• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Bentuk Model Input Tunggal

Dalam dokumen PERAMALAN RUNTUN WAKTU MENGGUNAKAN MODEL (Halaman 54-61)

3.3 Prosedur untuk Menentukan Model Fungsi TransferTransfer

3.3.1 Identifikasi Bentuk Model Input Tunggal

dengan perhitungan korelasi silang untuk deretinputdan deretoutputyang bergu-na untuk menduga bobot-bobot respon impuls. Setelah estimasi bobot-bobot respon impuls diperoleh, akan ditentukan nilai r, s, buntuk model fungsi transfer. Kemudian akan dilakukan identifikasi bentuk model fungsi transfer dan noise -nya. Selanjutnya akan dilakukan estimasi parameter dan uji diagnostik sehing-ga akhirnya didapatkan model fungsi transfernya. Berikut prosedur pemodelan fungsi transfer multivariat.

3.3.1 Identifikasi Bentuk Model Input Tunggal

Mempersiapkan deret input dan output

Pada tahap ini yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasikan kesta-sioneran deret input dan output. Untuk menghilangkan ketakstasioneran ma-ka perlu dilakuma-kan pembedaan atau transformasi deret-deret input dan output. Transformasi yang biasanya diterapkan adalah (Makridakis, 1999)

Xt =    (Xt+m)λ , λ6= 0 log(Xt+m) , λ= 0

dimana m adalah faktor penambah yang konstan. Misalkan jika λ = 0.5 maka transformasi yang diterapkan adalah transformasi akar kuadrat, sementara jika

λ= 0 maka transformasi logaritma akan diterapkan pada deret tersebut. Sedang kan untuk pembedaan sama seperti yang diterapkan pada persamaan (2.13).

Pemutihan deret input

Dalam permasalahan praktis, data deretinputtidaklah sederhana/konstan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyederhanaan data yakni pemutihan. Tahapan

ini bertujuan untuk menjadikan deret input dapat lebih diatur dengan menghi-langkan seluruh pola yang diketahui sehingga yang tertinggal hanya white noise. Pemutihan deret input xt dengan proses ARIMA (px,0, qx) adalah:

φx(B)xtx(B)αt (3.7)

Sementara untuk mengubah deretinputxtmenjadi deretatadalah sebagai berikut:

φx(B)

θx(B)xt =αt (3.8)

Pemutihan deret output

Apabila suatu proses pemutihan diterapkan untuk xt maka proses yang sama juga harus diterapkan terhadap yt agar fungsi transfer dapat memetakan

xt terhadap yt. Liu (1982) merekomendasikan agar dilakukan juga transformasi pemutihan terhadap deret output terutama dengan deret input yang jumlahnya lebih dari satu (multivariat). Dengan demikian model fungsi transfer dapat diban-gun dengan lebih mudah. Transformasi yt tidak harus mengubah yt menjadi

white noise. Oleh karena itu, makna ”pemutihan” untuk deretytharus dibedakan dengan pemutihan terhadap deret xt. Berikut deret yt yang telah ”diputihkan”:

φx(B)

θx(B)yt =βt (3.9)

Perhitungan korelasi silang dan autokorelasi deret input dan output

yang telah diputihkan

Dalam pemodelan ARIMA univariat koefisien autokorelasi merupakan alat statistik yang membantu dalam menetapkan model. Sedangkan dalam

pe-41

modelan fungsi transfer, autokorelasi memerankan peranan kedua untuk koefisien korelasi silang. Fungsi korelasi silang adalah ukuran kekuatan hubungan antar dua variabel. Korelasi silang antaraX dan Y menentukan tingkat hubungan an-tar nilaixpada waktutdengan nilaiypada waktut+k. Koefisien korelasi silang dari input xt dan output yt untuk lag ke-k didefinisikan sebagai berikut: (Wei, 2005)

ρxy(k) = γxy(k)

σxσy

k = 0,±1,±2, ... (3.10) dengan fungsi penduganya adalah

ˆ ρxy(k) = γˆxy(k) SxSy k = 0,±1,±2, ... (3.11) dimana ˆ γxy(k) =        1 n nk P t=1 (xt−x¯)(yt+k−y¯) k ≥0 1 n n P t=1k (xt−x¯)(yt+k−y¯) k < 0 Sx = pˆγxx(0) Sy = q ˆ γyy(0) (3.12)

Berikut adalah rumus standard error yang berguna untuk memeriksa apakah ˆρxy(k) berbeda nyata dari nol dengan membandingkan nilai ˆρxy(k) dengan kesalahan standarnya. (Wei, 2005:330)

SErxy(k) = √ 1

n−k (3.13)

Dalam model fungsi transfer multivariat perhitungan korelasi silang pada masing-masing input x terhadap output y digunakan untuk mengetahui nilai dari order, s, byang diidentifikasikan dari plot korelasi silang. Setelah didapatkan nilai

dari order, s, bpada masing-masinginput maka barulah dilakukan korelasi silang serentak antara nilai y terhadap seluruh variabel input-nya.

Penaksiran langsung bobot respon impuls

Langkah selanjutnya setelah perhitungan korelasi silang adalah penaksi-ran nilai bobot respon impuls. Bobot respon impuls berguna untuk menghitung deret noise. Untuk penaksiran bobot respon impuls secara langsung dibangun dari model fungsi transfer dengan mengamsumsikan b = 0 sebagai berikut:

yt=v(B)xt+nt (3.14)

Kemudian model tersebut ditransformasi denganφx(B)/θk(B) secara keseluruhan maka: φx(B) θx(B)yt =v(B) φx(B) θx(B)xt+ φx(B) θx(B)nt (3.15) sehingga βt=v(B)αtt (3.16) dimana εt adalah deret gangguan yang ditransformasikan dan tidak berhubung-an dengberhubung-an αt. Kemudian akan dikalikan dengan αtk dan akan diambil nilai ekspektasinya sehingga diperoleh:

E(αtkβt) = v0E(αtkαt) +v1E(αtkαt1) +...+E(αtkεt)

43

Dengan memsubstitusi nilai sampel pada persamaan (3.11) maka diperoleh:

vk = γˆαβ(k) S2 α = ρˆαβ(k)Sβ Sα (3.17) dengan ˆ

ραβ(k) = nilai dari korelasi silang lag ke-k

Sα = standar deviasi deret input yang telah diputihkan

Sβ = standar deviasi deret output yang telah diputihkan

Penetapan orde (r,s,b) untuk model fungsi transfer yang menghubungkan deret input dan output

Tiga orde utama dalam model fungsi transfer adalah (r, b, s) dimana r

menunjukkan orde fungsi δ(B), s menunjukkan orde fungsi ω(B) dan b menun-jukkan keterlambatan sebesar b periode sebelum x mulai mempengaruhi y yang dicatat pada xtb pada persamaan

yt = ω(B)

δ(B)xtb+

θ(B)

φ(B)αt (3.18)

Berikut ini beberapa aturan yang dapat digunakan untuk menduga nilai r, s, b

dari suatu fungsi transfer: (Wei, 2005)

1. Nilai b menyatakan yt tidak terpengaruh oleh xt sampai periode t+b. Be-sarnya b dapat ditentukan dari lag yang pertama kali pada plot korelasi silang. Nilai ini merupakan yang paling mudah untuk ditentukan apabila ko-relasi silang diperoleh dari ˆραβ(0) = ˆραβ(1) = ˆραβ(2) = 0 tetapi ˆραβ(3) = 0,5 maka dapat ditentukan b = 3. Dengan kata lain terdapat tiga periode

se-belum deret berkalainput αyang mulai mempengaruhi deret berkalaoutput

β.

2. Nilaismenyatakan seberapa lama deretytterus dipengaruhixt−b−1, xt−b−2, ..., xt−b−ssehingga dapat dikatakan bahwa nilaisadalah bilangan pada lag plot korelasi sillang sebelum terjadinya pola menurun.

3. Nilairmenyatakan bahwaytdipengaruhi oleh nilai masa lalunya (yt−1, yt−2, ..., ytr, r= 0) bila ada beberapa lag plot pada korelasi silang yang terpotong.

(a) r= 0 bila ada beberapa lag plot pada korelasi yang terpotong.

(b) r= 1 bila plot pada korelasi silang menunjukkan suatu pola eksponen-sial menurun.

(c) r= 2 bila plot pada korelasi silang menunjukkan suatu pola eksponen-sial menurun dan pola sinus.

Orde (r, s, b) ditentukan berdasarkan lag-lag dari perhitungan korelasi silang yang bersesuaian dengan kriteria tersebut diatas. Angka dari orde (r, s, b) tidak terbatas pada 0, 1, 2 saja tetapi bisa lebih besar dari itu. Namun dari berbagai proses perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya orde (r, s, b) jarang menyentuh angka-angka besar, terutama orde r dimana orde yang umum dite-mukan hanyalah 0, 1, 2. Berikut beberapa bentuk fungsi transfer yang umum digunakan dalam peramalan:

(r, s, b) Fungsi transfer (0,0,2) v(B)xt0xt−2

(0,1,2) v(B)xt= (ω0 −ω1B)xt2

(0,2,2) v(B)xt= (ω0−ω1B−ω2B2)xt2

45 (r, s, b) Fungsi transfer (1,0,2) v(B)xt= (1ω0δ1B)xt−2 (1,1,2) v(B)xt= (ω0−ω1B) (1δ1B) xt−2 (1,2,2) v(B)xt= (ω0−ω1B−ω2B2 ) (1δ1B) xt−2

Tabel 3.2: Model Fungsi Transfer r = 1 (r, s, b) Fungsi transfer (2,0,2) v(B)xt= ω0 (1−δ1B−δ2B2)xt2 (2,1,2) v(B)xt= (ω0−ω1B) (1−δ1B−δ2B2)xt2 (2,2,2) v(B)xt= (ω0−ω1Bω2B2 ) (1−δ1B−δ2B2) xt2

Tabel 3.3: Model Fungsi Transfer r = 2

Penaksiran awal deret gangguan nt

Bobot respon impuls dapat diukur secara langsung sehingga memungkinkan dilakukan perhitungan nilai taksiran dari deret gangguan nt karena,

nt = yt−yˆt = ytωˆˆ(B) δ(B)B bxt = yt−vˆ(B)xt = yt−v0xt−v1xt−1−v2xt−2−...−vgxt−g

Penetapan orde (pn, qn) untuk model ARIMA (pn,0, qn) dari deret gang-guan nt

Sesudah menggunakan persamaan deret gangguan nt, nilai-nilai nt di-analisis dengan caraARIMA biasa untuk menentukan model ARIMA yang tepat sehingga diperoleh nilai pn dan qn. Dengan demikian fungsi φn(B) dan θn(B) untuk deret gangguan nt dapat diperoleh untuk mendapatkan persamaan

φn(B)ntn(B)at (3.19)

Dalam dokumen PERAMALAN RUNTUN WAKTU MENGGUNAKAN MODEL (Halaman 54-61)

Dokumen terkait