• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Soemarso (2005 : 70), hutang jangka panjang (Long-term Debt) adalah hutang yanng jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. Hutang jangka panjang umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.

Menurut Sartono (2000 : 282), hutang jangka panjang adalah salah satu bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Hutang jangka panjang ini dapat diperoleh melalui bank atau perusahaan asuransi.

Menurut Margaretha (2005 : 156), ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan hutang jangka panjang, yaitu :

a. Struktur modal yang ditargetkan b. Kesesuaian jangka waktu

c. Tingkat suku bunga d. Perkiraan atas suku bunga

e. Kondisi perusahaan saat ini dan perkiraan di masa yang akan datang f. Pembatasan dalam perjanjian hutang yang ada.

g. Tersedianya agunan.

Menurut Soemarso (2005 : 72) jenis-jenis utama hutang jangka panjang adalah:

a. Hutang obligasi

Menurut Soemarso (2005 : 71) hutang Obligasi adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu dalam jangka waktu tertentu, yang biasanya menyangkut jumlah kreditur yang banyak dan diperdagangkan dibursa seperti saham-saham perusahaan.

Menurut Margaretha (2005: 156) Obligasi merupakan perjanjian jangka panjang yang pihak peminjam setuju untuk membayar bunga ditambah pokok pinjaman pada waktu tertentu kepada pemegang obligasi.

b. Hutang hipotik

Hutang hipotik merupakan pinjaman atau hutang jangka panjang yang dijamin dengan suatu properti. Jika suatu properti dijaminkan untuk memperoleh pinjaman, maka para kreditor akan mempunyai hak-hak tertentu atas properti tersebut hingga seluruh pinjaman selesai dibayar. Hutang hipotik dapat dijamin dengan properti yang dibeli dengan dana pinjaman tersebut atau dengan properti

lama yang sudah dimiliki oleh pihak debitor. Adanya jaminan akan pembayaran kembali pinjaman tersebut, akan membuat suku bunga pinjaman menjadi relatif lebih rendah dibandingkan dengan pinjaman yang tidak disertai atau tanpa agunan (Harnanto, 2003: 89).

2.1.2.2. Debt to Total Assets Ratio

Menurut Sundjaja dan Berlian (2002 : 116), Debt to Total Assets Ratio

digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur, semakin tinggi rasio ini semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Debt to Total Assets Ratio =

Assets Total s Liabilitie Total X 100 %

Dalam rasio ini mengukur seberap besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan dapat berpengaruh pada pengelolaan aktivanya. Dengan semakin meningkatnya rasio ini maka pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena akan mengkhawatirkan perusahaan tersebut tidak mampu menutupinya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan. Dan sebaliknya dengan semakin rendah rasio ini maka semakin kecil pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang.

Menurut Sartono (2000 : 63), Debt to total assets ratio digunakan untuk mengukur total dana yang dibiayai dengan hutang, apabila :

a. Debt to total assets ratio yang rendah berarti menunjukkan adanya perlindungan bagi kreditur terhadap kemungkinan likuidasi.

b. Pemilik mungkin akan mencari (menentukan) suatu leverage yang tinggi untuk menaikkan tingkat keuntungan karena penambahan modal sendiri berarti akan mengurangi tingkat pengendalian perusahaan.

2.1.3. Rentabilitas Ekonomis

Rentabilitas ekonomis merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba operasi selama periode tertentu. Dengan demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi akan mengakibatkan penerimaan yang tinggi pula. Mengukur efisiensi perusahaan berdasarkan jumlah keuntungan semata adalah kurang tepat, karena keuntungan yang tinggi belum tentu disertai dengan rentabilitas yang tinggi pula. Untuk mengukur tingkat rentabilitas yang ada pada perusahaan dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, tergantung pada laba atau modal mana yang akan digunkan untuk dibandingkan. Untuk menghitung rentabilitas ekonomis dapat menggunakan rumus (Sawir, 2005 :18).

Rentabilitas Ekonomis = x100%

Assets Total

EBIT

Menurut Sawir (2005 : 19), tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis dapat dilihat dari :

a. Operating Profit Margin, merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan.

b. Perputaran aktiva (Assets Turnover), yaitu kecepatan berputarnya total assets

2.2. Penelitian Terdahulu

Halim (2010), melakukan penelitian dengan judul “Analisis pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Rasio Hutang terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis antara variabel working capital turnover dan debt to total assets rasio dengan rentabilitas ekonomi pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa :

1. Working capital turnover memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap rentabilitas ekonomi, meskipun tingkat signifikan tidak cukup tinggi.

Working capital turnover hanya memilikipengaruh sebesar 0,1 % terhadap rentabilis ekonomi.

2. Debt to total assets rasio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Meskipun tingkat signifikannya lebih besar dari working capital turnover yaitu 2,5 % terhadap rentabilitas ekonomis.

Siringoringo (2007), melakukan penelitian dengan judul “Analisis hubungan manajemen modal kerja terhadap Rentabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan”. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaiamana hubungan mengenai manajemen modal kerja terhadap Rentabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, variabel working capital turnover, current rasio, current assets to total assets memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap rentabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan.

2.3. Kerangka Konseptual

Laba yang besar belum tentu menunjukkan bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja secara efisien dalam mengoptimalkan sumber daya perusahaan. Efisiensi suatu perusahaan dapat diketahui melalui rasio profitabilitas, salah satu caranya adalah dengan membandingkan laba yang diperoleh selama suatu periode tertentu dengan modal yang dapat digunakan untuk menghasilkan laba, maka inilah yang disebut rentabilitas ekonomis (Sawir, 2005 : 19).

Jumlah modal kerja yang cukup merupakan syarat keberhasilan suatu perusahaan. Dengan modal kerja, perusahaan mampu menentukan posisi likuiditas, selain itu modal kerja juga sebagai penentu terhadap profitabilitas perusahaan. Efektivitas modal kerja dapat dihitung dengan working capital turnover, yaitu rasio antara penjualan dengan modal kerja. Dari rasio ini dapat diketahui apakah perusahaan beroperasi dengan modal kerja yang tinggi atau rendah. Semakin tinggi working capital turnover maka semakin efektif kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Dalam hal ini sejalan dengan pendapat Syamsuddin (2007 : 48), yaitu semakin tinggi perputaran (turnover)

dana, semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya. Dalam arti akan memperoleh laba yang optimal dengan kemampuan mengelolah modal kerjanya.

Sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh melalui internal maupun eksternal perusahaan. Dana yang bersumber dari internal perusahaan, terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, perusahaan dapat memperoleh dana yang bersumber dari eksternal perusahaan dengan cara hutang.

Besarnya pendanaan hutang dapat diukur dengan menggunakan debt to total assets rasio, rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Artinya, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Meningkatnya jumlah hutang akan mempengaruhi peningkatan profitabilitas (Syamsuddin, 2007 : 211).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Syamsuddin (2007), diolah 2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiono, 2003 : 51).

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: “Rasio Modal Kerja (Working Capital Turnover) dan Rasio Hutang (Debt to total Assets Ratio) memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Rentabilitas Ekonomis pada sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia.”

Rasio Modal Kerja :

Working Capital Turnover (X1)

Rasio Hutang :

Debt to Total Assets Ratio (X2)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait