• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dalam Melacak Eksistens

BAB III METODOLOGI DAN ANALISIS PEMIKIRAN SA‘D ‘ABD

C. Metode Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl dalam Melacak Eksistens

Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl adalah seorang pengkaji Al- Qur’an abad ke dua puluh yang berusaha menambahkan perspektif baru dalam menafsirkan Al-Qur’an. ‘Adl berusaha melakukan

67 Qurt}ubi>, al-Ja>mi ‘li Ah}ka>m Al-Qur’an (Riyad}: Da>r ‘A>lim al-Kutub, 2003),118.

68Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

80

pembaharuan dan pembacaan ulang terhadap teks Al-Qur’an dengan cara mencari akar-akar historis kebudayaan Mesir Kuno untuk mengkaji dan menafsirkan Al-Qur’an.

Pada perkembangannya, saat ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam studi-studi Al-Qur’an dari penafsiran yang berwatak literal ke arah yang lebih rasional dan kontekstual. Kehadiran Sayyid Ahmad Khan 1817-1898 di India, Muhammad Abduh 1849-1905 di Mesir merupakan tonggak penting dalam mengubah persepsi kaum muslimin tentang makna teks Al-Qur’an yang tidak lagi dianggap statis melainkan dinamis dan historis. Historisitas makna ini semakin disadari ketika para pemikir muslim mulai bersentuhan dengan temuan-temuan baru di bidang ilmu-ilmu sosial-humaniora, linguistik, kritik sastra dan filsafat dalam pemikiran barat kontemporer.69

‘Adl berpendapat bahwa sebagian dari lafadz Al-Qur’an menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh nabi maupun para sahabat. Tidak semua lafadz yang ada di dalam Al-Qur’an terdapat petunjuk tentang makna yang dikandungnya kecuali setelah 14 abad setelah turunnya Al-Qur’an. Berawal dari pemikiran ini ‘Adl berusaha melakukan pembaharuan dengan cara melakukan perubahan teks Al-Qur’an yaitu dengan merubah bacaannya untuk membuktikan bahwa kata tersebut merupakan kosakata Mesir Kuno. Pemikirannya tersebut ditulis dalam buku yang berjudul al- Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H}uru>f al-Muqat}t}a‘ah. 70

Menurut Asma>’ pemikiran ‘Adl yang ditulis dalam buku al- Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an merupakan pemikiran yang tidak ilmiah karena telah memaksakan kaidah-kaidah ilmiah. Seperti pernyataanya tentang pembagian bahasa menjadi dua yaitu bahasa

69Moch. Nur Ichwan, Meretas Kesarjanaan Kritis Al-Qur’an: Teori

Hermeunetika Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, 36.

70Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

81

suci dan bahasa tidak suci. Pembagian bahasa seperti itu tidak disebutkan darimana sumbernya.71

Setelah mengkaji dan melacak akar-akar historis kebudayaan Mesir Kuno, menurut ‘Adl ia mempunyai hubungan yang erat dengan bahasa Arab, ‘Adl mencoba memberikan gagasan baru sebagai ide pembaharuan dalam penafsiran. Ide pembaharuan itu ia terapkan dalam mengkaji huruf-huruf muqat}t}a‘ah atau bagi orientalis dikenal dengan istilah misterius letters dimana para ulama dan sarjana masih memperdebatkan akan maknanya.

Metode yang digunakan ‘Adl untuk melacak eksistensi bahasa Mesir Kuno dalam Al-Qur’an:72

لاق دٌعسي ٍب الله دبع ٍع يذييزتنا يًر : وهف الله باتك ٍي افزح أزق ٍي يبّننا لاق تنسحنا تنسحنا ً ىيي ً فزح ولاً فزح فنأ ٍكنً فزح ىنأ لٌقا لا ايناثيا زشعب الله لٌسر قدص فزح

Yang artinya: Diriwayatkan oleh Tirmidhi> dari ‘Abdullah bin Mas‘u>d Rasullullah Sallahu alaihi wa sallam bersabda barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka ia akan mendapat pahala satu kebaikan dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kalinya. Aku tidak mengatakan alif la>m mi>m itu satu huruf tetapi alif satu huruf la>m satu huruf dan mi>m satu huruf.

Dalam menafsirkan riwayat di atas ‘Adl memfokuskan pada kata ‚la> aqu>lu alif la>m mi>m h}arf‛ yaitu nabi tidak mengatakan bahwa alif la>m mi>m itu huruf. ‘Adl mempunyai pemikiran lain terhadap perkataan rasul tentang makna h}arf. Menurut ‘Adl apa yang dimaksud dari perkataan rasul tentang h}arf bukanlah huruf hijaiyah karena kata h}arf mempunyai banyak arti salah satunya bermakna sebuah kata.73

71Asma>’ Binti Muhammad al-H}ami>d}i>, Al-H{uru>f al-Muqatt}}a‘ah hal Tufassiruha al-Hi>ru>glifiyah?Qira’ah Naqdiyah li Kita>b al-Hi>ruglifiyah Tufassir Al-Qur’an. faculty.ksu.edu

72Abu> ‘I<sa> at-Tirmidhi>, Sunan Tirmidhi> ‚ Ba>b fi>man qara’a min Al- Qur’an ma> lahu min al-Ajr‛ (Beirut: Da>r al-Gharb al-Isla>mi>, 1998). Vol 5, 175.

73Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

82

Dalam bukunya al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an ‘Adl sendiri tidak menyebutkan sumber atau referensi yang menyebutkan bahwa h}arf artinya sebuah kata. Hasil telaah penulis dalam kamus Lisa>n al- ‘Arab karya Ibn manz}u>r tidak ditemukan bahwa kata h}arf bermakna sebuah kata seperti yang diungkapkan ‘Adl. Ibn Manz}u>r memaknai kata h}arf dengan huruf hijaiyah, al- ‘ada>h allati> tusamma ra>bit}ah, al-qira’ah allati> taqra’ ‘ala> awjah, at}- t}arf wa al-ja>nib, bahasa dan lahjah atau dialek, sebagaimana dalam hadis nazala Al-Qur’an‘ala> sab’ah ah}ruf..74

Dari pengertian-pengertian makna h}arf seperti yang sudah dipaparkan di atas ‘Adl lebih memilih mengartikan kata h}arf dengan arti ‚kata‛. Dari definisi h}arf yang menurut dia mempunyai arti ‚kata‛ lantas ia menetapkan bahwa awalan surat atau huruf-huruf muqat}t}a‘ah itu merupakan sebuah kata atau kalimat dimana jumlahnya ada 29. Untuk memulai penafsirannya ‘Adl menulis awalan surat tersebut sesuai dengan apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an kemudian menulis ulang dengan huruf hieroglif kemudian mencari makna di dalam kamus bahasa Mesir Kuno dengan memastikan kebenaran maknanya baik secara istilah maupun bahasa serta diperkuat dengan buku-buku sejarah, hadis dan lain sebagainya.75

Selain berpegang pada riwayat yang sudah dipaparkan di atas, untuk menguatkan pemikirannya ‘Adl juga berpegang pada penafsiran dari ayat Al-Qur’an yang berbunyi:

مٌظعلا نآرقلاو ًناثملا نم اعبس كانٌتآ دقلو ( رجحلا : 87 )

Menurut ‘Adl kata a>taina>ka sab‘an mempunyai banyak makna diantaranya tujuh dari ayat atau tujuh dari surat atau bisa juga bermakna tujuh faidah karena lafadz ayat tersebut tidak menunjukkan kepada sesuatu yang jelas, sedangkan kata al- matha>ni> merupakan bentuk plural dimana kata tunggalnya adalah mathna>h yang artinya segala sesuatu yang dikalikan dua. Dari pengertian ini kata sab’u al-matha>ni >mempunyai arti sesuatu yang berjumlah tujuh yang kemudian dikalikan dua sehingga berjumlah

74Ibn Manz}u>r, Lisa>n al- ‘Arab (Beirut: Da>r S}a>dir,tt), Juz 1,45.

75Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

83

empat belas. Jumlah empat belas ini merupakan jumlah huruf- huruf muqat}t}a‘ah dalam Al-Qur’an.76

‘Adl juga mengatakan bahwa sab‘u al-matha>ni> bukanlah bagian dari Al-Qur’an melainkan sesuatu yang lain di luar Al- Qur’an. Argumen ini berlandaskan penafsirannya terhadap ayat walaqad ataina>ka sab‘an min al-matha>ni> wa Al-Qur’an al-‘Az}i>m. Menurut pemikirannya la> yaju>z ‘at}f shai’ ‘ala> juz’i minhu wa la> yaju>z ‘at}f juz’ ‘ala al-kulli>. Sebagaimana antara ma ‘t}u>f dengan ma‘t}u>f alaih harus berasal dari jenis yang berbeda.77

Abu Hila>l al-H{asan bin ‘Abdullah bin Sahl al-‘Askari dalam bukunya al-furu>q al-lughawiyah menjelaskan bahwa penyebutan nama yang berbeda mempunyai makna yang berbeda juga, karena setiap nama dalam suatu kata mempunyai petunjuk isyarat. Apabila disebutkan nama sesuatu dan dapat diketahui dan dipahami maka penyebutan untuk kedua dan ketiga tidak mempunyai faidah. Ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur’an berasal dari Allah dan Allah tidak mungkin merangkai ayat-ayat tanpa faidah. Apabila penyebutan yang kedua dan ketiga berbeda dengan penyebutan yang pertama maka itu adalah benar. Misalnya seperti yang terdapat dalam ayat likulli ja‘alna> minkum shir ‘atan wa minha>ja>n kata shir‘atan mempunyai arti yang berbeda dengan minha>ja>n. Shir‘ah: awalu shai’ dan minha>j mu’d}amihi, muttasi‘ihi.78 Dalam konteks ayat sab‘u al-matha>ni> dengan menerapkan kaidah ini tidak mungkin sab‘ul matha>ni> itu Al- Qur’an karena ma’thuf dan ma’thuf ilaihi harus berasal dari jenis yang berbeda.79

Pendapat ‘Adl ini diperkuat oleh Muhammad Shah}rur yang mengatakan bahwa kata Al-Qur’an telah di at}f kan (menggunakan

76Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

Sharh} ma Yusamma> bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 64-65.

77Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah, 50.

78Abu Hila>l al-H{asan bin ‘Abdullah bin Sahl al-‘Askari, Al-Furu>q al-

Lughawiyah (Kairo: al-Maktabah al-isla>miyah wa ‚Ilmiyah,1994),158-160. 79Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

84

kata sambung waw) dengan sab‘u al-matha>ni> . Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an sesuatu dan sab‘u al-matha>ni> sesuatu yang lain. Sab‘u al-matha>ni> bukanlah bagian dari Al- Qur’an. Allah meletakkanya sebelum lafadz Al-Qur’an untuk menunjukkan kemuliaannya dari segi muatan pengetahuan.80

Dalam Maqa>yis al-Lughah ءاٌلا و نونلا و ءاثلا adalah satu kata dasar yang berarti mengulangi sesuatu dua kali atau menjadikan sesuatu dua hal yang saling berurutan. Kata ةانثملا

mempunyai arti هفارطا نم ءًشلا ىنثٌ امناو شاشخلا يف مامزلا فرطyaitu ujung tali pengikat jika mengulangi sesuatu dari ujungnya. Dengan demikian kata al-matha>ni> berarti ujung tiap-tiap sesuatu. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa setiap surat memiliki ujung. Maka yang dimaksud dengan al-matha>ni adalah ujung-ujung setiap surat. Dalam konteks ini yang dimaksud adalah ayat-ayat pembuka surat.81

Menurut penulis huruf muqat}t}a‘ah merupakan huruf-huruf pembuka surat yang diakui kearabannya. Para mufassir sejak zaman sahabat menyepakati bahwa lafadz huruf muqat}ta‘ah berasal dari bahasa Arab dan dia bagian dari Al-Qur’an. Tidak ada yang menyangkal tentang kearaban lafadz ini, namun para ulama berbeda dalam pendapat apakah lafadz tersebut dari maknu>n hanya Allah yang mengetahui atau dia dari ma’lum yang mungkin bisa dipahami maknanya. Apabila dia termasuk ayat mutasyabih menurut Imam Sha>fi‘i tidak dihalalkan bagi seseorang untuk menafsirkan ayat-ayat mutasyabih kecuali dengan sunnah nabi atau khabar sahabat atau ijma>‘ ulama. Sebagaimana firman Tuhan dalam Q.S Al-Isra>’:36. wa la> taqif ma> laisa laka bihi‘ilm yang artinya janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.82

Membahas tentang kaidah la> yaju>z ‘at}f shai’ ‘ala> juz’i minhu wa la> yaju>z ‘at}f juz’ ‘ala al-kulli> sebagaimana antara ma ‘t}u>f dengan ma‘t}u>f alaih harus berasal dari jenis yang berbeda,

80Muhammad Shah}ru>r, Al-Qur’an wa al-Kita>b Qira’ah Mu‘a>s}irah, 96. 81Muhammad Shah}rur, Al-Qur’an wa al-Kita>b Qira’ah Mu‘a>s}irah,97. 82Majma’ Fiqh Isla>mi Mu’tamar al-Isla>mi,‛ Kita>b al-Hi>ruglifiyah Tufassir al-Qur’an al-Kari>m‛

85

tidak selamanya bisa diterapkan dalam penafsiran Al-Qur’an. Ayat yang berbunyi: walaqad ataina>ka sab‘an min al-matha>ni> wa Al- Qur’an al-‘Az}i>m mempunyai arti bahwa Allah memberikan sab‘u al-matha>ni> (sebagai bagian dari Al-Qur’an) dan Al-Qur’an yang Maha Agung. Sab‘u al-matha>ni disebut dalam ayat ini karena dia mempunyai keistemewaan dibanding ayat-ayat lainnya. Ini tidak menandakan sab‘u al-matha>ni> sesuatu yang lain di luar Al-Qur’an seperti yang dikatakan oleh ‘Adl. Seperti dalam Surat Al-Baqarah yang berbunyi man ka>na ‘adu>wan lillahi wa mala>ikatihi wa rusulihi wa Jibri>l wa Mi>ka>l fainnallaha ‘adu>wun lilka>firi>n. Penyebutan Jibril dan Mi>kail dalam ayat tersebut tidak menandakan dia bukan bagian dari Malaikat. Penyebutan kedua malaikat itu karena mempunyai keistemewaan.

Pemaparan di atas merupakan metode metode yang digunakan oleh ‘Adl dalam melacak eksistensi kosakata Mesir Kuno dalam Al-Qur’an dan juga alasan bahwa bahasa Mesir Kuno masuk dalam kategori bahasa suci.

D. Respon terhadap Buku al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir al-Qur’an itab al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an karya Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-Adl ini sempat dilarang beredar oleh Majma‘ al-Buh}u>th al-Isla>mi> (Akademi Riset Islam) Mesir dan menegaskan untuk menjauhkan pendekatan Fir’aun al-Manhaj al-Fir‘auni (yaitu mencari akar-akar historis Al-Qur’an dengan kebudayaan Mesir Kuno pada zaman Fir‘aun. Menurut ‘Abd al- H{ali>m Nu>ruddi>n, ‘Adl bukanlah ahli Egyptology khususnya tentang Hieroglif. Hal ini berdasarkan pengakuan ‘Adl sendiri bahwa ia mempelajari tentang kemesiran secara otodidak, sehingga kemungkinan yang terjadi dia tidak menguasai secara sempurna tentang kemesiran. Apa yang dia lakukan yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan bahasa Hieroglif merupakan suatu keberanian karena tidak ada bukti bahwa huruf muqatt{}a‘ah merupakan bahasa Mesir Kuno. 83

83S{ubh}i> Muja>hid. www.onislam.net K

86

‘Abd as-Sata>r Fath}ullah Sa‘i>d menyatakan penolakannya terhadap pemikiran Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl. Adanya kosakata Hieroglif dalam Al-Qur’an merupakan tuduhan terhadap Al-Qur’an dan ini merupakan kebohongan terhadap kalam Allah, dimana ayat-ayat dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab yang jelas. Menurut ‘Abd as-Sata>r Fath}ullah Sa‘i>d pemikiran‘Adl ini dibangun atas dasar dugaan atau prasangka saja dimana ia mengatakan bahwa huruf muqat}t}a‘ah merupakan kata yang tidak mempunyai makna dalam bahasa Arab. Para mufassir sejak zaman sahabatpun mengakui kearaban huruf muqatt}}aah ini, meskipun di antara para mufassir mempunyai penafsiran yang berbeda. Pengingkaran ‘Adl terhadap kearaban huruf muqat}t}a‘ah merupakan takwil yang batil.84

84Asma>’ bint Muh{ammad al-H{ami>d}i>, ‚ Al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah hal Tufassiruha al-Hi>ru>gli>fi>yah‛ faculty.ksu.edu.

87

Dokumen terkait