• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. TES FORMATIF

Dalam dokumen modul 5 depag03 (Halaman 22-37)

22 C.I. RANGKUMAN

Perkembangan kogntif santri di madrasah ibtidaiyah berada pada tahap akhir praopersional dan operasional kongkrit. Perkembangan kognitif

memfasilitasi berkembangnya kemampuan mengingat,

keterampilan-keterampilan berpikir dan kemampuan bertindak berdasarkan pemikiran yang sederhana hingga kompleks. Santri memerlukan lingkungan perkembangan yang dapat menstimulasi pencapaian kematangan kognitif melalui interkasi secara aktif dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Aktualisasi perkembangan kognitif dapat dideteksi dari tampilan kecerdasan santri dalam menyelesaikan tuntutan akademik dan pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kapasitas dirinya.

D.I. TES FORMATIF

1. Perkembangan kognitif adalah : a. perkembangan kemampuan berpikir b. perkembangan otak

c. perkembangan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan d. perkembangan kemampuan memperoleh pengetahuan

2. Mengkonstruksi pemahaman dilakukan dengan cara a. mengumpulkan informasi

b. mengorganisasi kerangka berpikir c. memproses data

c. mengembangkan peta pikiran 3. Mengorganisasi

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

23 b. memaknai pengalaman

c. mengamati lingkungan

d. berinteraksi dengan lingkungan 4. Adaptasi asimilasi

a. pengembangan ide-ide baru

b. pengembangan ide baru atas dasar pengalaman c. merancang aktivitas baru

d. memperoleh pengalaman baru

5. Santri di madrasah Ibtidaiyah berada pada tahap perkembangan kognitif : a. Pra operasional

b. pra operasional – operasional kongkrit

c. pra operasional, operasional kongkrit dan operasional formal d. operasional kongkrit dan operasional formal

6. Kemampuan pada tahap perkembangan operasional kongkrit a. berpikir langsung

b. berpikir logis c. berpikir kongkrit

d. berpikir peristiwa kongkrit

7. Kemampuan kognitif santri madrasah ibtidaiyah kelas rendah a. mampu memahami peristiwa yang terjadi

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

24 c. mampu memahami konsep abstrak

d. mampu memahami konsep sederhana

8. Kemampuan kognitif santri madrasah ibtidaiyah kelas tinggi a. berpikir abstrak

b. berpikir logis c. berpikir kongkrit d. berpikir sistimatis 9. kemampuan mengklasifikasi

a. kemampuan untuk mengelompokkan berdasarkan ciri b. kemampuan untuk memilih benda yang disukai

c. kemampuan untuk mengelompokkan berdasarkan warna d. kemampuan memilah barang yang tidak berguna

10. Masalah ADHD

a. masalah yang berhubungan dengan kemampuan berpikir

b. masalah yang berhubungan dengan kemampuan mengontrol tubuh c. masalah yang berhubungan dengan kemampuan memusatkan perhatian d. masalah berhubungan dengan kenakalan di kelas

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

25 26B.II. KEGIATAN BELAJAR 2

PERKEMBANGAN BAHASA SANTRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH Pembahasan perkembangan bahasa pada dasarnya adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan lingkungan. “Man’s supreme achievement in the world is communication from personality to personaliy (Karl Jaspers, German philosopher)“. Komunikasi menunjukkan potensi tertinggi manusia.

Komunikasi dipergunakan oleh kita untuk menjalin relasi dengan orang lain sehingga kita merasa menjadi bagian dari lingkungan. Pernahkan anda merasa kesepian karena tidak ada orang yang dapat diajak berbicara pada suatu tempat. Mungkin sebagai guru anda pernah menangani kasus santri yang merasa tidak betah di kelas karena merasa tidak punya teman. Atau anda merasa sangat kesal pada saat mengajar karena apa yang anda sampaikan tidak pahami oleh santri-santri anda ?. Atau anda mengerutkan kening karena mendengar kalimat kasar yang disampaikan oleh santri pada temannya.

Pertanyaan yang diajukan pada paragraf sebelumnya menunjukkan betapa komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Kemampuan berkomunikasi merupakan aktualisasi dari kematangan perkembangan bahasa. Implikasi pemahaman tentang perkembangan bahasa dapat membantu guru memfasilitasi berkembangnya kemampuan santri berkomunikasi.

1. Potensi Perkembangan Bahasa

Kemampuan bahasa berkembang sepanjang masa sekolah. Santri makin mampu memahami dan menginterpretasi komunikasi baik lisan, tulisan maupun bahasa tubuh yang membuat diri mereka dipahami dan mereka memahami orang-orang disekitarnya. Fokus utama perkembangan bahasa pada masa di madrasah ibtidaiyah adalah pragmatis atau penggunaan praktis bahasa (serangkaian aturan bahasa yang mengatur penggunaan bahasa) untuk berkomunikasi.

Komunikasi adalah proses atau kemampuan menyampaikan dan menerima informasi. Kontak atau interaksi diantara dua orang atau lebih dimana ada informasi atau pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan (sumber) kepada pihak lain yang

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

26 berperan sebagai penerima pesan (penerima). Seseorang dapat mengkomunikasikan sesuatu pada orang lain dengan menggunakan bahasa verbal (lisan) dan non verbal (tulisan dan tubuh). Bahasa dapat dikembangkan dalam karakteristik yang berbeda-beda pada setiap lingkungan budaya.

Komunikasi interpersonal atau antar pribadi merupakan kemampuan komunikasi yang paling tinggi. Kebutuhan melakukan komunikasi mendorong perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang melakukan komunikasi antar pribadi dimanapun berada. Komunikasi merupakan darah kehidupan dalam setiap hubungan. Komunikasi yang terbuka, jelas serta sensitif mendorong berkembangnya hubungan yang alamiah.

Berdasarkan definisi komunikasi, unsur-unsur dalam komunikasi dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. informasi, pesan atau berita yang diterima seseorang baik secara lisan, tulisan maupun isyarat

b. komunikator : orang menyampaikan informasi

c. komunikan : orang yang menerima informasi

d. media komunikasi : lisan dengan bantuan organ komunikasi pada manusia (mulut dan organ bicara, telinga dan organ mendengar, otak, tubuh) elektronik, cetak, tulis.

Keterampilan komunikasi pada tingkat madrasah ibtidaiyah meliputi percakapan dan naratif. Santri akan menyadari kebuntuan komunikasi manakala topik bahasan percakapan tidak dipahami atau dimenari lawan bicara. Santri di madrasah ibtidaiyah menyadari kekuatan dan otoritas orang dewasa. Santri lebih banyak bercakap-cakap secara bebas dengan teman sebaya disbanding orang dewasa. Dan santri juga bercakap-cakap lebih terbatas dengan orang tua dibanding dengan orang dewasa lain, karena orang tua biasanya lebih banyak membahas topik berkenaan dengan tuntutan untuk berbuat sesuatu dibandingkan dengan topik-topik bahasan yang bebas.

Santri di madrasah ibtidaiyah mampu memaparkan kembali cerita yang didengar, dibaca maupun ditonton dari televisi atau film secara singkat dengan baik. Santri di kelas tiga atau empat menggambar cerita dengan variasi kata. Santri kelas lima dan kelas enam menyampaikan cerita dengan menggambarkan karakter tokoh dan seting dengan lebih detail.

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

27 Pada paparan sebelumnya telah disampaikan bahwa komunikasi merupakan aktualisasi perkembangan bahasa. Unsur-unsur dalam komunikasi tidak dapat terpenuhi manakala potensi dasar yaitu perkembangan bahasa tidak berkembang. Isi pesan dalam komunikasi adalah bahasa. Dengan kata lain isi pesan yang akan disampaikan tidak akan tercapai manakala santri tidak memiliki atau tidak menguasai bahasa untuk menyampaikan pesan tersebut.

Kemampuan berbahasa pada dasarnya merupakan kemampuan menyatakan pikiran dan perasaan dalam simbol atau lambang untuk pengungkapkan suatu pengertian. Pengungkapan dapat berbentuk lisan, tulisan, isyarat maupun bahasa tubuh. Interaksi individu dengan lingkungan membuat pengungkapan simbol bahasa sangat luas. Jika bapak/ ibu memperhatikan atau memaknai pengalaman pada saat berkomunikasi dengan teman guru, orang tua santri dan santri yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, tentu bapak dan ibu pernah merasakan perbedaan penggunaan dan mengucapan kata untuk suatu maksud tertentu.

Bahasa adalah pernyataan atas pikiran dan perasaan, sehingga perkembangan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Pemikiran, gagasan dan bagaimana struktur pikiran seseorang dapat terlihat dari bagaimana seseorang menyampaikan pesan. Pemikiran yang sistematis membuat individu berbahasa secara sistematis. Pemahaman individu terhadap pesan yang disampaikan oleh orang lain juga tergantung kemampuan kognitif dalam memproses informasi.

Menurut Syamsu Yusuf (2004:119), perkembangan pemikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya. Meliputi kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat dan menarik kesimpulan. Perkembangan pemikiran berkembang mulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat yang terdiri atas dua atau tiga kata. Pada saat anak berusia 1,6 tahun anak dapat menyusun pendapat positif seperti “ibu minum”. Di usia 2,6 tahun anak dapat menyusun pendapat negative atau menyangkal seperti “ibu tidak minum”. Pada usia selanjutnya kemampuan berkembang menjadi mampu menyatakan pendapat dalam bentuk : (1) kritik seperti “ini tidak boleh”; (2) keragu-raguan sebagai kesadaran akan kemungkinan kesalahan, seperti

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

28 “mungkin tadi gelasnya terjatuh”; dan terakhir (3) menarik kesimpulan analogi karena memahami penyebab atau kemungkinan yang akan terjadi. Seperti pada suatu saat pernah melihat temannya menangis karena jatuh, sehingga pada saat lain ada temannya yang menangis, santri bertanya “apakah kamu terjatuh?”

Kemampuan berbahasa yang paling nampak dalam kehidupan keseharian adalah berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain.

Berbicara artinya mempelajari bunyi-bunyi yang mengandung arti dan

mengkomunikasikannya dengan orang lain sehingga terjadi pemahaman akan maksud. Santri di madsarah ibtidaiyah telah mampu berbicara secara terstruktur dan menyadari manfaat dan kekuatan yang dimiliki dengan mempergunakan kemampuan berbicaranya. Dengan kemampuan berbicara santri dapat memperoleh teman baru, menyatakan pendapat dan keinginan, memperoleh sesuatu yang diinginkan, menyatakan ketidaksenangan, dan mungkin juga menyakiti orang lain.

Kosa kata, tata bahasa dan sintaksis merupakan indikator perkembangan bahasa. Di madrasah ibtidaiyah kosa kata atau pembendaharan kata santri berkembang dalam beragam bentuk kata. Santri mengenal kata benda, kata kerja maupun kata keterangan. Penggunaan kata kerja membuat santri menunjukkan kemampuan diri untuk berbuat sesuatu. Penguasaan kosa kata juga menyadarkan santri kata yang sama dapat memiliki arti yang berbeda dalam kontek s yang berbeda. Santri belajar bukan hanya banyak kata tetapi juga memilah kata yang tepat untuk digunakan pada situasi tertentu atau pada saat berkomunikasi dengan orang tertentu (misalnya orang dengan usia lebih tua atau lebih muda). Santri mengenal kata-kata kiasan atau frasa untuk menunnjukkan sesuatu hal secara spesifik.

Penggunaan tata bahasa dan sintaksis berkembang sejalan dengan pemahaman atas maksud yang ingin disampaikan. Penggunaan tata bahasa dan sintaksis makin kompleks seiring dengan tuntutan akademik dan kemampuan untuk memaparkan atau mendeskripsikan sesuatu. Santri memahami kalimat sebagai suatu keutuahn dibandingkan bagian-bagian kata.

Pada saat berbahasa, santri dituntut menguasai empat tugas pokok yang saling berkaitan (Syamsu Yusuf :119), yaitu :

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

29

a. pemahaman, kemampuan memahami makna ucapan, tulisan maupun

bahasa tubuh yang disampaikan oleh orang lain.

b. Pengembangan pembendaharaan kata, yaitu penguasaan dan penambahan

kosa kata baru. Perbedaharaan kata berkembang mulai usia dua tahun. Mengalami perkembangan yang sangat cepat pada usia dini sehingga muncul istilah “bertelinga gajah karena apa yang diucapkan adalah apa yang didengar”. Pembendaharaan kata terus meningkat pada saat masuk sekolah karena interaksi yang intensif baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa secara meluas. Pembedaharaan kata juga diperoleh dari istilah-istilah sesuai dengan konten materi pembelajaran. Santri menguasai pembendaharaan kata dari penggunaan dua atau lebih bahasa. Minimal bahasa ibu yang dipergunakan di rumah dan bahasa Indonesia yang dipergunakan di sekolah. Komunikasi dengan teman sebaya yang berbeda latar belakang suku bangsa membuat santri mengenal kosa kata lain. Melalui televisi atau karena pelajaran bahasa asing disekolah, santri juga memperoleh tambahan kosa kata. Bacaam ilmiah ataupun fiksi yang mulai disukai santri di tingkat madrasah ibtidaiyah memberikan tambahan sumbangan kosa kata baru. Juga berkembang kosa kata pergaulan yang seringkali tercipta atau diciptakan dikalangan para santri sendiri pada saat bermain atau terlibat pada suatu aktivitas.

c. menyusun kata-kata menjadi kalimat. Perkembangan kemampuan

menyusun kalimat dimulai sejak berumur dua tahun. Dimulai dengan kalimat dengan satu kata tunggal sebagai objek, misalnya minum yang dimaksud dengan saya ingin minum. Kemudian berkembang menjadi kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu subjek dan objek, misalnya ade makan, maksudnya ade sedang makan atau ade mau makan. Memasuki umur empat hingga 6 tahun menjadi kalimat sempurna subjek, predikat dan objek. Misalnya “ ade mau berangkat ke sekolah, atau ade mau pakai baju biru. Di madrasah ibtidaiyah santri sudah mampu membuat kalimat lengkap sempurna yang terdiri dari subjek, predikat, objek dan keterangan. Misalnya ade berangkat ke sekolah diantar mama. Anak-anak yang cerdas

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

30 dan dengan latar belakang ekonomi keluarga menengah keatas dapat membuat kalimat yang lebih panjang, lengkap dan dengan strukur bahasa yang baik karena memiliki pembendahaaran kata yang lebih baik. Pembendaharana kata yang lebih t\diperoleh dari keterbukaan akses untuk berkomunikasi dengan orang dewasa, teman sebaya dan sumber-sumber bacaan.

d. Ucapan. Kemampuan mengucapkan merupakan hasil belajar melalui

peniruan berbagai bunyi yang didengar oleh anak-anak dari orang-orang disekelilingnya. Kejelasan ucapan dalam pengertian vokal atau huruf hidup yaitu a, i, u, e, o dan konsonan atau huruf mati yaitu t, p, b, m, n terjadi mulai usia tiga tahun. Huruf-huruf mati tunggal seperti z, w, s dan g; diftong atau huruf mati rangkap seperti ny, ng, dan dr; serta huruf hidup rangkap seperti au, ai, ia merupakan huruf-huruf yang sulit diucapkan, dan baru berkembang dan dikuasai memasuki usia sekolah. Pada santri kelas awal kesulitan-kesulitan tersebut masih akan dialami oleh beberapa santri. Anda sebagai guru harus memiliki kepekaan dan menstimulasi santri dengan bacaan sehingga santri dapat mengusai.

Tipe perkembangan bahasa

Bahasa yang dimiliki oleh anak berkembang melalui dua tipe sebagai berikut :

a. egocentric speech, atau talk self, berbicara dengan diri sendiri atau monolog. Berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak.

b. socialized speech, berbicara dengan orang lain dalam relasi sosial atau situasi sosial. Berfungsi untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial (social adjustment). Berbicara dengan orang lain dapat didentifikasi dalam lima bentuk, yaitu : (1) pertukaran gagasan, santri bertukar apa yang dipikirkannya dengan teman sebaya maupun orang dewasa; (2) penilaian terhadap uacapan atau perilaku orang lain, santri menyatakan pendapat atas apa yang disampaikan atau dilakukan oleh teman sebaya maupun orang dewasa; (3) perintah, permintaan dan ancaman, santri berkomuniaksi

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

31 dengan teman sebaya maupun orang dewasa untuk memberikan perintah, menyatakan permintaan atau keinginan maupun melakukan ancaman atas suatu perbuatan; dan (5) jawaban, santri menjawab pertanyaan atau pernyatana yang diajukan oleh orang laon pada dirinya. Bentuk-bentuk berbicara dengan orang lain juga menjadi indikasi berapa banyak jumlah pembendahaaraan kata yang dimiliki dan sikuasai oleh anak.

Literasi

Literasi adalah kemampuan anak untuk membaca dan menulis karena anak mengenal lambang atau simbol bunyi dalam bentuk huruf atau aksara. Inisiasi kemampuan membaca pada santri dapat dilakukan melalui dua cara yaitu : (1) decoding atau pendekatan fonetik, yaitu anak mengenal huruf, menyebutkannnya, mengingat dan merangkai menjadi kata berdasarkan unsure-unsur kata yang membangun. Pendekatan ini dikenal dengan istilah “mengeja”; (2) pendekatan keseluruhan bahasa, anak belajar membaca dari kata yang melekat pada benda. Anak meliohat huruf dan mengingat kembali sebagai bagian dari kata yang mengandung arti nama benda atau peristiwa yang secara ril terjadi. Pendekatan ini berangkat dari asumsi pada dasarnya anak mampu membaca dan menulis secara alami, dan lebih mendasar lagi anak dapat mengenal huruf dan merangkai huruf menjadi kata secara alami seiring dengan proses belajar memahami dan menggunakan bahasa dalam pembicaraan. Secara umum para pakar merekomendasi untuk menggunakan kedua pendekatan secara simultan sehingga mendorong anak menguasai keterampilan membaca dan menulis lebih cepat.

Penguasaan keterampilan menulis berkembang sejalan dengan perkembangan membaca. Pada saat santri memahami kata yang tertulis ke dalam perkataan pada saat yang bersamaan santri juga mencoba mempergunakan kata tertulis untuk mengekspersikan pikiran dan perasaannya. Menulis merupakan pengalaman yang cukup sulit bagi santri di kelas awal. Karangan yang dihasilkan masih terbatas dan dengan topic yang akrab dengan keseharian. Sering dengan penguasaan keterampilan berbahasa kemampuan menulis santri meningkat karena tulisan sudah memperhatikaan ejaan, tanda baca, tata bahasa, huruf besar dan kecil serta tugas fiskk dasar membentuk huruf (keterampilan motorik kasar dan halus sehingga tergambar bentuk huruf).

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

32 Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa.

Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

a. kesehatan, kondisi kesehatan yang kurang baik membuat anak mengalami kelambanan perkembangan berbahasa. Asupan gizi mempengaruhi daya kerja otak, dan daya kerja otak mempengaruhi kemmapuan memproses informasi. Selain itu kesehatan yang buruk membuaat interkasi anak dengan lingkungans ekitar menjadi terbatas sehingga pembendaharaan kata anak juga menjadi terbatas.

b. intelegensi, tingkatan intelektual mempengaruhi perkembangan

bahasa. Anak dengan keterbelakangan mental yang paling rendah sangat miskin dalam berbahasa. Anak-anak dengan katagaori intelegensi normal pada dasarnya akan memiliki kemampuan berbahasa secara baik. Anak-anak dengan kecerdasan yang tinggi mampu membaca dan memahami pembicaraan pada usia yang sangat muda.

c. status sosial ekonomi, anak keluarga miskin mengalami hambatan dalam berbahasa karena akses untuk literacy yaitu mengenal huruf sebagai lambang dari bunyi terbatas. Selain itu kesempatan belajar serta asupan gizi yang diperoleh juga terbatas. Anak-anak miskin cendering menjadi ileteracy atau buta huruf atau buta aksara baik latin maupun arab.

d. jenis kelamin, vokalisasi anak perempuan lebih cepat sejak usia dua tahun. Interaksi yang lebih intensi antara anak perempuan dengan orang tua dan teman sebaya juga membuat pembendaharaan kata makin meningkat. Interaksi di sekolah antara anak tanpa membedakan jenis kelamin di madrasah ibtidaiyah membuat perkembangan bahasa baik pada santri perempuan maupun laki-laki berkembang dengan optiomal.

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

33

e. hubungan keluarga, pola asuh keluarga yang demokratis dan

autoritatif yang memandang dan menempatkan anak sebagaibagian dari keluarga membuat anak belajar dan memperoleh contoh bagaimana berkomunikasi dengan baik dan memiliki kebebasan untuk menyatakan dan mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakan melalui beragam bahasa.

f. akses komunikasi, keterbukaan dan dukungan untuk bergaul

dengan lingkungan sekitar baik keluarga inti, keluarga besar, masyarakat, institusi atau lembaga pendidikan maupun media komuniaksi mendorong kemampuan berbahasa santri berkembang dengan optimal.

2. Masalah

Masalah yang dihadapi santri berkenaan dengan perkembangan bahasa dapat diidentifikasi dalam tiga kelompok yaitu :

a. tidak atau kurang menguasai keterampilan berbahasa. Permasalahan meliputi keambanan mengenal dan mengingat huruf, miskinnya kosa kata, kelambanan memahami bunyi, ketidakmampuan mengucapkan atau melafalkan huruf. Santri yang tidak mengusai keterampilan berbahasa mengalami kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Berbahasa bukan hanya berkenaan dengan pelajaran Bahasa Indonesia tetapi meliputi semua mata pelajaran.

b. hambatan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan seringkali menghadapi hambatan sehingga komunikasi tidak lancar. Hambatan-hambatan dalam berkomunikasi adalah :

(1) Menganggap diri berbeda dengan lawan bicara, menempatkan diri lebih tinggi ataupun lebih rendah

(2) Sikap menilai meliputi : mengkritik, memberikan panggilan yang tidak menyenangkan, mendiagnosis, dan melakukan evaluasi .

(3) segera memberikan solusi, meliputi : sangat normatif, memberikan nasehat, memberikan pertanyaan yang tidak tepat, segera menyambung atau memberi

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

34 komentar berdasarkan pengalaman sendiri, dan memberikan gambaran hukuman atau kemungkinan yang buruk

(4) menggangu perhatian atau pembicaraan : nyeletuk, memotong pembicaraan, mengalihkan pembicaraan, tidak memperhatikan, dan berargumen secara logis (5) takut, cemas dan kondisi emosional, perasaan yang terganggu secara sosial

emosial psikologis membuat individu tidak dapat memberikan perhatian penuh terhadap proses komunikasi.

(6) kualitas perhatian dalam komunikasi : kekuatan informasi tergantung pada bagaimana komunikan memberikan perhatian pada informasi yang disampaikan komunikator. Penggunaan awalan ter, me dan di menunjukkan tingkatan perhatian dan hasil yang diperoleh. Awalan ter (terdengar, tertulis, tertayangkan, dsb) menghasilkan informasi yang tidak akurat dan tidak jelas. Awalan me menunjukkan komunikan memberikan perhatian (mendengar, menulis, dsb) dihasilkan data atau informasi yang jelas. Awalan Di menunjukkan perhatian penuh (didengar, ditulis, dsb) dipertoleh informasi yang akurat dan jelas atau diperoleh fakta. Manipulasi informasi, data dan fakta dengan pengalaman atau pengetahuan yang tersimpan pada memori menghasilkan respon yang berbeda.

c. Penggunaan bahasa kedua, Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal menuntut santri mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Kondisi ini membawa dampak baik bagi penguasana bahasa ibu sebagai bahasa pertama maupun bahasa Indoensia sebagai bahasa kedua. Sebagian santri menjadi tidak mampu berbahasa ibu lagi karena penggunaan

bahasa Indonesia, atau sebagian lain mencampur aduk atau

memmpergunakan bahasa ibu dan bahasa Indonesia secara bersamaan, sebagain lagi merasa kesulitan untuk mengikuti bahasa Indonesia karena dianggap sebagai bahasa yang sulit.

3. Tugas perkembangan

Perkembangan Santri – Perkembangan Fisik Psikomotorik

35

a. belajar keterampilan dasar membaca dan menulis. Anak mencapai

kematangan bilamana anak mampu membaca dan menulis untuk kepentingan proses pembelajaran dan kegiatan keseharian

b. belajar bergaul dengan teman sebaya. Anak mempergunakan kemampuan

berbahasa dan berkomunikais untuk bergaul dengan teman sebaya dan orang dewasa disekitarnya.

4. Kebutuhan lingkungan perkembangan

Lingkungan perkembangan yang dibutuhkan agar perkembangan bahasa pada santri di madrasah ibntidaiyah berkembang dengan baik adalah :

a. lingkungan yang memfasilitasi teredianya sumber-sumber bacaan

b. lingkungan yang mengapresiasi berbagai bentuk paparan santri baik lisan maupun tulisan dalam berbagai seting.

c. lingkungan yang cukup terbuka untuk menerima pandangan danpendapat santri

d. lingkungan yang memberi contoh penggunaan bahasa secara baik dan

benar

e. lingkungan yang mendorong santri mengekspresikan pikiran dan perasaan

dalam beragam cara dengan beragam aktivitas.

5. Kematangan perkembangan bahasa

Santri yang mencapai kematanganperkembangan bahasa adalah santri yang dapat memenuhi tugas perkembangan. Artinya santri yang mampu mengusai keterampilan membaca dan menulis serta santri yang dapat berkomunikasi secara efektif

Dalam dokumen modul 5 depag03 (Halaman 22-37)

Dokumen terkait