• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAJELIS TARJIH DAN DINAMIKA INTERNAL DI MUHAMMADIYAH

C. Keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah Tentang Masalah Fiqh 1. Hukum Zakat Profesi

3. Ibadah Haji Berulang Kali

157

itu dan juga seorang pun pada waktu itu yang melewati diatas miqa>t,

yaitu jalur udara melalui pesawat terbang. Oleh karena itu dalam

perspektif Majelis Tarjih bahwa jamaah haji yang menggunakan

tranportasi pesawat terbang tidak ditemukan teks qat‟i100 sama dengan

penduduk yang datang dari arah barat Makkah (laut) untuk menuju

tanah suci. Dalam kasus seperti ini termasuk umur ijtihadiyat karena

bagian ma’qu>lat al-ma’na maka solusi yang dikemukakan untuk

menetapkan hukum adalah terhindar dari kesulitan dan menggapai

kemaslahatan sesuai dengan konteks sekarang.101

3. Ibadah Haji Berulang Kali

Jumlah jamaah haji dari Indonesia yang tiap tahun lebih dari dua

ratus ribu ini nampak menggembirakan karena antusiasme memenuhi

panggilan Allah dan sekaligus indikasi menunjukkan ketaqwaan dan

barometer tingkat ekonomi mereka yang cukup. Namun bila dicermati dari

sebagian jamaah haji tersebut ternyata sudah beribadah haji berkali-kali.

Sementara ada banyak ribuan orang yang sudah daftar haji antri menunggu

panggilan berangkat haji sesuai porsi tahun keberangakatannya. Ketika ada

sebagian orang berhaji berkali-kali bukankah ini ada potensi ikut

menghambat terhadap antrian ribuan orang karena porsi semestinya untuk

mereka yang belum pernah haji kemudian porsi haji yang ada diisi oleh

orang yang telah haji berulang kali.

100Ibid, 245.

101

158

Selain itu di hadapan para jamaah haji yang telah menunaikannya

berulang kali masih banyak anak yatim yang terlantar, puluhan ribu orang

yang nasibnya menjadi tuna wisma karena akibat bencana alam, banyak

sekolah yang roboh dan tidak layak untuk belajar, tempat-tempat ibadah

yang perlu dibangun lagi akibat bencana, banyak orang kena PHK, banyak

rumah tangga yang serba kekurangan baik untuk kebutuhan sehari-hari

maupun biaya sekolah anak-anak mereka, lalu bila sebagian mereka tetap

ibadah haji berulang kali maka perlu evaluasi bagi orang yang tetap

melakukan haji berulang kali tersebut apakah haji yang dilaksanakan

kesekian kalinya atas perintah Allah. Dalil mana yang menyuruh kita

melaksanakan ibadah haji berulang kali sementara kewajiban-kewajiban

agama di sekeliling kita masih segudang dan terlantarkan, apakah haji

yang seperti ini mengikuti teladan yang telah dicontohkan oleh nabi.

Muhammadiyah termasuk salah satu Ormas Islam yang cepat

merespon terhadap fenomena kasus tersebut yakni masalah sebagian orang

yang berulang kali dalam ibadah haji. Melalui Majelis Tarjihnya

Muhammadiyah telah mengeluarkan putusan bahwa wajib hukumnya bagi

orang yang telah haji mendahulukan orang yang sudah wajib dalam

menunaikan ibadah haji tetapi belum berkesempatan menunaikan, dan

159

hendaknya menerapkan ajaran al-Maun untuk berkhidmah dalam

pemberdayaan kaum dhuafa.102

Seorang muslim yang mampu wajib melaksanakan ibadah haji

adalah satu kali saja dalam seumur hidup, sementara untuk haji yang kedua

kalinya dan seterusnya adalah sunnat. Hal ini sebagaimana yang telah

ditegaskan dalam sabdi Nabi saw sebagai berikut:

ٙهص ٙبُنا لءاس سباح ٍب عرللاا ٌا سابػ ٍبا ٍػ

الله

لامف ىهسٔ ّٛهػ

داز ًٍف ةذحأ ةري مب لال ةذحأ ةري ٔا تُس مك ٙف جحنا الله لٕسر اٚ

َٙابنلاا ّححصٔ دٔاد ٕبا ِأر عٕطح ٕٓف

“ Dari Ibn „Abbas bahwa al-Aqra‟ Ibn Habis bertanya kepada Nabi saw di mana ia berkata: Wahai Rasulullah (apakah) haji itu setiap tahun ataukah satu kali, (Rasulullah saw ) menjawab: hanya satu kali saja.Barang siapa yang menambah maka itu tatawu‟ (sunat)

[HR. Abu Dawud].”103

Wuju>h istidla>l dari hadis diatas yakni dalam hadis ditegaskan

bahwa menunaikan ibadah haji yang pertama kali adalah wajib104

sedangkan yang kedua hukumnya sunnat. Dalam era sekarang pelaksanaan

haji dari Indonesia menghadapi beberapa problem terbatasnya kuota dan

antrian yang sangat panjang hingga puluhan tahun:105

102Himpunan Putusan Tarjih 3, 509.

103 Abu Dawud, Sunan Abi Dawud (Riyad: Dar al-Salam, 1999), 254.

104 Dalam kaitan haji wajib Orang yang mampu tidak boleh mendelegasikan kepada orang lain sesuai dengan QS Ali Imran (3): 97. Hal ini sesuai Ijma para ulama. Ibn al-Munzir, al-Ijma’ (Uni Emirat Arab: Maktabah al-Furqan, 1999), 77.

160

Putusan tarjih Muhammadiyah tentang kewajiban mendahulukan

orang lain yang sudah wajib haji dari pada memberikan kesempatan lagi

bagi orang yang telah pernah naik haji adalah keputusan yang tepat dan

kuat apabila dilihat dari perspektif pendekatan maqa>sidi. Kemaslahtan

yang menjadi tujuan utama maqa>sid lebih mengena tepat pada objek

hukum yaitu memberikan kesempatan bagi orang yang wajib haji karena

status hukum wajib lebih utama untuk ditunaikan dari pada hukum sunnah

bagi orang yang sudah pernah naik haji.106 Sementara di sekeliling dia

(orang yang sudah berhaji) banyak orang-orang yang memerlukan uluran

tangan, Seandainya dia orang yang pernah naik haji kemudian

mengalokasikan dana untuk bantuan sosial guna menyantuni fakir miskin,

membangun sekolah-sekolah dan tempat ibadah maka amal yang demikian memjadi amal mu’tadiyah yang statusnya lebih utama dari pada haji yang

kedua kalinya. Karena berbagai alasan sebagai berikut:107

a. Terbatasnya kuota dan peluang untuk naik haji dibandingkan dengan

peminat yang berkeinginan untuk melakukannya yang pada saat ini

tercermin dalam panjangnya masa tunggu hungga puluhan tahun

bahkan dalam kalkulasi hitungan rasional ketika tiba masa tunggu

untuk berangkat haji calon jamaah secara fisik kondisi kesehatan sudah

berkurang dan sudah tua renta akibat masa tunggu yang sangat lama.

b. Haji yang kedua kalinya dan seterusnya bagi orang yang telah pernah

naik haji. Hal ini berdampak pada tertutupnya peluang bagi orang lain

106 Ali Mustafa Yakub, Haji Pengabdi Setan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2019), 6. 107

161

yang belum pernah naik haji padahal hukum haji wajib baginya. Hal ini

bertentangan dengan fiqh aulawiyat yaitu mendahulukan perkara yang

wajib atas sunnat, artinya mendahulukan orang yang sudah wajib

melaksanakan naik haji tetapi belum dapat kesempatan.

c. Dalam ibadah dikenal pahala qasi>rah (orientasi pahala yang terbatas

untuk dirinya sendiri) dan pahala mu‟tadiyah yaitu berpahala yang

berkesinambungan. Bagi orang yang telah haji dan memiliki harta yang

banyak maka sangat dianjurkan untuk melakukan ibadah mu‟tadiyah

berupa membantu fakir miskin dan masyarakat miskin, karena tingkat

kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi sekitar 12% dari penduduk

Indonesia.

Dalam menentukan banyak pilihan ibadah, menilai ibadah yang

utama dalam perspektif Islam ada dua kategori ibadah; ibadah qasi>rah

(ibadah individual) dan ibadah muta‟adiyah ( ibadah sosial) manfatnya

dirasakan pelakunya dan orang lain. Ibadah haji dan umrah termasuk

ibadah qasi>rah, karenanya pada saat bersamaan terdapat ibadah qasi>rah

dan ibadah muta‟adiyah, pilihan nabi jatuh pada ibadah muta‟adiyah dan

tidak mengerjakan ibadah qasi>rah.108

Pendekatan maqa>sidi adalah berorientai mengutamakan maslahat

yang utama dengan didasari istiqra>’ nusu>s al-shari’ah untuk mencermati

dalil-dalil yang masuk kategori makna maqa>sid kulliyah dan makna

108

162

maqa>sid juz‟iyyah.109

Dua kasus yang terjadi bersamaan satu pihak

seorang melakukan ibadah haji yang status hukumnya sunnah karena

sudah pernah haji. Sedangkan pihak yang lain melakukaan haji yang status

hukumnya adalah wajib karena sudah terpenuhi persaratan. Dari status

hukum antara wajib dan sunnah maka wajib lebih utama untuk ditunaikan

lebih dahulu karena wajib lebih utama,110 dari sisi penyelenggaraan haji

maka wajib bagi pemerintah didasari asas keadilan untuk melayani jamaah

haji, dengan memberikan porsi haji kepada orang yang menyandang status

wajib hukum haji atasnya. Bila porsi haji diberikan kepada orang yang

menyandang status hukum haji sunnah baginya termasuk praktek

ketidakadilan dalam penyelenggaraan ibadah haji oleh pemerintah.