• Tidak ada hasil yang ditemukan

Huruf Muqat}t}a‘ah sebagai Kosakata Mesir Kuno

BAB IV INTERPRETASI KOSAKATA MESIR KUNO DALAM

B. Huruf Muqat}t}a‘ah sebagai Kosakata Mesir Kuno

Allah memulai firman-Nya dengan kalimat pembuka yang biasa disebut dengan huruf-huruf muqat}t}a‘ah yang keluar dari pakem firman-Nya yang lain di luar kebiasaan. Dikatakan keluar dari pakem karena kalimat pembuka tersebut menyisakan misteri atau tanda tanya besar khususnya bagi para mufassir. Kalimat pembuka tersebut adalah ah}ruf al-muqat}t}‘ah. Jenis pembuka surat di dalam Al-Qur’an seperti ini tidak ditemukan maknanya dalam tradisi berbahasa masyarakat Arab.17

Menurut ‘Adl, Allah tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu sia-sia tanpa makna yang tidak bisa dipahami. Menurutnya ketika suatu lafadz di dalam Al-Qur’an tidak ditemukan maknanya di dalam bahasa Arab maka seyogyanya untuk mencari makna pada bahasa lain baik pada bahasa klasik yaitu bahasa yang digunakan sebelum diturunkannya Al-Qur’an maupun bahasa modern atau kontemporer yaitu bahasa yang digunakan setelah Al-

Qur’an diturunkan.18

Pemikiran apabila Allah menciptakan sesuatu tanpa bisa dipahami dan dimengerti maka akan sia-sia ini pernah muncul ketika Imam ar-Ra>zi berdebat dengan kaum mutakallimun. Menurut pendapat mutakallimun di dalam Al-Qur’an tidak boleh ada hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, karena Allah SWT telah memerintahkan supaya merenungkan isi ajaran-Nya dan mengeluarkan hukum-hukum dari dalamnya. Ar-Ra>zi membantah pendapat mutakallimun ini dengan alasan bahwa sebagaimana dalam beribadah tidak semuanya apa yang diperintahkan oleh Allah bisa dipahami oleh manusia. Seperti perintah shalat lima waktu dengan jumlah rakaat yang berbeda-

17M.Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik Memahami Huruf

Muqat{t}a‘ah dalam Al-Qur’an (Malang: UIN Malang Press, 2009), 105

18Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqatt}}a‘ah, 23.

94

beda. Semua itu dimaksudkan untuk menguji ketaatan dan kepatuhan manusia terhadap perintah Allah.19

Sejak dahulu hingga kini ulama-ulama Al-Qur’an berbeda pendapat dalam membahas huruf muqat}t}a‘ah. Allahu a‘lam hanya Allah yang mengetahui itulah jawaban yang dikemukakan oleh mayoritas ulama abad pertama hingga abad ke tiga.20 Karena kehati-hatiannya, mereka tidak berani memberi penafsiran dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna huruf-huruf muqat}t}a‘ah. Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah yang mengetahui maknanya.21

Di dalam mushaf huruf-huruf muqat}t}a‘ah diulang dengan jumlah yang berbeda-beda yaitu:

Jumlah Pengulangan huruf muqat}t}a‘ah

مح diulang 6x هط diulang 1x ملا diulang 6x

ص diulang 1x سي diulang 1x صملا diulang 1x

ق diulang 1x سط diulang 1x رلا diulang 5x

ن diulang 1x مسط diulang 2x رملا diulang 1x

مح .

قسع diulang 1x صعيهك diulang 1x

Kajian tentang huruf muqatt}}a‘ah telah dikembangkan oleh para ahli tafsir terdahulu seperti Zamakhsari kemudian Baid}a>wi dan juga Ibn Taimiyyah. Para ulama salaf menempatkan huruf- huruf muqat}t}a‘ah dalam golongan ayat-ayat mutasyabih. Huruf- huruf tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan yang seperti Al-Qur’an.22

19Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 201. 20Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2000), 83.

21H.A Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam

(Yogyakarta: Mizan, 1993), 27.

22Hasbi as-Sidqi, Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Jakarta:Bulan Bintang, 1988),

95

Secara umum terdapat dua pandangan utama di kalangan sarjana dalam melihat keberadaan huruf muqat}t}}a‘ah di dalam Al-

Qur’an. Pertama, pandangan yang menganggap huruf-huruf tersebut sebenarnya bukanlah bagian dari wahyu melainkan sesuatu yang diputuskan oleh para penyusun mushaf untuk dimasukkan sebagai bagian dari Al-Qur’an pada masa kodifikasi mushaf resmi. Kedua pandangan yang menganggap huruf muqat{t}a‘ah sebagai bagian integral dari wahyu sebagaimana dipegangi oleh mayoritas sarjana muslim dan juga non-muslim sejak masa permulaan islam.23

Secara garis besar upaya untuk menyingkap rahasia di balik makna huruf muqat}t}a‘ah dan penafsiran yang berkembang di kalangan sarjana muslim awal terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: pertama, pendapat yang menempatkan huruf muqatt}{a‘ah sebagai ayat-ayat mutasyabih yang maknanya hanya diketahui oleh Allah. Dalam kitab al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an Suyu>t}i> memaparkan berbagai pandangan dan pendapat mengenai makna huruf muqat}t}}a‘ah. Ia menyimpulkan bahwa huruf-huruf muqat}t}a‘ah makna hakikinya hanya Allah yang mengetahui.24

Merujuk pendapat ‘Abd al-H{ali>m Nu>ruddi>n ketua jurusan Arkeologi di Universitas Kairo yang dikutip oleh Subh}i> Muja>hid mengatakan bahwa penafsiran merupakan wilayah ijtihad meskipun itu termasuk wilayah ijtihad namun di dalamnya ada rahasia Allah salah satunya rahasia tentang huruf muqatt}a‘ah maka dari itu beberapa mufassir mengatakan bahwa huruf muqatt}}a‘ah merupakan i‘ja>z Al-Qur’an.25

Kedua, penafsiran yang menempatkan huruf-huruf muqat}t}a‘ah sebagai singkatan-singkatan dari kata-kata atau kalimat tertentu. Sebagaimana Ibn Abbas mengaitkan huruf-huruf tersebut dengan nama dan sifat Allah. Setiap huruf merujuk pada

23Montgomerry Watt, Bell’s Introduction to the Qur’an (Edinburgh

University Press, 1970), 61-65.

24Jala>luddi>n as-Suyu>t}i, Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an. Lihat juga

Qurtubi, al-Ja>mi ‘ li ah}ka>m Al-Qur’an (Kairo: Da>r al-Hadi>th,2007), 155-156.

25Subh}i> Muja>hid,‛ Al-Azhar lam Nuwa>fiq ‘Ala> Kita>b li Tafsi>r Al- Qur’an Al-Kari>m bi al-Hi>ru>glifiyah‛ www.onislam.net

96

sebuah nama atau sifatnya sebagai singkatan (dala>lah al-juz ala al- kulli) dalam konteks seperti ini sebuah huruf dapat menunjuk pada lebih dari satu nama atau sifat misalnya:26

No Huruf

Muqatt}a‘ah Arti

1 ملا Ar-Rah}ma>n, Ana Alla>h A ‘lam,

Alla>h lat}i>f Maji>d

2 رلا Ar-Rah}ma>n, Ana Alla>h Ara> 3 صملا Alla>h ar-Rah}ma>n as}-S{amad, al-

Mus}awwir, Ana Alla>h Afd}a>l, Ana Alla>h al-S{a>diq, Alam Nashrah} Laka S{adrak

4 رملا Ana Alla>h Ara>

5 صعيهك Ka>fin, Ha>din amin, ‘azi>z S{adiq, Kari>m Ha>din H{aki>m ‘Ali>m S{a>diq,

al-Ma>lik Allah al-‘Azi>z al- Mus{awwir, al-Ka>fi al-Ha>di al-

‘A>lim al-S{a>diq, Ka>fin Ha>din Ami>n

‘Ali>m S{a>diq atau Ana al-Kabi>r al-

H>a>di ‘Aliyyun Ami>n S{a>diq

6 هط Dhu> at}-T{u>l

7 مسط Dhu> at}-T{u>l al-Quddu>s ar-Rah}ma>n 8 سط Dhu> at}-T{u>l al-Quddu>s

9 سي Ya> Sayyid al-Mursali>n

10 ص S{adaqallah. Uqsimu bi as}-S{amad as-S{a>ni‘ as}-S{a>diq, S{adi ya>

Muh}ammad ‘Amalaka bi Al-

Qur’an atau S{a>di Muh}ammad Qulu>b al- ‘iba>d

11 مح Ar-Rah}ma>n, ar-Rah}i>m

12 قسع مح Ar-Rah}ma>n, al-‘A<li>m, al-Quddu>s, al-Qa>hir

26Ibn Kathi>r, Tafsi>r al-Qur’an al-‘Az}i>m (Riyad}: Da>r at-Taibah, 2007)

jiliod 1 lihat juga Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Tangerang: PT Pustaka Alvabet Anggota IKAPI, 2013), 242-243.

97

13 ق Qa>dir, Qa>hir, Qad}i al-Amr, Uqsim bi Quwwatin Qalbi Muh}ammad 14 ن ar-Rah}ma>n, Nu>r, Nas}i>r, al-H{u>t

Menurut pendapat dari mufassir kalangan tasawuf huruf muqat}t}a‘ah adalah huruf-huruf yang terpotong-potong, masing- masing diambil dari nama Allah atau yang tiap-tiap hurufnya merupakan pengganti dari suatu kalimat yang berhubungan dengan yang sesudahnya atau huruf itu menunjuk kepada maksud yang dikandung oleh surah, yang surah itu dimulai dengan huruf muqat}t}a‘ah itu. Seperti alif la>m mi>m Ibn Abbas mentakwilkan anallahu Ara. Selain itu ada juga yang mentakwilkan tiga huruf t}a si>n mi>m dengan tursina wa Musa karena dua surah yang masing- masing diawali dengan tiga huruf tersebut mencerirakan kisah Nabi Musa di bukit Tursina.27

Theodore Noldeke adalah salah satu sarjana barat yang turut berperan dalam memberikan makna huruf muqat}t}}a‘ah yaitu dengan cara mengembangkan gagasan kaum muslim klasik tentangnya sebagai singkatan. Selain berkontribusi dalam memberikan makna huruf muqat}t}a‘ah ia mengatakan bahwa huruf- huruf tersebut bukanlah bagian dari wahyu Ilahi. Menurut Noldeke sangat aneh apabila huruf-huruf muqat}t}}a‘ah yang sulit dipahami maknanya itu hanya di letakkan di dalam surah-surah tertentu. Huruf-huruf muqat}t}a‘ah menurutnya lebih mencerminkan inisial pemilik naskah Al-Qur’an yang digunakan Zaid ibn Tsabit ketika pertama kali mengumpulkan Al-Qur’an pada masa kekhalifahan Abu Bakar. Noldeke mengemukakan sejumlah alternatif tentang kepanjangan huruf-huruf itu sebagai nama pemilik naskah. Seperti

رلا menurutnya mungkin merupakan inisial dari al-Zubayr, رملا

inisial dari al-Mughirah, هط inisial dari T{alh}ah atau T{alh}ah{ ibn

‘Ubaydillah.28

Menurut Taufik Adnan Amal kemungkinan untuk mengajukan nama-nama alternatif lain sebagai kepanjangan yang ditunjuk oleh huruf-huruf itu membuat gagasan Noldeke menjadi

27Abu Anwar, Ulum Al-Qur’an Sebuah Pengantar (Jakarta: Amzah,

2005), 45.

98

absurd. Demikian juga sulit membayangkan bahwa Zaid bin Tha>bit hanya bergantung pada satu sumber untuk mengumpulkan surat-surat panjang yang diawali dengan huruf muqatt}}a‘ah, sementara untuk surat-surat yang tidak diawali dengan huruf-huruf tersebut yang jauh lebih banyak dari segi kuantitasnya tidak terdapat kejelasan dari mana Zaid mengumpulkannya. Lebih jauh gagasan ini dengan bertentangan dengan dogma kaum muslimin yang paling mendasar bahwa fawatih merupakan bagian dari wahyu Ilahi.29

Hirschfeld berupaya mempertahankan dan mengembangkan asumsi-asumsi Noldeke tentang huruf-huruf itu sebagi inisial nama pemilik Mushaf. Ia juga sepakat dengan Noldeke dalam memandang bahwa huruf-huruf tersebut bukan berasal dari nabi. Ia memberikan inisial nama pemilik mushaf sebagai berikut: لا kata sandang tertentu, م inisial untuk Mughirah,

ص H{afs}ah, ر Zubair, ك Abu Bakar, ه Abu Hurairah, ن Utsman, ط

T}alhah, سSa‘d ibn Abi> Waqas}, ح Hudzaifah, ع Umar atau ali atau Ibn Abbas atau Aisyah, قQasim ibn Rabi’ah.30

Ketiga, pendapat yang tidak menganggap huruf muqat}t}a‘ah sebagai singkatan tetapi menawarkan penafsiran yang lain seperti:

a). Huruf-huruf tersebut merupakan nama surat.31

Interpretasi bahwa huruf-huruf muqat}t}a‘ah merupakan nama surah didukung oleh beberapa dalil diantaranya adalah:

32 و ملس و هيلع الله ىلص ىبنلا نع هنع الله ىضر سنأ نع ىذيمرتلا هجرخا

سي نآرقلا بلق

لك نم مويلا كلذ مصع نمؤملا مح و يسركلا ةيآ ءارق نم ىذيمرتلا ه جرخأ ءوس

Menurut ‘Adl interpretasi terhadap huruf-huruf muqat{t}a‘ah

yang memberikan makna bahwa huruf-huruf tersebut adalah nama surah sangat rancu. Nama digunakan untuk membedakan antara sesuatu yang dinamai atau musamma dengan musamma yang

29Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, 282. 30Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, 282-283. 31 Nu>ruddi>n ‘Itr, ‘Ulu>m Al-Qur’an, 155-156.

32Abu> ‘I<sa> at-Tirmidhi>, Sunan Tirmidhi> ‚ Ba>b fi>man qara’a min Al- Qur’an ma> lahu min al-Ajr‛ (Beirut: Da>r al-Gharb al-Isla>mi>, 1998),159

99

lainnya agar tidak sulit untuk membedakannya. Sangat sulit diterima apabila sesuatu yang berbeda mempunyai nama yang sama. Sehingga sulit diterima jika memberi nama surah Al- Baqarah dengan sebutan surah alif la>m mi>m karena surah yang diawali dengan alif la>m mi>m tidak hanya surah Al-Baqarah saja melainkan Ali Imra>n, Al-‘Ankabu>t, Ar-Ru>m, Luqma>n, dan As- Sajadah. Kalau huruf-huruf muqat}t}}a‘ah itu merupakan nama surat maka sangat sulit untuk membedakan surat mana yang dimaksud ketika hanya menyebut surat alif la>m mi>m . Dalam penafsiran seperti ini Abu> Zaid juga mengatakan bahwa legalitas interpretasi ini tidak didukung oleh banyaknya surat yang diawali oleh huruf- huruf muqat}t}a‘ah. Berdasarkan alasan ini menurut ‘Adl huruf- huruf muqatt}}a‘ah bukanlah nama dari surah.33

Menurut ar-Ra>zi kesamaan nama banyak terjadi hal ini bisa saja terjadi dalam memberikan nama surah Al-Qur’an. Kesamaan

nama pada alif la>m mi>m misalnya dapat dibedakan dengan cara menyebut Alif la>m Mi>m Dhalika al-Kita>b la> Raiba fi>h pada surah Al-Baqarah dan menyebut Alif La>>m Mi>m Allahu La> Ila>ha Illa Huwa al-H{ayyu al-Qayyu>m pada surah Ali Imra>n.34

Menurut Muh}yiddin Darwi>sh dalam bukunya I’ra>b Al-

Qur’an Al-Kari>m wa Baya>nuhu huruf yang berada di awal surah tersebut merupakan nama surah, namun hikmah dan ma>hiyah nya para ulama masih berbeda pendapat sehingga Darwish sendiri juga kesulitan dalam menentukan pengertian ini. Ia menjadikan pendapat-pendapat para ulama menjadi dua bagian. Pertama, huruf-huruf tersebut merupakan bagian dari mutasyabih dimana maknanya dikembalikan kepada Allah. Kedua, huruf-huruf tersebut seperti kalimat-kalimat yang lainnya yang ada dalam Al-

Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat karena tidak ada yang bisa menandinginya meskipun

33Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>glifiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqatt}a‘ah, 16-17. Lihat juga Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, Mafhum an-Nas} Dira>sah fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 240.

34Fakhr ar-Ra>zi, Mafa>ti>h} al-Ghaib (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah,

100

kata-katanya dirangkai dari huruf-huruf yang biasa digunakan oleh orang Arab.35

Konsep kemukjizatan memiliki keterkaitan erat dengan Al-

Qur’an. Konsep ini dalam Al-Qur’an dibarengkan dengan masalah tantangan tah}addi> dan sanggahan al-mu‘a>rad}ah. Karakteristik bahasa Arab serta sejauhmana kemampuan karakteristik bahasa Arab itu sendiri ditundukkan dalam dua konteks yaitu sebagai bahasa ilahi samawi dan bahasa manusia yang membumi. Oleh karena itu konsep kemukjizatan harus diletakkan dalam tiga kerangka sekaligus yaitu: kerangka agama, kerangka bahasa dan kerangka historis.36

Jika dinisbatkan kepada nabi kemukjizatan merupakan sebuah bukti yang dimunculkan untuk menundukkan musuh- musuhnya. Jika dinisbatkan kepada agama kemukjizatan merupakan sebuah sarana untuk menyampaikan risalah ketuhanan. Sebagai bukti atau hujjah kemukjizatan harus berada dalam tingkatan yang dapat dijangkau oleh semua orang. Karena jika tidak dapat dijangkau oleh semua orang maka fungsi dan manfaatnya menjadi terhambat. Sebagai sarana penyampai risalah ketuhanan kemukjizatan harus mengungguli kemampuan semua orang. Sedangkan sebagai sesuatu yang berada dalam ruang dan waktu kemukjizatan harus memiliki pengaruh sebanding dengan misi risalah yang disampaikan.37

Menurut Zaki> Muba>rak dalam bukunya an-Nathr wa al- Fani> huruf-huruf muqat}t}a‘ah tidak ditemukan baik di dalam teks sastra jahili maupun sastra islami, huruf-huruf tersebut hanya ditemukan di dalam Al-Qur’an. Blanchot guru dari Zaki Mubarak mengemukakan takwil baru tentang huruf-huruf muqat}t}a‘ah, menurut pemikiranya huruf-huruf seperti alif la>m mi>m, alif la>m ra> merupakan huruf AOI yang ditemukan juga di negara-negara lain

35Muh}yiddi>n Darwi>sh, I‘ra>b Al-Qur’an Al-Kari>m wa Baya>nuh

(Damaskus: Da>r Ibn Kathi>r dan Da>r Yama>mah, 2011), 36-37

36Muhammad Tahrish, An-Naqd wa al-I’ja>z (Damaskus: Manshu>ra>t

Ittih}a>d al-Kita>b al-Arab,2004), 17

37M. Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik Memahami Huruf Muqat}a

101

dengan sebutan Chan son Degeste yang merupakan isyarat baya>na>t musik ia adalah simbol suara. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa huruf-huruf muqat}t}a‘ah seperti ali>f la>m mi>m dan sebagainya merupakan isyarat suara dalam tartil Al-Qur’an.38

b). Sebagai medium untuk menarik perhatian manusia agar menyimak Al-Qur’an.

c). Huruf-huruf tersebut adalah semata-mata huruf Arab. Huruf-huruf tersebut menunjukkan bahwa wahyu Ilahi diturunkan dalam bahasa yang diakrabi masyarakat nabi yaitu bahasa Arab. Keempat belas huruf yang ada di dua puluh sembilan surah itu dihitung secara tidak berulang terpilih secara seksama dan mewakili separuh alfabet Arab, dari segi artikulasinya mencakup keseluruhan sistem alphabet atau lebih ringkasnya sebagai isyarat bahwa Al-Qur’an tersusun dari alfabet yang diketahui oleh orang Arab.39

‘A>ishah Abdurahman bint Sha>t}i’ mengatakan bahwa surat- surat yang diawali dengan huruf-huruf muqat}t}a‘ah menjelaskan tentang kehujahan Al-Qur’an bahwa ia berasal dari Allah. Surat- surat tersebut diturunkan pada saat orang musrik mengklaim bahwa Al-Qur’an bukanlah kalam Allah tetapi ia adalah ucapan

tukang dukun, penyair, tukang sihir. Keberadaan huruf muqat}t}a‘ah

membuktikan bahwa sesungguhnya Al-Qur’an yang kalian tidak

mampu menandinginya itu berasal dari jenis huruf yang sudah dikenal.40

Sayyid Qut}b menulis perihal kemukjizatan Al-Qur’an

serupa dengan perihal ciptaan Allah yaitu penciptaan manusia. Hasil ciptaan Allah dan hasil ciptaan manusia tentu sangat berbeda. Betatapapun teliti dan canggihnya manusia tidak mungkin akan menghasilkan sesuatu yang serupa dengan ciptaan Allah. Misalnya Allah menjadikan dari butir-butir tanah itu manusia yang mempunyai kehidupan, kehidupan yang penuh

38Zaki> Muba>rak, An-Nathr wa al-Fani> fi> al-Qarni al-Ra>bi‘ (Kairo: Mu’assasa>t Hinda>wi, 2013), 43-44.

39Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, 80

40‘A>ishah Abdurahman bint Sha>t}i’, Al-I’ja>z al-Baya>ni li Al-Qur’an wa

102

denyut serta mengandung rahasia Tuhan tentang hidup. Berbeda dengan penciptaan manusia dari bahan butiran tanah hanya bisa menciptakan sesuatu yang tidak bernyawa seperti batu bata dan peralatan lainnya. Demikian juga huruf-huruf yang dikenal manusia darinya manusia bisa menciptakan kalimat-kalimat prosa atau puisi. Dari huruf-huruf yang sama Allah menjadikan Al-

Qur’an dan al-Furqa>n yang menjadi pemisah antara kebenaran dan kebathilan. Perbedaan antara hasil karya manusia dan apa yang datang dari Allah dalam hal huruf-huruf dan kata-kata sama dengan perbedaan antara satu jasad tanpa ruh atau satu patung manusia dengan seorang manusia yang hidup yang menarik yang mengehembuskan nafas.41

Ash-Sha‘bi menyatakan‛ Huruf awalan itu adalah rahasia Al-Qur’an.42 Hal ini diperjelas dengan perkataan Ali bin Ab Thalib

‛Inna li kulli kitab s}afwatun wa s}afwah hadha al-kitab huru>f tahaji‛ sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya. Saripati Al-Qur’an ini adalah huruf-huruf hijaiyah. Abu Bakr shidiq juga

berkata ‚ Fi> kulli kita>b sirrun wa siruhu fi Al-Qur’an awa>il suwar‛

di tiap-tiap kitab ada rahasianya. Rahasia dalam Al-Qur’an ialah pemulaan-permulaan surah.43

Fawatih} suwar ini menjadi bukti kepada bangsa Arab bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan huruf-huruf yang mereka kenal. Hal Ini merupakan teguran keras bagi mereka dan sekaligus membuktikan ketidakmampuan mereka membuat semisal Al-Qur’an.44

Ada yang menganggap huruf-huruf muqat}t}a‘ah itu sebagai kenyataan yang tidak memiliki makna dalam dirinya sendiri, melainkan sebagai bagian dari sistem bahasa yang menjadi

41Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an,84

42Jala>luddi>n as-Suyu>t}i, Al-Itqan fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 24

43Muhammad Sayyid T{ant}awi>, At-Tafsi>r al-Wasi>t} li Al-Qur’an al- Kari>m (Kairo: Da>r al-Sa‘a>dah), 38-39

44Subh}i> S}a>lih}, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an, 304. Lihat juga Suyut}i, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m Al-Qur’an, 20, Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, 83.

103

sandaran teks. Keberadaanya yang terpencar-pencar di dalam teks memiliki makna umum yaitu penegasan bahwa Al-Qur’an

merupakan mukjizat yang tersusun dari huruf-huruf yang sama dengan huruf yang yang mereka (bangsa Arab) pergunakan dalam

Dokumen terkait