• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Data Kompetitor

Dalam dokumen 2. LANDASAN TEORI DAN ANALISA DATA (Halaman 42-48)

Gambar 2.7 Booklet Studi ke Perancis, Brosur Biaya Kursus, dan majalah Voila.

Sumber : CCCL Surabaya

2.3. Identifikasi Data Kompetitor

Sebagai sebuah pusat kebudayaan asing, maka sebagai kompetitor primer diambillah beberapa lokasi tempat kebudayaan negara asing lainnya. Terutama yang merupakan pusat kebudayaan atau konsulat jenderal negara-negara di Eropa.

Dahulu di Surabaya ada yang namanya British Council yang merupakan tempat kebudayaan Inggris, namun ketika ditanya pada bagian penerangan (24 Maret 2008) ternyata Britih Council sudah tutup. Dulu kegiatan kebudayaan di British Council cukup terdengar hingga ke SMA-SMA di Surabaya dengan jalan pemberian majalah atau bulletin bulanan berbahasa Inggris ke sekolah-sekolah. Namun seiring degan berjalannya waktu British Council seakan kalah bersaing

Universitas Kristen Petra dengan lembaga-lembaga bantuan linguistik swasta lainnya seperti Kelt dan English First sehingga lama kelamaan menjadi semakin mundur dan akhirnya ditutup.

Begitu pula yang ditemukan pada Erasmus dan Konjen Jepang di Surabaya. Dari hasil survey dan wawancara yang dilakukan di kedua lokasi ini tampak jelas terlihat bahwa keduanya pun hanya memberikan porsi yang kecil untuk bagian divisi kebudayaannya. Di Erasmus, gedung Konjen Belanja dan pusat kebudayaannya dipisah di dua gedung yang berbeda dan lokasi yang berbeda. Untuk bagian pusat kebudayaannya, mereka menyewa satu lantai pada Gedung Paska Sarjana ITS yang terletak di Jalan Cokroaminoto 12A Surabaya lantai 4. Di ruangan yang bisa dibilang tidak terlalu luas itu diatur sedemikian rupa untuk; 3 ruangan kursus, satu perpustakaan kecil, serta ruang administrasi. Untuk kegiatan berpromosi, Erasmus menggunakan media brosur dan flyer yang dikirimkan ke institusi-institusi pendidikan dan kebudayaan lain, seperti sekolah-sekolah menengah. Kegiatan atau event budaya mereka lebih ke arah pertunjukan musik.

Universitas Kristen Petra Gambar 2.8 Brosur Konser Musik dan Kursus

yang Diadakan Erasmus. Sumber : Erasmus Surabaya

Berbeda dengan Konsulat Jenderal Jepang, gedung yang berlokasi di Jalan Sumatra nomor 93 ini dari depan sudah memperlihatkan aura formal, menekan, dan terkesan seperti penjara. Selain itu ijin masuk juga sangat ketat. Setiap orang yang masuk harus diperiksa, mengisi buku tamu, menyerahkan ponsel kepada petugas, baru setelah itu kita boleh dipersilahkan masuk dan di ruang kebudayaannya pun kita tidak bisa bicara dengan nyaman karena petugas yang menerima kita akan berada di balik kaca dan berbicara dengan kita dengan bantuan mike, sehingga seolah-olah kita berada di penjara. Namun ternyata baru diketahui bahwa konjen Jepang tidak secara langsung mengadakan kegiatan-kegitan budaya Jepang disitu tapi dengan mensupport lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan institusi yang bekerja sama dengan mereka seperti; Jasmin dan IMC (Internationa Multilanguage Center). Sehingga gedung itu sendiri lebih merupakan tempat untuk konsultasi studi ke Jepang, tempat mengurus visa ke Jepang, dan juga merupakan kantor kedutaan Konsulat Jepang untuk Indonesia, sehingga jangan heran ketika mobil kita akan distop polisi ketika sang Konsulat akan melewati jalan itu.

Universitas Kristen Petra Gambar 2.9 Poster Peringatan 50 Tahun Hubungan Indonesia-Jepang.

Sumber : Konjen Jepang Surabaya

Kejadian yang sama dialami kompetitor lain, Goethe-Institut yang merupakan pusat kebudayaan Jerman. Pada awal tahun 2000an Goethe Surabaya masih aktif mengadakan kegiatan-kegiatan berbau budaya Jerman di tempat mereka. Namun seiring dengan berjalannya waktu dirasakan bahwa minat dan animo masyarakat Surabaya kurang interes terhadap kegiatan-kegiatan semacam ini. Sehingga pada akhirnya sokongan dana dari pusat pun dihentikan dan sekarang ini Goethe-Institute hanya dan lebih menekankan pada kegiatan linguistik saja, yaitu menerima siswa belajar bahasa Jerman.

Diakui sangat sulit untuk mencari pusat kebudayaan asing di Surabaya yang secara aktif juga bertindak sebagai media promosi budaya mereka di Indonesia karena kebanyakan hanya berfungsi sebagai kantor duta besar saja atau konsulat jenderal daripada menjadi media pembelajaran budaya asing di negeri orang. Meski ada pun tempat seperti ini jarang sekali dikunjungi orang-orang Surabaya

Universitas Kristen Petra karena orang Surabaya, khususnya anak-anak mudanya, jarang ada yang berbudaya.

2.3.1. Data Goethe-Institut

Goethe-Institut adalah institut kebudayaan Republik Federal Jerman yang aktivitasnya ada di banyak negara.

Goethe turut mengembangkan pengetahuan mengenai bahasa Jerman di luar Jerman dan memelihara kerjasama internasional dalam bidang budaya. Melalui informasi mengenai kehidupan budaya, masyarakat dan politik, kami berusaha memberikan sebuah gambaran yang utuh mengenai Jerman.

Melalui jaringannya, Goethe-Institut di banyak negara, berbagai Pusat Goethe, lembaga kebudayaan, ruang baca, serta pusat ujian dan bahasa, Goethe melaksanakan peran pokok dalam bidang politik pendidikan dan kebudayaan di luar Jerman. Di dalam Jerman sendiri, Goethe adalah mitra dari institusi-institusi budaya swasta maupun umum, juga bagi negara-negara bagian, kota dan sektor perekonomian.

Goethe berkreasi atas dasar keragaman masyarakat yang terbuka dan kebudayaan Jerman yang hidup dan menyambungkan pengalaman dan harapan dari mitra-mitra di dalam dan luar negri Jerman dengan kompetensi yang Goethe punya dan bekerja berdasarkan dialog kemitraan. Goethe adalah pemberi jasa sekaligus mitra bagi mereka yang mendalami Jerman serta bahasa dan budayanya, yang bekerja atas inisiatif pribadi dan secara politis tidak terikat.

Goethe berada dalam tuntutan politis-budaya dari globalisasi dan mengembangkan konsep-konsep inovatif demi terciptanya sebuah dunia humanis yang dilandasi sikap saling mengerti, di mana keberagaman kultural diakui sebagai sebuah kekayaan.

2.3.1.1. Data Perusahaan

Sebagai organisasi induk adalah Goethe-Institut yang berlokasi di Jakarta. Namun di Surabaya namanya adalah Goethe-Zentrum Surabaya.

Universitas Kristen Petra

Gambar 2.10 Logo Goethe-Institut (http://ygi.virtualave.net)

2.3.1.2. Lokasi Perusahaan

Jln. Taman A.I.S. Nasution 15 Surabaya

Telp. : +62 31 534 3735 | Faks. : +62 31 531 9507 Email : goethe1@sby.dnet.net.id, http://ygi.virtualave.net

2.3.1.3. Visi Misi Perusahaan

Visi : mengembangkan pengetahuan mengenai bahasa Jerman di luar Jerman dan memelihara kerjasama internasional dalam bidang budaya.

Misi : Melalui informasi mengenai kehidupan budaya, masyarakat dan politik, berusaha memberikan sebuah gambaran yang utuh mengenai Jerman.

2.3.1.4. Kegiatan Perusahaan

Kegiatan yang utama tentu saja kepada kegiatan kursus, dimana di Goethe ini disediakan berbagai kelas dan pilihan paket kelas kursus, mulai dari : kursus khusus untuk bidang khusus seperti perhotelan, pariwisata atau bisnis juga disediakan kursus privat. Kursus ini terbagi dalam beberapa tingkatan dari tingkat dasar hingga tingkat master.

Selain itu para anggota kursus maupun masyarakat umum dapat mengikuti ujian yang dapat digunakan sebagai syarat untuk menempuh kegiatan belajar atau bekerja di negara Jerman sebagai persyaratannya.

Kadang-kadang dengan bekerja sama dengan Goethe-Zentrum di Jakarta diadakan forum-forum atau pameran budaya. Tidak hanya dalam seni lukis maupun seni sastra bahkan juga seni musik.

Universitas Kristen Petra 2.3.2. Data Komunikasi Visual yang Ada

Gambar 2.11 Brosur Kursus di Goethe Institute Sumber : Goethe Zentrum Surabaya

2.4. Data Survey dan Wawancara

Dalam dokumen 2. LANDASAN TEORI DAN ANALISA DATA (Halaman 42-48)

Dokumen terkait