• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MOBIL PRIBADI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGGUNAAN MOBIL PRIBADI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i PENGGUNAAN MOBIL PRIBADI YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ANGKUTAN

UMUM DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Stara Satu (S1)

Oleh:

JEFRIYANTO 4513 060 173

FAKULTAS HUKUM/ILMU-ILMU HUKUM UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

TAHUN 2019

(2)

i

(3)

i

(4)

i

(5)

v KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbil’ālamin puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas

limpahan rahmat dan karuniaNya. Sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini dengan judul “Penggunaan Mobil Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan”. Sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) Strata Satu (S-1) pada program studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar.

Dengan rampungnya skripsi ini, tentunya tidak lepas dari sejumlah dorongan dan dukungan baik moril maupun materiil yang diberikan kepada penulis. Segenap dorongan dan dukungan itulah yang senantiasa memotivasi penulis dan semangat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam dalamnya kepada Ayahanda tercinta Sulham dan Ibunda tercinta Nurhayati Dg.Materru yang sangat kusayangi saudara laki-lakiku Muhammad Rey Refly,dan saudara perempuanku Selviana Sulham serta keluarga yang selalu mendukung penulis hingga dapat menyelesaikan Skripsi ini

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penulisan skripsi hingga tahap penyempurnaan skripsi penulis. Untuk itu penghargaan dan ucapan terima kasih penulis haturkan kepada :

(6)

v 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muh. Saleh Pallu, M.Eng selaku Rektor Universitas

Bosowa Makasar.

2. Bapak Dr. Ruslan Renggong, S.H.,M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar.

3. Ibu Dr.Yulia A. Hasan, S.H., M.H. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makasar dan selaku Pembimbing I yang telah memberi semangat dan kritik dan saran dan arahan dalam bimbingannya yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini dan perjalaan selanjutnya untuk penulis.

4. H.Hamzah Taba, S.H.,M.H. Selaku Ketua Badan Etik Dan Hukum Universitas Bosowa dan selaku Pembimbing II yang telah memberi semangat dan kritik dan saran salah satunya yaitu untuk berhenti merokok serta banyak juga arahan lainya yang sangat berguna dalam bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini dan tahapan perjalaan selanjutnya untuk penulis.

5. Dr. Baso Madiong, S.H.,M.H. selaku penguji penulis, terima kasih atas segala masukannya

6. Dr.Zulkifli Makkawaru,S.H.,M.H. selaku penguji penulis, terima kasih atas segala masukannya

7. Andi Tira,S.H.,M.H. selaku penguji penulis, terima kasih atas segala masukannya

8. Ibu Hj. Siti Zubaidah, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar

(7)

v 9. Bapak Dr. Almusawir, S.H., M.H. selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Universitas Bosowa Makassar

10. Segenap Dosen Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar yang telah mendidik penulis selama dibangku perkuliahan.

11. Staf administrasi, Ibu Pia, Ka Mega, Pak Agung Serta seleruhya dalam lingkup Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar.

12. Bapak H.Muhammad Anis, SE.,MSI. Kepala Bidang Angkutan Jalan Dinas Perhubungan Provisi Sulawesi Selatan berserta jajaranya yang telah membantu penulis pada proses penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Bapak Ir. Ahmad Rusydi. Kasubag.Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan kota Makassar berserta jajaranya yang telah membantu penulis pada proses penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Bapak Kasman,S.H. Staff Tilang Polrestabes Makasaar yang telah membantu penulis pada proses penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

15. Andi Magvirah,terimaksih atas perhatian,doa,dan dukungan materiil sehingga penulis dapat menyeselsaikan skripsi ini.

16. Yudhi Prasetyo, S.I.P dan Cristine Widya yang telah memberikan doa,perhatian dan pernah membatu dalam pembayaran spp sementer 5 sehingga penulis dapat melanjutkan kuliah dan menyeselsaikan skripsi ini.

(8)

v 17. Samsir Alam(calonsarjaK3), Andri B.(calonsarja.S.I.P.), Feby Pratiwi, Irsan Asrullah, Saparuddin, Heru wicaksono, Serta seluruh teman-teman Mujahid Morut yang telah memberikan Motivasi, Doa, dan perhatian.

18. Terima kasih juga kepada Sepupu-sepupuku, Harun,Amd.Rad. Zendra, Amd.Rad.,S.S.T. Edi Setiawan S.E. Yusri Yunus, telah memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyeselsaikan skripsi ini.

19. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis, Naim Hariki,Muhlis S.H, Muh.Nurparawansa,S.H., Asriadi,Abdul,Syarif, Arman, Aras, Iqra, Hasan Cingka.

20. Seluruh keluarga besar KPK013 Fakultas Hukum Universitas Bosowa Makassar yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas doa dan dukungan dan bantuan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

21. Seluruh keluarga besar BEM-FH dan HIMAPSIH yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu terimah kasih atas segala persaudaraan dan kekeluargaan dan terima kasih telah menjadi tempat penulis untuk berproses dan sharing pengalaman.

22. Seluruh keluarga besar Celebes Law And Transparancy (CLAT) yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu terima kasih atas kebersamaan, persaudaraan dan kekeluargaan dan trima kasih atas segala ilmu dan pengalaman yang diberikan kepada penulis dalam berorganisasi

(9)

v 23. Buat teman-teman KKN angkatan ke-43 khususnya posko Desa Wanio, kec.

Pancalautan, kab. Sidrap terima kasih atas segala doa dan dukunganya kepada penulis.

24. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, motivasi, saran, petunjuk, dan doa selama penyusunan skripsi ini sehingga selesai, terima kasih

Skripsi ini ku persembahkan juga untuk yang selalu bertanya “ kapan skripsimu selesai ? terlambat lulus atau lulus tidak tepat waktu bukanlah sebuah kejahatan bukan pula sebuah aib. Alangkah kerdilnya jika mengukur kepintaran seseorang dari siapa yang paling cepat lulus dengan IPK cumlaude. Bukankah sebaik-baiknya skripsi adalah yang selesai, baik itu selesai tepat waktu maupun tidak tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritikan dan saran yang membangun. Sehingga penulis skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum.

Wassalamu’ alaikum Wr.Wb

Makassar, Agustus 2019 Penulis

Jefriyanto

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENERIMAAN DAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

1.4 Metode Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pangangkutan Umum ... 10

2.2 Asas Dan Tujuan Angkutan Jalan ... 12

2.3 Jenis Pelayanan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Umum Tidak Dalam Trayek ... 20

2.4 Pengertian Perusahaan Angkutan Umum ... 33

2.5 Pengertian Pengawasan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Umum ... 37

2.6 Tijauan Umum Tanggung Jawab Pengangkut ... 39

(11)

BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor Yang Mendorong Penggunaan Mobil Pribadi Sebagai Angkutan Umum ... 45 3.2 Hambatan Serta Upaya Yang Dihadapi Dinas Perhubungan Provinsi

Sulawesi Selatan Dan Satlantas Polrestabes Makassar Dalam Menertibkan Penggunaan Mobil Pribadi Yang Tidak Memiliki Izin Resmi Penyeleggaraan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek ... 62 BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 68 4.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN – LAMPIRAN ...

(12)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transportasi setua dengan peradaban dengan manusia. Setiap manusia,tua, muda, dan anak-anak, pria atau wanita membutuhkan jasa transportasi, karena manusia mempunyai baerbagai kegiatan. Untuk melaksanakan kegiatan (ekonomi dan social) dibutuhkan suatu gerakan, suatu kegiatan manusia yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, disebut suatu kegiatan transportasi. Jadi manusia membutuhkan tersedianya fasilitas transportasi untuk melaksanakan berbagai kegiatanya. A. Abbas Salim (2005:6)

Transportasi adalah salah satu kebutuhan yang cukup vital untuk manusia.

Transportasi memudahkan kita untuk bergerak/berpindah pada suatu tujuan tertentu dengan waktu yang relative singkat.

Terdapat kemajuan Transportasi yang seiring dengan kemajuan peradaban manusia. Demikian dizaman modern seperti sekarang ini masyarakat sangat tergantung dengan angkutan umum bagi pemenuhan kebutuhan, karena sebagian besar masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

Masyarakat yang kebanyakan masih tergantung dengan angkutan umum ini tidak di imbangi dengan penyedian angkutan umum yang memadai, terutama ditinjau dari jumlah, kapasitas, jangkauan tujuan, dan tarif angkutan.

Dalam perjalannya angkutan umum resmi masih banyak mengalami kendala, selain itu banyaknya pemilik/pegusaha angkutan yang menjadikan mobil pribadi sebagai angkutan umum semakin banyak beroperasi dan mudah ditemui di

(13)

2 kota Makassar, seperti di sekitaran Bandar Udara Internasional Sultan Hasanudin, dan Sekitaran Terminal Daya. Keberadaan mereka tentunya menimbulkan persaingan tidak sehat kepada angkutan umum resmi (plat kuning) atau yang telah memiliki izin penyelenggaraan angkutan umum resmi, dimana penggunaan mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum tersebut dianggap mengambil sebagian penumpang yang seharusnya diperoleh angkutan umum resmi (berplat kuning) atau yang telah memiliki izin penyelenggaraan angkutan resmi.

Keberadaan mereka disekitan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanudin sering memicu timbulnya keributan dengan angkutan umum resmi (plat kuning) bahkan juga dengan petugas bandara yang bertugas menertibkan, karena kebanyakan dari mereka tidak bisa diatur dan saling berebutan dalam menjemput calon penumpang dengan tujuan untuk menawarkan jasa angkutan. Hal seperti ini sering sekali menimbulkan keadaan atau rasa tidak aman dan nyaman ketika berada di sekitaran bandara terutama kepada calon penumpang yang baru sampai di kota Makassar.

Selain di Bandar udara Sultan Hasanudin, pemilik/pengusaha anggkutan yang menggunakan mobil pribadi sebagai angkutan umum tanpa memiliki izin peyeleggaraan angkutan resmi juga lebih banyak disekitan Terminal Daya, hal itu terlihat dari banyaknya mereka yang memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, terkadang juga sudah menggunakan sebagian badan jalan pada saat menaikan dan menurunkan orang atau barang, dan sering menyebabkan terjadinya kemacetan, Selain itu mereka juga sering berdiri dipinggiran jalan sambil memegang sebuah kertas atau triplex berukuran kecil, yang bertuliskan nama-

(14)

3 nama daerah seperti sidrap, pare-pare, barru dan daerah-daerah lainnya yang menjadi tujuan angkutannya mereka. Selain itu sebagian dari mereka sudah banyak mendirikan pangkalan-pangkalan sendiri, tanpa adanya izin penyelenggaraan angkutan atau perusahaan anggkutan resmi

Keberadaan penggunaan mobil pribadi yang di jadikan sebagai angkutan umum di sekitan Bandar udara Internasional Sultan Hasanudin dan sekitaran Terminal Daya sering di sebut angkutan ilegal atau taksi gelap oleh kebanyakan masyarakat kota makassar.

Pemilik/Pengusaha angkutan yang menggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum tersebut sering mengambil penumpang dipinggir jalan dan terkadang menurunkan penumpang bukan pada tempat yang di tentukan sebelumnya oleh penumpang, selain itu mereka juga tidak mengacu kepada ketentuan tarif yang ditetapkan oleh Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ketentuan tarif tersebut hanya berlaku bagi perusahaan angkutan umum resmi berplat kuning atau yang telah memiliki izin penyeleggaraan angkutan resmi. sehingga pemilik/pengusaha angkutan yang mengggunakan mobil pribadi sebagai angkutan umum menerapkan tarif semaunya pada penumpang. Selain itu juga penumpang tidak dijamin keselamatannya serta keamanannya saat menggunakan angkutan tersebut, dan megenai asuransi yang diberikan terhadap penumpang jika terjadi kecelakaan belum jelas, serta kendaraan yang digunakanpun tidak menggunakan uji berkala untuk layak jalan dan uji tipe.

Hal ini tentunya merugikan bagi penumpang bila terjadi kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan saat menggunakan jasa tersebut. Selain itu

(15)

4 pemilik/pengusaha angkutan yang menggunakan mobil pribadi sebagai angkutan umum tanpa memiliki izin penyeleggaraan angkutan atau perusahaan angkutan umum resmi juga merugikan Pemerintah kota makassar karena tidak membayar retribusi karena tidak dalam pengawasan dan pengendalian pemerintah.

Dalam beberapa kejadian-kejadian yang menjadi suatu permasalahan utama yaitu apakah faktor yang mendorong para pemilik/pengusaha angkutan sehingga menggunakan mobil pribadi sebagai angkutan umum, selain itu terkait izin, apakah pemilik/pegusaha angkutan yang menggunakan mobil pribadi sebagai angkutan umum yang tanpa mememili izin atau perusahaan angkutan umum resmi tidak sadar hukum atau belum mengetahui dengan jelas mengenai peraturan, serta kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan angkutan orang, diwajibkan memiliki izin penyelenggaraan angkutan orang, atau perusahaan angkutan umum resmi,seperti yang telah tercantum dalam Undang- Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dijelaskan dalam Pasal 173 ayat (1) bahwa apabila seseorang ingin menyeleggarakan angkutan orang/atau barag wajib memiliki:

a. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

b. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek;

c. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

Sedangkan untuk memperoleh izin usaha angkutan orang tidak dalam trayek dijelaskan dalam Pasal 35 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Tidak Dalam Trayek, wajib memenuhi persyaratan :

(16)

5 1. Memiliki akte pendirian perusahaan dan/ perubahan terakhir;

2. memiliki Bukti Pengesahan Sebagai Badan Hukum Dari Kementrian hukum Dan Hak Asasi Manusia;

3. memiliki surat izin usaha perdagangan(SIUP) ; 4. memiliki tanda daftar perusaan(TDP)

5. memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) perusaan;

6. memiliki surat keterangan domisili perusahaan

7. memiliki surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai pemegang izin penyelenggaraan angkutan tidak dalam trayek, berma tei, dan di tanda tangani oleh pimpinan perusaan atau individu

8. memiliki surat pernyataan kesanggupan memiliki dan/atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan,bermaterai, dan di tandatangani oleh pimpinan perusaan atau individu

9. .memiliki surat perjanjian antara pemilik kendaraan atau anggota koperasi dengan perusaan angkutan umum untuk berbentuk badan hukum koperasi;

10. memiliki dan/atau menguasai tempat penyimpanan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan mampu menampung sesuai jumlah kendaraan yang di miliki

11. memiliki rencana bisnis(businees plan) Perusaan angkutan yang dituangkan dalam bentuk dokumen

(17)

6 Meskipun telah dikeluarkannya aturan mengenai masalah tersebut pada prakteknya masih juga terdapat banyak permasalahan.

Maka Berdasarkan latar belakang yang penulis telah paparkan di atas makanya menarik untuk di lakukan penelitian yang akan dituangkan didalam skripsi ini dengan judul ‘’Penggunaan Mobil Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum Ditinjau dari Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan’’

1.2 Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa yang mendorong penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum?

2. Apa hambatan serta upaya yang dihadapi Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Perhubungan kota Makassar dan Satlantas Polrestabes Makassar dalam menertibkan penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum yang tidak memiliki izin resmi penyeleggaraan angkutan orang tidak dalam trayek?

1.3 Tujuan dan maanfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum?

2. Untuk mengetahui apa hambatan serta upaya yang dihadapi Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Perhubungan kota Makassar dan Satlantas Polrestabes Makassar dalam menertibkan

(18)

7 penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum yang tidak memiliki izin resmi penyeleggaraan angkutan orang tidak dalam trayek?

1.3.2 Maanfaat penelitian 1. Secara teoritis

Untuk menambah pengetahuan serta memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait peraturan, dan penegakan hukum terhadap penggunaan mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum.

2. Secara praktis

Memberikan masukan atau rujukan kepada Pemeritah serta informasi kepada masyarakat, terkait bagaimana peraturan dan pandangan hukum terhadap pegguaan mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum.

1.4 Metode Penelitian 1.4.1 Lokasi Penelitian

Penulis Melakukan Penelitian di Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Perhubungan kota Makassar dan Satlantas Polrestabes Makassar.

1.4.2 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi adalah penelitian normatif-empiris yaitu dalam menyelesaikan permasalahan yang akan dibahas, berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan melihat bagimana bekerjanya hukum di masyarakat, dengan

(19)

8 menghubungkan fakta-fakta yang ada, dari hasil pegamatan langsung, hasil wawancara, serta data-data yang diperoleh dari berbagai sumber dokumen, dan studi pustaka terkait penggunaan mobil peribadi yang digunakan sebagai angkutan angkutan umum.

1.4.3 Sumber data 1. Data Primer

Data primer, data yang diperoleh dari dari sumber asalnya,yang belum diolah orang lain, Untuk memperoleh data yang dibutuhkan penulis melakukan dengan cara pengamatan lapangan, dan wawancara langsung kepada masyarakat atau pejabat yang terkait mengenai pengguaan mobil pribadi sebagai angkutan umum.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti yang sebelumnya telah diolah orang lain. Untuk mempeloreh data sekunder penulis melakukan pengkajian pustaka, dari peraturan perundang-undangan ataupun sumber bacaan lainnya seperti buku,artikel, jurnal, skripsi,dokumen dan data-data ,lainnya yang berkaitan.

1.4.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang penulis gunakan yaitu:

1. Wawancara bersama;

a. Kepala Seksi Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek, Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan

b. Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan kota Makassar

(20)

9 c. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota

Makassar

d. Staff Bagian Tilang Satlantas Polrestabes Makassar

e. Serta beberapa masyarakat yang terkait penggunaan atau menggunakan mobil pribadi sebagai angkutan umum yang tidak memiliki izin atau perusahaan angkutan umum resmi.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan cara membaca, mengkaji, dan mempelajari bahan pustaka baik berupa peraturan perundang-undangan, ataupun sumber bacaan lainnya seperti buku, artikel, jurnal, skripsi dan data- data lainnya yang berkaitan.

3. Pegamatan Lapangan

Pegamatan lapangan dilakukan dengan turun langsung kelokasi, guna memperoleh gambaran, serta petunjuk-petunjuk yang lebih jelas mengenai pengguaan mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum.

1.4.5 Analisi Data

. Data hasil penelitian, baik data primer maupun data sekunder diolah dengan melakukan analisis menggunakan pendekatan perundang-undangan dan konseptual untuk memperoleh gambaran yang sistematis dan komperhensif yang menghasilkan kesimpulan atau argumentasi hukum yang baru, sebagai saran dan solusi untuk kedepannya.

(21)

10 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengangkutan Umum:

Istilah Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan membawa, sedangkan istilah pengangkutan dapat diartikan sebagai pembawaan barang-barang atau orang-orang (penumpang). Hasim Purba (2005:2)

Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menjelaskan dalam pasal 1 ayat (3) bahwa Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Berawal dari kata „Angkut‟ ini kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi kata

„Pengangkutan‟ dan kata Transportasi.

Terdapat pendapat lainnya mengenai pengertian pengangkutan dari para sarjana dan para ahli, yaitu;

Kata „pengangkutan‟ berasal dari kata dasar „angkut‟ yang berarti mengangkat dan membawa. Dalam kamus hukum tercantum bahwa, pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. Setiawan Widagdo(2012:413).

Menurut Lestari Ningrum (2004:134) Pengangkutan adalah rangkaian kegiatan (peristiwa) pemindahan penumpang dan/atau barang dari satu tempat pemuatan (embargo) ke tempat tujuan (disembarkasi) sebagai tempat penurunan

(22)

11 penumpang atau pembongkaran barang muatan. Rangkaian peristiwa pemindahan tersebut meliputi kegiatan:

1) Dalam arti luas

- Memuat penumpang dan/atau barang ke dalam alat pengangkut.

- Membawa penumpang dan/atau barang ke tempat tujuan.

- Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.

2) Dalam arti sempit

-Kegiatan membawa penumpang dan/atau barang dari stasiun/

terminal/pelabuhan/ bandara tempat tujuan.

Selain itu Pengangkutan sebagai proses (process), yaitu serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian di bawa menuju ke tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan. Suwardjoko Warpani (2005:3).

Pengertian pengangkutan yaitu sebagai proses kegiatan pemindahan penumpang dan/atau barang dari suatu tempat ketempat lainnya dengan menggunakan berbagai jenis alat pengangkut mekanik yang di akui dan diatur undang-undang sesusai dengan bidang angkutan dan kemajuan teknologi. Abdul kadir Muhammad (2013:2).

Pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim barang atau penumpang, dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelengarakan pengangkutan barang atau orang ke suatu tempat tujuan tertentu, dan pihak pengirim barang atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar ongkos angkutannya. Sinta Uli (2006).

(23)

12 Selain itu dalam hal Peyelenggaraan pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan dengan mobil bus atau mobil penumpang dilayani dengan trayek tetap atau teratur dan tidak dalam trayek. Kendaraan umum yang dimaskud dijelaskan dalam pasal 1 ayat (10) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 bahwa yang di maksud dengan kendaraan umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.

Dalam hal ini kendaraan Umum merupakan lawan kata dari „kendaraan Pribadi„, Pengertian kendaraan pribadi atau mobil pribadi yaitu kendaraan yang digunakan untuk hal kepentingan transportasi. Penggunaan angkutan pribadi di Indonesia di tandai dengan tanda nomor kendaraan bermotor yang berlatar belakang hitam dengan tulisan berwarna putih. Sedangkan angkutan umum menggunakan tanda nomor kendaraan bermotor yang berlatar belakang kuning dengan tulisan berwana hitam .(https://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_pribadi).

Berdasarkan beberapa peraturan dan pendapat para sarjana ataupun para beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengangkutan adalah kegiatan pemindahan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan sarana kendaraan angkutan umum dari suatu tempat tertentu ke tempat tujuan tertentu dengan imbalan jasa dari pengirim atau penumpang sebagai harga dari pengangkutan tersebut.

2.2 Asas dan Tujuan Angkutan Jalan

Asas asas hukum adalah suatu sistem hukum, maka asas hukum lazim juga disebut sebagai jantungnya peraturan hukum, disebut demikian kata karena dua

(24)

13 hal yakni, pertama, asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, artinya peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Kedua, sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum. Satjipto Rahardjo (2003:22).

Asas adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alas, sebagai dasar, sebagai tumpuan, sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan sesuatu hal, yang hendak dijelas kan. Mahadi (2009:11).

Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu undang-undang dan peraturan pelaksananya. Bila asas-asas dikesampingkan, maka runtuhlah bangunan undang- undang itu dan segenap peraturan pelaksananya. Yusuf shofie (2002:25).

Selain itu Menurut Mertokusumo menyatakan bahwa asas hukum bukan merupakan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut. Sudikno Mertokusumo (2003:34).

Didalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menjelaskan dalam Pasal 2 bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggaran dengan memperhatikan:

a. Asas transparan;

b. Asas angkutabel;

c. Asas berkelanjutan;

(25)

14 d. Asas partisipatif;

e. Asas bermaanfaat;

f. Asas efisien dan efektif;

g. Asas seimbang;

h. Asas terpadu;dan i. Asas mandiri.

Penjelasan terkait asas-asas diatas yaitu :

a. Asas transparan yaitu adanya keterbukaan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat mempunyai kesempatan dalam berpartisipasi bagi pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan.

b. Asas akuntabel yaitu adanya penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Asas berkelanjutan yaitu adanya penjaminan kualitas fungsi lingkungan melalui pengaturan persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana umum pembangunan serta pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan.

d. Asas partisipatif, yaitu adanya pengaturan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan.

e. Asas bermanfaat, yaitu adanya penyelenggaraan kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat memberikan nilai tambah sebesar – besarnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.

(26)

15 f. Asas efisien dan efektif, yaitu adanya pelayanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.

g. Asas seimbang, yaitu adanya penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang harus dilakukan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyelenggara.

h. Asas terpadu, yaitu adanya penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian dan kesalingbergantugan kewenangan dan tanggung jawab anatarinstansi pembina.

i. Asas mandiri, yaitu adanya upaya penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan melalui pengembangan dan pemberdayaan sumber daya nasional.

Selain itu di dalam hukum pengangkutan juga terdapat asas-asas hukum lainnya.

Menurut Mertokusumo,Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu asas hukum publik dan asas hukum perdata. Berikut uraian kedua asas hukum pengangkutan tersebut. Sudikno Mertokusumo (2003:34).

a. Asas yang Bersifat Publik

Asas yang bersifat publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan,

(27)

16 pihak ketiga yang berkepentingan dengan pengangkutan, dan pihak pemerintah (penguasa).

Menurut Abdulkadir Muhammad (2013:12)Asas bersifat publik terdiri atas:

1) Asas Manfaat

Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap pengangkutan harus dapat memberikan nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pengembangan peri kehidupan yang berkesinambungan bagi warga negara.

2) Asas Usaha Bersama dan Kekeluargaan

Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan usaha pengangkutan dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dan aspirasi bangsa yang dalam kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai semangat kekeluargaan.

3) Asas Adil dan Merata

Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

4) Asas Keseimbangan

Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan harus dengan keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat, serta antara kepentingan nasional dan internasional.

(28)

17 5) Asas Kepentingan Umum

Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan harus lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas.

6) Asas Keterpaduan

Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan harus merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, salin menunjang, dan salinng mengisi, baik intra maupun antarpengangkutan.

7) Asas Tegaknya Hukum

Makna dari asas ini yaitu bahwa pemerintah wajib menegakkan dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara Indonesia agar selalu sadar dan taat pada hukum dalam penyelenggaraan pengangkutan.

8) Asas Percaya Diri

Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.

9) Asas Keselamatan Penumpang

Makna dari asas ini yaitu bahwa setiap penyelenggaraan pengangkutan penumpang harus disertai dengan asuransi kecelakaan dan/atau asuransi kerugian lainnya. Asuransi kecelakaan termasuk dalam lingkup asuransi sosial yang bersifat wajib. Keselamatan penumpang tidak hanya diserahkan pada perlindungan asuransi, tetapi juga penyelenggara

(29)

18 perusahaan pengangkutan harus berupaya menyediakan dan memelihara alat pengangkut yang memenuhi standar keselamatan sesuai dengan ketentuan undang-undang dan konvensi internasional.

b. Asas yang Bersifat Perdata

Menurut Abdulkadir Muhammad (2013:14) Asas yang bersifat perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan niaga, yaitu pengangkut dan penumpang atau pengirim barang.

Asas pengangkutan yang bersifat perdata tersebut merupakan landasan hukum yang hanya berlaku bagi para pihak yang telah membuat perjanjian pengangkutan yaitu pengangkut dan penumpang.

Asas bersifat perdata ini didasarkan pada pasal 186 Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan yaitu:

Perusahaan Angkutan Umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang. Berdasarkan pasal tersebut maka asas yang terdapat pada asas hukum perdata antara lain :

a. Asas Konsesual yaitu perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak akan tetapi,untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan dengan atau didukung dengan dokumen pengangkutan.

(30)

19 b. Asas Koordinatif yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan yang setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain. Meskipun pengangkut menyediakan jasa dan melaksanakan perintah penumpang atau pengirim barang, pengangkut bukan bawahan penumpang atau pengirim barang pengangkut merupakan salah satu bentuk pemberian kuasa.

c. Asas Campuran adalah Pengangkutan merupakan campuran dari 3 (tiga) jenis perjanjian yakni,pemberi kuasa, penyimpanan barang dan melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan.

d. Asas Pembuktian dengan dokumen yaitu setiap pengangkutan selalu dibuktkan dengan dokumen angkutan, tidak ada dokumen pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan untuk jarak dekat biasanya tidak ada dokumen atau tiket penumpang, contohnya angkutan dalam kota.

Berdasarkan penjelasan asas yang bersifat perdata tersebut merupakan asas hukum yang berlaku umum dalam pengangkutan kecuali ditentukan lain, namun dalam pengangkutan dikenal juga kebiasaan yang berlaku, dan kebiasaan tersebut dianggap sebagai hukum perdata tidak tertulis. Dan hal itu sering terjadi dalam pengangkutan khususnya angkutan penumpang.

(31)

20 Mengenai tujuan Angkutan Jalan dijelaskan undang-undang nomor 22 tahun 2009,dalam pasal 3 bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan :

a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

c. terwujudnya penegakan huk um dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Diharapkan calon dan pengusaha pengangkutan khususnya yang menggunakan mobil pribadi sebagai angkutan umum tanpa memiliki izin ,atau perusahaan pengangkutan resmi, mempunyai kesadaran dalam memperjuangkan berlakunya asas-asas dalam pengangkutan ini, sehingga dunia usaha pengangkutan nasional di Indonesia dapat berjalan baik, seimbang antara pengusaha, masyarakat, dan pemerintah, serta saling menguntungkan, masyarakat memberikan penghasilan bagi pengusaha, pengusaha memberikan fasilitas yang aman dan lancar, dan pemerintah mendapatkan penghasilan dari pajak pengusaha 2.3 Jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum

Dalam pasal 140 Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mejelaskan jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri atas:

(32)

21 1) Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek;

2) Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek;

Penjelasan mengenai jenis pelayanan tersebut :

1) Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek;

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 15 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek dijelaskan dalam pasal 1 ayat (3) bahwa :

Angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek adalah angkutan yang dilayani dengan mobil penumpang umum dan mobil bus umum dari suatu tempat ke tempat lain, mempunyai asal-tujuan, lintasan, dan waktu yang tetap dan teratur serta dipungut bayaran.

Jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 15 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek terdiri atas:

a. Angkutan lintas batas negara;

b. Angkutan antarkota antarprovinsi;

c. Angkutan antarkota dalam provinsi;

d. Angkutan perkotaan; dan e. Angkutan perdesaan.

(33)

22 Mengenai Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek diatur dalam pasal 23 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan, harus memenuhi kriteria:

a. Memiliki rute tetap dan teratur;

b. Terjadwal,berawal,berakhir,dan menaikkan atau menurunkan penumpang di terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas negara; dan

c. Menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang ditentukan untuk angkutan perkotaan dan perdesaan.

Tempat yang ditentukan sebagaimana dimaksud di atas terdapat dalam pasal 23 ayat (1) dapat berupa:

a. Terminal;

b. halte; dan/atau

c. rambu pemberhentian Kendaraan Bermotor Umum

sedangkan mengenai kendaraan yang digunakan dalam pelayanan angkutan orang dalam Trayek yang diatur dalam pasal 23 ayat (3) meliputi:

a. Mobil penumpang umum; dan/atau b. Mobil bus umum.

2) Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek;

Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 tentang Pelayanan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) bahwa:

(34)

23 Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek adalah Angkutan yang dilayani dengan Mobil Penumpang Umum atau Mobil Bus Umum dalam wilayah perkotaan dan/atau kawasan tertentu atau dari suatu tempat ke tempat lain, mempunyai asal dan tujuan tetapi tidak mempunyai lintasan dan waktu tetap.

Jenis Pelayanan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek di atur dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek terdiri atas:

a. Angkutan Orang dengan Menggunakan Taksi;

b. Angkutan Orang dengan Tujuan Tertentu;

c. Angkutan Orang untuk Keperluan Pariwisata; dan d. Angkutan Orang di Kawasan Tertentu.

Mengenai Angkutan orang dengan menggunakan Taksi dijelakan dalam pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018, Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Angkutan Orang dengan Menggunakan Taksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Kendaraan yang dipergunakan meliputi:

1. Mobil Penumpang Sedan; dan/atau 2. Mobil Penumpang Bukan Sedan.

b. Dilengkapi tulisan "TAKSI" dan dapat dibaca dengan jelas yang ditempatkan di atas atap bagian luar kendaraan dan harus menyala dalam keadaan kosong dan padam apabila argometer dihidupkan;

c. Dilengkapi tanda nomor kendaraan bermotor dengan warna dasar kuning tulisan hitam atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

(35)

24 d. Dilengkapi dengan alat pemantau unjuk kerja pengemudi yang dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan;

e. Dilengkapi argometer yang disegel oleh instansi yang berwenang dan dapat berfungsi dengan baik serta ditera ulang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. Nama perusahaan dan/atau merek dagang, serta logo yang ditempatkan pada pintu depan bagian tengah, dengan susunan sebelah atas adalah logo perusahaan dan sebelah bawah adalah nama perusahaan dan/atau merek dagang;

g. Lampu bahaya berwarna kuning ditempatkan di samping kanan tanda taksi;

h. Identitas pengemudi ditempatkan pada kabin kendaraan, mudah terlihat jelas oleh penumpang, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan Angkutan taksi;

i. Alat komunikasi sebagai penghubung antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi dan/atau sebaliknya, baik secara audio, visual, atau data;

j. Keterangan tentang biaya awal, kilometer, waktu, dan biaya tambahan yang ditempatkan pada sisi bagian dalam pintu belakang;

k. Dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), kartu tanda uji berkala, dan Kartu Elektronik Standar Pelayanan yang masih berlaku;

l. Nomor urut kendaraan dari setiap perusahaan Angkutan yang ditempatkan pada sisi kanan atau kiri kendaraan, bagian belakang, dan bagian dalam kendaraan; dan

m. Mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan masyarakat yang diletakkan pada bagian dalam dan/atau bagian luar kendaraan.

Mengenai Angkutan Orang dengan Tujuan Tertentu di atur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 dalam

(36)

25 Pasal 13 bahwa Angkutan Orang dengan Tujuan Tertentu merupakan Angkutan yang melayani:

1. angkutan antar jemput;

2. angkutan permukiman;

3. angkutan karyawan;

4. angkutan sekolah;

5. angkutan carter;

6. angkutan sewa umum; dan 7. angkutan sewa khusus 1. Angkutan antar jemput

Angkutan antar jemput sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 merupakan Angkutan orang antarkota dengan asal tujuan perjalanan tetap dengan lintasan tidak tetap dan sifat pelayanannya dari pintu ke pintu.

Angkutan antar jemput wajib memenuhi pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 sebagai berikut:

a. memiliki waktu pelayanan yang ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum;

b. pelayanan dari pintu ke pintu dengan jarak paling jauh 500 (lima ratus) kilometer;

c. tidak singgah di terminal;

d. tidak menaikkan penumpang di perjalanan;

e. tidak memberlakukan tarif yang lebih rendah dari tarif pelayanan Angkutan dalam trayek pada lintasan yang sama;

f. tarif dikenakan per penumpang per perjalanan; dan

g. wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.

(37)

26 Sedangkan Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Angkutan antar jemput di atur dalam dalam pasal 15 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. menggunakan Mobil Penumpang Umum, paling kecil 2.000 (dua ribu) sentimeter kubik dan/atau Mobil Bus Kecil;

b. dilengkapi tulisan “ANTAR JEMPUT” dan dapat dibaca dengan jelas yang ditempatkan pada sebelah kiri dan kanan badan jalan;

c. dilengkapi tanda nomor kendaraan bermotor dengan warna dasar kuning tulisan hitam atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

d. dilengkapi dengan alat pemantau unjuk kerja pengemudi yang dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan;

e. nama perusahaan dan/atau nama merek dagang dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan pada sisi kiri, kanan, dan belakang kendaraan;

f. identitas pengemudi yang ditempatkan pada dashboard, yang dikeluarkan oleh masing-masing Perusahaan Angkutan Umum;

g. dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), kartu tanda uji berkala, dan Kartu Elektronik Standar Pelayanan yang masih berlaku; dan

h. mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan masyarakat yang diletakkan pada bagian dalam dan bagian luar kendaraan.

Selain itu Perusahaan Angkutan antar jemput harus memiliki tempat pemberangkatan yang permanen disetiap kota asal dan tujuan perjalanan di atur dalam pasal 16 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 bahwa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(38)

27 a. mencantumkan papan nama perusahaan;

b. tersedia tempat parkir kendaraan;

c. tersedia ruang tunggu penumpang;

d. tersedia ruang administrasi perkantoran;

e. tersedia tempat istirahat pengemudi; dan f. tersedia fasilitas toilet;

2. Angkutan Pemukiman

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 dalam Pasal 17 ayat (1) bahwa:

Angkutan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b merupakan pelayanan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek yang melayani dari kawasan permukiman ke beberapa titik tujuan pusat kegiatan. Pusat kegiatan meliputi pusat perkantoran, pusat perdagangan, dan/atau kawasan industri.

Angkutan permukiman harus memenuhi pelayanan Dalam pasal 17 ayat (3) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 yaitu sebagai berikut:

a. khusus mengangkut penumpang dari kawasan permukiman ke pusat kegiatan;

b. memiliki waktu pelayanan yang teratur ditentukan oleh perusahaan Angkutan;

c. tidak singgah di terminal;

d. tidak menaikkan penumpang dalam perjalanan;

e. tarif dikenakan per penumpang per perjalanan; dan

f. wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.

Selain itu Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Dalam pasal 18 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 yaitu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(39)

28 a. menggunakan Mobil Bus Besardan/atauMobil Bus Sedang;

b. dilengkapi tanda khusus dengan tulisan yang menyatakan nama

“PERMUKIMAN” dan dapat dibaca dengan jelas yang ditempatkan pada sebelah kiri dan kanan badan kendaraan;

c. dilengkapi tanda nomor kendaraan bermotor dengan warna dasar kuning tulisan hitam atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

d. dilengkapi dengan alat pemantau unjuk kerja pengemudi yang dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan;

e. logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan bagian tengah sebelah kiri dan sebelah kanan;

f. tanda identitas pengemudi yang ditempatkan pada dashboard kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan Angkutan;

g. dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), kartu tanda uji berkala, dan Kartu Elektronik Standar Pelayanan yang masih berlaku; dan

h. mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan masyarakat yang diletakkan pada bagian dalam dan bagian luar kendaraan.

3.Angkutan kariawan

Angkutan karyawan merupakan pelayanan Angkutan yang disediakan untuk mengangkut karyawan/pekerja dari dan ke lokasi kerja, Kendaraan Angkutan karyawan di atur dalam pasal 20 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. menggunakan kendaraan Mobil Bus Umum;

b. dilengkapi tulisan “KARYAWAN” dan dapat dibaca dengan jelas yang ditempatkan pada sebelah kiri dan kanan badan kendaraan;

(40)

29 c. dilengkapi tanda nomor kendaraan bermotor dengan warna dasar kuning tulisan hitam atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

d. dilengkapi dengan alat pemantau unjuk kerja pengemudi yang dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan;

e. dilengkapi logo dan nama perusahaan Angkutan yang ditempatkan pada bagian sebelah kiri dan sebelah kanan badan kendaraan;

f. dilengkapi tanda identitas pengemudi yang ditempatkan pada dashboard kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan Angkutan;

g. dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), kartu tanda uji berkala, dan Kartu Elektronik Standar Pelayanan yang masih berlaku;

h. mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan masyarakat yang diletakkan pada bagian dalam dan bagian luar kendaraan; dan

i. mencantumkan nama perusahaan yang mempekerjakan karyawan yang diangkut pada kaca depan dan kaca belakang bagian kiri bawah.

3. Angkutan sekolah

Angkutan Sekolah sebagaimana dimaksud dalam merupakan pelayanan Angkutan yang disediakan untuk mengangkut sekolah dari dan ke lokasi sekolah, Angkutan sekolah yang menggunakan kendaraan umum yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah harus memenuhi pelayanan yang di atur dalam pasal 21 ayat (4) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 yaitu sebagai berikut:

a. pelayanan Angkutan berdasarkan kesepakatan antara Pengguna Jasa Angkutan dengan sekolah sesuai dengan perjanjian atau kontrak dalam jangka waktu tertentu;

(41)

30 b. kendaraan hanya dipergunakan untuk mengangkut siswa sekolah sesuai

dengan perjanjian;

c. tarif dibayar oleh sekolah sesuai dengan perjanjia d. tidak singgah di terminal;

e. tidak boleh mengangkut penumpang selain siswa sekolah dari sekolah yang menyewa kendaraan angkutan sekolah; dan

f. wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.

4. Angkutan carter

Angkutan carter menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 dalam pasal 13 huruf e merupakan pelayanan Angkutan yang digunakan untuk keperluan tertentu dengan cara borongan berdasarkan jangka waktu, Angkutan carter harus memenuhi pelayanan yang di atur Dalam pasal 23 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 yaitu sebagai berikut:

a. wilayah operasi tidak dibatasi oleh wilayah administratif;

b. tidak terjadwal;

c. pembayaran tarif berdasarkan waktu penggunaan kendaraan sesuai dengan perjanjian antara Pengguna Jasa dan perusahaan Angkutan;

d. Angkutan carter dilakukan berdasarkan jangka waktu tertentu;

e. tujuan perjalanan ditentukan oleh Pengguna Jasa;

f. tidak singgah di terminal; dan

g. wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.

Selain itu Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Angkutan carter harus memenuhi persyaratan yang di atur dalam pasal 24 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 yaitu sebagai berikut:

(42)

31 a. menggunakan Mobil Bus Umum;

b. dilengkapi stiker bertuliskan"CARTER" yang dapat dibaca dengan jelas dan dilekatkan secara permanen pada kaca depan dan kaca belakang Mobil Bus Umum;

c. dilengkapi tanda khusus dengan tulisan "CARTER" dan dapat dibaca dengan jelas yang ditempatkan pada sebelah kiri dan sebelah kanan badan kendaraan;

d. dilengkapi dengan alat pemantau unjuk kerja pengemudi yang dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan;

e. dilengkapi tanda nomor kendaraan dengan warna dasar kuning tulisan hitam atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. dilengkapi logo dan nama perusahaan Angkutan yang ditempatkan pada bagian sebelah kiri dan sebelah kanan badan kendaraan;

g. dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), kartu tanda uji berkala, dan Kartu Elektronik Standar Pelayanan yang masih berlaku; dan

h. mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan masyarakat yang diletakkan pada bagian dalam dan bagian luar kendaraan.

5. Angkutan sewa

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 Dalam Pasal 26 ayat (1) yang di maksud angkutan sewa yaitu merupakan pelayanan Angkutan dari pintu ke pintu dengan menggunakan Mobil Penumpang yang disediakan dengan cara menyewa kendaraandengan atau tanpa pengemudi melalui cara borongan berdasarkan jangka waktu tertentu.

(43)

32 Angkutan sewa umum harus memenuhi pelayanan yang telah diatur Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 dalam pasal 26 ayat (2) yaitu sebagai berikut:

a. wilayah operasi tidak dibatasi oleh wilayah administratif;

b. tidak terjadwal;

c. pembayaran tarif sesuai dengan perjanjian antara Pengguna Jasa dan perusahaan Angkutan;

d. penggunaan kendaraan harus melalui pemesanan atau perjanjian;

e. tidak menaikkan penumpang secara langsung di jalan;

f. tujuan perjalanan ditentukan oleh Pengguna Jasa;

g. sewa dilakukan berdasarkan jangka waktu paling sedikit 6 (enam) jam;

dan

h. wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan.

Selain itu Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Angkutan sewa umum harus memenuhi persyaratan dalam pasal 27 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018yaitu sebagai berikut:

a. menggunakan kendaraan Mobil Penumpang Umum paling sedikit 1.300 (seribu tiga ratus) sentimeter kubik;

b. dilengkapi dengan tanda khusus berupa stiker yang ditempatkan di kaca depan kanan atas dan kaca belakang;

c. dilengkapi dengan alat pemantau unjuk kerja pengemudi yang dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan;

d. dilengkapi tanda nomor kendaraan bermotor dengan warna dasar hitam tulisan putih atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

(44)

33 e. dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), kartu tanda uji berkala, dan Kartu Elektronik Standar Pelayanan yang masih berlaku; dan

f. mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan masyarakat di dalam kendaraan.

6. Angkutan Sewa Khusus

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 Dalam Pasal 28 mejelaskan bahwa Angkutan Sewa Khusus merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dengan pengemudi, memiliki wilayah operasi dalam perkotaan dari dan ke bandar udara, pelabuhan, atau simpul transportasi lainnya serta pemesanan, menggunakan aplikasi berbasis teknologi informasi, dengan besaran tarif tercantum dalam aplikasi.

2.4 Pengertian Perusahaan angkutan umum

Menurut H.M.N. Purwosujibto,(2008:15) bahwa : kata “perusahaan” hampir selalu di samakan dengan kata “perdagangan” dilihat dari sisi pengertian kedua kata tersebut.Secara sederhana, baik perusaan maupun perdagangan dapat dipahami sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mendpatkan keuntungan/laba.

Menurut Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan angkutan Jalan dalam Pasal 1 mejelaskan bahawa Perusahaan angkuta umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan atau barang dengan kendaraan bermotor umum.

Sedangkan meurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 dalam Pasal 36 ayat (1) Peraturan Menteri

(45)

34 Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 yang di maksud dengan perusahaan angkutan umum yaitu berbentuk:

a. badan usaha milik negara;

b. badan usaha milik daerah;

c. perseroan terbatas; atau d. koperasi.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 dalam Pasal 1 menjelaskan bahwa Badan Usaha Milik Negara,yang disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruhya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara.

BUMN berbeda dengan BUMD, di mana dalam Pasal 1 angka 40 Undan- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Menjelaskan pengertian BadanUsaha Milik Daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

Mengenai badan hukum swasta pada bunyi Pasal 79 ayat (2) PP No.74 Tahun 2014, badan hukum swasta yang dapat menjadi perusahaan angkutan umum hanya terbatas pada badan hukum swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas dan Koperasi. Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaanya.

(46)

35 Sedangkan Pengertian Koperasi berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan rasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Sedagkan mengeain izin dan untuk memperoleh izin Perusahaan Angkutan Umum harus memenuhi persyaratan sebagai dalam Pasal 37 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 sebagai berikut:

a. memiliki paling sedikit 5 (lima) kendaraan;

b. memiliki/menguasai tempat penyimpanan kendaraan yang mampu menampung sesuai dengan jumlah kendaraan yang dimiliki; dan

c. menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan (bengkel) yang dibuktikan dengan dokumen kepemilikan atau perjanjian kerjasama dengan pihak lain.

Izin berupa dokumen kontrak dan/atau kartu elektronik di atur dalam Pasal 39 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 yang terdiri atas:

a. surat keputusan izin penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek; dan

b. Kartu Elektronik Standar Pelayanan.

Surat keputusan izin penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek Dalam pasal 39 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 diberikan kepada

(47)

36 pimpinan Perusahaan Angkutan Umum dan berlaku selama perusahaan menjalankan usahanya.

Dalam pasal 39 ayat (3) menjelaskan bahwa :

Kartu Elektronik Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan bagian dokumen perizinan pada setiap Kendaraan Bermotor Umum dan wajib diperbarui setiap tahun.

Perusahaan Angkutan Umum dapat mengembangkan usaha di kota/

kabupaten lain dengan memenuhi persyaratan diatur dalam Pasal 41 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 yaitu sebagai berikut:

a. wajib membuka kantor cabang;

b. menggunakan tanda nomor kendaraan bermotor sesuai dengan wilayah operasi yang ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, Bupati /Walikota sesuai dengan kewenangannya;

c. melaporkan dan mendaftarkan perusahaan kepada Pemerintah Kota/Kabupaten sesuai dengan domisili cabang atau perusahaan yang bersangkutan; dan

d. menunjuk penanggung jawab cabang perusahaan yang mewakili perusahaan.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 dalam Pasal 42 bahwa Perusahaan Angkutan Umum wajib:

a. melaksanakan ketentuan yang ditetapkan dalam izin penyelenggaraan yang diberikan;

b. mematuhi ketentuan Standar Pelayanan Minimal;

c. melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan;

d. mendaftarkan pengemudi dalam e-logbook;

(48)

37 e. mempekerjakan pengemudi yang telah memiliki Surat Izin mengemudi

(SIM) Umum sesuai dengan golongannya;

f. menerbitkan bukti pembayaran kepada Pengguna Jasa;

g. mengasuransikan tanggungjawab, yaitu iuran wajib dan tanggungjawab pengangkut;

h. memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas, manusia usia lanjut, anak-anak, wanita hamil, dan orang sakit;

i. melaporkan apabila terjadi perubahan susunan kepengurusan badan hukum atau domisili badan hukum;

j. melaporkan kegiatan usaha setiap tahun kepada Menteri, Gubernur, Bupati/ Walikota sesuai dengan kewenangannya.

2.5 Pengawasan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek

Pengawasan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek dilaksanakan oleh petugas pengawas kendaraan bermotor menggunakan peralatan secara manual dan/atau elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Petugas pengawas kendaraan bermotor di atur Dalam pasal 51 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 meliputi:

a. petugas penyidik pegawai negeri sipil di bidang lalu lintas dan Angkutan jalan; dan/atau

b. petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Selain itu Pengawasan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek Dalam Pasal 52 ayat(1) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 dilakukan di:

a. tempat wisata;

b. ruas jalan;

(49)

38 c. tempat keberangkatan;

d. tempat penyimpanan kendaraan; dan

e. tempat pemberhentian dan simpul transportasi lainnya.

Dalam hal Perusahaan Angkutan Umum tidak memenuhi ketentuan Standar Pelayanan Minimal, maka Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan evaluasi dan meninjau ulang izin penyelenggaraan Angkutan Orang Tidak dalam Trayek yang diberikan kepada perusahaan.

Pengawasan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek dilakukan terhadap pemenuhan:

a. persyaratan perizinan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek; dan b. persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor Umum

Sedangkan Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan laiyak jalan Kendaraan Bermotor Umum di atur dalam pasal 53 ayat (3) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 meliputi:

a. tanda bukti lulus uji berkala Kendaraan Bermotor Umum;

b. fisik Kendaraan Bermotor Umum; dan c. Standar Pelayanan Minimal.

Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan perizinan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek di atur dalam pasal 53 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 117 Tahun 2018 meliputi:

a. dokumen perizinan;

b. dokumen Angkutan;

c. bukti pelunasan iuran wajib asuransi yang menjadi tanggung jawab perusahaan;

d. jenis pelayanan;

(50)

39 e. tarif untuk Angkutan Orang dengan Menggunakan Taksi;

f. tanda identitas Perusahaan Angkutan Umum; dan g. tanda identitas awak kendaraan Angkutan umum.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, terdapat pengertian mengenai dokumen, yaitu bahwa dokumen adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak, yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Menurut H. M. Hudi Asrori S, (2010:43). Dalam praktik, dokumen angkutan yang biasa ada secara umum baik dalam pengangkutan laut, darat, maupun udara ada tiga macam, antara lain:

a. Tiket penumpang, untuk pengangkutan orang.

b. Tiket bagasi, untuk pengangkutan bagasi.

c. Surat muatan, untuk pengangkutan barang.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dokumen angkutan adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan antara pihak pemakai jasa angkutan dengan pengangkut. Dalam hal ini meliputi pengangkutan orang dan pengangkutan barang.

2.6 Tinjauan Umum Tanggung Jawab Pengangkut a) Pengertian tanggung Jawab

Menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebaliknya.

Tanggung Jawab Pengemudi, Pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan orang, dijelaskan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Pasal 234 ayat (1) dan (2) bahwa:

(51)

40 1) Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh Penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena kelalaian Pengemudi.

2) Setiap Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan dan/atau perlengkapan jalan karena kelalaian atau kesalahan Pengemudi.

Selain itu Peraturan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga menjelaskan dalam Pasal 236 ayat (1) dan (2) bahwa:

1) Pihak yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang besarannya ditentukan berdasarkan putusan pengadilan.

2) Kewajiban mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2) dapat dilakukan di luar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di antara para pihak yang terlibat.

Selain itu Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Pasal 235 ayat (1) dan (2) menjelaskan bahwa:

1) Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1)huruf c, Pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau

Referensi

Dokumen terkait

System operasi open source berdeda dengan system operasi close source, system operasi open source hidupnya bergantung pada pengembang karena system operasi ini

Maka definisi konsepsioanl dari penelitian ini adalah kinerja pegawai SAMSAT dalam pemberian pelayanan publik pada kantor SAMSAT Pembantu Samarinda Seberang dimana

sosiologi, siswa, dan guru teman sejawat variasi gaya mengajar guru dalam meningkatkan minat belajar siswa sudah cukup baik, hal ini terbukti dari hasil tiga kali

Sustav za iscrtavanje koji je zaduˇzen za iscrtavanje virtualnog svijeta igre na ekranu raˇcunala, te sustav za fiziku koji je zaduˇzen za otkrivanje sudara izmedu objekata unutar

yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Efek Antiperdarahan Alga Coklat ( Sargassum sp. dan

doktrin-doktrin yang terkait dengan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) sehingga dapat ditemukan konsep hukum mengenai Hak Tanggungan yang dipegang oleh Bank Syariah dalam

Menurut penuturan juru kunci dari makam Mbah Djomotersebut, bahwa beberapa tahun yang lalu terjadi sebuah peristiwa yakni keluarnya ikan gabus dari makam Mbah Djomopada saat

Apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh pada siswa-siswi overweight dan obesitas dengan kejadian akne vulgaris di SMA kota Padang yang terdaftar sejak