• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Kosakata Bahasa Mesir Kuno dalam Al-Qur’an

BAB III METODOLOGI DAN ANALISIS PEMIKIRAN SA‘D ‘ABD

B. Pemikiran Kosakata Bahasa Mesir Kuno dalam Al-Qur’an

Qur’an memang menjadi teks yang fenomenal dalam sejarah manusia. Di satu sisi ia diyakini sebagai kalam Allah, sementara di sisi lain ia tidak dapat dilepaskan dari situasi kultural-historis. Artinya bahwa Al-Qur’an pada kenyataannya juga menggunakan sistem bahasa yang terkait dengan kultur para penuturnya.12

Bahasa yang digunakan oleh Al-Qur’an adalah bahasa Arab dan Nabi Muhammad berasal dari Arab Quraisy. Penggunaan bahasa Al-Qur’an dengan bahasa Arab tidak saja ditelan mentah- mentah namun perlu dicermati sebenarnya bahasa Arab mana yang digunakan oleh Al-Qur’an, karena ketika menyebut kata Arab sangat luas sekali bisa arab Badui, Arab Mesir, Arab Yaman, Arab Quraisy, karena negara-negara tersebut masuk dalam kategori wilayah Jazirah Arab. Ditinjau dari sejarahnya ada dua klan besar Arab yang mendiami Jazirah Arab pertama yaitu Arab asli atau Arab al-‘a>ribah yaitu keturunan Ya‘rub bin Qaht}a>n13 dan yang kedua Arab pendatang atau Arab musta‘ribah yang merupakan keturunan dari Nabi Ismail.14

Sebelum Nabi Muhammad lahir, Mekkah merupakan pusat kota yang dikuasai oleh Arab pendatang yang terkenal dengan sebutan suku Quraisy. Hal ini didukung oleh persekutuan antar kabilah yang kuat dalam H}ilf al-Fud}u>l dan menjadikan bahasa Arab Quraisy menjadi lingua franca di Jazirah Arab pada saat itu. Berdasarkan data sejarah dan bukti dari berbagai ayat dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab yang digunakan oleh Al-Qur’an

12M. Faisol Fatawi, Tafsir Sosiolinguistik Memahami Huruf

Muqat}t}a‘ah dalam Al-Qur’an (UIN Malang Press 2009), 5.

13Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa Ya‘ru>b bin Qaht}an adalah orang pertama yang ditakdirkan Allah untuk menggunakan bahasa Arab. Lihat Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata (Tangerang: Lentera Hati, 2007) Vol 1, 29-30.

14Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, 29-30. Lihat juga Adib Susilo, ‚Bahasa Al-Qur’an‛ www.directory.umm.ac.id.

60

adalah bahasa Arab Quraisy yang di dalam Al-Qur’an dinyatakan dengan lafadz ‘arabi>.15

Kata‘arabi> nisbah kepada‘araba yang terambil dari akar kata‘ain, ra’ dan ba’. Akar kata tersebut menunjuk pada makna dasar yang artinya jelas. Kata‘arabi> berbeda dengan kata Arab. Huruf ya’ di dalam kata‘arabi> merupakan ya’ nisbah yang berfungsi menjadikan suatu bahasa satu rumpun dengan kelompoknya. Jadi kata‘arabi> menunjukkan bahwa bahasa Arab Quraisy yang digunakan oleh Al-Qur’an satu rumpun dengan bahasa Arab pada umumnya. Meskipun satu rumpun namun kedua bahasa tersebut terkadang mempunyai kesamaan dan juga perbedaan. Contoh perbedaan di antara dua bahasa tersebut adalah bahasa Arab merupakan bahasa kontemporer yang masih mengalami perubahan dan perkembangan sedangkan bahasa Al- Qur’an merupakan bahasa klasik yang sudah baku.16

Dalam pandangan linguistik struktural bahasa (language) terpola menjadi dua bagian yaitu langue yang merupakan sistem bahasa yang lahir dari interaksi unsur-unsur yang terdapat dalam suatu masyarakat yang bertutur dan parole yaitu suatu tuturan yang bersifat aktual, temporal, personal dan individual.17 Dengan pemahaman bahasa sebagai langue, sebagai bagian dari unsur- unsur yang terdapat dalam realitas social, di sana terdapat dua sistem yang saling terkait dan berdialektika yaitu sistem tanda bahasa dan sistem sosial budaya masyarakat penutur bahasa. Hal ini menyebabkan bahasa menjadi tanda dari sistem sosial budaya yang melandasinya. Jika masyarakat mengalami perubahan dan perkembangan, maka bahasa yang lahir darinya juga mengalami perubahan dan perkembangan.18

15Adib Susilo, ‚Bahasa Al-Qur’an‛ www.directory.umm.ac.id.

16Adib Susilo, ‚Bahasa Al-Qur’an‛ www.directory.umm.ac.id. Lihat juga Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, 29-30

17Ferdinannd De Saussure, Pengantar Linguistik Umum (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), 85

18Aksin Wijaya,‛ Relasi Al-Qur’an dan Budaya Lokal: Sebuah Tatapan Epistemologi‛ Hermenia Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, Vol.4 No 2, Juli- Desember 2005

61

Mendiskusikan tentang Al-Qur’an tidak bisa terlepas dari Jazirah Arab terutama Mekah dan Madinah karena Al-Qur’an diturunkan di kawasan ini. Husein Haekal menyebutkan bahwa di tengah-tengah jalan kafilah yang berhadapan dengan laut merah yakni antara Yaman dan Palestina membentang bukit-bukit barisan sejauh kira-kira 80 kilometer. Bukit-bukit ini mengelilingi sebuah lembah yang hampir terkepung oleh bukit-bukit itu kalau tidak dibuka oleh tiga buah jalan: pertama, jalan menuju ke Yaman, kedua, jalan dekat Laut Merah di Pelabuhan Jeddah dan yang ketiga adalah menuju ke Palestina. Dalam lembah yang terkepung oleh bukit-bukit itulah terletak kota Mekah.19 Melihat letak geografis Mekah yang dikelilingi jalur-jalur penghubung diantara Jeddah, Palestina memungkinkan bangsa Arab untuk berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain yang melewati daerah Mekah sehingga akibat interaksi tersebut memungkinkan pertukaran kosakata.20

Kemungkinan pertukaran kosakata Arab dengan bangsa lain juga didukung oleh aktivitas bangsa Arab yang berkecimpung di dunia perdagangan. Jauh sebelum Nabi Muhammad lahir, Mekah adalah sebuah kota yang semarak dengan aktivitas perdagangan. Pada abad ke 6 perdagangan di Mekah tumbuh sangat dinamis. Perdagangan tumbuh pesat hingga kawasan luar dari pesisir Arabia hingga Laut Tengah. Ketika musim dingin tiba mereka pergi ke arah selatan menuju Yaman hingga Abisinia. Jika musim panas datang mereka menuju ke arah utara yaitu Syria.21

Gagasan bahwa religiusitas Yudeo-Kristiani telah berkembang sebelum Islam merupakan sebuah fakta historis yang tidak terbantahkan. Sehingga gagasan ini membuat Montgomerry Watt menegaskan bahwa jauh sebelum kedatangan Islam gagasan religius Yudeo-Kristiani telah mempengaruhi mileu intelektualitas

19Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), 45-46.

20Nur Faizah, Sejarah Al-Qur’an (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), 3-4. 21Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam

Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih (Tangerang: Lentera Hati, 2011), 63. Aktifitas perdagangan orang-orang Arab ini diabadikan dalam surat Quraish.

62

Jazirah Arab. Namun terjadi perbedaan agama mana yang mempunyai peran pengaruh dominan. Richard Bell lebih menekankan pada gagasan agama Kristen namun Torrey lebih menekankan pada gagasan Yahudi.22

Keberadaan kaum Yahudi di Jazirah Arab diyakini sudah ada semenjak permulaan abad pertama masehi. Mereka tersebar di sejumlah kota di Jazirah Arab seperti Ula, Hijr, Khaibar, Tayma, T{aif dan Madinah. Penyebaran ini dipicu oleh penaklukan Yerusalem oleh Kaisar Titus kira-kira pada tahun 70 masehi serta penumpasan pemberontakan Bar Kochba sekitar tahun 135 M, akan tetapi kaum Yahudi tidak sampai masuk sepenuhnya ke kota Mekkah sebab di kota ini tradisi paganistik telah mengakar dalam iklim keberagamaan masyarakatnya. Paganisme sebuah aliran politeisme yang merupakan tradisi dari nenek moyang. Fenomena ini diabadikan oleh Al-Qur’an dengan menyebutkan nama-nama Tuhan masyarakat Mekkah pra Islam yaitu Latta, Uzza, Manat dan Hubbal. 23

Bukti-bukti empirik tradisi masyarakat Arab pra Al-Qur’an yang diikuti Al-Qur’an sangat bervariasi diantaranya adalah: pertama, ritus-ritus peribadatan baik warisan yang berasal dari suku Arab seperti penghormatan Ka’bah, menjalankan ibadah haji, menghormati bulan ramadhan, menjalankan ibadah puasa. Kedua, ritus-ritus sosial politik, seperti poligami,perbudakan, ritus-ritus peperangan seperti seperlima bagian rampasan perang, ritus politik seperti khila>fah dan shu>ra, ritus-ritus etika seperti kemurahan hati, kejujuran, kesabaran, namun berbagai tradisi dan ritus-ritus masyarakat Arab pra Al-Qur’an tersebut diterima dan diberi

22Montgomory Watt, Muhammad: Prophet and Statesmen (Oxford: Oxford University, 1961) lihat juga CC Torrey, The Jewish Foundation of Islam (New York:KTAV Publishing House), Richard Bell, The Origin of Islam in its Christian Envoronment (London: Frank Cass & Co.

23Nur Faizah, Sejarah Al-Qur’an (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), 11- 12.

63

muatan baru yaitu islamisasi agar terlepas dari kemusrikan yang menjadi tradisi sebagian masyarakat Arab saat itu.24

Ketika memposisikan Al-Qur’an sebagai teks interpretatif menurut Toshiko Izutshu dibutuhkan kajian tentang semantik yaitu kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak hanya sebagai alat bicara dan berfikir tapi yang lebih penting lagi pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya.Dari kajian ini maka akan lahir dua makna kata yaitu makna dasar dan makna relasional.25

Sebelum mengaitkan kosakata dengan makna relasional, melacak kosakata Al-Qur’an secara historis sangatlah penting. Menurut Toshiko Izutshu ada tiga perkembangan makna kosakata Al-Qur’an. Pertama, pra turunnya Al-Qur’an yang memiliki tiga sistem kata yang berbeda dengan tiga pandangan dunia yaitu kosakata Badui murni yang mewakili weltanchuung Arab Kuno dan berkarakter nomaden, kosakata kelompok pedagang, kosakata Yahudi-Kristen yaitu istilah-istilah religius yang digunakan di kalangan orang-orang Yahudi dan Kristen yang hidup di tanah Arab. Kedua, masa turunnya Al-Qur’an. Ketiga, setelah turunnya Al-Qur’an terutama pada periode Abbasiyah.26

Para ulama dan sarjana baik klasik maupun kontemporer telah melakukan pelacakan bahasa Al-Qur’an. Seperti apa yang dilakukan Arthur Jeffery yang mencari akar-akar historis kosakata non Arab dengan Arab. Dalam buku The Foreign Vocabulary of the Qur’an disebutkan ada 11 bahasa asing yang masuk dalam bahasa Al-Qur’an. Diantaranya adalah bahasa Ethiopia, Persia,

24Toshiko Izutshu, Etika Keberagamaan dalam Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), 113-157.

25Toshiko Izutshu, Relasi Tuhan dan Manusia (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2000),10

64

Yunani, India, Syriac, Ibrani, Nabatean, Koptik, Turki, Negro dan Barbar.27

Menurut Jeffery adanya kosakata Ethiopia dalam Al- Qur’an akibat dari adanya interaksi orang-orang Arab dengan Ethiopia. Menurut penjelasan Jeffery Nabi Muhammad berinteraksi langsung dengan orang-orang yang menggunakan bahasa Ethiopia yaitu ketika berinteraksi dengan mua’dzin Bilal dari Ethiopia. Selain bahasa Ethiopia Jeffery juga mencari akar- akar historis tentang adanya bahasa koptik di dalam Al-Qur’an. Bahasa Koptik adalah bahasa liturgi yang digunakan oleh komunitas Kristen di Mesir pada zaman Nabi Muhammad. Adanya kosakata Koptik di dalam Al-Qur’an karena adanya interaksi antara orang Arab dengan orang-orang Koptik Mesir. Seperti Interaksi Nabi Muhammad dengan Maria Qibtiyah.28

Christoph Luxenberg dalam karyanya yang berjudul The Syro-Aramaic Reading of the Koran a Contribution to the Decoding of the Language of the Koran menganalisis bahasa Al- Qur’an dengan menjadikan kebudayaan Syriak sebagai sumber untuk menafsirkan Al-Qur’an. Ia menyimpulkan bahwa asal-usul bahasa Al-Qur’an bukanlah bahasa Arab melainkan bahasa Syriak-Aramaik. Menurutnya banyak ungkapan dan kata-kata yang dibaca keliru dan sulit dipahami kecuali merujuk kepada bahasa Syriak-Aramaik yang menjadi lingua franca di Timur Tengah pada masa itu, dimana pada abad ke tujuh secara gradual bahasa Arab menggantikan posisi lingua franca tersebut. Menurutnya pembacaan Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa Syriak–Aramaik dapat memecahkan teka-teki bahasa Al-Qur’an.29

27Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an (Leiden: Koninklijke Brill,2007),12.

28Arthur Jeffery, The Foreign Vocabulary of the Qur’an, 28.

29Christoph Luxenberg, The Syro Aramaic Reading of the Koran a

Contribution to the Decoding of the Language of the Koran (Berlin:Verlag Hans Schiler, 2007). Syro-Aramaik (Siria) adalah cabang Aram di Timur Dekat yang awalnya digunakan di Edessa dan sekitar daerah Mesopotamia. Selama lebih dari satu milenium bahasa ini merupakan lingua franca di Timur Tengah sebelum tergeser oleh bahasa Arab pada abad ke tujuh. Diperkirakan orang- orang Yunani yang pertama menamai bahasa Syro-Aramaik. Istilah ini

65

Aramaik-Syriak (Siria) adalah cabang dari bahasa Aramaik di Timur Dekat yang awalnya digunakan di Edessa dan sekitar daerah Mesopotamia. Bahasa ini merupakan bahasa yang digunakan oleh komunitas orang-orang Kristen di Syria, Mesopotamia dan Persia. Selama lebih dari satu milenium bahasa ini merupakan lingua franca di Timur Tengah sebelum tergeser oleh bahasa Arab pada abad ke tujuh. Diperkirakan orang-orang Yunani adalah orang yang pertama memberikan nama bahasa Syro-Aramaik. Istilah ini kemudian diadopsi oleh orang Kristen Aram untuk membedakan dirinya dengan orang-orang pagan dari bangsanya.30

‘Adl mengatakan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat kosakata Mesir kuno, hal ini ia buktikan dengan melacak hubungan historis bahasa Al-Qur’an dengan bahasa Mesir Kuno. Menurut ‘Adl bahasa Mesir Kuno31 adalah bahasa yang paling tua ia telah menjadi sebuah bahasa pada masanya hingga lahirnya Nabi Muhammad. Pandangan ini berdasarkan pada fakta bahwa Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, Nabi Musa dan Nabi Isa telah mengenal bahasa tersebut. Dengan melihat posisi bahasa Mesir Kuno sebagai bahasa yang paling tua maka ia turut andil dalam memberikan perkembangan makna kosakata Al-Qur’an. Dengan melihat posisi bahasa Mesir Kuno sebagai bahasa yang paling tua maka ia turut andil dalam memberikan perkembangan makna kosakata Al-Qur’an.32

Bahasa Mesir Kuno termasuk dalam rumpun bahasa H{a>miyah. Bahasa H{a>miyah terdiri dari bahasa Mesir Kuno, kemudian diadopsi oleh orang Kristen Aram untuk membedakan dirinya dengan orang-orang pagan dari bangsanya.

30Christoph Luxenberg, The Syro-Aramaic Reading of the Koran A

Contribution to the Decoding of the Language of the Koran,10.

31 Bahasa Mesir Kuno termasuk dalam rumpun bahasa H{a>miyah. Bahasa H{a>miyah ini terdiri dari bahasa Mesir Kuno, Barbariyah dan Habasyah Kuno. Disebut rumpun bahasa H{a>miyah karena yang menggunkan bahasa ini adalah keturunan dari H{a>m bin Nu>h}.lihat Jurji> Zaidan, al-Alfa>z} al-‘Arabiyah wa

al-Falsafah Lughawiyah (Beirut: Ja>urjiyu>s, 1886).

32Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

66

Barbariyah dan Habasyah Kuno. Disebut rumpun bahasa H{a>miyah karena yang menggunkan bahasa ini adalah keturunan dari H{a>m bin Nu>h}.33

‘Adl bukanlah sarjana pertama yang intens dalam bidang mencari akar-akar historis Al-Qur’an dengan tradisi kebudayaan. Orientalis Christoph Luxenberg seperti yang dipaparkan di atas sudah lebih dulu melakukan kajian seperti ini, namun letak perbedaanya Luxenberg fokus dalam kebudayaan Aramaik-Syriak untuk memecahkan makna bahasa Al-Qur’an sedangkan ‘Adl fokus dalam kebudayaan Mesir Kuno.

Berbicara tentang Mesir ia merupakan negara yang banyak menyimpan tempat-tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan kisah para Nabi dan rasul. Diantaranya kisah Nabi Yusuf, Nabi Harun, kisah Nabi Musa dengan Fir‘aun yang banyak diceritakan dalam Al-Qur’an.

Menurut Rushdi al-Badhrawi> dalam Qas}as} al-Anbiya>’ wa at-Ta>rikh mengatakan bahwa para sejarawan sepakat bahwa peradaban Mesir merupakan peradaban paling tua dan setelahnya peradaban Irak. Setelah peradaban Mesir Kuno berakhir Mesir mengalami peradaban dari Persia dan Romawi dimana Alexandria sebagai pusat peradabannya. Romawi berkuasa sampai Islam datang yang dibawa oleh Amr bin Ash yaitu pada masa khalifah Umar bin Khattab sejak itu ibu kota Mesir pindah ke fushtat.34

Terdapat beragam pendapat di antara para sejarawan seputar nama dari Mesir. Sebagian sejarawan mengatakan nama Mesir dinisbatkan kepada orang yang pertama kali menempati daerah itu yaitu Mas}ryem bin Marqabil bin Duwail bin Uryab bin Adam. Menurut al-Maqri>zi ketika keturunan Nabi Adam saling bermusuhan satu sama lain Mas}r bin Marqabil bin Duwail bersama tujuh puluh orang pergi dan menjauh dari kejahatan Qabil ke suatu tempat dimana tempat tersebut adalah Mesir yang dikenal sekarang ini.Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Mesir

33Jurji> Zaidan, al-Alfa>z} Al-‘Arabiyah wa al-Falsafah Lughawiyah (Beirut: Ja>urjiyu>s, 1886),

34Rushdi al-Badra>wi>, Qas}as} al-Anbiya>’ wa at-Ta>rikh (Kairo: Maktabah ‘Arabi>,1996),47

67

diambil dari Mas}ram bin Ya‘rawush al-Jabbar bin Mas{ryem bin Markabil bin Duwail bin Uryab bin Adam. Pendapat ketiga diambil dari nama Mas}r bin Bins}ir bin Ham bin Nuh, karena ketika banjir pada masa Nabi Nuh seluruh daerah hancur kemudian daerah tersebut ditempati pertama kali oleh Mas}r bin Bins}ir bin Ham bin Nuh.35

Dalam kamus Lisa>n al-‘Arab kata Mesir mempunyai arti peradaban. Sebuah nama pada umumnya diberikan sesuai dengan keadaan yang diberi nama. Hal ini sesuai dengan nama Mesir yang mana negara tersebut kaya akan peradabannya.36Di dalam Al- Qur’an kata Mesir disebutkan sebanyak 5 kali yaitu pada surat Yu>nus: 87, Yu>suf:21, 99, Al-Baqarah: 61 dan Az-Zukhruf: 51.

Menurut ‘Adl suatu bahasa akan menduduki bahasa suci apabila bahasa tersebut digunakan oleh kitab suci. Kesucian bahasa tersebut karena Allah menggunakan bahasa tersebut atau berbicara dengan menggunakan bahasa tersebut kepada hamba pilihannya yaitu nabi. Seperti bahasa Ibrani yang digunakan dalam risalah nabi-nabi Yahudi Nabi Ibrahim, Ish}aq, Ismail, Ya‘ku>b dan nabi lainnya.37

Menurut Komaruddin Hidayat kebenaran dan kesucian bahasa kitab suci secara empiris bersifat relasional artinya apa yang dianggap suci dan meaningfull bagi sekelompok umat beragama tidak bisa serta merta diberlakukan bagi kelompok yang lain itulah sebabnya klaim kebenaran dari pernyataan-pernyataan kitab suci cenderung bersifat eksklusif meskipun ada pula yang bersifat inklusif dan universal. Hanya saja karena klaim-klainya menuntut respons iman dan sulit diverifikasi secara objektif maka ragam penafsiran perbedaan pendapat dan perdebatan mengenai

35Al-Maqri>zi>, Al-Mawa>‘iz{ wa al-I‘tiba>r bi Dhikr al-Khit}at} wa al-Athar, 18-23.

36 Ibn Manz}u>r, Lisa>n al- ‘Arab, 22.

37Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, Al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

68

hakikat the mind of God yang ada di balik firman-firmanya yang tertulis itu selalu saja muncul dari zaman ke zaman.38

Menurut ‘Adl bahasa Mesir Kuno masuk dalam kategori bahasa suci hal ini berdasarkan beberapa bukti yaitu: pertama, dalam surah Al-Baqarah yang berbunyi:

               

Artinya: dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada- Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang- orang yang benar!"

Ayat di atas dijadikan ‘Adl untuk membuktikan bahwa Allah mengajarkan nama-nama (benda-benda) kepada Nabi Adam dengan menggunakan bahasa Mesir Kuno. Adl melihat ketika Adam diturunkan di bumi ia sudah dibekali kemampuan sebuah bahasa. Dan bahasa yang yang ia kuasai adalah bahasa yang sudah diajarkan oleh Allah kepadanya. Menurut ‘Adl ketika Nabi Adam diturunkan ke bumi ia menempati Mesir, maka dari kisah tersebut ia menarik kesimpulan bahwa bahasa yang diajarkan Allah adalah bahasa Mesir Kuno. Dengan merujuk definisi bahasa suci yaitu bahasa yang digunakan Tuhan untuk berbicara kepada para nabi- nabi-Nya, maka menurutnya benar apabila bahasa Mesir Kuno termasuk dalam kategori bahasa suci.39

38Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian

Hermeneutika, 8.

39Sa‘d ‘Abd al-Mut}allib al-‘Adl, al-Hi>ru>gli>fi>yah Tufassir Al-Qur’an

69

Dalam buku al-Hi>ru>gli>fiyah Tufassir Al-Qur’an Sharh} ma Yusamma bi al-H{uru>f al-Muqat}t}a‘ah ‘Adl tidak menyebutkan referensi darimana ia mendapatkan pemikiran bahwa Mesir adalah tempat yang didiami Adam ketika turun ke bumi.

Bukti kedua yang dijadikan landasan pemikiran ‘Adl adalah adanya kisah Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Isa yang hidup di Mesir. Secara rasional para nabi-nabi tersebut pasti menguasai bahasa Mesir Kuno dan sekaligus menjadikan bahasa tersebut sebagai bahasa tabli>gh. Seperti adanya kisah yang terjadi di Mesir antara Nabi Musa dan Fir‘aun. Secara rasional kisah tersebut membuktikan bahwa Nabi Musa menguasai bahasa Mesir Kuno

Dokumen terkait