penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum oleh penegak hukum diperlukan suatu sanksi pidana berupa hukuman denda atau kurungan. Hal tersebut sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 mengenai berbagai ketentuan pidana yang dapat dijeratkan pada para pelanggar.

Ketentuan tersebut perlu diterapkan untuk memberikan

peringatan dan shock therapy kepada pemilik/ pengusaha yang menjalankan mobil pribadi sebagai angkutan umum, bahwa melakukan perbuatan tersebut diancam pidana yang sangat berat. Juga menangkal pengoperasian angkutan tersebut yang semakin

bertambah setiap tahunnya.

Sanki tersebut perlu diterapkan, mengingat keberadaan angkutan umum berplat hitam merugikan masyarakat dan negara. Merugikan masyarakat, karena angkutan tersebut tidak

mempunyai jaminan asuransi dan ganti rugi serta dapat bertindak sewenang-wenang dalam hal tarif penumpang dan tata cara pengangkutan penumpang. Negara dirugikan pula karena tidak memperoleh retribusi dan pajak dari beroperasinya angkutan

(41)

Mobil pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum belum tentu memenuhi persyaratan sebagai angkutan umum sesuai

UULLAJ. Mereka harus menjalani pengujian apakah sudah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai peruntukannya sebagai angkutan umum sebagaimana disyaratkan oleh pihak DLLAJR menurut UULLAJ.

Seperti telah dijelaskan bahwa dalam Pasal 48 UULLAJ ditentukan bahwa Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Persyaratan teknis terdiri atas: susunan; perlengkapan; ukuran;

karoseri; rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya; pemuatan; penggunaan; penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau penempelan Kendaraan Bermotor. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud ditentukan oleh

kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas: emisi gas buang; kebisingan suara; efisiensi sistem rem utama; efisiensi sistem rem parkir; kincup

roda depan; suara klakson; daya pancar dan arah sinar lampu utama; radius putar; akurasi alat penunjuk kecepatan; kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan. Serta dalam Pasal 106 ayat

(42)

persyaratan teknis dan laik jalan. Bagi mereka yang mengoperasikan kendaraan bermotor (mobil) pribadi sebagai

angkutan umum sesuai UULLAJ dan belum diujikan peruntukannya, syarat teknis dan laik jalan diancam pidana. Sesuai dengan Pasal 282 ayat 2 dan 3 yang berbunyi

Pasal 285 ayat 2 UULLAJ:

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper, penggandengan, penempelan, atau penghapus kaca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Pasal 286 UULLAJ :

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Ketentuan mengenai persyaratan teknis dan laik jalan serta

peruntukannya bgai kendaraan bermotor (mobil) yang dijadikan sebagai angkutan umum harus dipenuhi. Ini terkait dengan jaminan keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa angkutan umum itu sendiri.

(43)

dengan pengendalian dan pengawasan serta penertiban terhadap jumlah angkutan umum yang beroperasi di suatu wilayah.

Ijin tersebut mutlak diperlukan oleh kendaraan bermotor (mobil) yang dijadikan sebagai angkutan umum resmi. Dimaksudkan agar pemilik/ pengusaha angkutan umum senantiasa terus mengikuti dan mematuhi ketentuan-ketentuan

angkutan umum sesuai UULLAJ.

Bagi pemilik/ pengusaha angkutan umum plat hitam yang tidak mengindahkan persyaratan mengenai perijinan suatu angkutan umum, diancam dengan sanksi pidana yang diatur

dalam Pasal 308 UULLAJ :

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum yang:

a. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a;

b. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b;

c. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan barang khusus dan alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf c; atau

d. menyimpang dari izin yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173.

Selain peruntukan, persyaratan teknis dan laik jalan serta

perijinan untuk angkutan umum, juga harus ada asuransi untuk kendaraan bermotor. Asuransi untuk kendaraan bermotor yang dijadikan sebagai angkutan umum berfungsi sebagai jaminan ganti kerugian dan bukti tanggung jawab pemilik/ pengusaha

(44)

didalamnya. Tanpa ada asuransi dalam angkutan umum, maka kepentingan penumpang dan awak tidak terlindungi dengan

adanya jaminan tanggung jawab atas kerugian dan keselamatan oleh pemilik/ pengusaha angkutan umum apabila terjadi sesuatu.

Kalau pemilik/ pengusaha kendaraan bermotor ada kesalahan atas terjadinya kecelakaan lalu lintas yang menimpa

korban, maka dia wajib mengganti jumlah pembayaran dana yang telah dibayarkan oleh Perum Asuransi Ganti Kerugian Jasa Raharja kepada si korban atau ahli warisnya.60

Apabila pengusaha angkutan kendaraan bermotor (mobil)

yang dijadikan sebagai angkutan umum tidak mengasuransikan tanggungjawabnya sebagai jaminan keselamatan dan ganti kerugian serta bukti tanggung jawab pengangkut oleh pemilik/ pengusaha angkutan, maka dapat diancam sanksi pidana yang

diatur dalam pasal 309 UULLAJ yakni : Pasal 309 UULLAJ :

Setiap orang yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya untuk penggantian kerugian yang diderita oleh Penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 189 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

Awak angkutan perlu diasuransikan pula oleh pemilik/ pengusaha angkutan umum selain penumpang, karena pemilik/ pengusaha sebagai atasannya mempunyai tanggung jawab

60

(45)

terhadap awak yang lalai atau mengalami musibah. Tanggung jawab pemilik/ pengusaha angkutan umum terhadap awak angkutan diatur dalam Pasal 237 UULLAJ jo Pasal 1367 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pasal 1367 KUHPerdata berbunyi : “Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau yang disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.”

Tanggung jawab pemilik/ pengusaha angkutan umum terhadap awak angkutan yang bekerja padanya diatur pula dalam Pasal 523 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD). Dalam pasal tersebut tercantum bahwa si pengangkut harus menanggung segala perbuatan dari mereka yang dipekerjakannya terhadap segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut.

(46)

dalam Pasal 237 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).

Bagi pemilik pemilik/ pengusaha kendaraan bermotor (mobil) yang dijadikan sebagai angkutan umum harus memperhatikan dan mematuhi ketentuan-ketentuan angkutan umum UULLAJ, jika tikda maka akan diancam pidana seperti yang disebutkan diatas.

2. Penyitaan Kendaraan Oleh Aparat Penegak Hukum Yang

Berwenang Dalam Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Mengatasi keberadaan angkutan umum plat hitam, aparat yang berwenang di bidang lalu lintas dan angkutan jalan harus bertindak tegas berdasarkan ketentuan-ketentuan UULLAJ.

Penindakan mobil pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum dengan ancaman pidana diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, dapat dilakukan penyitaan terhadap mobil tersebut oleh aparat.

Penyitaan mobil tersebut dilakukan untuk kepentingan penyidikan oleh aparat, apakah mobil yang dioperasikan tersebut melanggar persyaratan-persyaratan angkutan umum. Apabila terbukti melanggar, maka mobil tersebut dapat disita selamanya

(47)

Mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum dapat disita oleh aparat untuk kepentingan penyidikan apabila

terbukti melakukan pelanggaran terhadap tindak pidana mengenai persyaratan angkutan umum menurut UULLAJ. Aparat dalam hal ini berpedoman pada Pasal 260 ayat 1 huruf a UULLAJ

Pasal 260 ayat 1 huruf a UULLAJ :

Dalam hal penindakan pelanggaran dan penyidikan tindak pidana, Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia selain yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berwenang: memberhentikan, melarang, atau menunda pengoperasian dan menyita sementara Kendaraan Bermotor yang patut diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat dan/atau hasil kejahatan;

(48)
(49)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan permasalahan sebagaimana bab

sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tanggungjawab pemilik mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan

umum adalah bertanggungjawab terhadap keselamatan penumpang dan juga

bertanggungjawab jika jika terjadi kecelakaan. Pemilik mobil pribadi yang

digunakan sebagai angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang

dialami oleh penumpang.

2. Kendala-kendala yang dihadapi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya

(DLLAJR) dalam menertibkan kendaraan bermotor pribadi yang dijadikan

sebagai angkutan umum khususnya di Bandara Kualanamu Internasional

Airport dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ekonomi, administrasi

dan pengguna jasa angkutan umum. Selain itu kurangnya informasi dan

komunikasi kepada masyarakat tentang sosialisasi UULLAJ, khusunya

mengenai angkutan umum dan kurangnya kemampuan aparat penegak hukum

dalam melaksanakan tugas menjadi hambatan oleh DLLAJR dalam rangka

penertiban angkutan umum tersebut.

3. Ketentuan dan sanksi hukum terhadap penggunaan mobil pribadi sebagai

angkutan umum diatur dalam Pasal 308 Undang-Undang Nomor 22 Tahun

(50)

kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00

(lima ratus ribu rupiah).

B. Saran

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa pemikiran sebagai saran yang

mungkin dapat bermanfaat bagi pemilik/ pengusaha angkutan, masyarakat dan pemerintah/ aparat penegak hukum dalam menyikapi keberadaan mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :

1. Pemilik/ pengusaha angkutan plat hitam diminta segera menghentikan dan menyadari pengoperasian angkutan tersebut bisa berdampak merugikan masyarakat dan negara. Selain itu pemilik/ pengusaha angkutan dihimbau untuk segera

mengurus perijinan angkutan umum serta memenuhi ketentuan-ketentuan angkutan umum menurut UULLAJ. Ini dimaksudkan agar mereka tidak terlibat masalah dikemudian

hari.

2. Masyarakat diharapkan tidak menggunakan jasa angkutan tersebut, karena angkutan itu tidak mempunyai tanggung jawab dan jaminan asuransi serta ganti kerugian apabila terjadi

(51)

3. Pemerintah bersama aparat penegak hukum yang berwenang di bidang lalu lintas dan angkutan jalan yaitu pihak Kepolisian

(52)

BAB II

PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG

A. Perjanjian dan Pengangkutan

Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh pengangkutan. Bahkan salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat adalah kemajuan dan perkembangan kegiatan maupun teknologi yang dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan.12

Istilah “Pengangkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti “mengangkut dan membawa”, sedangkan istilah “pengangkutan” dapat diartikan sebagai “pembawaan barang-barang atau orang-orang (penumpang)”.13

Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.14

Pengertian lain dari pengangkutan adalah kegiatan pemindahan orang dan

atau barang dari suatu tempat ke tempat lain baik melalui angkutan darat,

angkutan perairan, maupun angkutan udara dengan menggunakan alat angkutan.15

12

Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal.1.

Pada pokoknya pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai

benda-13

Ibid. hal.2 14

H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum Pengangkutan. Djambatan. Jakarta, 2001. hal. 60.

15

(53)

benda maupun orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk

mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi.16

Perjanjian pengangkutan adalah kesepakatan antara pengguna jasa dengan

pengangkutan, dimana kedua belah pihak masing-masing berhak dan mempunyai

kewajiban. Soegijatna Tjakranegara berpendapat pengangkutan merupakan bagian

hubungan hukum lalu lintas (communication atau verker) dan angkutan juga

termasuk bidang pelayanan jasa ekonomis sesuai dengan sifat usaha

memindahkan barang dari tempat asal ke tempat lain.17

Pengangkutan sebagai proses (process), yaitu serangkaian perbuatan mulai

dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian di bawa menuju ke tempat yang

telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan.18

Pemberian jasa angkutan seperti halnya perjanjian-perjanjian yang lain

siapa saja diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur sendiri segala hal

mengenai pemngangkutan mempunyai tanggung jawab besar terhadap segala Pengangkutan merupakan suatu proses kegiatan yaitu memuat barang kedalam

angkutan serta membawanya tempat tujuan dengan selamat. Pengangkutan adalah

suatu perjanjian di mana suatu pihak menyanggupi untukmembawa orang atau

barang dari satu tempat ketempat yang lain sedangkan pihak lain menyanggupi

akan membayar ongkosnya. Menyadari peran perusahaan pengangkutan

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan untuk

keperluan umum.

16

Sution Usman Adji, Op.Cit, hal 1. 17

Ibid 18

(54)

sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya yaitu menyelenggarakan

pengangkutan. Subjek-subjek dalam hukum pengangkutan yaitu siapa saja yang

mendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan.

Pihak-pihak dalam pengangkutan yaitu Pihak-pihak pengangkut (Pihak-pihak yang menyanggupi

untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu kelain tempat) dan

pihak pemberi pekerjaan (pihak yang menyanggupi akan membayar ongkosnya).

Perjanjian pengangkutan merupakan suatu peristiwa yang telah

mengikat seseorang untuk melaksanakan pengangkutan karena orang tersebut

telah berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal berupa pengangkutan,

sedangkan seseorang yang lain telah berjanji pula untuk melaksanakan sesuatu

hal berupa pemberian imbalan atau upah.19

Perjanjian pengangkutan ini sering terjadi dalam kehidupan manusia, di

samping perjanjian-perjanjian lainnya. Karena sesuai dengan fungsinya

pengangkutan itu yakni untuk memindahkan barang-barang atau orang dari

suatu tempat ke tempat lainnya dengan maksud untuk menaikkan daya guna

dan nilai barang itu. Bila daya guna dan nilai barang tidak naik, maka angkutan

itu tidak perlu diadakan.

Karena perjanjian itu antara dua

pihak, maka perjanjian tersebut disebut perjanjian timbal balik yang karenanya

menimbukan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak.

Perlu diketahui apa yang menjadi sifat dasar dari persetujuan

pengangkutan itu. Untuk itu ada pendapat yang mengatakan yaitu:

19

Gambar

Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait