• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.5.2.2 Pengertian Pembangunan

1.5.4. Hunian yang Layak

Amanat dari Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 40 yang menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.” Pemenuhan kebutuhan hunian yang layak bagi semua orang juga merupakan amanat dari berbagai Agenda Internasional, diantaranya Agenda Habitat (The Habitat Agenda, Istanbul Declaration on Human Settlements). Sebagai salah satu dari 171 negara yang ikut menandatangani deklarasi tersebut, Indonesia turut melaksanakan komitmen untuk menyediakan rumah layak huni yang sehat, aman, terjamin, dapat mudah diakses dan terjangkau yang mencakup sarana dan prasarana pendukungnya bagi masyarakat.

Kebutuhan akan perumahan atau tempat tinggal sangat dirasakan setiap manusia karena perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia yang mutlak dipenuhi. Kebutuhan akan rumah saat ini menjadi prioritas utama bagi setiap orang. Fungsi dari sebuah rumah sekarang bukan hanya sekedar sebagai tempat berteduh saat panas ataupun hujan, tapi lebih

dari itu semua rumah merupakan tempat terbaik untuk membina keluarga bahagia dan sejahtera. Tidak heran kalau sekarang banyak orang berlomba untuk mendapatkan dan membuat sebuah rumah yang nyaman untuk dihuni sesuai dengan kemampuanya.

Perumahan dan permukiman yang layak bagi semua orang, tidak ada diskriminasi dalam hal ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, atau berbeda pendapat, pribumi atau tidak, kepemilikan, kelahiran atau status lainnya, kesempatan mendapatkan rumah, sarana dan prasarana, pelayanan kesehatan, berkaitan dengan makanan dan air, pendidikan dan area terbuka ( Alvi Syahrin, 2003 : 94).

Ukuran paling sempit dari pemenuhan perumahan yang layak adalah dengan melihat perkembangan kemampuan pemerintah dalam membangun perumahan untuk rakyat. Namun, ukuran ini menjadi tidak tepat karna penyediaan perumahan itu sebenarnya lebih disebabkan oleh mekanisme pasar dan bukannya hasil dari penyediaan oleh pemerintah semata. Kelayakan perumahan antara lain bisa dilacak dari kuantitas dan kualitas rumah yang didiami oleh penduduk. Tingkat kelayakan rumah bisa dilihat berdasarkan lantai yang dimiliki serta dinding rumah yang digunakan. Lantai rumah bisa dijelaskan dari luas maupun kualitas( jenis) lantainya. Semakin luas lantai rumah, semakin tinggi kelayakan nya. Lantai dari tanah dianggap mempunyai tingkat kelayakan yang lebih rendah dibandingkan dengan lantai dari semen dan bata merah. (Revrisond, 2003 : 194)

Menurut BPS, ada 14 kriteria untuk menentukan keluarga/rumah tangga miskin, yaitu : 1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10. Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (Enam Ratus Ribu) per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.

500.000,- (Lima Rus Ribu Rupiah), seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Kriteria penerima bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni yakni warga yang berdomisili di Kota Medan yang mempunyai rumah, memiliki surat tanah, kondisi rumah atap rumbia, berdinding tepas dan berlantai tanah. Besarnya bantuan ini disesuaikan dengan kebutuhan rumah yang akan di rehabilitasi. Setiap bantuan tidak akan sama besarnya dengan rumah yang lain karena tingkat kerusakan yang akan direhabilitasi tidak sama, dan pelaksanaan rehab ini dilakukan dengan sistem gotong royong menggunakan bahan lokal.

Predikat rumah layak huni tidak cukup hanya dengan perbaikan fisik rumah semata, tapi juga perlu dibarengi dengan pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang rumah layak huni. Ada tiga kriteria rumah layak huni,antara lain:

1. Aman terhadap gangguan sosial lingkungan, 2. Nyaman dalam arti memenuhi aspek kesehatan,dan 3. Terjangkau dalam arti sesuai kemampuan daya beli.

4. Serta dinding rumah dan lantai harus tetap kering tidak lembab dan tidak berlantai tanah. Setiap ruang harus dilengkapi dengan ventilasi udara dan sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah. (http://www.hupakuan.com/beritadetail.php?idberita)

Perumahan tidak layak huni adalah kondisi dimana rumah beserta lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial, dengan kriteria antara lain:Luas lantai perkapita, di kota kurang dari 4 m2 sedangkan di desa kurang dari 10 m2, Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya, jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses, jenis lantai tanah tidak mempunyai fasilitas tempat untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK).

Rasio rumah layak huni adalah perbandingan antara jumlah rumah layak huni dengan jumlah seluruh rumah yang ada di wilayah tertentu. Berdasarkan data tahun 2008, jumlah seluruh rumah yang ada di Kota Medan diperkirakan sebanyak 262.999 unit dan sebanyak 228.020 rumah adalah rumah layak huni. Dengan demikian, tingkat capaian kinerja kunci untuk rumah layak huni di Kota Medan pada tahun 2008 sebesar 86,7% dan relatif tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan tahun 2007 Untuk mengatasi

masalah kebutuhan rumah layak huni tersebut, upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Medan adalah melakukan pembangunan fasilitas berupa sarana dan prasarana dasar lingkungan yang berbasis masyarakat (NUSSP) dengan melaksanakan BOP NUSSP di Kota Medan serta penyusunan dokumen rencana pembangunan perumahan permukiman daerah di Kota Medan untuk masa mendatang.(LPPD Kota Medan Tahun 2008)