• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI DAN ANALISA DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI DAN ANALISA DATA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

11

Universitas Kristen Petra 2.1. Studi Literatur

2.1.1. Tinjauan Media 2.1.1.1. Pengertian Media

Media adalah metode komunikasi umum yang membawa pesan.(”dekavetiga”, para. 2). Menurut Fandy Tjiptono dalam bukunya yang berjudul Strategi Pemasaran berpendapat bahwa media adalah saluran penyampaian pesan komersial kepada khalayak sasaran.

Tidak jauh berbeda dengan pengertian diatas, Frank Jefkins berpendapat bahwa media adalah suatu wahana untuk menyampaikan pesan – pesan periklanan (392).

2.1.1.2. Jenis-Jenis Media

Menurut para praktisi periklanan, iklan dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori besar, yaitu ;

a. Iklan lini – atas (Above The Line)

Menurut Frank Jefkins dalam bukunya berjudul Periklanan, Iklan lini – atas (Above The Line) seringkali, disebut sebagai iklan (yang menggunakan) media baik itu media cetak (koran, majalah) maupun media elektronik (televisi, radio). Pemakaian iklan ini, mengharuskan adanya komisi, dan biro iklan yang mengelolanya harus mendapat pengakuan dari lembaga asosiasi pemilik media.

Rendra Widyatama berpendapat bahwa iklan Above The Line adalah media yang bersifat massa. Massa yang dimaksud adalah bahwa khalayak sasaran berjumlah besar, antara satu sama lain tidak saling kenal dan menerpa pesan iklan secara serempak.

Iklan Above The Line dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : - Televisi

Rendra Widyatama dalam buku berjudul Pengantar Periklanan mengelompokkan iklan televisi berdasarkan bentuknya, sebagai berikut :

(2)

Universitas Kristen Petra a) Live Action : video klip iklan yang melibatkan unsur gambar, suara, dan

gerak secara bersama.

b) Animation : iklan yang dibangun berdasarkan gambar – gambar kartun (baik 2 maupun 3 dimensi) baik gambar kartun yang digambar dengan ketrampilan tangan maupun animasi komputer.

c) Stop Action : iklan televisi yang berbentuk perpaduan antara teknik live action dan teknik animasi sehingga memberikan efek dramatik iklan.

d) Still : iklan yang disampaikan dengan cara tidak melibatkan unsur

gambar gerak, melainkan gambar beku (diam).

e) Musik : iklan televisi yang disampaikan melalui musik sebagai media penyampai pesan. Artinya, pesan iklan dikemas dalam sebuah alunan musik sebagai kekuatan utama pesan iklan.

f) Superimposed : bentuk iklan televisi dalam bentuk gambar iklan yang muncul di ujung layar, baik kiri atas, kiri bawah, kanan atas, kanan bawah, sementara siaran televisi tetap berlangsung.

g) Sponsor program : iklan televisi dimana pihak pengiklan atau sponsor membiayai program acara televisi tertentu dan sebagai imbalannya ia dapat menyampaikan pesan iklan dengan lebih mendominasi.

h) Running text : iklan televisi dimana pesan diperlihatkan muncul masuk secara perlahan bergerak dari kanan masuk pada layar lalu menghilang pada sebelah kiri layar.

i) Backdrop : bentuk iklan televisi dimana pesan iklan diperlihatkan pada latar belakang acara yang diadakan.

j) Caption : bentuk iklan televisi dimana pesan yang digunakan hanya

berupa tulisan saja yang muncul di bagian layar bawah.

k) Credit title : iklan yang diperlihatkan pada bagian akhir dari sebuah acara.

l) Ad Lips : iklan televisi dimana pesan disampaikan dan diucapkan oleh pembawa acara secara langsung pada sebuah acara.

m) Property endorsment : iklan yang berbentuk dukungan sponsor yang

diperlihatkan pada berbagai hal sebagai kelengkapan property siaran atau berbagai hal yang dikenakan oleh artis atau pembawa acara.

(3)

Universitas Kristen Petra

n) Promo ad : iklan yang dilakukan oleh pengelola televisi untuk

mempromosikan acara – acaranya (92-102).

Menurut Rhenald Kasali dalam kutipan Widyaningtyas Sistaningrum, menggambarkan kelebihan dan kekurangan dari media televisi, yaitu :

Kelebihan : Efisien Biaya, mempunyai dampak dan pengaruh yang kuat. Kekurangan : Biaya tinggi, resiko zapping, khalayak yang tidak selektif, dan kesulitan teknis.

- Radio

Ciri khas iklan radio adalah hanya dapat didengarkan melalui audio (suara) saja. Suara yang dimaksud merupakan perpaduan dari kata (voice), musik, dan sound effect. Iklan radio terdiri dari beberapa jenis kategori, yaitu :

a) Ad Lips : iklan yang disampaikan oleh penyiar secara langsung pada saat siaran, baik pada saat membawakan siaran musik, berita, dialog, dan sebagainya.

b) Spot : iklan yang disampaikan dengan teknik perekaman sebelumnya,

sehingga membutuhkan naskah terlebih dahulu.

c) Sponsor Program : pemberian waktu khusus kepada sponsor untuk menyampaikan pesan dengan cara membiayai sebuah program acara radio (Widyatama 87-91).

Menurut Rhenald Kasali, radio mempunyai kelemahan dan kelebihan sebagai berikut :

Kelebihan : bersifat lebih personal, audience selectivity (pendengar yang selektif), merupakan media intrusif, biaya produksi rendah, berfungsi sebagai pengingat pesan di media lainnya, fleksibel, bukan media musiman, dan sub urban coverage.

Kekurangan : Lack of Pictures (pesan tidak dapat didemonstrasikan), bersifat sekelebat, bersifat terbagi, penjual sulit mendapatkan bukti bahwa radio yang bersangkutan telah menyiarkan iklan sesuai pesanan.

(4)

Universitas Kristen Petra - Surat Kabar

Kelebihan : Market Coverage (jangkauan daerah yang luas), Comparisson Shopping (Catalog Value) , lebih dipercaya oleh masyarakat.

Kekurangan : Short Life Span, Clutter, Limited Coverage of Certain Groups, Poor Reproduction.

- Majalah

Kelebihan : Khalayak sasarannya jelas, karena lebih tersegmen dan terspesialisasi, dapat mengangkat citra dari produk yang dikomunikasikan, Long Life Spon, kualitas visual jauh lebih baik.

Kelemahan : Fleksibilitas Terbatas, Biaya tinggi, Distribusi.

- Billboard, Neon Sign, spanduk, baliho

Kelebihan : frekuensi lebih tinggi, ukuran media dan tata warna pada media dapat diatur sesuai pesanan, dan berpengaruh sangat tinggi jika pesan yang disampaikan kreatif dan letaknya strategis.

Kekurangan : hanya dapat menjangkau daerah tertentu saja (Widyaningtyas 107-10).

b. Iklan lini – bawah (Below The Line)

Iklan lini – bawah adalah periklanan yang menggunakan media – media selain media yang digunakan di atas dalam melakukan kegiatan promosi. (Widyaningtyas 106)

Menurut pendapat Frank Jefkins, iklan lini – bawah adalah iklan yang tidak menggunakan pembayaran komisi.

Macam- macam iklan lini – bawah yaitu :

Leaflet, folder, brosur atau booklet, broadsheet, katalog, timetable, kartu pos berwarna, peralatan tulis-menulis, sisipan / stuffer, agenda, catatan nomor telepon, kartu jaminan, kartu garansi, daftar harga dan formulir pesanan, formulir sayembara, mobil, poster, stiker, contoh kemasan, produk sisa, stand kasa, kartu pajangan, kotak dispenser, jam dinding, tokoh iklan, model, model bergerak, pajangan berlampu, stand toko, pajangan luar, tutup botol, stiker dan transfer,

(5)

Universitas Kristen Petra bantalan kas, sample, tatakan gelas, asbak, tiket, rak, iklan dalam toko, daftar menu, tulisan di langit, seruan dari langit, spanduk, pesawat, balon udara, proyeksi iklan di langit, kalender, catatan plastik, kaset audio dan video, tas belanja, t-shirt, bendera, kartu remi, korek api, cendera mata, jepitan kertas, buku, dan lencana. (137-149)

Sedangkan, Widyaningtyas Sistaningrum, membagi iklan lini- bawah, menjadi 4 bagian ,sebagai berikut :

- Pameran

General fairs (horizontal fairs), Specialized show (vertical fairs), consumer fairs, solo exhibition.

- Direct Mail

merupakan kategori periklanan dalam menjual secara langsung kepada konsumen, bisa melalui surat, telepon, media cetak, kupon, dan sebagainya. Keuntungan : selektivitas dan flexibilitas yang tinggi, pengaruh personal yang kuat, dan dapat diukur.

- Point of Purchase

Merupakan bentuk display untuk mendukung periklanan yang memiliki fungsi periklanan secara lengkap.

- Merchandising Schemes

Merupakan bentuk periklanan yang berusaha mempertahankan pembelian lewat celah – celah yang dilupakan pesaing. Bentuk periklanan ini dapat berupa potongan harga, voucher hadiah, hadiah ekstra, dan sebagainya.

c. Media Luar Ruang

Beberapa acuan buku memasukkan poster, spanduk dan transit ad (misalnya iklan di bis/panel bis) di samping papan reklame sebagai bagian dari media luar ruang. Dalam bukunya Rhenald Kasali menekankan media luar ruang adalah papan reklame.

Umumnya media luar ruang yang ditata dengan baik memberikan keuntungan ganda bagi Pemda setempat. Iklan luar ruang disamping mempercantik kota juga sumber pendapatan bagi pemerintah daerah setempat.

(6)

Universitas Kristen Petra Karena itu pegurusan media ini harus mengantongi perijinan dari dinas-dinas kota yang bersangkutan. Instansi tersebut antara lain:

- Dinas Tata Kota

- Dinas Pengawasan dan Pembangunan Kota - Dinas Pertamanan

- Dinas Pekerjaan Umum - Dinas Kebersihan

- Dinas Pendapatan Daerah - Biro Ketertiban Umum

Syarat pemasangan media ini juga mencantumkan standar ukuran reklame, tingginya dari permukaan tanah atau dari atas atap gedung bertingkat, pemakaian stempel khusus dan tidak memasang di tempat-tempat seperti jalan protokol, di sekitar pusat keramaian dan lokasi peribadatan dan sekolah. Namun seiring berjalannya waktu, rupanya yang dipaparkan Rhenald Kasali di bukunya ini justru media luar ruang membidik lokasi-lokasi yang justru dulu dilarang.

Pendirian media luar ruang juga dipengaruhi oleh sosio-kultur masyarakat setempat, di beberapa daerah seperti di Jogjakarta dan Bali, media ini mempunyai peraturan yang sangat ketat. Khususnya di Bali, tinggi papan reklame benar-benar harus diperhatikan sesuai adat maupun kepercayaan setempat. Sedangkan di Jogjakarta, papan reklame sempat diharuskan tidak boleh dekat dengan Kraton Jogja apalagi sampai tingginya menutupi Kraton, namun (lagi-lagi) berjalan seiringnya waktu, aturan inipun agak diperlunak oleh pihak Pemda DI Jogjakarta. (Dekave para.1-4)

Media luar ruang sebagai salah satu sebagai salah satu media konvensional juga ikut mengalami pembaharuan. Dibanding dengan negara-negara di Eropa. Kreativitas media luar ruang di Indonesia masih tertinggal beberapa langkah. Namun bukan berarti tidak ada upaya untuk mengejar ketinggalan tersebut. Transit Ad, salah satu jenis iklan luar ruang juga memiliki kelemahan tersendiri karena hanya mampu menyampaikan pesan secara sekilas, namun bagaimanapun juga, media luar ruang tetap memberikan kontribusi yang cukup besar bagi belanja iklan nasional melalui perannya sebagai reminder terhadap produk, demi mencapai brand awareness masyarakat.

(7)

Universitas Kristen Petra d. Through The Line / Unconventional Media

Melemahnya pamor media konvensional memaksa para pengiklan untuk kembali memikirkan cara-cara baru dalam beriklan. Termasuk bagaimana merancang suatu konsep media baru yang lain daripada yang lain, sebuah media yang dapat menutupi segala kekurangan dari media-media sebelumnnya. Dalam menghadapi tantangan ini Through The Line merupakan salah satu konsep media baru yang diadaptasi oleh para praktisi periklanan Indonesia dari dunia periklanan luar negeri. Belum ada suatu penjelasan ilmiah tentang konsep ini. Tetapi beberapa ahli periklanan di Indonesia telah berhasil menghimpun informasi-informasi penting yang berkaitan dengan Through The Line yang disampaikan Glenn Marsalim pada seminar KMDGI 06 di surabaya.

Sebelum kemunculan Through The Line sebenarnya sudah cukup banyak konsep periklanan dan media placement di Indonesia. Salah satu yang paling populer adalah Above The Line (ATL) dan Below The Line (BTL). ATL lebih menekankan pada periklanan melalui kontak tak langsung dengan khalayak sasaran, dengan menyalurkan pesan iklan melalui media-media pada umumnya separti media cetak, televisi, radio, dan media luar ruang. Sedangkan BTL mengandalkan pada pertemuan dan kontak langsung dengan konsumen, melalui live events, direct mail, point of purchase, merchandising schemes, dan lain-lain

Jika dalam konsep-konsep perancangan iklan sebelumnya telah banyak menekankan tentang pentingnya what to say dan how to say, maka dalam TTL, where to say dan when to say jauh lebih berpengaruh terhdap berhasil atau tidaknya sebuah iklan menyampaikan pesan kepada masyarakat. Selain itu, masih ada dua hal lainnya yang menjadi dasar perancangan TTL yakni intensity dan interplay. Intensity menunjuk kepada point of contact (poin kontak), bisa diartikan sebagai titik-titik kontak dalam kehidupan seorang konsumen yang dapat memperkuat eksistensi sebuah ide dengan cara melibatkan konsumen kedalam ide tersebut. Sedangkan interplay berbicara tentang bagaimana poin-poin kontak itu dapat bekerja sama dan secara berkesinambungan menciptakan impact yang lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Through The Line adalah pemanfaatan semua point of contact yang sesuai dengan perilaku konsumen untuk mencapai

(8)

Universitas Kristen Petra tujuan kampanye periklanan. Dan inilah tujuan sebenarnya yang dimaksud dengan Through The Line. Berbicara langsung kepada konsumen, tanpa perantaraan, juga tanpa halangan. Dengan dasar-dasar konsep yang seperti inilah diharapkan dapat menghasilkan iklan yang tepat dan langsung terarah pada sasaran. 40 tahun yang lalu, Howard Hossage, seorang pakar periklanan mengatakan bahwa tak ada seorang pun yang melihat itu dengan sengaja. Dan hal itu masih berlaku hingga saat ini. Karena itu harus “berteriak” dengan cara-cara yang tidak lazim untuk memperoleh perhatian konsumen. Seperti dikatakan oleh Michael Newman dari Creative Leaps, “It’s said that people recall no more than three or four of the commercial messages thrust at them in a given day. The rest is a waste of space.” Bebarapa tahap mendasar yang membedakan TTL dari konsep perancangan yang lain, dapat dilakukan melalui pendekatan :

- Focus Group

Pada focus group, seorang perancang mencari sekelompok orang yang mewakili target iklannya untuk diteliti kebiasaannya, dan kesehariaannya. Hal ini digunakan untuk mencari aspek-aspek lain yang mendukung pembuatan dari iklan tersebut yaitu :

a) Point of Contact

Tahapan ini termasuk proses yang paling menarik bagi seorang perancang iklan. Karena melalui proses inilah, seorang perancang dapat benar-benar mengenal target iklannya. Pada tahap ini, perancang akan mengambil satu orang atau satu kelompok tertentu yang mewakili keseluruhan konsumen. Selanjutnya satu atau sekelompok orang ini diteliti kesehariannya secara spesifik tentang apa yang akan dilakukannya dan apa yang dilaluinya semenjak bangun di pagi hari, hingga kembali tidur di malam hari. Dalam hal ini termasuk hal-hal sederhana seperti sarapan pagi, mengantar anak ke sekolah, pergi ke kantor, menonton televisi, dan lain-lain. Karena justru melalui kegiatan inilah akan ditemukan poin of contact dengan konsumen, yang nantinya akan sangat menentukan waktu (where to say) dan tempat (when to say) penayangan iklan.

(9)

Universitas Kristen Petra Communication Channels adalah channel-channel komunikasi yang langsung bersentuhan dengan konsumen sasaran sewaktu mereka sedang bergelut dengan kegiatan keseharian mereka. Seperti iklan-iklan online yang mereka temui di dunia internet, televisi, bioskop, toilet, screen saver komputer, majalah, poster di jalan-jalan yang mereka lewati, billboard, stiker di mobil- mobil, halte bus, dan lain-lain. Channel-channel inilah yang berpotensial untuk menjadi area pemasangan iklan yang efektif untuk menjangkau konsumen.

Dengan demikian nampak jelas perbedaan Through the Line dibandingkan dengan strategi perancangan lain di Indonesia. Jika iklan-iklan konvensional hanya mengandalkan komunikasi satu arah dengan serangan-serangan iklan yang tidak berhubungan, maka Through The Line merancang suatu konsep iklan yang sedemikian rupa dengan melibatkan konsumen di dalam kegiatan periklanan tersebut. Terlebih, konsumen tidak hanya dilibatkan, tetapi juga dikenal dan disayangi, demikian menurut Glenn Marsalim. Melalui iklan konsumen diajak untuk ikut mengalami produk/jasa yang diiklankan, bukan sekedar menyalurkan pesan.

Salah satu konsep TTL yang paling populer di Indonesia adalah Ambient media. Meskipun belum banyak yang memahami namun penerapannya mulai dipercaya sebagai jalan keluar bagi masalah periklanan Indonesia. Ambient media merupakan sebutan untuk segala kemungkinan media beriklan yang diciptakan khusus untuk target tertentu melalui cara beriklan yang tidak biasa dan tak terduga.

Dalam workshop Unconventional Media pada 9 Agustus 2006, Djito Kasilo mengatakan beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum merancang sebuah Ambient media, yakni bahwa seorang perancang sepatutnya:

- Mengetahui merek, tujuannya, alur pesan yang akan disampaikan, menganalisa masalah yang sedang dihadapi. pendek kata, mengetahui situasi dan mengenali permasalahan

- Mengubah pesan marketing menjadi pesan kreatif.

- Menyesuiakan iklan dengan point of contact konsumen, yaitu dengan menggunakan medium yang akan terlihat oleh target audience yang sesuai.

(10)

Universitas Kristen Petra - Menguasai dan menyesuaikan dengan ambient-nya.

- Menyampaikan pesan secara langsung dan sederhana. - Menciptakan ide yang tak terduga dan sensasional.

Ambient media bahkan dinobatkan sebagai masa depan iklan, karena menumpulnya kekuatan medium tradisional, yang diikuti oleh meningkatnya kebutuhan komunikasi point of sale (penjualan di tempat). Alasan lain adalah karena kemampuan ambient media untuk berbicara kepada target yang spesifik serta keberadaannya yang memberikan kelenturan kreatif.

2.1.1.3. Strategi Media

Menurut May Lwin dan Jim Aitchison, strategi media dibagi menjadi 4 langkah, yaitu :

- Memilih khalayak sasaran

Terdiri dari 4 faktor yaitu geografis, demografis, penggunaan produk, dan gaya hidup / psikografis.

- Menentukan tujuan media - Memilih kategori media - Membeli media

2.1.1.4. Tujuan Media

Media merupakan sarana atau alat komunikasi yang menyampaikan pesan tertentu kepada masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 569).

Media merupakan alat komunikasi dalam periklanan, maka media memegang peranan penting dalam menyampaikan pesan kepada target audience. Media periklanan meliputi segenap perangkat yang dapat memuat atau membawa pesan-pesan penjualan kepada calon pembeli. (Jefkins 84)

Penentuan media bertujuan untuk mempermudah proses penyampaian pesan dalam sebuah iklan. Karena media menciptakan hubungan yang dibutuhkan antara si pembuat iklan dan masyarakat. Terutama dalam iklan layanan masyarakat, pesan yang terpenting, karena tidak ada pertimbangan keuntungan yang diharapkan oleh pihak penyelenggara. Laba memang bukan menjadi tujuan utamanya, jika pesan tidak tersampaikan maka iklan layanan masyarakat tersebut

(11)

Universitas Kristen Petra dapat digagalkan dalam upayanya memperbaiki keadaan sosial masyarakat. Oleh sebab itulah pemilihan media-media berikut didasarkan atas pemikiran bahwa media-media tersebut akan mampu berbicara langsung kepada khalayak sasaran yang spesifik, sehingga mendatangkan impact yang terarah pula.

Sebuah iklan layanan masyarakat biasanya akan menggunakan prinsip pengulangan pesan dengan nada bicara dan kesan yang berbeda-beda pada beberapa media. Hal ini sekali lagi ditekankan supaya khalayak sasaran dapat merasakan pengulangan sehingga pesan yang ingin disampaikan semakin dekat dan semoga semakin tertanam dalam benak khalayak sasaran. Seakan-akan diingatkan terus menerus tentang suatu pesan yang ingin disampaikan lewat perancangan ini tidak mubazir, tapi sedikit semakin dekat dan teringat dan semoga dapat merubah situasi dan kondisi masyarakat ke arah yang lebih baik.

2.1.1.5. Pemilihan Media

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media yang tepat adalah sebagai berikut.

1. Pasar sasaran

2. Anggaran Periklanan

3. Sifat Saluran Distribusi bagi produk yang bersangkutan 4. Kegiatan Periklanan Pesaing

5. Karakteristik Produk yang Akan Diiklankan 6. Tingkat Kedalaman Pesan

7. Efektivitas Media dalam Menarik Target Audience (Pasar Sasaran) 8. Jangkauan, Frekuensi, dan Dampak Media yang Dipilih

9. Communicaton objective dari beriklan itu sendiri.

Philip Kotler menyimpulkan bahwa ketiga faktor ini dangat penting untuk dipertimbangkan dalam memilih media periklanan yang sesuai

a. Jangkauan (reach) adalah jumlah orang maupun rumah tangga yang melihat media tertentu, paling tidak selama periode waktu yang ditentukan.

b. Frekuensi (frequency) adalah jumlah berapa kali dalam periode tertentu, rata – rata orang atau rumah tangga menerima pesan iklan.

(12)

Universitas Kristen Petra c. Dampak (impact) adalah nilai kualitatif suatu pembeberan iklan lewat media

tertentu. (Widyaningtyas 115-16)

Sedangkan, menurut May Lwin dan Jim Aitchison, dalam bukunya Clueless in Advertising terdapat 5 faktor penting dalam memilih media, yaitu; 1. Jangkauan (Reach=R) : persentase dari khalayak sasaran yang terkena paparan iklan setidaknya sekali selama satu periode waktu tertentu (biasanya empat minggu). Faktor–faktor yang mempengaruhi jangkauan adalah lebih banyak orang yang dapat dijangkau bila menggunakan media yang beragam jumlah dan ragam media yang digunakan.

2. Frekuensi (Frequency=F) : Jumlah rata – rata berapa kali sebuah iklan menjangkau khalayak sasaran dalam periode waktu empat minggu.

3. Bobot (Weight) : Titik Peringkat Bruto atau Gross Rating Point (GRP), menunjukkan jumlah bobot bruto yang mampu disampaikan oleh sebuah jadwal iklan tertentu. GRP=Reach(R) x Frequency (F).

4. Kesinambungan (Continuity) : Bagaimana iklan tersebut dialokasikan selama pelaksanaan sebuah kampanye iklan. Ada 3 metode penjadwalan yaitu berkesinambungan, berdenyut dan bergelombang.

5. Biaya (Cost) : Biaya menjangkau per 1000 khalayak sasaran. Sebagai pertimbangan biaya adalah dengan mengukur efisiensi biaya, bukan efektivitasnya dan Iklan yang menggunakan media tertentu biasanya dibandingkan dengan basis media yang sama dan bukannya secara lintas media (76-7).

Dengan pemilihan dan perencanaan media yang tepat akan membuat setiap dana yang keluar menjadi efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan setiap media mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain.

2.1.2. Tinjauan Iklan

2.1.2.1. Pengertian Iklan dan Periklanan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata iklan didefinisikan sebagai (1) berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan; (2) pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang dalam media massa seperti surat kabar dan majalah (421). Sedangkan menurut Buku Pedoman Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia yang dipublikasikan melalui website PPPI, iklan

(13)

Universitas Kristen Petra adalah “Segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.” (para.1).

Bauran promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran (marketing mix). Sarana promosi yang utama adalah periklanan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan perorangan. Keempat sarana tersebut memiliki kemampuan tersendiri dan saling tumpang-tindih. Agar semua sarana tersebut terkoordinasi secara efektif, diperlukan penetapan sasaran komunikasi dengan cermat (Kotler 202).

Menurut Otto Klepper, istilah advertising berasal dari bahasa latin yang berarti ad-vere yang berarti mengoperasikan pikiran dan gagasan kepada pihak lain (Widyatama 13). Di Perancis istilah iklan disebut dengan reclame yang berarti meneriakkan sesuatu berulang-ulang. Bahasa latin menyebutnya sebagai adverre yang berarti berlari menuju ke depan. Sementara itu, dalam bahasa Arab disebut dengan I’lan. Istilah tersebutlah yang di adopsi kedalam bahasa Indonesia dan sering kita dengar sekarang (Widyatama 14).

Banyak ahli yang memaknai iklan dalam beberapa pengertian. Ada yang memaknai dari sudut pandang komunikasi, murni periklanan, pemasaran, dan dari psikologi. Semua definisi tersebut membawa konsekwesi yang berbeda-beda. Pandangan iklan yang disampaikan oleh Dunn dan Brandan (1978) adalah “iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasif) kepada konsumen oleh perusahaan-perusahaan, lembaga non-komersial, maupun pribadi yang berkepentingan. (Widyatama 15).

Menurut Klepper dalam kutipan Rendra Widyatama , iklan berarti mengoperasikan gagasan kepada pihak lain (15). Hal tersebut tidak jauh dengan apa yang dikatakan oleh Wright bahwa iklan juga merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan sebagaimana kegiatan komunikasi lainnya. Iklan mempunyai kekuatan penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi persuasif (Liliwerti 20).

(14)

Universitas Kristen Petra Sementara itu, definisi periklanan menurut Fandy Tjiptono adalah ”keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan”(270).

Philip Kotler dan Gary Amstrong dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Pemasaran mendefinisikan periklanan sebagai ”bentuk presentasi bukan perorangan dan promosi gagasan, barang, atau jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu”(111).

2.1.2.2. USP

USP merupakan kepanjangan dari Unique Selling Preposition. Terdapat 2 keuntungan mengembangkan USP (Gary 2004) :

a. Membedakan produk dengan kompetitor di mata konsumen/ klien yang potensial.

b. Membuat tim menjadi lebih fokus dalam mewujudkan USP, sehingga meningkatkan kinerja dalam perusahaan.

2.1.2.3. Integrated Marketing Communication (IMC) / Komunikasi Pemasaran Terpadu

Dalam bukunya, Principles of Advertising and IMC, Tom Duncan mendefinisikan Komunikasi Pemasaran Terpadu/Integrated Marketing Communications (IMC) sebagai: “A process for planning, executing, and monitoring the brand messages that create customer relationships” (17). Yang berarti: Sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pesan dari sebuah brand/merek dalam rangka menciptakan hubungan dengan pelanggan/customer.

Sekitar tahun 1980an, banyak perusahaan mulai melihat pentingnya sebuah strategi terpadu untuk promotional tools mereka. Perusahaan-perusahaan ini mulai menggunakan Komunikasi Pemasaran Terpadu /IMC yang melibatkan koordinasi dari berbagi elemen promosi dan kegiatan pemasaran/marketing sehingga mampu menjalin komunikasi dengan customer/pelanggan mereka.

Begitu para marketer mengenal konsep dari IMC, mereka mulai meminta agar biro iklan mereka untuk menggunakan berbagai promotional tools, tidak hanya mengandalkan media advertising/iklan saja. Melihat perkembangan pasar,

(15)

Universitas Kristen Petra banyak biro iklan yang mulai menyediakan jasa promotional tools yang lain seperti public relations, sales promotion dan direct marketing, biro-biro iklan tersebut kemudian menamakan diri mereka sebagai IMC agencies/biro Komunikasi Pemasaran Terpadu (Belch dan Belch 9).

Pada dasarnya proses penyatuan dan standarisasi semua pesan yang beragam ini memerlukan koordinasi dan komunikasi yang berhati-hati (Lwin dan Aitchison 13).

Di sinilah IMC/Komunikasi Pemasaran Terpadu berperan; dimana semua kegiatan dari promotional tools yang berbeda-beda ini mampu membangun pesan (dari perusahaan) dengan tema dan positioning yang sama (Belch dan Belch 10).

Para eksekutif IMC percaya bahwa bahwa semua pelanggan harus mampu memandang semua pesan yang berbeda itu sebagai satu pesan yang lengkap dan menyeluruh (Lwin dan Aitchison 13).

George E. Belch dan Michael A. Belch membahas dalam Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communications Perspective bahwa perkembangan IMC menjadi cerminan adaptasi para marketer seiring dengan: a. Perubahan lingkungan.

b. Konsumen (secara demografis, gaya hidup, penggunaan media, motif belanja dan pembelian).

c. Teknologi (begitu menjamurnya teknologi seperti Internet yang menyediakan informasi dan hiburan dan bersamaan dengan itu kesempatan untuk membeli dan memesan produk atau jasa yang begitu variatif).

d. Media (televisi, radio, majalah dan koran semakin segmented, begitu pula dengan audiensnya 11-12).

Pendekatan IMC membantu perusahaan dalam mengidentifikasi metode komunikasi apa yang paling tepat dan paling efektif, juga membantu dalam membangun hubungan dengan pelanggan/customer mereka sebaik hubungan dengan stakeholder/pihak-pihak lain yang terkait seperti: para karyawan, supplier/pemasok, investor, interest groups dan masyarakat umum (Belch dan Belch 10).

(16)

Universitas Kristen Petra Hubungan antara promotion/promosi, promotional mix serta Integrated Marketing Communication (IMC) menurut Richard J. Semenik dapat dilihat dari bagan di bawah.

Gambar 2.1. Hubungan antara Promosi, Promotional Mix dan IMC Sumber: Promotion and Integrated Marketing Communications 2002

2.1.2.4. Fungsi Iklan

Iklan memiliki empat fungsi utama, yaitu menginformasikan khalayak mengenai seluk beluk produk (informative), mempengaruhi khalayak untuk membeli (persuading), dan menyegarkan informasi yang diterima khalayak (reminding), serta menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu khalayak menerima dan mencerna informasi (entertaiment).(Tjiptono 226)

Tidak jauh berbeda dengan yang disimpulkan oleh Rendra Widyatama dalam bukunya yang berjudul Pengantar Periklanan, 4 pokok fungsi yang diemban oleh iklan adalah

- Iklan mampu memiliki fungsi untuk memberikan informasi, yaitu bahwa iklan memberikan informasi-informasi yang berharga bagi khalayaknya. Informasi tersebut dapat berupa pengenalan adanya produk, bagaimana cara menggunakannya, manfaat tambahannya, perkembangan produk, dimana dan kapan produk dapat dibeli dan sebagainya.

- Kedua, iklan mampu mengemban fungsi mempersuasi khalayak, yaitu membujuk konsumen agar mengikuti apa yang disarankan dalam isi pesan iklan.

- Ketiga, iklan mampu mengemban fungsi untuk mendidik khalayak atas suatu konstruksi tertentu. Sesuatu yang diajarkan tersebut dapat berupa cara pemakaian, perakitan, pemasangan, penggunaan produk dan semacamnya. Keempat, iklan mampu memberikan hiburan kepada khalayaknya. Dewasa ini, persaingan sudah semakin ketat. Banyak iklan bermunculan sehingga tidak jarang

Proses Alat Manajemen

(17)

Universitas Kristen Petra menyebabkan kebosanan. Melihat fenomena semacam itu, maka perlu rekayasa yang canggih yang tetap mampu memenangkan persaingan memperebutkan perhatian khalayak. Bila iklan tersebut telah mampu mewujudkannya, maka iklan tersebut termasuk iklan yang advertiment (perpaduan antara advertensi dan entertaiment) (151-2).

2.1.2.5. Jenis - Jenis Iklan

Disampaikan oleh May Lwin dan Jim Aitchison pada bukunya yang berjudul Clueless in Advertising jenis-jenis iklan dibagi menjadi 6, yaitu :

- Iklan Strategis

Iklan Strategis digunakan untuk membengun merek. Hal itu dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk. Perhatikan utama iklan strategis ini dalam jangka waktu panjang adalah “memposisikan” merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar. Iklan ini mengundang konsumen untuk menikmati hubungan dengan merek serta meyakinkan ulang bahwa merek ini tetap tersedia bagi para pengguna yang sudah ada.

- Iklan Taktis - Iklan Ritel - Iklan Korporat

- Iklan Bisnis kepada bisnis - Iklan Layanan Masyarakat

2.1.2.6. Tujuan Periklanan

Dilihat dari tujuannya, dan diserap dari segi praktisnya, dapat dikatakan bahwa iklan merupakan sarana penyampai pesan dari produsen kepada konsumen dengan tujuan untuk mempengaruhi mereka agar membeli barang atau jasa. Sarana penyampaian pesan ini mengambil bentuk seperti dengan lisan, tulisan, teriakan, tercetak, terpancar (radio, film, televisi, slide, dan lain-lain).

Mengingat iklan adalah salah satu bentuk komunikasi, maka tujuannya haruslah dapat menjawab tujuan komunikasi. Dengan kata lain, tujuan utama komunikasi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan sasaran audience tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.

(18)

Universitas Kristen Petra Menurut Uyung Sulaksana, tujuan dari promosi dapat dijabarkan sebagai berikut (Sulaksana 59-60):

1. Menginformasikan (informing) dapat berupa:

a. Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru. b. Memperkenalkan cara pemakaian baru dari produk tertentu. c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar.

d. Menjelaskan cara kerja suatu produk.

e. Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan perusahaan. f. Meluruskan kesan yang keliru.

g. Mengurangi ketakutan atau kekawatiran (calon) pembeli. h. Membangun citra perusahaan.

2. Mempengaruhi dan membujuk (persuading) untuk: a. Membentuk pilihan merek

b. Mengalihkan pilihan ke merek tertentu.

c. Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk. d. Mendorong pembeli akan tempat-tempat outlet penjualan. e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga. 3. Mengingatkan (reminding) dapat berupa:

a. mengingatkan pembeli bahwa produk dibutuhkan dalam waktu dekat. b. mengingatkan pembeli akan tempat-tempat outlet penjualan.

c. membuat pembeli tetap ingat walau tidak ada kampanye iklan.

d. menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan. Misalnya bila pembeli ingin membeli pasta gigi, diharapkan ingatan pertamanya adalah merek Pepsodent (top of mind).

Gambar 2.2 Tujuan Komunikasi TUJUAN

KOMUNIKASI

RESPON

KHALAYAK PEMBELIAN PROSES

Informing Persuading Reminding Efek Kognitif Efek Afektif Efek Konatif Attention Interest Follow-Up

(19)

Universitas Kristen Petra

Tujuan promosi juga dapat dikategorikan sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut (Sulaksana 60):

a. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need). b. Memperkenalkan dan memberi pemahaman tentang suatu produk kepada

konsumen (brand awareness).

c. Mendorong konsumen untuk memilih merek tertentu (brand attitude). d. Membujuk pelanggan untuk membeli (brand purchase intention).

e. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase facilitation). f. Menanamkan citra produk dan perusahaan di benak konsumen (positioning).

2.1.2.7. Sejarah Periklanan

Menurut Jack Angel, bentuk iklan yang paling awal adalah disampaikan melalui komunikasi lisan. Yaitu penyampaian pesan dari komunikator pada komunikannya dalam bentuk personal yang dilakukan secara tatap muka melalui mulut ke mulut (word of mouth). Praktek semacam ini terjadi oleh para ahli sejarah periklanan disebut sebagai bentuk mentransfer data. Bentuk iklan semacam ini terjadi khususnya ketika jaman batu muda, yang terjadi kurang lebih 5000 tahun sebelum masehi. Pada saat itu, manusia saling menukar barang yang mereka miliki dengan saling menukar barang untuk berkomunikasi melalui komunikasi lisan. Bahasa yang disampaikan masih sangat sederhana dan cenderung sangat tidak terstuktur dengan baik dan efektif. Bahkan, karena belum banyak terjadi kesepakatan dalam melambangkan sebuah konsep dan ide dalam sebentuk kata-kata, pesan akhirnya banyak disampaikan dengan bantuan bentuk komunikasi non verbal visual melalui gerak tubuh (gestural).

Pada masa Yunani kuno, praktik periklanan lisan masih banyak dilakukan oleh para penjaja barang (salesman) yang berteriak keliling kota. Menurut Jack Angel (1980), praktek periklanan semacam ini mendapatkan tempat karena kebanyakan masyarakat sekalipun kelas atas, banyak yang tidak mampu baca tulis. Mereka lebih mengenal simbol-simbol visual bukan tertulis dan komunikasi verbal. Ketika manusia mulai mengenal tulisan, iklan yang paling banyak digunakan dengan media yang disediakan alam seperti batu, tanah liat, daun

(20)

Universitas Kristen Petra papyrus, kulit binatang, namun kegiatan beriklan yang disampaikan melalui komunikasi visual tidak serta merta berhenti. Ketika papyrus digunakan sebagai kertas tulis, media ini juga dipakai untuk menulis pesan-pesan iklan. Dari penggalian atas reruntuhan kota Herculaneum dan kota tua Pompei dekat Roma, ditemukan adanya iklan “lost and found” (cari dan temukan) yang tertulis di atas papyrus. Iklan-iklan yang ditempelkan di dinding-dinding kota tersebut berisikan tentang informasi-informasi budak yang melarikan diri. Selain itu, iklan ini juga memuat pesan tentang pertarungan para gladiator. Papyrus tersebut ditulis dengan menggunakan pena yang terbuat dari alang-alang. Di kota Pompei iklan-iklan yang dibuat oleh para politisi dalam bentuk graffiti sebagai propaganda guna menarik masyarakat agar memilih dirinya saat pemilihan umum. Iklan yang sama juga banyak dijumpai di Yunani.

Perkembangan iklan cetak sebagaimanan dikenal sekarang ini (paling tidak sebagai sebuah konsep dasar), sudah dilakukan mulai jaman Mesopotamia dan Babilonia yang terjadi kurang lebih pada tahun 3000 sebelum masehi. Pada saat itu, iklan menggunakan logo, tanda (sign) dan simbol-simbol visual sebagai wahana periklanan yang ditempel pada produk-produk yang diperdagangkan. Simbol-simbol tersebut digunakan untuk menandai ciri khas produk mereka dengan produk lain, sekaligus sebagai penanda keunggulan produk tersebut.

Dalam melakukan kegiatan periklanan sebelum menawarkan barang dagangannya, para penjual tersebut terlebih dahulu mempelajari calon konsumen yang akan dituju, agar barang dagangannya cepat laku dijual.

Mereka menyesuaikan antara produk yang ditawarkan dengan pesan yang digunakan dengan kesukaan dan adat kebiasaan yang dimiliki oleh komunikan.

Pada jaman Romawi kuno, iklan juga digunakan dalam bentuk stempel batu. Stempel tersebut banyak digunakan oleh para dukun untuk menjajakan ramuan obat-obatan yang dibuatnya. Stempel tersebut juga sering dicapkan pada punggung budak belian.

Sementara itu, praktek penyampaian pesan melalui tulisan juga terjadi dibeberapa peradaban, misalnya Mesir, Yunani, dan Romawi. Di Mesir penyampaian pesan dilakukan antara lain menggunakan pahatan batu yang dipahat di dinding-dinding piramid. Masyarakat mengetahui berbagai informasi tentang

(21)

Universitas Kristen Petra raja dan kekuasaannya juga melalui dinding-dinding piramid tersebut. Gambaran tersebut menyimpulkan penyebaran pesan ternyata telah dikenal secara baik pada masyarakat masa itu.

Pesan iklan juga ditemukan dalam bentuk petunjuk yang digunakan untuk memberi identitas toko. Pasca era Julius Casear di awal abad pertengahan, iklan semacam ini banyak digunakan oleh pemilik toko. Tanda-tanda yang digunakan sebagai simbol-simbol sederhana yang memungkinkan khalayak segera mengenali toko tersebut.

Menurut beberapa literatur, praktek periklanan di jaman Romawi dinilai lebih maju dibanding yang dilakukan oleh bangsa Mesopotamia, Babilonia dan Mesir. Selain karena pesan dituliskan pada dinding kota yang banyak dilalui oleh masyarakat, mereka juga memperhatikan aspek kecepatan dan aktualitas pesan. Informasi baru segera dituliskan untuk menggantikan informasi lama, sehingga mutu informasi menjadi sangat baik. Bentuk keistimewaan lain yang dilakukan oleh bangsa Romawi yaitu bahwa dalam menyampaikan pesan, mereka mulai mengarahkan pesan dan produk pada segmen pasar yang jelas karena segmen pasar itu telah direncanakan secara matang sebelumnya. Konsumen mulai dipersuasi untuk dimunculkan motivasinya mendapatkan barang yang ditawarkan. Penyampaian pesan yang terjadi pada jaman mesopotamia sebagaimana dilakukan oleh sales promotion yang pada intinya mengantar barang secara langsung kepada konsumen, mulai ditinggalkan. Sebaliknya, melalui sistem “periklanan”, konsumen dihantarkan kepada barang-barang setelah dipersuasi dengan informasi mengenai barang-barang tersebut.

Bila dikaji lebih jauh, iklan sebagai sebuah prinsip penyampaian pesan, juga dilakukan oleh nenek moyang kita sejak lama, yaitu di masa kerajaan-kerajaan kuno. Bentuk iklan tersebut dapat dijumpai khususnya pada berbagai prasasti yang dibuat oleh para raja. Sebagaimana diketahui, umumnya prasasti adalah upaya dokumentasi yang dilakukan oleh kerajaan tentang berbagai hal. Tidak jarang dokumentasi tersebut merupakan pesan yang secara sengaja dirancang sedemikian rupa untuk membangun citra kebesaran raja. Artinya, isi pesan tidak lagi sesuai kenyataan, melainkan sudah dilakukan rekayasa semata-mata digunakan untuk menggambarkan citra baik.

(22)

Universitas Kristen Petra Perkembangan iklan juga bertambah lagi setelah manusia menemukan kertas menggantikan media tulis yang ada. Menurut literatur, Cina merupakan bangsa pertama yang menemukan kertas, yaitu pada tahun 1275. melalui media ini, manusia tidak lagi banyak menggunakan kulit binatang, dedaunan, batu dan tanah liat untuk menuliskan pesan iklannya.

Perkembangan periklanan agaknya makin mendapatkan daya dorong, ketika Johannes Guttenberg dari Mainz Jerman, menemukan mesin cetak handpress pertama pada tahun 1455. Dalam sejarahnya, awalnya penemuan Guttenberg tidak terlalu diperhatikan orang, sampai akhirnya digunakan oleh para misionaris gereja dan para penulis lepas. Masyarakat luas tidak ada yang menggunakan cetak cara Guttenberg untuk menyampaikan pesan periklanan. Menurut beberapa literatur, yang dianggap sebagai iklan pertama dalam sejarah yang dicetak diatas media kertas adalah iklan yang menawarkan buku-buku doa agama kristen pada tahun 1472 di Inggris. Iklan tersebut dicetak dalam bentuk poster.

Tokoh yang berperan dalam pencetakan pesan-pesan yang terkait dengan agama Kristen tersebut dilakukan oleh seorang pendeta bernama William Caxton. Selain membuat iklan buku-buku agama, Caxton juga mencetak aturan-aturan gereja yang ditempel di pintu gereja.

Pada tahun 1622 di Inggris, muncul surat kabar pertama. Surat kabar yang dinamai Weekly News tersebut didirikan oleh Nicholas Bourne dan Thomas Archer. Pada tahun 1650 The Weekly News mulai menyertakan iklan. Awalnya iklan yang di pasang masih bersifat terselubung, karena masih belum dikenal cara-cara yang lebih profesional dalam penanganannya. Barang-barang yang ditawarkan pada umumnya tentang barang kebutuhan pribadi dan keluarga.

Perkembangan iklan makin meningkat ketika masa revolusi industri terjadi. Iklan cetak berkembang lebih cepat di Inggris ketika Richard Steele menerbitkan surat kabar bertajuk Tatler pada tahun 1709.

(23)

Universitas Kristen Petra - Sejarah Periklanan di Indonesia

Indonesia dulu dikenal dengan nama Hindia Belanda. Awal mula pemanfaatan iklan di Hindia Belanda tak bisa dilepaskan dari penggunaan teknologi percetakan. Percetakan dikenal sejak kedatangan Belanda di kepulauan ini yang terpikat oleh perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1602 para pedagang besar dan penguasa Belanda tergabung dan bekerja sama dalam sebuah organisasi dagang bernama Verenigde Nerderlandche Oost-Indiche Compagnie (VOC), mendatangkan percetakan ke Hindia Belanda. VOC menggunakan untuk mencetak peraturan-peraturan, sedangkan para misionaris untuk menerbitkan literatur-literatur agama dalam bahasa daerah.

Pada 1615 terbit sebuah berita setempat berkala dengan tulisan tangan, Memorie De Nouvelles di Ambon. Sejak abad ke-16, Belanda merupakan pusat penulisan silografi (tulisan tangan indah) di Eropa. Tulisan tangan juga digunakan oleh Jan Pieterzoon Coen, pendiri Batavia dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1619-1629, menulis iklan untuk melawan aktivitas perdagangan oleh portugis. Tulisan tangan ini juga digunakan pada iklan poster. Lebih dari satu abad kemudian, setelah Jan Pieterzoen Coen meninggal, tulisan tangannya diterbitkan kembali di surat kabar “Bataviaasche Nouvelles” pada tanggal 17 Agustus 1744, atas prakasa karyawan sekretariat dari kantor Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff, Jan Erdman Jourdans. “Bataviaasche Nouvelles” merupakan surat kabar pertama di Indonesia, mesti usianya tak lebih dari dua tahun, surat kabar ini sangat berjasa dalam meletakkan dasar bagi periklanan dan pers Indonesia. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa surat kabar dan iklan lahir tepat bersamaan di negeri ini. Sejak itu, hampir seluruh halaman surat kabar “Bataviaasche Nouvelles” dipenuhi oleh iklan.

Pemanfaatan iklan untuk menunjang pemasaran, juga sudah lama dikenal para pengelola surat kabar. Surat kabar Indonesia “Tjahaja Siang”, terbit di Minahasa tahun 1825, telah mengiklankan produk obat-obat tradisional. “Tjahaja Siang” adalah surat kabar pribumi yang pertama kali memanfaatkan iklan sebagai penunjang pemasaran, yang iklannya disebarluaskan sampai ke Eropa. Kemudian disusul oleh “Soerabaja Advertentie Blad”, surat kabar di Surabaya, yang pertama

(24)

Universitas Kristen Petra kali diterbitkan tahun 1836. Surat kabar “Bientang Timoor”, Padang dalam penerbitan nomor 4 Januari 1865 memuat iklan yang berbunyi :

Siapa siapa njang biasa trima soerat kabar bernama Bientang Timoor soeka diteroeskan ini taon 1865, dikasi taoe njang oewangnja itoe soerat kabar, harganja f. 15,- bole lekas dikirimkan sama njang kloearken itoe soratkabar.

Sampai memasuki abad ke-20, kegunaan iklan masih terbatas pada memberikan informasi secara ringkas dan jelas tentang suatu produk kepada konsumen. Di tahap ini, para pengiklan belum memikirkan dan menggunakan unsur persuasi dalam iklan-iklan mereka. Dari sisi kreativitas, desain iklan terbatas pada deretan tulisan tangan indah (silografi) dengan tipografi yang sederhana (iklan baris). Baru pada tahun 1870-an desain iklan mulai menampilkan unsur-unsur naskah atau teks dan ilustrasi dalam suatu penataan komposisi layout yang artistik (iklan display). Menurut Bedjo Riyanto dalam Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat di Jawa Masa Kolonial (1870-1915), sebagaimana dikutip oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (2004), bentuk pribumisasi dalam desain grafis iklan surat kabar dimulai pada abad ke-20, yakni dengan tampilnya rancangan iklan yang mengangkat khazanah visual kehidupan masyarakat lokal. Pengaruh perupaan Barat, yakni sentuhan gaya Art Nouveau dan Art Deco, juga kian tampak.

Hingga periode antara tahun 1900-1928 belum ditemui artikel atau tulisan yang membahas tentang peran dan fungsi iklan yang sebenarnya. Pada masa itu, iklan masih semata-mata, dimanfaatkan untuk menjual produk oleh para produsen, dan untuk menunjang kehidupan surat kabar. Pada periode tahun 1920-an sampai 1930-an, terlihat juga adanya kecenderungan iklan-iklan menggunakan model wanita. Padahal, banyak di antara produk-produk yang diiklankan tidak melulu ditujukan untuk wanita.

Depresi ekonomi dunia tahun 1929-1930 mempunyai dampak sangat luas, termasuk terhadap industri periklanan di Hindia Belanda. Banyak perusahaan asing terpaksa menghentikan kampanye periklanannya. Utamanya, karena merosotnya pemasaran produk-produk mereka. Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan periklanan kecil masih dapat bertahan, karena klien-klien merekapun

(25)

Universitas Kristen Petra umumnya adalah dari industri kecil, seperti rokok, sabun dan bedak. Periode ini juga ditandai dengan dimulai munculnya tulisan-tulisan tentang periklanan dan tentang perlunya ditingkatkannya efisiensi dalam pemasaran. Banyak pula jurnal atau suratkabar yang meliput keberhasilan pengusaha-pengusaha terkenal dalam mengelola perusahaannya berkat periklanan.

Tahun 1930, beberapa iklan dari jenis “baru” mulai dikenal. Antara lain, iklan pencari kerja, pernikahan, kematian dan iklan travel (perjalanan). Sejak tahun itu pula menjamur kembali tumbuhnya perusahaan-perusahaan periklanan baru.

Periode 1930-1942 juga merupakan awal pulihnya perekonomian Hindia Belanda dari akibat pengaruh depresi ekonomi dunia. Perusahaan-perusahaan periklanan pun mulai bergairah kembali, bahkan mulai terlihat kecanggihan teknologi periklanan. Meskipun istilah “memposisikan produk/merk” itu sendiri mungkin belum dikenal, namun dalam prakteknya, sudah ada yang melakukannya. Beberapa perusahaan periklanan telah menerapkan product/ brand positioning pada iklan-iklan yang mereka ciptakan, dengan tujuan untuk memposisikan produk / merk agar dipersepsikan secara unik dan khas di benak khalayak sasarannya. Perusahaan periklanan Sucess misalnya, memposisikan kliennya, Philips, sebagai merek untuk produk-produk yang sangat ekonomis. Ia mengungkapkannya dalam slogan yang terkenal, “menjimpen banjak oeang ataoe pembajaran stroom”.

Hingga tahun 1940-an pasar Hindia Belanda pada umumnya sangat didominasi oleh produk-produk manufaktur. Baik yang diimpor dari Eropa, Jepang atau Amerika Serikat, maupun produksi Hindia Belanda. Kategori produk-produk ini berinti pada jenis kebutuhan sehari-hari atau industri perumahan, seperti batik dan rokok kretek.

Adapun kecenderungan periklanan pada era 1930-an, antara lain: a. Single minded

Pada tahun 1930-an juga berkembang tuntutan klien pada perusahaan periklanan untuk menciptakan pesan-pesan iklan yang lebih terfokus dan efisien. Dalam pengertian, para perusahaan periklanan dituntut untuk

(26)

Universitas Kristen Petra menyederhanakan iklan-iklan yang mereka ciptakan. Baik bentuk verbal maupun yang dengan ilustrasi.

b. Memperhatikan aspek-aspek penting iklan

Kalau kita simak, contoh-contoh iklan masa itu, cenderung menampilkan tiga aspek penting yang tetap relevan sampai sekarang, yaitu, pertama, periklanan saat itu sudah dituntut untuk memilih kata-kata yang sederhana dan langsung, sehingga maknanya dapat lebih cepat ditangkap oleh calon konsumennya. Kedua, kata-kata yang dipilih harus pula punya kaitan dengan produk yang diiklankan. Ketiga, iklan harus mampu secara cepat diidentifikasikan oleh khalayak sasarannya sebagai produk khusus untuk mereka.

c. Belajar dari pengalaman bangsa lain

Diperkenalkannya metode dan teknik baru periklanan di Indonesia, telah menyebabkan banyak perusahaan kecil dan menengah tumbuh menjadi perusahaan besar. Mereka umumnya mempelajari teknik-teknik baru periklanan dari negara-negara maju.

Dunia Periklanan Indonesia mengalami kemunduran ketika Jepang mengambil alih Indonesia pada tahun 1942 setelah menang dalam Perang Dunia I. Bahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi masyarakat, dialihkan ke ekonomi untuk pemerintah, atau ekonomi perang. Kebijaksanaan ekonomi ini bertumpu pada prioritas pembangunan fasilitas-fasilitas strategis untuk pertahanan dan keamanan. Misalnya, pembangunan jalan raya, kereta api, dan pemindahan romusha (pekerja paksa). Kampanye-kampanye periklanan pun yang semula bertujuan komersial, berubah menjadi propaganda politik, atau untuk mendukung kepentinagn militer pihak Jepang.

Iklan-iklan yang masih bertahan pada masa pendudukan Jepang adalah dari perusahaan-perusahaan batik, rokok kretek, percetakan dan bidang profesi seperti dokter atau medis lainnya. Sedangkan perusahaan-perusahaan besar (utamanya perkebunan dan mobil) yang berkembang pada masa Belanda, telah terlanjur hancur pada saat pendudukan Jepang. Masa-masa awal pendudukan Jepang juga ditandai dengan banyaknya iklan untuk mencari tenaga kerja, serta munculnya banyak perusahaan periklanan yang dimiliki oleh orang-orang Arab.

(27)

Universitas Kristen Petra Iklan-iklan lainnya cukup menonjol dan mendominasi suratkabar-suratkabar adalah iklan bioskop yang banyak menayangkan film-film Jepang seperti Sekai Tsugu dan Yukino Shigun.

Dibandingkan dengan periklanan zaman Hindia Belanda, iklan pada masa pendudukan Jepang justru cenderung lebih sederhana. Kebanyakan menggunakan pesan verbal tanpa gambar. Hal ini mungkin merupakan dampak lain dari kebijaksanaan politik Jepang yang lebih mementingakn industri-industri alat perang serta yang langsung untuk kepentingan tanah airnya sendiri. Meskipun demikian, banyak kasus yang membuktikan, bahwa Jepang menjadikan propaganda dan iklan, juga sebagai wahana untuk melakukan invasi kebudayaan.

Untungnya, Jepang hanya bertahan seumur jagung di Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah Jepang kalah dari sekutu dari Perang Dunia II. Soekarno-Hatta pun memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pemerintahan baru dibentuk. Segala kebijakan negara dibuat. Sayangnya dalam masa transisi ini, Belanda masih berusaha menguasai kembali Indonesia. Maka pecahlah perang revolusi kemerdekaan. Masa revolusi kemerdekaan inilah yang disebut sebagai awal kemunculan Iklan layanan masyarakat di Indonesia.

Beberapa iklan pertama yang muncul di surat kabar memuat himbuan yang mengajak warga melanjutkan perjuangan, mempertahankan kemerdekaaan, serta mengumpulkan dana untuk perang dan membantu korban perang. Ada pula iklan ucapan bela sungkawa atau ucapan terima kasih yang digunakan sebagai upaya mengangkat solidaritas rakyat dalam perjuangan.

Iklan-iklan tersebut tercatat sebagai jenis iklan-iklan layanan masyarakat pertama dalam sejarah priklanan Indonesia. Perjuangan memenangkan perang sebagai pemicu lahirnya layanan masyarakat di Indonesia itu, ternyata mirip dengan yang terjadi di Amerika Serikat tahun 1939. Hanya saja, praktisi periklanan Amerika menggunakan iklan layanan masyarakat ini lebih untuk membantu para korban bangsa Amerika dalam Perang Dunia I. Selain iklan-iklan penghimpun dana, di Indonesia saat itu praktis hanya terdapat iklan-iklan yang menawarkan jasa perbaikan radio dan alat-alat kantor. Memang banyak sekali barang-barang yang rusak akibat peperangan atau perebutan kembali oleh anggota masyarakat terhadap barang-barang yang dikuasai anggota tentara Jepang.

(28)

Universitas Kristen Petra Ciri lain dari periklanan di masa awal kemerdekaan adalah banyaknya iklan ucapan belasungkawa atau ucapan terima kasih dari keluarga yang kehilangan sanak saudaranya. Dari sisi lain, banyaknya iklan belangsukawa ini juga telah ikut mengangkat solidaritas rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Sementara itu, iklan pertama yang menawarkan produk pada masa ini adalah untuk bahan kebutuhan pokok masyarakat, seperti iklan dan sabun. Meskipun demikian, pengharapan pesannya masih meniru pola masa pendudukan Jepang yang hanya memanfaatkan unsur verbal, dan kurang memikirkan aspek persuasi.

Praktis pada saat itu iklan-iklan komersial tidak terlalu banyak. Kondisi ekonomi nasional masih terpuruk, dan ini berpengaruh pada kemampuan para pengusaha untuk beriklan. Mereka sangat selektif mengeluarkan biaya. Hal ini disebabkan pula oleh belum begitu banyak variasi produk di pasar, sehingga fenomena yang terjadi adalah pembeli mencari barang (seller market), bukan sebaliknya. Hal ini memang di satu sisi sangat menguntungkan bagi para penjual, karena mereka tak perlu beriklan unutk mempromosikan barang, tetapi pembeli pasti akan datang membeli, karena tuntutan kebutuhan.

Setelah perjanjian konferensi meja bundar pada 27 Desember 1949, sebagian besar perusahaan, seperti perusahaan minyak, pengangkutan perkapalan dan perbankan masih menggunakan modal dan penggelolaan Belanda. Sedangkan usaha-usaha kecil, termasuk biro-biro iklan, masih belum pula bersatu. Padahal jumlah perusahaan-perusahaan periklanan ini cukup banyak. Misalnya, di Jakarta pada saat itu terdapat 21 perusahaan periklanan, sementara di Bandung terdapat 7. Di luar Jawa (Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan) terdapat sekitar 20 perusahaan periklanan. Sebaliknya perkembangan media cetak hingga tahun 1958 masih terbelakang, hal ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan percetakan yang masih dikuasai oleh Belanda.

Untungnya secara perlahan, keadaan pasar mulai membaik. Produk-produk baru bermunculan, berbagai produk industri seperti minyak goreng, bir kalengan, dan papan tripleks diiklankan disurat kabar. Yang menonjol adalah iklan obat-obatan, yang kemunculannya sempat membuat pemerintah merasa perlu untuk menetapkan suatu peraturan khusus untuk menertibkannya. Ini tak lain karena

(29)

Universitas Kristen Petra obat-obatan tersebut umumnya diragukan kegunaannya bagi konsumen. Iklan lain yang cukup menonjol adalah produk otomotif. “Shell” giat beriklan produk minyak. “General Motor” mengiklankan mobil dan “Good Year” mengiklankan ban. Ketiganya merupakan perusahaan-perusahaan yang rela menghabiskan banyak dana untuk beriklan.

Tren kreatifitas periklanan di era ini ditandai dengan terfokusnya inti pesan iklan pada kebutuhan untuk mengumumkan keberadaan atau kesetiaan produk dipasar. Disisi lain, kunci sukses pemasaran terletak pada kemampuan produsen untuk menciptakan produk baru, bukan pada kebolehan perusahaan menggali ide atau membuat eksekusi pesan iklan yang unik. Tetapi ada 1 perkembangan menarik yang terjadi di era ini. Yakni mulai dipergunakannya logo dan gambar dalam berbagai iklan. Model iklan yang menonjolkan pesan-pesan verbal mulai bergeser. Para pengiklan menyadari pentingnya logo dan gambar dalam produk yang ditawarkan ke pasar. Penggunaan logo dan gambar juga mendatangkan bisnis baru bagi biro-biro reklame, yaitu merancangkan logo yang sesuai dengan citra perusahaan.

Pada periode 1960-1972, perkembangan dunia usaha sudah jauh berbeda dengan situasi jaman kolonial. Organisasi dan pengelolaan perusahaan-perusahaan yang semula kecil dan sederhana, telah berkembang menjadi besar dan kompleks. Termasuk yang terdapat pada perusahaan-perusahaan periklanan. Telah mulai pula diakui peran dan fungsinya sebagai kepanjangan (extention) dari bagian pemasaran di perusahaan-perusahaan pengiklan. Bahkan seorang praktisi pemasaran berani menyatakan bahwa sukses pengelolaan suatu perusahaan besar dalam iklim ekonomi saat itu, meletakkan manajemen periklanan sebagai pemegang tanggung jawab terberat. Bahwa dengan manajemen periklanan yang baik, sebuah perusahaan akan mampu beradaptasi lebih jauh ke depan. Karena manajemen periklanan membuat perusahaan bukan saja akan menguasai perencanaan dan organisasinya, namun juga pelaksanaan tugas dan pengendaliannya.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan periklanan lainnya pun mulai berkembang. Beberapa perusahaan baru yang cukup besar ikut pula meramaikan periklanan di Indonesia. Produk-produk impor meskipun tidak cukup banyak

(30)

Universitas Kristen Petra untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat, tetapi masih banyak dibandingkan situasi sebelum tahun 1960.

Situasi ini tidak bertahan lama, karena sejak tahun 1963 perekonoomian Indonesia ternyata semakin parah. Produk-produk imporpun menurun tajam. Terjadinya konfrontasi politik dengan negara-negara industri utama saat itu, khususnya dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Konfontasi ini berdampak langsung terhadap perekonomian negara. Hutang luar negeri relatif sangat tinggi, dan inflasipun meraja lela hingga kepuncaknya ketika mencapai sekitar 65%. Dalam situasi seperti itu, tentu sulit bagi suatu perusahaan untuk dapat berkembang. Begitu pula yang terjadi dengan perusahaan-perusahaan periklanan. Kalau terjadi peningkatan, namun dengan situasi moneter yang sangat buruk, tentu saja setiap perkembangan yang terjadi disuatu perusahaan menjadi semu sifatnya. Situasi ini berjalan terus hingga tahun 1966, awal munculnya pemerintah orde baru dibawah pimpinan Jenderal Soeharto.

Orde baru ternyata cukup sigap mengembalikan kestabilan politik dan ekonomi dalam negeri. Selain berupaya keras mengendalikan inflansi, pemerintah juga membuka peluang sebesar-besarnya bagi infestasi baru. Konfrontasi dengan negara-negara liberal pun lambat laun dihapuskan dan membuka lagi peluang bagi perdagangan luar negeri yang lebih terbuka dan dinamis. Lebih lagi setelah undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDM) disahkan, telah sangat merangsang investasi dalam negeri dan menjamin adanya kepastian berusaha.

Ditahun 1967, tahun yang sama dengan dikeluarkannya undang-undang PMDM tersebut, di Jakarta lahir perusahaan periklanan “InterVista Ltd. Inc”, yang didirikan dan dikelola oleh Nuradi. “InterVista” dianggap sebagai perintis periklanan modern di Indonesia. Intervista pula yang dianggap menjadi perusahaan periklanan pertama yang beroperasi dalam kapasitas pelayanan periklanan meneluruh (full service advertising agency).

Sebagai perusahaan periklanan modern “intervista” juga tercatat aktif dalam membantu kampanye-kampanye pemsaran sosial ( Sosial Marketing) atau periklanan layanan masyarakat (public sevice advertising). Kampanye-kampanye ini merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia dimasa itu. Salah satu karya besar “Intervista” yang bahkan tetap digunakan hingga saat ini adalah Kartu

(31)

Universitas Kristen Petra Menuju Sehat. Sebuah petunjuk sangat praktis bagi para ibu untuk memeriksa dan merawat kesehatan bayinya.

Setahun setelah dikeluarkannya Undang-undang PMDN, dikeluarkan pula Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengatur tata cara penanaman modal asing di Indonesia. Undang-undang ini bukan saja memberi jiwa keterbukaan pada masuknya modal asing, tetapi juga telah lebih merangsang lagi peningkatan investasi di Indonesia. Undang-undang PMA ini bahkan memberi dampak langsung pada peningkatan tajam bisnis periklanan. Investasi oleh para pemodal asing rupanya membawa konsekuensi lain bagi periklanan. Para pemodal ini yang umumnya sudah terbiasa dengan sitem perekonomian dan perdagangan liberal, rupanya menuntut adanya pula sarana promosi dan periklanan yang baik di Indonesia.

Kebijakan ekonomi orde baru itu juga dimanfaatkan oleh biro reklame asing. Sejumlah biro reklame asing mulai beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1969 berdiri pula “Benson SH Ltd”., perusahaan periklanan pertama yang berafiliasi dengan perusahaan asing di Indonesia. Perusahaan periklanan ini tadinya sekedar merupakan afiliasi dari perusahaan yang sama di Singapura, tetapi kemudian dikembangkan menjadi afilasi langsung dengan perusahaan periklanan induknya di New York dan berubah nama menjadi “Ogilvy Benson & Mather” Indonesia. Selanjutnya karena ada peraturan yang tidak mengizinkan perusahaan periklanan asing Indonesia, sekaligus mengganti namanya menjadi “PT Indo Ad.” “Ogilvy Benson & Mather” Internasional kemudian berubah nama menjadi “Ogilvy & Mather”. Saat terbentuknya “Indo Ad”, “Ogilvy & Mather” merupakan perusahaan internasional dengan kantor afiliasi terbanyak di dunia dan dalam hal omset, merupakan nomor 6 terbesar di luar Jepang. Pada masa-masa selanjutnya, periklanan pun berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan daya pikir masyarakat. Mulai tahun 1970-an, periklanan mulai diwarnai oleh munculnya media-media baru yang dapat mendukung penyampaian pesan iklan, seperti televisi, internet, ponsel, dan masih terus berkembang hingga saat ini.

(32)

Universitas Kristen Petra 2.1.3. Tinjauan Kebudayaan Perancis

2.1.3.1. Tinjauan Budaya 2.1.3.1.1. Pengertian Budaya

Budayaatau kebudayaanberasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang

dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain

yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang

(33)

Universitas Kristen Petra kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.1.3.1.2 Unsur-unsur Budaya

Sebagai suatu fragmen-fragmen dalam keutuhan yang besar, budaya pun bisa dipecah menjadi unsur-unsur pembangunnya. Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: - alat-alat teknologi

- sistem ekonomi - keluarga

- kekuasaan politik

Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

- sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

- organisasi ekonomi

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

- organisasi kekuatan (politik) 2.1.3.1.3 Wujud Budaya

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: - Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

(34)

Universitas Kristen Petra Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas

manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

- Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebab ada satu kesatuan jaringan yang tidak bisa dipisahkan dalam ketiga elemen ini. Bentuk kebudayaan yang palng sulit untuk berubah adalah gagasan, lain dengan artefak yang paling mudah untuk berubah karena berbagai faktor seperti: pengaruh budaya luar, tatanan sosial masyarakat, dan lain-lain.

2.1.3.2. Tinjauan Budaya Perancis

Kebudayaan perancis berasal dari peradaban kuno yang bercampur secara kompleks antara: budaya Celtic, Yunani-Romawi, dan sedikit elemen Jerman. Peninggalan-peninggalan seperti, monumen, terutama berasal dari masa pendudukan Romawi berjumlah sangat banyak. Termasuk amphiteater di Arles, arena di Paris, dan akuaduk di Pont du Gard.

Pada abad pertengahan, sebuah kebudayaan yang kaya berkembang, membantu secara terutama pelajar-pelajar berbakat di biara dan universitas, membantu mereka, dan ini berlangsung hingga abad ke-18 oleh sistem kerajaan dan perlindungan birokrasi. Sejak awal tahun 1700an dimulai pula perkembangan pada rakyat kelas menengah dan borjuis menyebabkan kebudayaan dapar lebih mudah diterima oleh semua orang. Dari periode ini hingga sampai abad ke-18 disebut pula dengan zaman Pencerahan.

(35)

Universitas Kristen Petra Kegiatan budaya tetap berpusat di Paris, baru kemudian melalui beberapa kota provinsi lainnya seperti Aix-les-Bains atau Lyon yang memiliki aktifitas kehidupan sendiri. Dengan pendidikan dasar yang diwajibkan pada akhir abad ke-19, menyebabkan kenaikan kebudayaan berbasis literasi turut meningkat secara general dan pasti.

Kebudayaan perancis memberikan pengaruh yang amat besar kepada perkembangan dunia barat secara umum, terutama pada sektor seni dan tulisan. Dan Paris sejak dari dulu dianggap sebagai pusat kebudayaan Perancis. Perancis pertama kali mencapai puncak kebudayaan Eropa pada masa Abad Pertengahan, dan kemudian sejak saat itu kekayaan negara Perancis meroket pada abad ke-16, 17, dan 18an sehingga mampu menyedakan subsidi pada bidang-bidang seni dan desain yang berskala sebesar pada waktu penjajahan Romawi. Hak ini menyebabkan banyaknya seniman dan pemahat yang sangat berbakat dari Perancis. Kekayaan juga menyebabkan kelas-kelas atas yang banyak mempunyai waktu luang dan uang, atau sering juga disebut kaum borjuis. Kaum ini bergelimang dengan harta dan mengembangkan desain gaun-gaun yang elegan, serta perabotan dan arsitektur kediaman mereka yang amat-amat mahal dan berseni.

Gaya perancis mererembes dan memengaruhi banyak kebudayaan barat. Di abad ke-20, film dan sinema-sinema perancis menjadi di posisikan menjadi patokan film dunia, tepatnya pada tahun 1960an dengan aliran nouvelle vague atau new wave yang dianut oleh sutradara-sutradara macam Jean-Luc Godard, Alain Resnais, dan François Truffaut.

Begitu pula dengan karya seni tulis Perancis yang mempunyai nilai sejarah yang panjang dan kaya. Pada mulanya adalah ketika tahun 842 dengan perjanjian Oath of Strasbourg yang diikrarkan oleh Louis the German dan Charles the Bald. Abad pertengahan mencatat terutama pada penulisan puisi epik seperti La Chanson de Roland (The Song of Roland), The Arthurian Romances of Chrétien de Troyes, dan berbagai puisi yang mengekspresikan keromantisan lainnya.

Pada abad ke-16, Renaissance tumbuh dengan amat subur dan tokoh-tokoh seperti: sang puitisi Pierre de Ronsard, satiris dan humoris Rabelais, dan Michel de Montaigne dimasukkan ke dalam daftar sejarah dan secara internasional

(36)

Universitas Kristen Petra dikenal dan dijadikan acuan pembelajaran Eropa. Dalam bidang seni peran dan drama aliran French Neoclassical mencapai pewujudannya yang sempurna selama ratusan tahun seperti yang menjadi karya acuannya, Tragedies of Pierre Corneille dan Racine. Dalam periode yang sama. Molière menunjukkan talentanya yang sangat luas dan berbakat dalam seni teater Perancis jaman itu. Sebagai penulis komedi, Jean de la Fontaine menghasilkan karya sajak dan syair yang moralistik dalam buku Fables. Juga ada Mme de la Fayette yang menciptakan cerita klasik La Princesse de Clèves, yang sampai saat ini dianggap sebagai novel psikologi Perancis yang pertama. Voltaire, Denis Diderot, dan Jean-Jacques Rousseau mendominasi pada abad ke-18, terutama dengan tulisan-tulisan filosofis mereka, namun mereka juga berkarya dalam jalur sastra umum pula. Novel Voltaire, Candide, menjadi salah satu yang paling diingat. Penulis lain pada masa itu diantaranya dramawan Pierre-Agustin, Caron de Beaumarchais yang menciptakan Le Mariage de Figaro dan Pierre Choderlos de Laclos untuk novel epistolarinya, Le Liasons Dangereuses.

2.1.3.3. Tinjauan Warna Renaissance

Mundur ke sekitar tahun 1450-1600M adalah masa keemasan Renaissance dan juga masa kebangkitan humanisme. Pertama kali muncul di Italia kemudian menyebar melalui sebelah utara Eropa. Seni, ilmu pengetahuan, dan literasi tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat dipimpin oleh pelukis seperti Michelangelo dan Leonardo da Vinci, ilmuwan seperti Galileo, dan penulis seperti Shakespeare.

Dalam bidang seni, terdapat perubahan pada gaya naturalistik dan aturan lama dari komposisi seperti perspektif. Dan hal ini memengaruhi gaya warna yang dipakai dalam lukisan-lukisannya. Teori warna Renaissance dibuat dari efek psikologis warna dari lukisan yang dlihat dari atas pengamat. Teori itu berkata bahwa warna-warna hangat terlihat lebih dan warna-warna dingin lebih tenggelam atau mundur. Pelukis-pelukis zaman Renaissance kerap kali meletakkan warna dingin atau pucat yang dingin pada background dan menggunakan warna yang lebih hangat, yang lebih bersaturasi, pada foreground. Bisa dikatakan bahwa warna-warna Renaissance seolah-olah adalah warna dasar namun lebih pucat.

Gambar

Gambar 2.1. Hubungan antara Promosi, Promotional Mix dan IMC   Sumber: Promotion and Integrated Marketing Communications 2002
Gambar 2.2 Tujuan Komunikasi TUJUAN
Gambar 2.6  Brosur dan Flyer di CCCL  Sumber : CCCL Surabaya
Gambar 2.7  Booklet Studi ke Perancis, Brosur Biaya Kursus,  dan majalah Voila.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Review dan Revisi Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Paser Tahun 2016-2021 merupakan pedoman pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

Tidak mungkin seluruh belitan dapat diamankan  prosentase (%) belitan yang diamankan tergantung harga tahanan pentanahan dan setting rele gangguan tanah.. Rele gangguan tanah

Jadi dalam penelitian ini penulis akan mencari, mengungkap dan membuat laporan data empiris tentang penyelenggaraan administrasi pemerintah kelurahan dan

(1) Analisis faktor-faktor penentu keberhasilan pelaksanaan proyek perumahan berdasarkan biaya, mutu, dan waktu, (a) faktor penentu keberhasilan pelaksanaan proyek

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit waktu penyediaan dokumen rekam medis,

15.04 Sosialisasi Perizinan dan Promosi Investasi Tersosialisasinya Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu baik PMA maupun PMDN

Dibutuhkan ketepatan dalam memilih seorang karyawan yang memiliki kualitas yang unggul, bukan hanya melihat dan memilih karyawan dari sisi subjektifitasnya saja, maka dari